Vous êtes sur la page 1sur 10

Transformasi Nelayan di Pesisir Kepulauan Bengkalis

(Studi Tentang Pergerseran Pola Interaksi Sosial, Agama,


Alat Penangkapan, dan Perubahan Ekosistem)
Oleh: Hurmain1 dan Puriana2

Abstract

Fisherman Transformation in Coastal of Bengkalis Islamds (Study About Shifting Patterns


of Social Interaction, Religion, Tool Arrest, and Ecosystem Change)
Development paradigm shift toward people-centered development (people centered development) who
appreciate and consider initiatives and local differences. Therefore, local communities should be able to
explore and develop the potential socio-economic as well as manage the diverse socio-economic potential in
order to develop independently and sustainable community development through community based. The results

program that spends money without a clear purpose. Fishing effort in Bengkalis has huge potential if it is able
to manage the opportunities and strengths and to minimize weaknesses and threats coming from inside and
outside the business. During this time, due to lack of knowledge about good management, the management of

its potential is still quite large and underutilized.


Keywords: Transformation, Fishermen, and Coastal

Pendahuluan masyarakat lokal yang memiliki ciri tersendiri


menganut Islam taat dan memiliki adat melayu
Penelitian ini berupaya memahami tentang
yang kuat. Dengan ciri tersebut, pengaruh
fenomena sosial komunitas nelayan Melayu
perkembangan investasi, teknologi, dan manajemen
Bengkalis3 hingga terjadinya perubahan dengan
dalam menggerakkan industrial akan mengalami
menggunakan pendekatan kualitatif4. Melalui studi
artikulasi. Artikulasi dimaksud adalah munculnya
ini akan terlihat kecenderungan, pola, arah, dan
ciri perkembangan industri yang berbeda dari ciri
interaksi, serta banyak fakta yang memacu terjadinya
perkembangan industri pada masyarakat barat.
perubahan. Selanjutnya akan teruji secara mendalam
Perbedaan demikian terjadi karena adanya ke
dan rinci dari satu konteks, serta akan terjaring
eksistensi antara ciri tata produksi kapitalisme atau
beberapa subjek atau dari satu kejadian khusus. Alur
industrial yang dimunculkan oleh perkembangan
pemikiran penelitian ini terstruktur secara skematis
investasi, teknologi, dan manajemen dengan ciri
dalam gambar berikut ini:
produksi feodalisme atau non-industrial yang
KERANGKA BERFIKIR merupakan unsur asli dalam masyarakat.
Konsep transformasi dalam telaah ini akan
NILAI-NILAI BUDAYA

Pergeseran Nelayan Melayu


(Lingkungan Laut)
ETOS KERJA

dikaitkan dengan transformasi industri. Transformasi


Interaksi Sosial
industrial adalah proses yang melibatkan
Alat Penangkapan pengembangan teknologi dan metode kerja (Ponsioen,
(Pengembangan Teknologi) 1969: 158), perkembangan, organisasi kerja dan
manajemen produksi (Schneider, 1986: 108) dan
Perubahan Ekosistem
perkembangan investasi masyarakat (Rostow, 1964:
TRANSFORMASI 291). Dalam transformasi industri, industri perdesaan
merupakan bentuk transisi yang perkembangannya
Skema di atas dapat diuraikan sebagai berikut: dapat berfungsi mengakumulasi dan mentransfer
komunitas Nelayan Melayu di Bengkalis adalah modal dari tata produksi berciri feodal atau non

