Vous êtes sur la page 1sur 52

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK KHUSUS LANSIA

DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA PANDAAN

LOGO

STIKES

Oleh:

Kelompok ..

1. NAMA MAHSISWA

2. NAMA MAHSISWA

3. DST....

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ..

20./20..
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian
umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada meningkatnya
usia harapan hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya jumlah penduduk golongan
lanjut usia.
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling
pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini sekitar 16
juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah
penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di
bawah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA (1993), kenaikan
jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai 414%, tertinggi di dunia.
Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia.
Dalam sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia rata-
rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut kajian WHO (1999)
harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke-103 dunia.
Nomor satu adalah Jepang (74,5 tahun).
Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat. GBHN 1993
mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan mandiri diberi kesempatan
berperan aktif dalam pembangunan.. Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai
Hari Lansia Nasional, sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia.
Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita golongan
ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen populasi lain,
populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih
tinggi dibanding populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi
pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang
memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang
keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu
spesialisasi yang mulai berkembang.
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic nursing
(gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang yang
berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas
memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di
Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan
dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu
mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam penyakit
(multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II
b. Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan Lansia di
Panti.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengenal masalah kesehatan lansia.
b. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pada lansia.
c. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada lansia yang berada di
panti.
d. Memelihara/memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, sosial) sehingga dapat
meningkatkan kesehatan lansia.
e. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (fasilitas pelayanan kesehatan).

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lansia.
b. Mahasiswa dapat memberikan tindakan perawatan yang tepat terhadap lansia yang
berada di panti.
c. Mahasiswa memiliki gambaran tentang proses perawatan terhadap lansia yang berada
di panti.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008). Sedangkan menurut Pasal 1
ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk,
2008: 32)

2.2 Batasan Lanjut Usia


Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Lanjut Usia meliputi:
a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
2. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain (Depkes RI, 2003).
2.3 Tipe Lanjut Usia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam buku R. Siti Maryam,
dkk, 2008).
Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan,
bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak
acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen (ketergantungan),
tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat
kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para
lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia
mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara
tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia dip anti werda, lansia yang
dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.
2.4 Proses Penuaan
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal.
Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di
dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara
perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut,
tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai
penyakit degeneratif.

2.5 Mitos dan Stereotip Seputar Lanjut Usia


Menurut Sheiera Saul, 1974 mitos-mitos seputar lansia antara lain sebagai berikut:
1. Mitos kedamaian dan ketenangan
Adanya anggapan bahwa para lansia dapat santai menikmati hidup, hasil kerja, dan jerih
payahnya di masa muda. Berbagai guncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil
dilewati. Kenyataannya, sering ditemui lansia yang mengalami stress karena kemiskinan
dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit.
2. Mitos konservatif dan kemunduran
Konservatif berarti kolot, bersikap mempertahankan kebiasaan, tradisi, dan keadaan yang
berlaku. Adanya anggapan bahwa para lansia itu tidak kreatif, menolak inovasi,
berorientasi ke masa silam, kembali ke masa kanak-kanak, sulit berubah, keras kepala,
dan cerewet. Kenyataannya, tidak semua lansia bersikap dan mempunyai pemikiran
demikian.
3. Mitos berpenyakitan
Adanya anggapan bahwa masa tua dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang
disertai berbagai penyakit dan sakit-sakitan. Kenyataannya, tidak semua lansia
berpenyakitan. Saat ini sudah banyak jenis pengobatan serta lansia yang rajin melakukan
pemeriksaan berkala sehingga lansia tetap sehat dan bugar.
4. Mitos senilitas
Adanya anggapan bahwa para lansia sudah pikun. Kenyataannya, banyak yang masih
tetap cerdas dan bermanfaat bagi masyarakat, karena banyak cara untuk menyesuaikan
diri terhadap penurunan daya ingat.
5. Mitos tidak jatuh cinta
Adanya anggapan bahwa para lansia sudah tidak lagi jatuh cinta dan bergairah kepada
lawan jenis. Kenyataannya, perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa
serta perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi tua.
6. Mitos aseksualitas
Adanya anggapan bahwa pada lansia hubungan seks menurun, minat, dorongan, gairah,
kebutuhan, dan daya seks berkurang. Kenyataannya, kehidupan seks para lansia normal-
normal saja dan tetap bergairah, hal ini dibuktikan dengan banyaknya lansia yang
ditinggal mati oleh pasangannya, namun masih ada rencana untuk menikah lagi.
7. Mitos ketidakproduktifan
Adanya anggapan bahwa para lansia tidak produktif lagi. Kenyataannya, banyak para
lansia yang mencapai kematangan, kemantapan, dan produktivitas mental maupun
material.

Mitos-mitos di atas harus disadari perawat dalam memberikan asuhan keperawatan,


karena banyak kondisi lansia yang sesuai dengan mitos tersebut dan sebagian lagi tidak
mengalaminya.

2.6 Teori Proses Penuaan


Sebenarnya secara individual tahap proses penuaan terjadi pada orang dengan usia
berbeda, masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda, tidak ada satu
factor pun ditemukan untuk mencegah proses penuaan.
2.6.1 Teori-Teori Biologi
a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara generic untuk spesies-spesies tertentu.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul-
molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang
khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
b. Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah
(terpakai).
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari
produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di sel otot jantung dan sel
susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang mengakibatkan mengganggu sel itu
sendiri.
d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
e. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
f. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang ada pada usia dewasa
berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun (menurut Goldteris dan
Brocklehurst).
g. Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory)
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam
tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
h. Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
i. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
proton. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
j. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau using, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya
fungsi.
k. Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel
tersebut mati.

