Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH:
DIO AREZA PRASTYATAMA
NIM. 1401032032
Aplikasi Model Konseptual Human Science and Human Care Watson Pada Asuhan
Keperawatan Ny. S Dengan Post Partum Di Ruang Nifas RSD Balung
Telah dilaksanakan pada tanggal 29 April 2015 sampai 02 Mei 2015 di ruang Nifas
RSD Balung
Mengetahui,
Kepala ruangan Ruang Nifas
A. Latar Belakang
Kondisi post partum dimulai 2 jam setelah ibu melahirkan, dimana pada masa
tersebut klien menuju masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Periode pasca partum
adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Banyak faktor yang
mempengaruhi masa ini,termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan,
kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta dorongan semangat yang
diberikan tenaga profesional ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya
selama ini (Bobak, 2005).
Dalam masa nifas terjadi perubahan-perubahan yang dialami ibu dan kita
harus melakukan pemantauan yang tepat pada ibu dan bayi. Apakah
perubahan-perubahan yang terjadi termasuk fisiologis atau patologis,
sehingga dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dan sesuai untuk
memberikan asuhan keperawatan.
Salah satu teoris dengan teorinya Philosophy and Science of Caring yaitu
Jean Watson menggunakan suatu filosofi untuk mendeskripsikan teorinya.
Dia percaya bahwa perawat harus mengembangan filosofi kemanusiaan dan
system nilai. Karena kedua hal tersebut merupakan dasar yang kuat dari ilmu
caring (currentnursing, 2011). Salah satu contoh aplikasi teori Philosophy and
Science of Caring pada pasien dengan retensi urine. Penerapan teori model
Watson dapat meningkat kualitas hidup dan menurunkan retensi urine.
Karena penerapan model caring ini memandang manusia sebagai mahkluk
yang holistik: biologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural (Erci. B.,
2003). Model teori caring Watson direkomendasikan pada perawat yang
merawat pasien dengan retensi urine agar meraka dapat meningkatkan
kemampuannya dan lebih efektif eliminasi uri serta meningkatkan kualitas
hidup pasien (Erci. B., 2003)..
B. Perumusan Masalah
Klien dengan kondisi post partum dengan retensi urine akan mengalami
gangguan dalam eliminasi uri. Masa nifas hari pertama membutuhkan caring
dalam bentuk kebutuhan dasar biofisikal, kebutuhan psikofisikal,
kebutuhan psikososial, kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk
pengembangan), hal ini membutuhkan bantuan antara lain oleh petugas
kesehatan dengan pencapaian philosophical and Science of Caring.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mempelajari aplikasi Model Konsep Keperawatan Human Science and
Human Care Watson pada kondisi post partum masa nifas hari pertama di
Ruang Nifas RSD Balung.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan penerapan model konsep keperawatan Human Science
and Human Care Watson pada klien dengan kondisi post partum nifas
hari pertama.
b. Melakukan pengelolaan pada kasus post partum dengan retensi urine
masa nifas hari pertama pada klien dengan menggunakan pendekatan
model konsep keperawatan tersebut.
c. Melakukan pembahasan terhadap kasus yang telah dikelola.
d. Menarik kesimpulan dari proses penerapan model konsep tersebut
pada kasus post partum dengan retensi urine masa nifas hari pertama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Masa nifas atau masa puerperium dimulai setelah partus selesai dan
berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru
pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan
(Wiknjosastro, 1999 dalam Indriyani, 2013).
2. Periode
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
a. Early post partum
Dalam 24 jam pertama.
b. Immediate post partum
Minggu pertama post partum.
c. Late post partum
Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.
g. Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali
sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.
4. Perubahan Psikologis pada Ibu Post Partum
Menurut Indriyani (2013), adaptasi psikologis ibu post partum adalah
sebagai berikut:
a. Fase Menerima (Taking-in Phase)
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada sat itu
fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman
selama proses persalinan sering diceritakan kembali. Kelelahan
membuat ibu cukup perlu istirahat untuk mencegah kurang tidur.