13
Toleransi, Vol. 5 No. 1 Januari Juni 2013

industrial ke tata produksi berciri kapitalistik atau transformasi sosial diartikan sama dengan perubahan
industrial (Saith, 1986: 170). sosial.
Transformasi industrial di Indonesia dicirikan Bagi Weber, bayangan transformasi itu tidaklah
oleh dualisme antara industri prakapitalis dengan lewat suatu proses dialektika linear sebagaimana
industri kapitalis tinggi (Boeke, 1962: 26-27). Dalam pikiran Marx, namun proses transformasi dan
kaitan ini, industri yang dominan berkembang di perubahan itu melalui proses evolusioner yang mana
perdesaan lebih mencirikan bentuk transisi menuju berbagai unsurnya saling berpengaruh atau saling
industri kapitalis tinggi. Menurut Saleh (1936: 11), mempengaruhi dalam sebuah tipe ideal masyarakat.
industri kerajinan dan rumah tangga di Indonesia Dari pemaparan tersebut, sebenarnya pengertian
terutama alat penangkapan ikan merupakan transformasi itu dikenakan pada sejumlah objek
keterampilan lokal bermodal kecil yang kebanyakan sehingga sebagai konsep, sering merupakan sebuah
menggunakan bahan baku dari lingkungan terdekat diskusi yang panjang. Dari rintisan para pemikir besar
dengan harga jual relatif murah dan diproduksi secara itulah, lahirlah berbagai pendukung dan pemrotes.
massal. Namun, transformasi itu mengabsahkan pendapat
masing-masing pendukung atau pemrotes dalam
Nelayan merupakan Industri perdesaan berskala
konteks teori-teori besar yang memiliki ideologi.
Perkembangannya melibatkan keterampilan lokal, Dalam perkembangan selanjutnya teori-teori
pemodalan, dan organisasi produksi yang, berbasis sosial yang dibangun oleh dua tokoh tersebut semakin
pada masyarakat komunitasnya sendiri, sebagian juga berkembang yang kemudian melahirkan pendukung
karena peranan pemerintah melalui bantuan modal seperti Talcot Parsons yang kemudian melahirkan
dan teknologi. Sebagai Industri perdesaan, nelayan teori kapitalisme di pihak Weber. Kemudian dari
Melayu yang berkembang di Riau dapat digambarkan pihak Marx muncul para pemikir sosial berhaluan
sebagai bentuk transformasi dari industri prakapitalis kritis yang menganjurkan model sosialis, seperti
ke industri kapitalis tinggi. Tahap transformasi tersebut Antonio Gramsci, Habermas, dan Foucoult yang
telah berlangsung lama dan dalam perkembangannya senantiasa mempersoalkan relasi sosial sebagai biang
kemiskinan, kesenjangan dan ketergantungan masih keladi munculnya ketidakadilan.
ditemukan. Ini berbeda dengan sistem industri Dari pemaparan tersebut, meskipun terdapat
masyarakat Barat yang perkembangannya dari ciri
perbedaan, penulis simpulkan bahwa teori
prakapitalis ke ciri kapitalis tinggi tidak memerlukan transformasi sosial disamakan dengan perubahan
transisi yang lama. Untuk memahami fenomena
sosial, dan perubahan sosial adalah reproduksi dan
ini, pemikiran Tiryakian (1992) tentang dialektika transformasi.
modernitas dalam perubahan sosial dijadikan acuan
teori. Menurut Tiryakian (1992: 79), dalam perubahan
sosial atau modernisasi, terdapat dua proses
Kerangka Teoretis
dan rasionalisasi tindakan. Dikatakan bahwa dua
Istilah transformasi memiliki pengertian
proses ini yang menentukan sejauhmana perubahan
perubahan menyeluruh dalam bentuk, rupa, sifat,
sosial atau modernisasi tetap diikuti oleh integrasi
watak. dan sebagainya. Dalam hubungan timbal
masyarakat dan terhindarkan dari patologi sosial.
balik sebagai individu-individu maupun kelompok-
Dalam penelitian ini, diasumsikan bahwa diferensiasi
kelompok (lihat: Ensiklopedia Nasional Indonesia).
sosial dan rasionalisasi tindakan merupakan faktor
Timbulnya transformasi sosial bukanlah yang harus dianalisis karakteristik dan keseimbangan
tanpa sebab, tetapi dipengaruhi oleh ragam faktor. perkembangannya.
Faktor-faktor yang menyebabkan adalah timbunan
Tiryakian (1992: 91) juga menyimpulkan
kebudayaan, kontak dengan kebudayaan lain,
bahwa dua proses tersebut tidak berlangsung
penduduk yang heterogen, kekacauan sosial dan
linear, melainkan terjadi proses, baik dalam bentuk
perubahan sosial itu sendiri. Dalam transformasi sosial
dediferensiasi untuk diferensiasi dan dalam bentuk
akan melibatkan penduduk, teknologi, nilai-nilai
derasionalisasi untuk rasionalisasi. Dianjurkan
kebudayaan dan gerakan sosial. Dalam ensiklopedi
bahwa perubahan sosial atau modernisasi dilihat
nasional Indonesia disebutkan pula, seringkali istilah
dengan pendekatan dialektik antara diferensiasi dan