2.6.2 Teori Kejiwaan Sosial


a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori
ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
3) Mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu agar tetap stabil dari
usia pertengahan ke lanjut usia.
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan
gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi
pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliknya.
c. Teori Pembebasan (Didengagement Theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu oleh
Cummning dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepsakan diri dari kehidupan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut
usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan
ganda (Triple Loss), yakni:
1) Kehilangan peran (Loss of Role)
2) Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and Relation Ships)
3) Berkurangnya komitmen (Reuced Commitment to Social Mores and Values)

2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan


R. Siti Maryam, dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi penuaan
adalah sebagai berikut:
1. Hereditas (Keturunan/Genetik)
2. Nutrisi (Asupan Makanan)
3. Status Kesehatan
4. Pengalaman Hidup
5. Lingkungan
6. Stress

2.8 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia


Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut
sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut
Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Fisik
a. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler,
menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun
10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon
penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif
terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitif terhadap
sentuhan.
c. Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan pada
lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.
d. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang
tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65
tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
e. Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah,
kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi dari
tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer, sistole normal 170 mmHg, diastole normal 95 mmHg.
f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktifitas otot.
g. Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan
batuk menurun (menurunnya aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2
arteri tidak berganti.
h. Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus, rasa
lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah,
dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
i. Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg,
frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir
mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual
intercrouse berefek pada seks sekunder.
j. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi
hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
k. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan
kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah
dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
l. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang,
persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi
serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
a. Perubahan fisik.
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Hereditas.
e. Lingkungan.
f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.
g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
h. Kenangan lama tidak berubah.
i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya
penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan dari faktor waktu.
3. Perubahan Psikososial
a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak
aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresif.
b. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
c. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau
relasi.
d. Sadar akan datangnya kematian.
e. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
f. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
g. Penyakit kronis.
h. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
i. Gangguan syaraf panca indra.
j. Gizi
k. Kehilangan teman dan keluarga.
l. Berkurangnya kekuatan fisik.

2.9 Permasalahan pada Lansia


Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lansia antara
lain (Setiabudi, 1999: 40-42):
1. Permasalahan Umum
a. Makin besarnya jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan, dihargai, dan dihormati.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional pelayanan lansia.
e. Belum membudaya dan melembaganya pembinaan kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan Khusus
a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental
maupun sosial.
b. Berkurangnya integrasi sosial lansia.
c. Rendahnya produktivitas kerja lansia.
d. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan
fisik lansia.

2.10 Beberapa Penyakit dan Sifat Penyakit pada Lansia


Penyakit atau gangguan umum pada lansia ada 7 macam, yaitu:
a. Depresi Mental
b. Gangguan Pendengaran
c. Bronkitis Kronis
d. Gangguan pada tungkai atau sikap berjalan
e. Gangguan pada koksa/sendi panggul
f. Anemia
g. Demensia

Beberapa sifat penyakit pada lansia yang membedakannya dengan penyakit pada orang
dewasa seperti yang dijelaskan berikut ini:
1. Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit pada lansia umumnya berasal dari dalam tubuh (endogen), sedangkan
pada orang dewasa berasal dari luar tubuh (eksogen). Hal ini disebabkan karena pada
lansia telah terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan
sel-sel karena proses menua, sehingga produksi hormone, enzim, dan zat-zat yang
diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang. Dengan demikian, lansia akan
lebih mudah terkena infeksi. Sering pula, penyakit lebih dari satu jenis (multipatologi),
dimana satu sama lain dapat berdiri sendiri maupun saling berkaitan dan memperberat.
2. Gejala penyakit sering tidak khas/tidak jelas
Misalnya, penyakit infeksi paru (pneumonia) sering kali tidak didapati demam tinggi dan
batuk darah, gejala terlihat ringan padahal penyakit sebenarnya cukup serius, sehingga
penderita menganggap penyakitnya tidak berat dan tidak perlu berobat.
3. Memerlukan lebih banyak obat (polifarmasi)
Akibat banyaknya penyakit pada lansia, maka dalam pengobatannya memerlukan obat
yang beraneka ragam dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, perlu diketahui
bahwa fungsi organ-organ vital tubuh seperti hati dan ginjal yang berperan dalam
mengolah obat-obat yang masuk ke dalam tubuh telah berkurang. Hal ini menyebabkan
kemungkinan besar obat tersebut akan menumpuk dalam tubuh dan terjadi keracunan
obat dengan segala komplikasinya bila diberikan dengan dosis yang sama dengan orang
dewasa. Oleh karena itu, dosis obat perlu dikurangi pada lansia. Efek samping obat sering
pula terjadi pada lansia yang menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit baru akibat
pemberian obat tadi (iatrogenik), misalnya poliuri/sering BAK akibat pemakaian obat
diuretik (obat untuk meningkatkan pengeluaran air seni), dapat terjatuh akibat
penggunaan obat-obat penurun tekanan darah, penenang, antidepresi, dan lain-lain. Efek
samping obat pada lansia biasanya terjadi karena diagnosis yang tidak tepat,
ketidakpatuhan meminum obat, serta penggunaan obat yang berlebihan dan berulang-
ulang dalam waktu yang lama.
4. Sering mengalami gangguan jiwa
Pada lansia yang telah lama menderita sakit sering mengalami tekanan jiwa (depresi).
Oleh karena itu, dalam pengobatannya tidak hanya gangguan fisiknya saja yang diobati,
tetapi juga gangguan jiwanya yang justru seing tersembunyi gejalanya. Jika yang
mengobatinya tidak teliti akan mempersulit penyembuhan penyakitnya.