Oleh karena itu, kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga
komunikasi yang baik.
b. Fase Dependen-Mandiri (Fase Taking Hold)
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu, perasaannya sangat
sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang
tepat. Oleh karena itu, pada fase ini merupakan kesempatan yang
baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan
bayinya sehingga tumbuh percaya diri.
c. Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahiorkan. Ibu
sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
Keinginan merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
2. Pengkajian/Riwayat Keperawatan.
Kegiatan ini meliputi observasi, identifikasi serta peninjauan masalah.
Pengkajian didasarkan atas tingkatan kebutuhan dasar yang dibagi
dalam 4 tingkatan yaitu :
a. Kebutuhan biofisik, yang terdiri dari kebutuhan nutrisi dan cairan,
kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi.
b. Kebutuhan psikofisik, meliputi kebutuhan aktifitas dan kebutuhan
seksual.
c. Kebutuhan psikososial, meliputi kebutuhan untuk berprestasi dan
kebutuhan untuk diakui sebagai anggota kelompok.
d. Kebutuahan intepersonal dan intrapersonal, meliputi kebutuhan
untuk aktualisasi diri.
3. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu pendekatan konseptual untuk
memecahkan suatu masalah, karena perencanaan yang baik dapat
memecahkan masalah. Perencanaan membantu menentukan bagaimana
suatu variabel dapat diuji atau diukur.
4. Pelaksanaan
Implementasi merupakan tindakan langsung dari rencana intervensi,
dalam proses implementasi juga berlangsung proses pengumpulan data.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu metode dan proses menganalisa data serta
menilai pengaruh intervensi yang telah diberikan. Selain itu yang
termasuk dalam proses ini adalah interpretasi hasil, kriteria hasil yang
dicapai secara umum.
BAB III
PATHWAY
Post Partum
Tak terpenuhi
Fase taking hold Luka jahitan
perinium
Kelemahan fisik
Fase letinggo
Perubahan pola
peran
.
BAB IV
APLIKASI MODEL KONSEP HUMAN SCIENCE AND HUMAN CARE
WATSON DALAM STUDI KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Pasien
a. Identitas
Ny S, usia 26 tahun, pendidikan SMP, agama Islam, suku Jawa, pekerjaan
IRT, suami Tn. R, usia 29 tahun, pendidikan SMP, agama Islam, pekerjaan
Swasta.
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien datang ke RS karena perutnya terasa kenceng-kenceng dan keluar
cairan sejak tanggal 26-04-2015 jam 09.00. Kemudian klien di bawa ke
bidan puskesmas Balung. Karena KPD>24 jam klien di rujuk ke RSD
Balung tangal 27-04-2015 jam 23.00
c. Keluhan utama saat ini
Klien mengeluh nyeri pada vagina yang di jahit dan tidak bisa BAK
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit masa lalu
Klien mengatakan tidak pernah memiliki keluhan sakit yang
berhubungan dengan asma, jantung, hipertensi, DM atau yang lain.
2) Riwayat penyakit saat ini
Klien melahirkan anak pertama tgl 28-04-2015 jam 01.00 WIB di RSD
Balung. klien mengalami ruptur perineum derajat II dan di heating.
3) Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak ada dalam keluarga yang mempunyai riwayat
penyakit yang menular atau kronis lainya.
e. Riwayat Obstetri dan Gynekologi
1) Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Lamanya : 6-8 hari
Siklus : teratur
HPHT : 05-7-2014
2) Riwayat obstetri
Klien mengatakan selama masa kehamilan klien memeriksakan
kehamilannya dipuskesmas dan bidan desa terdekat.
f. Riwayat perkawinan
Klien Menikah 1 kali dengan suami sekarang saat usia 25 tahun dan Tn M
usia 28 tahun dan lama pernikahannya sampai saat ini sudah 1 tahun.
g. Riwayat gynekologi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami suatu penyakit kandungan atau
mengalami keguguran dll.
h. Riwayat kontrasepsi
Klien mengatakan sebelum hamil tidak pernah menggunakan kontrasepsi.