14
Hurmain dan Puriana: Transformasi Nelayan di Pesisir Kepulauan Bengkalis (Studi Tentang Pergerseran Pola Interaksi Sosial, ...

rasionalisasi dan mempertimbangkan dediferensiasi Orang Melayu Bengkalis di masa lalu seperti
dan derasionalisasi sebagai proses baliknya. Dalam etnis lain, seperti etnis Bugis sangat dicirikan oleh
penelitian ini, diasumsikan bahwa diferensiasi sosial hubungan patron-klien berhubung keadaan alam,
dan rasionalisasi tindakan tidak hanya dilihat dalam kekacauan keamanan dan perilaku elit memang
hal karakteristik dan keseimbangan perkembangan mengkondisikannya (Ahimsa Putra, 1998: 159).
antara keduanya, tetapi juga pada proses batik Hubungan patron-kilen tersebut menjelma tidak
terhadap keduanya dalam bentuk dediferensiasi dan hanya pada masyarakat maritim tetapi juga pada
derasionalisasi. masyarakat pertanian dan kalangan pedagang (Felras,
Dengan acuan teori yang demikian, perkembangan 1981: 1). Dengan demikian, pergeseran hubungan
patron-klien ke hubungan industrial sangat relevan
investasi, teknologi dan manajemen pada komunitas
nelayan Melayu akan mendorong terjadinya dijadikan indikator bagi transformasi industrial pada
komunitas maritim di Bengkalis.
diferensiasi sosial dan rasionalisasi tindakan. Dugaan
ini didasarkan pada argumen bahwa perkembangan Hubungan patron-klien adalah hubungan
investasi, teknologi, dan manajemen adalah stimulan antara dua orang yang berbeda kedudukan sosial-
perubahan sosial dalam konteks transformasi ekonominya, pihak yang berkedudukan tinggi
industrial, dan karena diferensiasi sosial dan memberi perlindungan dan keuntungan yang dibalas
oleh pihak yang lebih rendah dalam bentuk dukungan
dalam perubahan sosial, berarti perkembangan atau jasa pribadi (Scoft, 1972b: 8). Hubungan
investasi, teknologi dan manajemen Akan mendorong tersebut dicirikan oleh ketimpangan pertukaran
diferensiasi sosial dan rasionalisasi tindakan tersebut. (inequality of exchange), sifat luwes dan meluas
( ), dan ciri mempribadi (face to
Pada tahap transformasi pola interaksi, alat
penangkapan nelayan Melayu menjadi komunitas face character) dari hubungan (Scoft, 1972 9). Untuk
melihat sejauh mana hubungan patron-klien masih
maritim modem, ketidakseimbangan antara
diferensiasi sosial dengan rasionalisasi tindakan akan terwujud pada komunitas nelayan Patorani di Riau
berarti tiga ciri tersebut bisa dijadikan indikator.