2.11 Pembinaan Kesehatan Lansia di Panti dan Terapi Modalitas


1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatnya derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia dip anti agar mereka dapat
hidup layak.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatnya pembinaan dan pelayanan kesehatan lansia dip anti, baik oleh petugas
kesehatan maupun petugas panti.
2) Meningkatnya kesadaran dan kemampuan lansia khususnya yang tinggal dip anti dalam
memelihara kesehatan diri sendiri.
3) Meningkatnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam upaya pemeliharaan
kesehatan lansia di panti.
2. Sasaran
a. Sasaran Umum
1) Pengelola dan petugas penghuni panti
2) Keluarga lansia
3) Masyarakat luas
4) Instansi dan organisasi terkait
b. Sasaran Khusus
Lansia penghuni panti
3. Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia dilakukan melalui upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
a. Upaya Promotif
Adalah upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan derajat kesehatan
lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga, maupun masyarakat. Kegiatan
tersebut dapat berupa penyuluhan/demonstrasi dan/atau pelatihan bagi petugas panti
mengenai hal-hal berikut ini:
1) Masalah gizi dan diet
a) Cara mengukur keadaan gizi lansia.
b) Cara memilih bahan makanan yang bergizi bagi lansia.
c) Cara menyusun menu sehat dan diet khusus.
d) Cara menghitung kebutuhan makanan di panti.
e) Cara menyelenggarakan penyediaan di panti.
f) Cara mengawasi keadaan gizi lansia.
2) Perawatan dasar kesehatan
Melakukan pengkajian komprehensif pada lansia
a) Perawatan kesehatan dasar lansia yang masih aktif.
b) Perawatan kesehatan dasar bagi lansia yang pasif.
c) Perawatan khusus lansia yang mengalami gangguan.
d) Perawatan dasar lingkungan panti, baik di dalam maupun di luar panti.
3) Keperawatan kasus darurat
a) Mengenal kasus darurat.
b) Tindakan pertolongan pertama kasus darurat.
4) Mengenal kasus gangguan jiwa
a) Tanda dan gejala gangguan jiwa pada lansia.
b) Cara mencegah dan mengatasi gangguan jiwa pada lansia.
5) Olah raga
a) Maksud dan tujuan olah raga bagi lansia.
b) Macam-macam olah raga yang tepat bagi lansia.
c) Cara-cara melakukan olah raga yang benar.
6) Teknik-teknik berkomunikasi
a) Bimbingan rohani.
b) Sarasehan, pembinaan mental, dan ceramah keagamaan.
c) Pembinaan dan pengembangan kegemaran pada lansia di panti.
d) Rekreasi.
e) Kegiatan lomba antar lansia di dalam panti atau antar panti.
f) Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti maupun masyarakat luas
melalui berbagai macam media.
b. Upaya Preventif
Adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadi penyakit-penyakit yang
disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya. Kegiatannya dapat berupa kegiatan
berikut ini:
1) Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan di panti oleh petugas kesehatan yang datang
ke panti secara periodic atau di puskesmas dengan menggunakan KMS lansia.
2) Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di puskesmas maupun
petugas panti yang telah dilatih dalam pemeliharaan kesehatan lansia.
3) Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas panti yang
menggunakan buku catatan pribadi.
4) Melakukan olah raga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-
masing.
5) Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan kondisi kesehatannya
masing-masing.
6) Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
7) Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap produktif.
8) Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap lingkungan sekelilingnya
agar lansia dapat lebih mampu mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap waktu,
tempat, dan orang secara optimal.
c. Upaya Kuratif
Upaya kuratif adalah upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau petugas
panti terlatih sesuai kebutuhan. Kegiatan ini dapat berupa hal-hal berikut ini:
1) Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau petugas panti yang
telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan petugas kesehatan/puskesmas.
2) Pengobatan jalan di puskesmas.
3) Perawatan dietetik.
4) Perawatan kesehatan jiwa.
5) Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
6) Perawatan kesehatan mata.
7) Perawatan kesehatan melalui kegiatan puskesmas.
8) Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang diperlukan.
d. Upaya Rehabilitatif
Adalah upaya untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal mungkin. Kegiatan ini
dapat berupa rehabilitasi mental, vokasional (ketrampilan/kejuruan), dan kegiatan fisik.
Kegiatan ini dilakukan oleh petugas kesehatan, petugas panti yang telah dilatih dan berada
dalam pengawasan dokter, atau ahlinya (perawat).

Pakar psikologi Dr. Parwati Soepangat, M.A. menjelaskan bahwa para lansia yang
dititipkan di panti pada dasarnya memiliki sisi negatif dan positif. Diamati dari sisi positif,
lingkungan panti dapat memberikan kesenangan bagi lansia. Sosialisasi di lingkungan
yang memiliki tingkat usia sebaya akan menjadi hiburan tersendiri, sehingga kebersamaan
ini dapat mengubur kesepian yang biasanya mereka alami.
Akan tetapi, jauh di lubuk hati mereka merasa jauh lebih nyaman berada di dekat
keluarganya. Negara Indonesia yang masih menjunjung tinggi kekeluargaan, tinggal di
panti merupakan sesuatu hal yang tidak natural lagi, apa pun alasannya. Tinggal di rumah
masih jauh lebih baik dari pada di panti.
Pada saat orang tua terpisah dari anak serta cucunya, maka muncul perasaan tidak
berguna (useless) dan kesepian. Padahal mereka yang sudah tua masih mampu
mengaktualisasikan potensinya secara optimal. Jika lansia dapat mempertahankan pola
hidup serta cara dia memandang suatu makna kehidupan, maka sampai ajal menjemput
mereka masih dapat berbuat banyak bagi kepentingan semua orang.
10 kebutuhan lansia (10 needs of the erderly) menurut Darmojo (2001) adalah sebagai
berikut:
1) Makanan cukup dan sehat (healthy food).
2) Pakaian dan kelengkapannya (cloth and common accessories).
3) Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh (home, place to stay).
4) Perawatan dan pengawasan kesehatan (health care and facilities).
5) Bantuan teknis praktis sehari-hari/bantuan hokum (technical, judicial assistance).
6) Transportasi umum (facilities for public transportations).
7) Kunjungan/teman bicara/informasi (visits, companies, informations).
8) Rekreasi dan hiburan sehat lainnya (recreational activities, picnic).
9) Rasa aman dan tentram (safety feeling).
10) Bantuan alat-alat panca indra (other assistance/aids). Kesinambungan bantuan dana
dan fasilitas (continuation of subsidies and facilities).
4. Terapi Modalitas
Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi
lansia.
a. Tujuan
1) Mengisi waktu luang bagi lansia.
2) Meningkatkan kesehatan lansia.
3) Meningkatkan produktivitas lansia.
4) Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.
b. Jenis Kegiatan
1) Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan
masalah lansia.
2) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi,
bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan
leader, co-leader, dan fasilitator. Misalnya cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
3) Terapi musik
Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan dapat
mengenang masa lalu.
4) Terapi berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang.
5) Terapi dengan binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih saying dan mengisi hari-hari sepinya dengan
bermain bersama binatang.
6) Terapi okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan
membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan.
7) Terapi kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi
TTS, dan lain-lain.
8) Life review terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan
pengalaman hidupnya.
9) Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan
melihat pemandangan.
10) Terapi keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa
nyaman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, dan lain-lain.

BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Gambaran Panti Sosial Tresna Werdha
Dalam kehidupan dewasa ini jumlah lanjut usia akan semakin banyak, itu semua
disebabkan karena adanya peningkatan kualitas hidup maka dari itu para lanjut usia
wajib mendapatkan perlindungan, perawatan, kesejahteraan dan juga pendidikan yang
layak dan sesuai dengan keadaan lanjut usia, terutama bagi lansia yang terlantar. Wujud
nyata tindakan tersebut adalah dengan dibangunnya panti-panti sosial bagi lansia yang
bertujuan untuk melindungi, merawat, mensejahterakan serta mendidik usia lanjut.