i. Riwayat psikososial
Saat ini orang yang dianggap paling penting dan dekat adalah suami. Menurut
klien suaminya sabar dan sangat pengertian. Bila ada masalah selalu
membicarakan dengan suami juga keluarga, karena klien merasa baru
berumah tangga serta masih muda, mungkin dengan bantuan dan saran
orangtua juga akan menjadi lebih lengkap. Hubungan dengan suami dan
anggota keluarga (orangtua, mertua) termasuk tetangga adalah baik. Klien
mengatakan kehamilan dan kelahiran pada anak yang ke-1 ini memang sangat
diharapkan.
j. Pengkajian budaya
Klien mengenal budaya pantang makan pada orang habis melahirkan. Tetapi
klien juga menanyakan, sebenarnya apakah hal tersebut benar, dan apakah
memang ada makanan pantang untuk dirinya. Klien ingin mengikuti hal-hal
yang dianjurkan oleh petugas kesehatan saja.
2. Pengkajian Terhadap : (Tanggal 28-03-2015)
a. Kebutuhan biofisik
1) Udara/oksigen
Klien tidak mengalami gangguan oksigenasi. Pernapasan 24 kali/menit,
nadi 88 kali/menit, tekanan darah 120/80 mmHg, Capipilary refill time <
3 detik, konjungtiva tidak anemis, ekspansi dada maksimal, pernapasan
regular.
2) Keseimbangan pemasukan air (Cairan elektrolit)
Minum diberikan, turgor kulit normal, edema ekstremitas -/-, suhu 36 C,
mukosa bibir lembab
3) Makanan (nutrisi)
Klien makan 3 kali sehari porsi sedang, nafsu makan klien cukup. TB : 150
Cm, BB: 50 Kg
4) Ekskresi dan eliminasi
Klien masih belum dapat melakukan BAK, terpasang kateter, pada masa
nifas klien tidak BAB dan klien merasa takut karena sakit untuk BAB.
b. Kebutuhan psikofisik
Klien mengalami nyeri pada jalan lahir, terutama bila untuk bergerak, tetapi
klien juga menanyakan apakah dia sudah boleh bergerak misalnya miring
kiri-kanan. Klien akan mencoba miring kanan-kiri kalau memang boleh
dilakukan, walaupun masih terasa nyeri. Istirahat klien cukup, klien
menyatakan bisa tidur walaupun terasa nyeri.
c. Kebutuhan psikososial
Ny. S menikmati peran menjadi ibu, Ny. S merupakan ibu rumah tangga,
klien kooperatif dalam proses penyesuaian pada kondisinya saat ini, dan klien
memiliki motivasi yang tinggi serta perilaku yang positip dalam
menyesuaikan keadaan post partum.
d. Kebutuahan intepersonal dan intrapersonal
Suami mendampingi klien dan keluarga juga menjenguk saat jam berkunjung,
orangtua klien dan tetangga juga menjenguk klien. Ny. S juga senang dan
bangga dapat melahirkan seorang anak dan menjadi ibu.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum sedang, tanda-tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88
kali/menit, suhu 36,5 C, pernapasan 24 kali/menit, BB 50 Kg, TB 150 cm,
kesadaran compos mentis, secara umum penampilan klien cukup bersih.
Kepala : rambut bersih, sedikit rontok, mata konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, palpebra tidak edema, tidak ada keluhan pandangan, muka : tidak
sembab. Telinga : bersih, tidak ada peradangan, tidak ada keluhan, Hidung
bersih, leher tidak ada pembesaran tonsil, tenggorokan tidak meradang. Mulut
bersih, gigi tidak ada karies, tidak ada kesulitan menelan. Dada : simetris, suara
nafas normal vesikuler, tidak ada ronkhi baik sebelah kiri atau kanan, tidak ada
wheezing, bunyi jantung I dan II normal. Payudara: areola mammae
hiperpigmentasi, putting susu menonjol, kolostrum(+) ada ASI belum lancar.