didasarkan pada argumen bahwa suatu transformasi Dalam konteks budaya lokal Melayu Bengkalis
industrial sebagai pendorong perubahan sosial dikenal berlakunya nilai agama dan adat sebagai
melibatkan dialektika antara diferensiasi sosial acuan tindakan, termasuk tindakan yang berhubungan
dengan rasionalisasi tindakan, sementara itu dialektika dengan pencapaian di bidang ekonomi (Bandingkan,
dimaksud akan berlangsung minus bila keduanya Errington, 1977: 5; Andava, 1979: 367; Mattulada,
berlangsung seimbang. Tahap transformasi adalah 1982: 200). Menurut hasil wawancara dengan tokoh
tahap ketidakseimbangan menuju keseimbangan melayu Bengkalis, pada aspek ekonomi kehidupan
dalam suatu perubahan sosial, dengan demikian masyarakat Melayu Bengkalis tidak bekerja dan
ketidakseimbangan antara diferensiasi sosial dengan lemah usaha dianggap sesuatu yang menimbulkan
rasionalisasi tindakan akan menjadi ciri dari tahap asor sesuatu yang merendahkan harga diri. Dengan
transformasi tersebut. demikian, di satu sisi nilai adat adalah sumber acuan
Salah satu indikator dari transformasi komunitas tindakan, di sisi lain malas bekerja dan lemah usaha
dianggap melanggar nilai adat berarti nilai agama dan
nelayan di Bengkalis adalah pergeseran bentuk
hubungan industri di dalamnya. Hubungan industri adat dapat berfungsi mendorong orang untuk bekerja
keras untuk pencapaian di bidang ekonomi, dalam hal
tersebut bergeser dari ciri hubungan interaksi sosial
patron-klien ke ciri hubungan kontraktual (Ponsioen, ini termasuk perkembangan industri maritim. Dari
uraian itu, dapat diduga bahwa pada tingkat aktor,
1969), dari ciri hubungan yang multikompleks
ke ciri hubungan yang simpel (Legg, 1983: 70), nilai adat telah berfungsi sebagai sumber kekuatan
bagi berlangsungnya transformasi industrial, dari
atau dari ciri hubungan yang berbasis moral ke ciri
hubungan yang berbasis rasionalitas (Popkin, 1979: karena diferensiasi sosial dan rasionalisasi tindakan
12), Dalam penelitian ini, pergeseran hubungan pola
interaksi patron-klien ke hubungan industrial (alat industrial, berarti nilai adat juga berfungsi mendorong
tercapainya keseimbangan diferensiasi sosial dengan
penangkapan) hingga pada perubahan ekosistem
dijadikan indikator dari transformasi industrial yang rasionalisasi tindakan.
berlangsung.
15
Toleransi, Vol. 5 No. 1 Januari Juni 2013