3.1.1 Identitas Panti Sosial Tresna Werdha


Panti Sosial Tresna Werdha adalah unit pelaksanaan teknis dari Dinas Sosial Provinsi
Jawa Timur yang mempunyai tugas memberikan pelayanan sosial bagi para lansia,
sehingga mereka dapat menikmati sisa hidupnya dengan diliputi ketentraman lahir dan
batin.

3.1.2 Sejarah Berdirinya Panti Sosial Tresna Werdha


Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan didirikan pada tanggal 1 Oktober 1979 dengan nama
Sasana Tresna Werdha (STW) Sejahtera Pandaan yang mula-mula berkapasitas 30
orang, dan pada tanggal 17 Mei 1982 oleh Menteri Sosial Bapak Saparjo diresmikan
pemakaiannya berdasarkan KEP. MENSOS RI NO. 32/HUK/KEP/VI/82 dengan kapasitas
tampung 110 orang dan menempati area seluas 16.454 m2 dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:
Sebelah Selatan : Dusun Klampok
Sebelah Utara : Dusun Tengger
Sebelah Timur : Dusun Sukun
Sebelah Barat : Dusun Rajeg
Pada tahun 1994 mengalami pembakuan penamaan UPT Pusat/Panti/Sasana dilingkungan
Departemen Sosial sesuai SK Mensos RI. No. 14/HUK/1994 dengan nama Panti Sosial
Tresna Werdha Sejahtera Pandaan. Melalui SK Mensos RI No. 8/HUK/1998 ditetapkan
termasuk kategori panti percontohan tingkat Provinsi dengan kapasitas tampung 110
orang Perda No. 12 th 2000 tentang Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur bahwa Panti Sosial
Tresna Werdha Pandaan, merupakan unit pelaksana teknis Dinas sosial Provinsi Jawa
Timur. Dengan keluarnya Perda No. 14 th 2002 yang merubah Perda No. 12 th 2000
tentang Dinas Sosial yang berisi bahwa Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan berubah
menjadi Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan-Bangkalan yang merupakan unit pelaksana
teknis dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.

3.1.3 Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Maksud didirikannya panti sosial tresna werdha adalah untuk memberikan pelayanan
bagi para lanjut usia yang terlantar dalam memenuhi kebutuhan hidup secara bio, psiko,
sosial, dan spiritual.
b. Tujuan
1. Terpenuhinya kebutuhan biologis atau jasmani yang meliputi:
a) Kebutuhan pokok hidup seperti sandang, pangan dan papan.
b) Pemeliharaan kesehatan bagi lansia.
c) Kebutuhan rekreatif untuk mengisi waktu luang.
2. Terpenuhinya kebutuhan psikologis yang meliputi:
a) Kebutuhan kasih sayang.
b) Kebutuhan rasa aman.
c) Kebutuhan untuk rasa ketenangan.
d) Peningkatan semangat hidup.
e) Peningkatan rasa percaya diri.
3. Terpenuhinya kebutuhan sosial yang meliputi:
a) Terpenuhinya kebutuhan sosial terutama bimbingan sosial antar penghuni wisma yang
lain.
b) Terpenuhinya kebutuhan untuk bersosialisasi dengan masyarakat.
c) Terpenuhinya kebutuhan untuk ikut bergabung dalam kegiatan lansia.
d) Terpenuhinya kebutuhan untuk dihargai dari orang lain.
4. Terpenuhinya kebutuhan spiritual yang meliputi:
a. Kebutuhan untuk beribadah sesuai dengan agamanya masing-masing.
b. Kebutuhan untuk menerima siraman rohani sesuai dengan agamanya masing-masing.
3.1.4 Fungsi Panti Sosial Tresna Werdha
a. Sebagai pusat pemberi pelayanan bagi kesejahteraan lanjut usia.
b. Sebagai pusat informasi dan konsultasi masalah lanjut usia.
c. Sebagai pusat pengembangan kesejahteraan sosial.

3.1.5 Prosedur Pelayanan Panti Sosial Tresna Werdha


3.1.6 Sarana dan Prasarana Panti
1. Bangunan
Panti Sosial Tresna Werdha didirikan diatas tanah seluas 16.960 m2, tanah tersebut terbagi
menjadi dua yaitu untuk perumahan dan untuk tempat pemakaman. Tanah untuk
perumahan terbagi atas:
a. Gedung wisma sebanyak 11 wisma meliputi wisma cendana, seruni, kenanga, mawar,
melati, kemuning, teratai, dahlia, flamboyan. Gedung tersebut dibangun diatas tanah
seluas 1320 m2. Wisma-wisma ini memiliki fasilitas diantaranya ruang tamu, kamar tidur,
ruang rekreasi, dapur, dan kamar mandi.
1. Gedung kantor seluas 210 m2
2. Gedung lokal kerja 70 m2
3. Musholla seluas 160 m2
4. Dapur umum seluas 160 m2
5. Aula seluas 160 m2
6. Pos satpam seluas 6 m2
7. Rumah dinas tipe 50
8. Rumah dinas tipe 36
b. Sarana air bersih
Sumber air bersih berasal dari sumur bor yang terletak dibelakang wisma dan bantuan air
dari perusahaan air minum Vivi.
c. Jamban keluarga
Setiap wisma minimal memiliki 1 kamar mandi, dan setiap wisma mempunyai septic tank
sendiri dimana septic tank ini tidak terhubung antar yang satu dengan yang lainnya.
d. Sarana pembuangan air limbah
Setiap wisma terdapat sarana pembuangan air limbah yang dialirkan sampai ke tempat
pembuangan limbah akhir.
e. Sarana ibadah setiap wisma
Panti Sosial Tresna Werdha memiliki satu musholla yang terletak disebelah barat panti.
f. Kebun dan kolam
Dibelakang panti terdapat kebun dan kolam ikan.

3.1.7 Hubungan Lintas Program dan Lintas Sektoral


1. Lintas Program
Kegiatan yang ada di panti ini tidak hanya berasal dari Dinas Sosial tetapi ada juga
kegiatan yang bekerja sama dengan Departemen Agama, bimbingan mental agama yang
ada di wisma-wisma, dengan Debdikbud untuk pengadaan kegiatan dan lain sebagainya.
2. Lintas Sektoral
Panti bekerjasama dengan RSUD Sidoarjo, RSU Malang, Puskesmas Pandaan, RSU
Bangil, Pemda setempat.