Abdomen: TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, homan sign (-),
Diastasis Rectus Abdominalis (-) Vulva/Vagina: Terdapat luka jahitan yang
disebabkan oleh robekan jalan lahir,lokhea rubra, Rektum : tidak ada
haemorroid. Ektremitas : tidak ada edema, tdak ada varises, pergerakan bebas
tidak ada keluhan, refleks patella +/+
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Retensi urin yang berhubungan dengan menurunnya kontraksi bladder
Teori Watson lebih menekankan caring dalam praktik keperawatan. Watson percaya
caring adalah inti dari praktik keperawatan. Selain itu Watson juga menekankan
bahwa praktik perawat yang professional adalah praktik yang menggabungkan ilmu,
seni, nilai kemanusiaan dan human care.
Pada penerapan teori Watson pada Ny S dengan P1A0 post partum dengan ruptur
perinium dan juga retensi urine masa nifas, semua faktor yang dikaji digabungkan
dan diselaraskan dalam bentuk proses keperawatan yang holistik. Pada pengkajian
terdapat empat derajat kebutuhan yang digunakan dalam teori Watson. Pada kasus
diatas, untuk kebutuhan derajat lebih rendah berupa kebutuhan biofisik yang perlu
dikaji dari klien adalah yang berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan
kehidupan yang berkaitan dengan makan, minum, eliminasi dan ventilasi. Perawat
perlu melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh pada tubuh klien, meliputi inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi pada berbagai sistem tubuh. Pemeriksaan fisik head to
toe perlu dituntaskan. Selain itu perawat perlu mengkaji pola makan dan minum
klien, apakah asupan makan klien cukup gizi, apakah asupan cairan klien cukup dan
sesuai untuk berat badan dan usianya. Perlu juga diketahui pola eliminasi dan
respirasi klien, keluhan-keluhan terhadap sistem-sistem tubuh klien perlu diketahui
perawat. Perawat juga perlu mendapat informasi yang cukup tentang kondisi di
rumah dan lingkungan yang terkait dan mempengaruhi fungsi fisiologis atau biofisik
dari semua unsur tubuh klien. Perawat memerlukan ilmu yang memadai untuk
menilai apakah hasil pemeriksaan yang telah dilakukannya terhadap klien
menunjukkan hasil normal atau tidak. Disinilah pentingnya perawat memiliki ilmu
keperawatan yang tinggi dan analisis yang tajam. Perawat harus memahami bahwa
hubungan perawat-klien yang saling percaya dan membantu perlu dikembangkan
sejak kontak awal dengan klien. Perawat harus menujukkan sikap caring sedini
mungkin kepada klien. Pada kasus diatas klien adalah post partum dengan ruptur
perinium dan juga retensi urine masa nifas, sehingga perawat perlu memahami
konsep dasar tentang post partum dan kondisinya supaya dapat melakukan pengkajan
dengan lancar dan tepat.
Pengkajian selanjutnya berupa pengkajian kebutuhan derajat lebih rendah berupa
kebutuhan psikofisik. Kebutuhan ini menggambarkan kebutuhan fungsional dari diri
klien meliputi kebutuhan aktifitas-inaktifitas dan kebutuhan seksualitas. Pengkajian
yang perlu dilakukan pada bagian ini meliputi pandangan klien terhadap citra
dirinya, apakah klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai dengan usianya dan apakah
hasil laboratorium menunjukkan hasil yang normal atau tidak. Bagaimana pandangan
dan kondisi kehidupan seksualitas klien.
Pada pengkajian kebutuhan derajat lebih tinggi yaitu kebutuhan psikososial, yang
perlu dikaji perawat berdasarkan teori Watson adalah yang terkait dengan kebutuhan
fungsional. Perawat yang bertugas merawat klien diatas perlu mengkaji apakah
hubungan klien dengan rekan seusianya memuaskan, apakah retensi urine yang
dialami menghambat hidupnya. Selain itu apakah lingkungan sekitarnya
memfasilitasi dirinya untuk menjalani hidup dan mencapai tujuan serta dapat
bergabung dengan lingkungan itu. Perlu juga dikaji apakah klien merasa dapat
mencintai dan dicintai.