Menurut McDelland (1937: 43), suatu panjang. Kondisi inilah yang diharapkan menjadi
kebudayaan menghasilkan daya dorong bagi keunggulan Bengkalis dalam menghadapi globalisasi
perkembangan ekonomi bila dalam kebudayaan dan persaingan bebas,
itu tertanam kebutuhan berprestasi (need for
Kabupaten Bengkalis pada mulanya dibentuk
achievement) yang tinggi. Dihubungkan dengan teori berdasarkan Undang-undang No. 12 tahun 1956
itu, pengaruh nilai adat dan agama dalam mendorong
dengan luas 30.646,83 km2, kemudian dengan
transformasi komunitas Nelayan Bengkalis terletak perkembangan ekonomi, politik, dan penduduk
pada sejauhmana etos kerja yang bersumber dari nilai
berdasarkan Undang-undang Nomor 16 tahun 1999
tersebut menempatkan prestasi kerja sebagai hal yang tentang Pembentukan Kota Dumai dan Nomor 53
utama. Sebagaimana dikatakan Abdullah (1979: 3),
tahun 1999 tentang pemekaran beberapa wilayah
etos kerja terkait dengan sumber motivasi seseorang Kabupaten di Provinsi Riau, dimekarkan menjadi
dalam bekerja dan sejauhmana sumber motivasi
empat kota/kabupaten termasuk Kota Dumai,
tersebut cukup kuat untuk terciptanya prestasi Kabupaten Siak, Kabupaten Rokan Hilir, dan
kerja. Dalam hal ini, karena nilai adat merupakan
Kabupaten Bengkalis sebagai Kabupaten induk.
motivasi tindakan yang utama, berarti etos kerja pada
komunitas nelayan di Bengkalis adalah etos kerja Kemudian Berdasarkan UU No. 12 tahun 2009
yang menempatkan prestasi kerja sebagai bagian dari Kabupaten Bengkalis dimekarkan lagi menjadi
penegakan nilai adat dan agama. Selanjutnya juga Kabupaten Kepulauan Meranti sehingga luas
dapat diduga bahwa karena agama dan adat adalah Kabupaten Bengkalis menjadi 11.481,77 km2.
sesuatu yang sangat berharga, yang seseorang mau Berdasarkan Undang-undang tersebut, Kabupaten
berkorban untuk menegakkannya, berarti masyarakat Bengkalis dibagi menjadi delapan kecamatan, yaitu
komunitas nelayan di berdaya lebih tinggi untuk suatu Kecamatan Mandau, Pinggir, Bukit Batu, Siak Kecil,
prestasi kerja. Artinya, terdapat etos kerja yang kuat Rupat, Rupat Utara, Bengkalis dan Bantan.
dalam berlangsungnya transformasi industrial pada Secara administrasi Pemerintah, Kabupaten
komunitas nelayan Melayu dan karena diferensiasi Bengkalis terbagi menjadi delapan kecamatan, 20
sosial dan rasionalisasi tindakan adalah proses kelurahan, 102 desa/kelurahan dengan luas wilayah
8.861,00 km2. Penduduk Kabupaten Bengkalis
berarti etos kerja yang kuat itu juga berpengaruh bersifat heterogen, mayoritas penduduk beragama
dalam tercapainya keseimbangan diferensiasi sosial Islam. Di samping suku melayu yang merupakan
dengan rasionalisasi tindakan. suku mayoritas penduduk, juga terdapat suku lainnya
seperti suku Minang, Jawa, Batak, Bugis, etnis Tiong
hoa dan sebagainya. Begitu juga suku asli/terasing
Bengkalis seperti termuat dalam Buku Annual yang masih terdapat di Kabupaten Bengkalis yang
Social Economic Report of Bengkalis Regency 2012 dibina oleh Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten
merupakan salah satu kabupaten tertua di Provinsi Bengkalis.
Riau, dikenal dengan sebutan Negeri Junjungan. Kota Bengkalis sebagai ibukota kabupaten
Wilayahnya mencakup daratan bagian timur Pulau terkenal dengan julukan Kota Terubuk, karena daerah
Sumatera dan wilayah kepulauan. Ibukota Kabupaten ini merupakan penghasil telur ikan terubuk yang
berada di Pulau Bengkalis terpisah dari Pulau sangat disukai masyarakat sekitarnya. Kota lainnya
Sumatera. Pulau Bengkalis sendiri berada tepat di adalah Kota Duri yang merupakan daerah penghasil
Muara Sungai Siak, sehingga dikatakan bahwa pulau minyak, selain itu kota Duri ini juga merupakan
Bengkalis adalah delta Sungai Siak. kota industri. Kota Sungai Pakning yang merupakan
Pengembangan Kabupaten Bengkalis menjadi ibukota Kecamatan Bukitbatu merupakan kota
daerah dengan konsentrasi pada sektor pertanian, penghubung antara Pulau Bengkalis dengan Riau
industri, perdagangan, dan pariwisata hendaklah Daratan, sehingga ke depan kota Sungai Pakning ini
dilakukan secara terpadu oleh pemerintah dan akan dikembangkan menjadi kota transit antar daerah
swasta. Dengan otonomi yang dimiliki Kabupaten di Kabupaten Bengkalis.
Bengkalis maka setiap keputusan/kebijaksanaan Kabupaten Bengkalis mempunyai letak yang
dalam menangkap peluang pengembangan dapat sangat strategis, karena dilalui oleh jalur perkapalan
segera dihasilkan tanpa melalui proses birokrasi yang