3.1.8 Persyaratan Masuk Panti Sosial Tresna Werdha


1. Lansia umur 60 tahun ke atas.
2. Terlantar sosial dan ekonominya.
3. Tidak ada yang menanggung kelangsungan hidupnya.
4. Atas kemauan sendiri atau dipaksa.
5. Tidak mempunyai penyakit menular/kronis yang membahayakan orang lain.
6. Surat keterangan RT/RW.
7. Surat rekomendasi dari kantor sosial kabupaten atau kota setempat.
8. Surat keterangan sehat dari puskesmas setempat.
9. Lulus seleksi dari petugas panti dan mengisi formulir yang disediakan oleh panti.

3.1.9 Distribusi Pendanaan


Seluruh dana kegiatan yang diadakan di Panti berasal dari APBD/Dinas Sosial Propinsi
Jawa Timur.
3.2 Pengkajian
3.2.1 Data Demografi
1. Umur
DIAGRAM
UMUR

Analisa data
Berdasarkan kriteria umur menurut World Health Organization (WHO), lansia terbanyak
yang menghuni wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah dari kelompok
umur 75-90 tahun yang termasuk yaitu dalam kategori lanjut usia tua (old) dengan
prosentase 47,2%.

2. Jenis kelamin
DIAGRAM
JENIS
KELAMIN

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa lansia terbanyak yang menghuni
wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah perempuan dengan prosentase
72%.

3. Status perkawinan
DIAGRAM

STATUS
KAWIN
Analisa Data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa status perkawinan terbanyak di wisma
Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah janda dengan prosentase 63,8%.

4. Tingkat Pendidikan

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan terbanyak di wisma
Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah sekolah dasar dengan prosentase
52,8%.

5. Agama

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa Agama yang dianut oleh lanjut usia di
wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah Islam dengan prosentase 88,8%.

3.2.2 Kebiasaan sehari-hari


1. Pola makan

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan pola makan pada lanjut usia di wisma
Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 3 kali/hari dengan prosentase 94,6 %.
Sebagian klien ada yang makan 1-2 kali/hari karena faktor spiritual (kepercayaan)
seperti : puasa.
2. Pola minum

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola minum pada lanjut usia di wisma
Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah >5 kali/hari dengan prosentase 38,9 %.

3. Pola mandi

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola mandi pada lanjut usia di wisma
Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 2 kali/hari dengan prosentase 66,7%.

4. Pola keramas

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola keramas pada lanjut usia di
wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 1 kali/minggu dengan prosentase
66,7%.

5. Pola gosok gigi

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola gosok gigi pada lanjut usia di
wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 2 kali/hari dengan prosentase
66,7%.

6. Pola memotong kuku

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola memotong kuku pada lanjut usia
di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 1 kali/minggu dengan
prosentase 75%.

7. Pola ganti pakaian

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola ganti pakaian pada lanjut usia di
wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 1 dan 2 kali/hari dengan
prosentase sama yaitu 50%.

8. Pola mencuci pakaian

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola mencuci pakaian pada lanjut usia
di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 2-3 kali/minggu dengan
prosentase 58,3%.

9. Pola berhias

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola berhias pada lanjut usia di wisma
Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah berhias dengan prosentase 83,3%.

3.2.3 Pola aktivitas


1. Istirahat dan tidur

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola aktivitas (istirahat dan tidur)
pada lanjut usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah tidak
terganggu dengan prosentase 80,6%.

2. Kegiatan panti (keagamaan)

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan keagamaan pada lanjut usia
di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah tidak mengikuti
dengan prosentase 55,6%.

3. Kegiatan keterampilan dan kesenian

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan keterampilan dan kesenian
pada lanjut usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah
tidak mengikuti dengan prosentase 55,6% dikarenakan adanya beberapa faktor yaitu
adanya cacat fisik, kurangnya minat untuk mengikuti kegiatan dan dan tempat jauh dari
wisma.

4. Kegiatan bimbingan sosial

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan bimbingan sosial pada lanjut
usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah tidak
mengikuti dengan prosentase 52,8 % dikarenakan adanya beberapa faktor yaitu cacat
fisik, kurangnya minat untuk mengikuti kegiatan dan tempat jauh dari wisma.
5. Kegiatan Senam Tera

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan senam Tera pada lanjut usia
di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah tidak mengikuti
dengan prosentase 61% dikarenakan kurangnya minat, kurangnya kesadaran, kurangnya
informasi tentang kesehatan dan kecacatan fisik.

6. Kegiatan Pertanian,Perikanan, dan Perkebunan

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pertanian dan perkebunan
pada lanjut usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah
tidak mengikuti dengan prosentase 80,6 %.

7. Kegiatan kebersihan lingkungan

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan kebersihan lingkungan pada
lanjut usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah
mengikuti dengan prosentase 58,3%.

8. Kebiasaan yang merugikan kesehatan

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan yang merugikan kesehatan
pada lanjut usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah
tidak ada kegiatan yang merugikan kesehatan dengan prosentase 86,1%.

9. Kegiatan membersihkan rumah/kamar

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membersihkan rumah/kamar
pada lanjut usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah 2
kali/hari dengan prosentase 96,8 %.

10. Kegiatan membersihkan kamar mandi

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membersihkan kamar mandi
pada lanjut usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah
tidak pernah membersihkan kamar mandi dengan prosentase 52,8 % dikarenakan
sebagian dari wisma telah membagi tugas pada masing-masing lansianya pada kegiatan
lain-lain.
11. Kegiatan membersihkan selokan

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membersihkan selokan pada
lanjut usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek terbanyak adalah tidak
pernah membersihkan selokan dengan prosentase 100 % dikarenakan banyaknya selokan
yang sudah rusak dan sebagian Wisma tidak memiliki selokan.