Pada pengkajian kebutuhan derajat yang tertinggi menurut Watson yaitu kebutuhan
aktualisasi diri perawat perlu mengkaji bagaimana perasaan klien terhadap dirinya,
apakah klien menyukai dunia yang dijalaninya, dan apakah klien telah merasa
mencapai tujuan dirinya. Pada intinya pengkajian bagian ini ingin melihat sejauh
mana klien memandang dirinya telah atau belum mencapai aktualisasi diri dalam
hidupnya. Pada kasus diatas klien merupakan ibu P1A0 dengan ruptur perinium dan
juga retensi urine masa nifas yang mungkin memiliki pandangan aktualisasi diri yang
berbeda dengan klien multigravida. Sekali lagi, diperlukan pengetahuan perawat
yang memadai dalam memandang dan menghadapi berbagai keragaman klien
sebagai makhluk yang unik.
Perlu diketahui bahwa setiap ahli keperawatan yang menghasilkan teori keperawatan,
memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman serta kecenderungan yang
berbeda-beda sehingga teori yang dihasilkan juga akan cenderung pada latar
belakang para ahli itu masing-masing. Seperti teori Watson ini lebih menekankan
pada aspek psikologis karena Watson memiliki latar belakang pendidikan yang lebih
kuat pada bidang keperawatan psikologis-mental sehingga jika teorinya lebih
menekankan pada aspek psikologis keperawatan. Oleh karena itu perawat harus
membiasakan diri untuk berdiskusi bersama rekan sejawat dan bila perlu melibatkan
para pakar untuk menentukan teori apa yang baik dan sesuai untuk diterapkan, sesuai
dengan kondisi dan situasi institusi pelayanan tempat perawat tersebut bekerja.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya semua teori keperawatan yang telah diciptakan oleh para pakar
keperawatan adalah hasil yang baik karena telah melalui tahap-tahap metode
ilmiah yang sistematis. Teori yang mereka hasilkan juga telah melaui suatu
proses panjang untuk dapat diakui oleh komunitas keperawatan di seluruh dunia
sebagai bagian dari teori keperawatan. Hal yang perlu dilakukan oleh komunitas
perawat terutama perawat di Indonesia adalah terus berusaha menerapkan teori
yang telah ada dalam praktik keperawatan.
Praktik keperawatan yang baik dan professional hanya praktik yang didasarkan
pada nilai-nilai perawat professional yang salah satunya tercermin dalam teori
keperawatan. Untuk itu salah satu cara meningkatkan kualitas pelayanan atau
asuhan keperawatan adalah dengan menerapkan praktik keperawatan yang
berdasarkan teori keperawatan, bukan praktik yang berdasarkan perintah atau
order dokter, atau praktik keperawatan yang hanya berdasarkan rutinitas semata.
Inilah yang dinamakan Evidence based practice, yang menjadi salah satu kunci
berhasilnya perkembangan keperawatan di luar negeri.
Jean Watson telah memberikan salah satu pilihan bagi perawat di Indonesia
untuk mulai menerapkan praktik keperawatan yang berdasarkan teori dengan
menciptkan teori yang telah diakui komunitas perawat di dunia, yaitu
Philosophy and Science of Caring. Kerjasama dan dukungan dari berbagai
pihak sangat diperlukan untuk menjadikan praktik keperawatan yang
professional dan berkualitas dapat diwujudkan.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi perawat untuk
meningkatkan pengetahuan perawat tentang teori keperawatan yang telah ada
sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan perawat.
2. Perlu dukungan dan bantuan dalam berbagai bentuk dari organisasi profesi,
institusi pendidikan tinggi keperawatan dan birokrasi agar praktik
keperawatan yang berdasarkan teori dapat diwujudkan.
3. Perlu adanya wadah atau forum diskusi bagi perawat di masing-masing
institusi pelayanan atau komunitas perawat terdekat untuk bertukar pikiran
tentang cara dan bagaimana praktik keperawatan yang berdasarkan teori atau
evidence based practice dapat diwujudkan
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, LM., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D., (2005). (Alih Bahasa *
Danuatmaja, B., dan Meiliasari, M., (2003). 40 Hari Pasca Persalinan Masalah dan
Huliana, M., (2003). Perawatan Ibu Pasca Persalinan. Jakarta : Puspa swara
Saifuddin, A.B., dkk, (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan
Solusinya. Jakarta : Puspa Swara.
Wiknjosastro, H., dkk., (1999). Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan kelima.