16
Hurmain dan Puriana: Transformasi Nelayan di Pesisir Kepulauan Bengkalis (Studi Tentang Pergerseran Pola Interaksi Sosial, ...

internasional menuju Selat Malaka. Bengkalis menjadi hubungan patron-klien, di mana patron
juga termasuk dalam salah satu program Indonesia mempunyai dan memperoleh sumber daya yang
Malaysia Singapore Growth Triangle (IMS-GT) dan berlebih dibanding kliennya.
Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-
Sedangkan hubungan yang seimbang mem-
GT). perlihatkan pola hubungan yang bersifat pertemanan,
seperti hubungan antar nelayan. Kedua pola hubungan
terletak di bagian Pesisir Timur Pulau Sumatera, antara sosial tersebut terjadi pada kelompok nelayan kecil
200800-005552 LU dan 1000536-10203032 (tradisional) ataupun pada kelompok nelayan besar.
BT. Kabupaten Bengkalis berbatasan dengan: Namun, pola hubungan dalam kelompok nelayan
Utara: Selat Malaka besar lebih kompleks daripada kelompok nelayan
kecil, baik dari segi kuantitas ataupun kualitasnya.
Timur: Meranti dan Karimun Komunitas nelayan merupakan komunitas pinggiran
Selatan: Siak yang kesejahteraannya berada di bawah garis ekonomi
rata-rata.
Barat: Dumai dan Rokan Hilir
Arif satria (2004) mengemukakan perikanan
Nelayan Melayu Bengkalis berkelanjutan. Menurutnya, ada tiga dimensi penting
dalam konsep perikanan berkelanjutan, yaitu ekologi,
Nelayan di Bengkalis punya cerita yang sama sosial, dan ekonomi. Keberlanjutan ketiga dimensi
dengan kebanyakan nelayan di belahan daerah di tersebut merupakan tipe ideal. Artinya, suatu tipe
Indonesia. Mereka masih sering mengenang masa yang hanya berfungsi sebagai acuan, yang sebenarnya
lalu yang lebih baik, saat mereka tidak perlu harus secara empiris sulit ditemukan. Yang secara empiris
melaut jauh ke tengah lautan ketika mereka ingin ada adalah proses tarik ulur antara ketiga kepentingan
mendapatkan ikan. Mereka mengambil ikan cukup tersebut. Suatu saat dimensi ekologi yang menonjol,
dengan sampan pancung dan ikan langsung dipungut pada saat yang lain dimensi sosial dan ekonomi
dengan tangan di pinggir sungai (parit anak sungai) yang menonjol. Adalah fungsi kebijakan (policy)
dengan serok yang terbuat dari bambu. Pada saat itu, untuk mengatur proses tarik ulur tersebut sehingga
hasil tangkapan selalu melimpah. Bengkalis dulu ketiganya berada dalam kondisi yang seimbang.
terkenal sebagai penghasil ikan terkemuka di dunia. Bentuk kebijakan itu beragam tergantung pada
Banyak pendatang dari luar sengaja mencari ikan di hierarki perikanannya:
laut Bengkalis yang terkenal dengan ikan Terubuknya. , atau
Tidak sedikit pula di antara mereka yang menikah
dengan perempuan Melayu Bengkalis dan menetap Pada atau perikanan pesisir
di sana. Potensi laut Bengkalis yang demikian besar, yang umumnya digerakkan para nelayan tradisional,
tetapi hasilnya akhir-akhir ini semakin berkurang (7- kebijakan umumnya dipegang oleh institusi lokal,
10 tahun terakhir). Lalu patut dipertanyakan melalui baik kelompok nelayan, komunitas adat atau desa,
kajian ini: Bagaimana upaya komunitas nelayan atau populer dengan sebutan Community Based
Bengkalis dalam mempertahankan kelestarian Management (CBM). Komunitas nelayan memiliki
lingkungan hidupnya di sekitar hutan mangrove untuk aturan sendiri dalam menyeimbangkan ketiga dimensi
peningkatan hasil tangkapan ikan laut dan untuk itu. Acuannya adalah nilai lokal yang memang penuh
berkelanjutan komunitasnya? dengan kearifan. Yang menjadi persoalan adalah
bahwa tingkat resiliensi atau kekenyalan institusi
Dalam penyediaan alat produksi, nelayan lokal terhadap pengaruh eksternal semakin menurun.
seringkali harus membina hubungan dengan pihak Modernisasi yang merupakan bagian dari kapitalisme
penyandang dana. Nelayan pun membina hubungan global seolah merupakan keniscayaan. Pengaruh
dengan nelayan buruh yang akan membantunya positifnya adalah nelayan menjadi melek teknologi.
dalam kegiatan penangkapan ikan. Dalam aktivitas Nelayan juga menjadi bagian dari pasar (market).
distribusi pemasaran, para nelayan juga berhubungan Namun, dampak negatifnya juga tidak kecil. Dimensi
dengan pihak lain, seperti para pedagang. Berbagai ekonomi menjadi makin dominan menggeser dimensi
hubungan yang dibina oleh para nelayan menunjukkan sosial dan ekologi. Kearifan lokal luntur. Wajar bila
bahwa hubungan tersebut dapat seimbang atau tidak lalu muncul masalah kerusakan sumber daya pesisir.
seimbang. Hubungan tidak seimbang biasanya