3.3 Data Subsistem


3.3.1 Lingkungan
Panti Sosial Tresna Werdha didirikan dengan kapasitas tampung 110 orang dan
menempati area seluas 16.960 m2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Selatan : Dusun Klampok
Sebelah Utara : Dusun Tengger
Sebelah Timur : Dusun Sukun
Sebelah Barat : Dusun Rajeg
Panti Sosial Tresna Werdha didirikan diatas tanah seluas 16.960 m2, tanah tersebut terbagi
menjadi dua yaitu untuk perumahan dan untuk tempat pemakaman. Tanah untuk
perumahan terbagi atas: Gedung wisma sebanyak 11 wisma meliputi wisma cendana,
seruni, kenanga, mawar, melati, kemuning, teratai, dahlia, flamboyan. Gedung tersebut
dibangun diatas tanah seluas 1320 m2. Wisma-wisma ini memiliki fasilitas diantaranya
ruang tamu, kamar tidur, ruang rekreasi, dapur, dan kamar mandi. Gedung kantor seluas
210 m2. Gedung lokal kerja 70 m2. Musholla seluas 160 m2. Dapur umum seluas 160 m2.
Aula seluas 160 m2. Pos satpam seluas 6 m2. Rumah dinas tipe 50. Rumah dinas tipe 36.
Sumber air bersih berasal dari sumur bor yang terletak dibelakang wisma dan bantuan air
dari perusahaan air minum Vivi. Setiap wisma minimal memiliki 1 kamar mandi, dan
setiap wisma mempunyai septic tank sendiri dimana septic tank ini tidak terhubung antar
yang satu dengan yang lainnya. Setiap wisma terdapat sarana pembuangan air limbah
yang dialirkan sampai ke tempat pembuangan limbah akhir. Panti Sosial Tresna Werdha
memiliki satu musholla yang terletak disebelah barat panti. Dibelakang panti terdapat
kebun dan kolam ikan.

3.3.2 Pelayanan Kesehatan dan Sosial


Panti Sosial Tresna Werdha adalah unit pelaksanaan teknis dari Dinas Sosial Provinsi
Jawa Timur yang mempunyai tugas memberikan pelayanan sosial bagi para lansia,
sehingga mereka dapat menikmati sisa hidupnya dengan diliputi ketentraman lahir dan
batin.
Kegiatan yang ada di panti ini tidak hanya berasal dari Dinas Sosial tetapi ada juga
kegiatan yang bekerja sama dengan Departemen Agama, bimbingan mental agama yang
ada di wisma-wisma, dengan Debdikbud untuk pengadaan kegiatan dan lain sebagainya.
Selain itu, panti bekerjasama dengan RSUD Sidoarjo, RSU Malang, Puskesmas Pandaan,
RSU Bangil, Pemda setempat untuk menunjang kondisi kesehatan para lansia.

3.3.3 Ekonomi
Seluruh dana kegiatan yang diadakan di Panti berasal dari APBD/Dinas Sosial Provinsi
Jawa Timur.

3.3.4 Transportasi dan Keamanan


Untuk kegiatan di dalam panti biasanya para lansia hanya berjalan kaki untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Panti juga menyediakan kendaraan berupa mobil untuk keadaan
darurat, misalnya keadaan dimana lansia harus segera mendapat penanganan di rumah
sakit. Selain itu, masing-masing wisma juga dijaga oleh tenaga keamanan yang
diperkerjakan di panti tersebut.

3.3.5 Politik dan Pemerintahan


Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Sosial
Provinsi Jawa Timur yang memiliki struktur organisasi sesuai dengan Perda Provinsi Jawa
Timur No. 14 Tahun 2002 yang terdiri dari: Kepala Panti, Kelompok Jabatan Fungsional,
Ka. Sub. Bagian Tata Usaha, Ka. Sie Unit Pelayanan Sosial Pandaan dan Bangkalan. Panti
Sosial Tresna Werdha juga memiliki prosedur pelayanan yang sistemastis untuk mencapai
lansia yang sejahtera. Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan memiliki 33 pegawai yang
memiliki peran dan fungsinya masing-masing.

3.3.6 Komunikasi
Panti Sosial Tresna Werdha memiliki fasilitas ruang tamu dan aula yang biasa
dimanfaatkan oleh para lansia untuk berkumpul dan melakukan aktivitas sehari-hari.

3.3.7 Pendidikan
Dalam Panti Sosial Tresna Werdha, para lansia banyak sekali difasilitasi dengan berbagai
kegiatan yang meliputi kegiatan keagamaan, ketrampilan dan kesenian, bimbingan sosial
serta senam tera yang bertujuan untuk menjaga kebugaran para lansia.

3.3.8 Rekreasi
Para lansia biasa mengisi waktunya dengan berbagai aktivitas yang diselenggarakan oleh
panti. Di sela-sela aktivitas biasanya mereka mengobrol, membaca koran atau sekedar
menonton TV di dalam ruangan rekreasi yang disediakan sebagai fasilitas panti. Selain itu
lansia juga bisa berjalan-jalan di kebun belakang panti dan disana terdapat kolam ikan
yang bisa digunakan untuk memancing.
3.4 Analisa Data
Dari hasil pendataan, maka data-data yang ada di analisis sebagai berikut :

DIAGNOSA
No DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF KEPERAWATAN
KOMUNITAS

1 Banyak lansia di Berdasarkan data yang Kurangnya kebersihan


wisma binaan didapatkan dari perorangan dan
mengatakan bahwa penyebaran kuisioner, lingkungan (Defisit
di lingkungan ditemukan lansia yang perawatan Diri)
wisma banyak yang tidak mencuci pakaian
malas mandi dan sebanyak 5,6%, lansia
merapikan tempat yang tidak mencuci
tidur sehingga rambut sebanyak 8,3%
baunya kurang dan yang mandi 1x
sedap sebanyak 11,1% serta
lansia yang tidak berhias
sebanyak 22,7%.
Berdasarkan data yang
didapatkan dari
penyebaran kuisioner,
ditemukan lansia yang
tidak pernah
membersihkan kamar
sebanyak 13,9% dan
69,6% lansia tidak
pernah membersihkan
kamar mandi.
2. Banyak lansia Berdasarkan data yang Risiko penurunan
mengatakan malas didapatkan dari derajat kesehatan
untuk mengikuti penyebaran kuisioner,
senam tera ditemukan bahwa 61%
lansia tidak mengikuti
senam tera.
Berdasarkan data yang
didapatkan dari
penyebaran kuisioner,
ditemukan bahwa 8,3%
lansia merokok.
Berdasarkan data yang
didapatkan dari
penyebaran kuisioner,
ditemukan bahwa lansia
yang makan 1 kali/hari
sebanyak 2,7% dan 2
kali/hari sebanyak 2,7%

3.

4.