17
Toleransi, Vol. 5 No. 1 Januari Juni 2013

Menurut Sulaiman Tripa (2001), pemerintah Bahkan ada yang sampai satu tahun, ketika imlek.
harus menempatkan community paradigm (paradigma
2. Komunitas nelayan tangkap, kelompok dengan
komunitas) dan ekonomi kerakyatan pada posisi penting mata pencaharian utama menangkap ikan di laut,
untuk membangun kesejahteraan dan mengatasi krisis
sungai, dan muara.
ekonomi. Community paradigm-lah yang memikirkan
tiga hal sekaligus: kesejahteraan nelayan, kelestarian 3. Komunitas nelayan pengumpul/pedagang.
dan keberlanjutan, dan kebangunan komunitas Mereka mengumpulkan hasil tangkapan baik
nelayan itu sendiri. Paradigma ini boleh dikatakan melalui pelelangan maupun langsung dari
sebagai kemandirian lokal, yakni kemandirian yang nelayan.
dimiliki oleh suatu entitas tertentu tanpa memandang 4. Komunitas nelayan buruh, kelompok masyarakat
suku, agama, atau ras. Jadi melibatkan secara penuh nelayan yang paling banyak dijumpai dalam
masyarakat lokal dalam proses pembangunan daerah kehidupan masyarakat pesisir. Mereka tidak
dan masyarakatnya. Pertimbangannya, selain karena memiliki modal atau peralatan yang memadai
pengetahuan turun-temurun, juga karena tanggung untuk usaha produktif.
jawab yang lebih besar bagi masyarakat lokal untuk
menjaga entitasnya sendiri. Intinya, merekalah yang 5. Komunitas nelayan pengolah (misalnya ikan
beranggapan bahwa merusak lingkungan kelautan asin, terasi dan lain-lain). Kelompok ini
berarti merusak kelanjutan hidup mereka sendiri. biasanya memanfaatkan ikan-ikan tertentu untuk
diasinkan atau diolah kembali menjadi terasi,
Kajian Sulaiman Trips menitikberatkan pada yang kemudian dijual ke daerah lain sampai ke
perlunya penguatan community paradigm dalam Jakarta. Kelompok ini masih sedikit.
membangun perikanan. Hal-hal penting yang harus
diperhatikan, dalam paradigma ini adalah kelestarian Kegiatan melaut dilakukan pada waktu yang
dan keberlanjutan sumberdaya perikanan, pendapatan bermacam-macam. Secara umum dapat dibedakan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat persekutuan, ke dalam tiga waktu, yaitu penangkapan ikan pada
dan kebangunan komunitas lokal dalam persekutuan pagi hari, sore hari, dan malam hari (disebut nelayan
itu. Itulah gambaran bagaimana kesadaran nelayan bagang). Penyiapan jaring dan mesin biasanya