3.5 Kriteria Penapisan


Diagnosa
Keperawatan
Komunitas. Kriteria Penapisan
Sesuai dengan peran perawat komunitas, Jumlah yang berisiko, Besarnya risiko,
Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan, Minat masyarakat, Kemungkinan untuk
diatasi, Sesuai dengan program pemerintah, Tersedia Sumber
Sumber daya tempat, Sumber daya waktu, Sumber daya dana, Sumber daya
peralatan,Sumber daya orang, Jumlah Skor

Diagnosa Kriteria
No Jumlah Keterangan
Keperawatan A B C D E F G H I J K L

1 Kurangnya 5 5 5 3 3 4 5 5 5 5 5 5 55 Keterangan
kebersihan kriteria :

perorangan A. Sesuai dengan


dan peran perawat
lingkungan komunitas
B. Resiko terjadi
2. Risiko 5 5 4 3 3 4 5 5 5 5 5 5 54 C. Resiko parah
penurunan D. Potensi untuk
derajat pendidikan

kesehatan kesehatan
3. E. Interest untuk
komunitas
F. Kemungkinan
diatasi
G. Relevan dengan
program
H. Tersedianya
tempat
I. Tersedianya
waktu
J. Tersedianya
dana
K. Tersedianya
fasilitas
L. Tersedianya
sumber daya

Keterangan SKOR
pembobotan :

1.sangat rendah
2.rendah
3.Cukup
4.Tinggi
5.Sangat tinggi

3.6 Prioritas Masalah


No
Diagnosa Keperawatan Jumlah
Prioritas

1 Kurangnya kebersihan perorangan dan lingkungan


55
2 Risiko penurunan derajat kesehatan
54

3.7 Rencana Keperawatan

No Diagnosis Tujuan Interven Tanggal sasara Penangg evaluasi


Keperawatan si / Waktu n ung
Tempat Jawab
Kurangnya Setelah 1. Jumat, Para Ka.Sie 1. Terjadi
kebersihan dilakukan Membe- 14 Lansi Unit pening-
perorangan asuhan rikan Desemb a di Pelayana katan
dan keperawatan penyu- er Panti n Soial kebersihan
lingkungan komunitas di luhan 2012 / Tresn Pandaan pero-
panti sosial keseha- 09.00 a dan rangan
Tresna tan WIB Werd Mahasis pada
Werdha tentang Aula ha wa lansia.
selama 2 personal Panti 2. Terjadi
minggu hygiene. Sosial pening-
diharapkan : 2. Tresna katan
1. Musya- Werdha keber-
Meningkatkan warah sihan ling-
kebersihan dengan kungan
perorangan petugas dise-tiap
pada lansia. panti wisma
2. tentang binaan.
Meningkatkan jadwal
kebersihan latihan
lingkungan di personal
tiap-tiap hygiene.
wisma.
3.
Menurunkan
resiko
penurunan
derajat
kesehatan
pada lansia
4.Lansia dapat
menerapkan
personal
hygiene secara
mandiri
2 Risiko Setelah 1. Jumat, Para Ka. Sie
penurunan dilakukan Musya- 14 Lansi Unit
derajat asuhan warah Desemb a di Pelayana
kesehatan keperawatan dengan er 2012/ Panti n Sosial
komunitas petugas 09.00 Tresn Pandaan
selama 2 panti WIB a dan
minggu di tentang Halama Werd Mahasis
panti sosial jadwal n Panti ha wa
Tresna makan Sosial
Werdha dan Tresna
diharapkan: latihan Werdha
1. Meningkat- senam
nya kesadaran tera.
mengikuti 2.
kegiatan Member
senam tera. ikan
2. Meningkat- motivasi
kan pola hidup pada
sehat pada para
lansia lansia
agar
3.Lansia dapat melaku-
mengikuti kan
kegiatan senam
senam tera tera.
sesuai jadwal 3.
kegiatan. Membe-
4. Melakukan rikan
kegiatan jalan pendidi-
pagi disekitar kan
panti. keseha-
5. Kebiasaan tan
merokok tentang
beberapa kerugian
lansia merokok
berkurang. kepada
6. Pola makan para
lansia teratur lansia

Evaluasi
k Proses Hasil
2.
.
3.8 POA (Planning Of Action)
No Nama Kegiatan Waktu/Tempat Penanggung Sumber Evaluasi
Jawab dr Dana proses hasil
pok sus
1 Penyuluhan tentang 1 Jumat 14 Ghora dan Dana dari 1.Ham-pir
Personal Hygiene Desember Ibu Anik Dinas Sosial semua
2012/ Aula Provinsi kegiatan
Panti Sosial Jawa Timur berja-lan
Tresna sesuai
Werdha rencana yang
telah dibuat
2. Da-lam
setiap
kegiatan
para lansia
me-nang-
gapi de-ngan
antusias.
3.Da-lam
setiap
kegiatan
terda-pat
dalam bebe-
rapa ham-
batan dari
lansia seper-
ti, penu-
runan
pendenga-
ran,
pendidikan
yang ren-dah
dan lansia
terse-but
terjadi penu-
runan daya
ingat
sehingga
informasi
yang
diberikan
ku-rang bisa
diterima oleh
para lansia

2 Senam Tera Sabtu, 15 Heni dan Ibu Dana dari 1. Ham-pir


Desember Anik Dinas Sosial semua
2012/ Halaman Provinsi kegiatan
Panti Sosial Jawa Timur berja-lan
Tresna sesuai renca-
Werdha na yang telah
dibuat
2. Da-lam
setiap
kegiatan
para lansia
me-nanggapi
de-ngan
antu-sias.
3. Da-lam
setiap
kegiatan
terda-pat
dalam bebe-
rapa ham-
batan dari
lansia seper-
ti, penu-
runan
pendengar-
an, pendi-
dikan yang
ren-dah dan
lansia terse-
but terjadi
penu-runan
daya ingat
sehingga
infor-masi
yang
diberikan
ku-rang bisa
diteri-ma
oleh para
lansia
Terjadi
peningkatan
derajat
kesehatan
pada lansia.

3.9 Implementasi
1. Penyuluhan
Penyuluhan tentang Personal Hygiene dilakukan pada:
Hari/Tanggal : Jumat, 14 Desember 2012
Tempat : Aula Panti social tresna werdha
Waktu : Pukul 09.00 WIB
Sasaran : Seluruh lansia penghuni Panti Sosial Tresna Werdha
Yang dihadiri oleh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha serta pemaparan oleh mahasiswa,
dalam penyuluhan ini terdapat beberapa fase, yaitu :
a. Fase pembukaan
Pada fase ini dimulai denagn salam , perkenalan, validasi, serta penjelasan tujuan dari
penyuluhan yaitu tentang personal hygiene.
b. Fase penyampaian materi
1. Pada fase ini mahasiswa menyampaikan materi penyuluhan mulai dari pengertian dari
personal hygiene, serta faktor-faktornya kebutuhan kebersihan dan fungsi kulit,
kebutuhan kebeersihan rambut dan pemeliharaan rambut, memasang kap kutu,
kebutuhan gigi dan mulut.
2. Selama materi penyuluhan peserta sangat antusias mendengarkan dan memperhatikan.
c. Fase penutup
1. Pada fase ini terdiri dari tanya jawab antara lansia dan mahasiswa.
2. Penyuluh menjawab pertanyaan dari peserta.
3. Penyuluh menyimpulkan materi penyuluhan.
4. Penyuluh mengucapkan salam dan mengucapkan terima kasih.

2. Senam Tera
Kegiatan Senam Tera dilakukan pada:
Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Desember 2012
Tempat : Halaman Panti social tresna werdha
Waktu : Pukul 07.00 WIB
Sasaran : Seluruh lansia penghuni Panti Sosial Tresna Werdha
Yang dikuti oleh lansia di panti sosial Tresna Werdha serta pemaparan oleh mahasiswa,
dalam penyuluhan ini terdapat beberapa fase, yaitu:
d. Fase pembukaan
Pada fase ini dimulai dengan salam , perkenalan, validasi, serta penjelasan tujuan dari
senam tera.
e. Fase penyampaian materi
1. Pada fase ini mahasiswa memperagakan senam Tera.
2. Selama senam peserta sangat antusias menggerakkan badannya.
f. Fase penutup
Mahasiswa mengucapkan salam dan terima kasih.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner dan observasi, menunjukkan
bahwa lansia di wisma Kemuning, Seruni, Cendana dan Anggrek tingkat perilaku hidup
sehat pada khususnya personal hygiene atau kebersihan perorangan serta lingkungan
tempat tinggal (kamar atau wisma) masih kurang memenuhi standart kesehatan. Jumlah
klien di wisma Kemuning, Seruni, Cendana dan Anggrek sebanyak 36 lansia. Status
personal hygiene kurang memenuhi standart kesehatan sekitar 43 %, dan personal hygiene
cukup baik sebanyak 57% dari keseluruhan jumlah lansia di 4 wisma. Sedangkan,
lingkungan wisma yang kurang bersih dari ke empat wisma tersebut sebanyak 75 % dan
hanya 25 % yang kebersihan lingkungannya cukup baik. Dengan demikian, maka hal
tersebut perlu perhatian khusus karena dapat berdampak kurang baik pada lansia di
kemudian hari.
Dari hasil yang telah dicapai, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan
pengetahuan, perilaku hidup sehat, kemauan dan kesadaran diri dari para lansia maka
mahasiswa bersama petugas panti dan para ansia turut berperan aktif dalam mengatasi
masalah personal hygiene pada lansia.

4.2 Saran
Sesuai dengan kesimpulan, kelompok menganjurkan saran yang diharapkan dapat
menjadi pertimbangan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada sehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatan para lansia khususnya di wisma Kemuning, Seruni,
Cendana dan Anggrek dan ruang isolasi Cempaka dan Flamboyan dapat terwujud :
1. Pembinaan yang berkesinambungan dari petugas kesehatan panti sangat diperlukan
untuk memotivasi lansia memelihara dan meningkatkan status kesehatan khususnya
melalui petugas yang ada dalam setiap wisma dan perlu peningkatan kesehatan
lingkungan.
2. Rencana tindak lanjut yang perlu di buat bersama lansia dan perlu di pantau dalam
pelaksanaan dan hasilnya secara terus-menerus oleh petugas Panti Sosial Tresna Werdha
Pandaan.
3. Setiap lansia di wisma diharapkan dapat memahami permasalahan kesehatan yang ada
sekaligus melalui upaya-upaya kesehatan oleh lansia maupun dengan bantuan pelayanan
yang baik.
4. Pelayanan yang ada terus-menerus untuk melakukan penyuluhan kesehatan dan
lingkungan pada lansia baik secara formal maupun secara informal untuk mengatasi
masalah-masalah yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T. dan Judith McFarlane. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori
dan Praktik, Ed. 3. Jakarta: EGC.
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2006. Panduan Pengalaman Belajar Lapangan: Keperawatan
Keluarga, Keperawatan Gerontik, Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC.
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.

FORMAT KUESIONER WAWANCARA

Tanggal pengumpulan data : Wisma :


I. Data Demografi
1. Nama :
2. Tempat dan tanggal lahir :
3. Pendidikan terakhir :
4. Agama :
5. Status perkawinan :
6. Tinggi badan / Berat badan :
7. Penampilan umum :
8. Ciri-ciri tubuh :
9. Orang yang dapat dihubungi :
10. Hubungan dengan klien :
11. Alamat :

II. Kebiasaan Sehari-Hari


1. Makan./hari
1x 2x 3x

2. Minum./hari
1-2x 3-4x >5x

3. Mandi./hari
1x 2x 3x

4. Keramas./minggu
Tidak 1x 2x 3x

5. Gosok gigi./hari
Tidak 1x 2x 3/lebih

6. Memotong kuku./minggu
Tidak 1x

7. Ganti pakaian./hari
Tidak Ya Ket : 1x 2/lebih

8. Mencuci pakaian.
Tidak Ya Ket : Setiap hari

2-3 hari

1 minggu
9. Berhias.
Tidak Ya

III. Pola Aktivitas


1. Istirahat tidur
Tidur malam : . Jam (.-. WIB)
Tidur siang : . Jam (.-. WIB)
Jumlah : . Jam
2. Olah raga./minggu
Tidak mengikuti mengikuti Ket : 1x 2x
3x
Alasan :
3. Kegiatan panti
a. Keagamaan Tidak mengikuti Mengikuti
Alasan :

b. Keterampilan dan kesenian : Tidak mengikuti Mengikuti


Alasan :

c. Bimbingan sosial Tidak mengikuti Mengikuti


Alasan :

d. Senam tera Tidak mengikuti Mengikuti


Alasan :

e. Pertanian Tidak mengikuti Mengikuti


Alasan :

f. Kebersihan Masjid Tidak mengikuti Mengikuti


Alasan :

g. Kebersihan Lingkungan Tidak mengikuti Mengikuti


Alasan :

4. Kebiasaan yang merugikan kesehatan


Tidak Ya Ket : Merokok Alkohol

Dll

5. Membersihkan rumah/kamar/./hari
Tidak Ya Ket : 1x 2x
Alasan :

6. Membersihkan kamar mandi./minggu


Tidak Ya Ket : 1x 2x
Alasan :

7. Membersihkan selokan./minggu
Tidak Ya Ket : 1x 2x
Diposting oleh Enarotalis Henny di 12:56:00 PM

Vous aimerez peut-être aussi