lokal bila dibandingkan dengan nelayan luar. melibatkan nelayan lain dan pembantunya, kadang-
Memberi perlindungan kepada nelayan lokallah kadang juga keluarga. Peranan anggota keluarga
yang bisa mencapai keselamatan sektor perikanan dalam proses produksi ini terletak dalam proses
maupun menutupi kebutuhan kesejahteraan, termasuk persiapan ketika hendak berangkat ke laut. Istri
mengurangi angka kemiskinan masyarakat. biasanya berperan dalam menyiapkan perbekalan
makanan dan anak laki-laki biasanya membantu
Menurut community paradigm, ketidakberdayaan menyiapkan kelengkapan lainnya, seperti membantu
yang terjadi di komunitas nelayan harus dimusnahkan mengangkat jaring, mesin, atau membantu menguras
oleh komunitas itu sendiri. Keberlanjutan mereka air jika perahunya ada yang bocor.
sebagai nelayan ditentukan oleh hasil tangkapan laut
yang dieksplorasi dari dalam laut. Jika ikan-ikan itu Usaha perikanan di Bengkalis seluruhnya di
tidak dilestarikan keberadaannya maka putuslah mata pengaruhi oleh iklim, yaitu musim utara (Januari,
rantai kesejahteraan yang akan mereka peroleh. Februari dan Maret), musim timur (April, Mei, Juni),
musim barat (Juli, Agustus, September) dan musim
Komunitas nelayan Bengkalis terdiri dari selatan (Oktober, November dan Desember). Lebih
beberapa kelompok masyarakat: jelasnya lihat kalender musim kegiatan nelayan di
1. Komunitas nelayan petambak. Ada dua tipe Bengkalis sebagai berikut:
petambak, yaitu petambak dengan tanah sendiri No Potensi J F M A M J J A S O N D
dan petambak dengan tanah menyewa, baik 1 Musim utara
menyewa tanah adat maupun perhutani. Petambak 2 Musim timur
yang kedua mendapatkan hasil yang sangat 3 Musim barat
4 Musim selatan
kecil karena selain biaya operasionalnya besar
5 Kalender
juga harus membayar sewa tanah. Petambak ini pengusahaan: Ikan
kebanyakan memelihara udang galah dan selama Udang
lima sampai tujuh bulan baru bisa dipanen. 6 Kondisi laut bahaya

18
Hurmain dan Puriana: Transformasi Nelayan di Pesisir Kepulauan Bengkalis (Studi Tentang Pergerseran Pola Interaksi Sosial, ...

7 Stok produk tinggi modal dan kebutuhan lainnya. Kebanyakan toke


8 Kondisi paceklik adalah orang-orang kaya yang berasal dari luar
9 Perilaku tenaga kerja Bengkalis dan mereka memberikan kemudahan dalam
dari nelayan
10 Perilaku tenaga kerja
pemberian modal dan pinjaman kebutuhan lainnya,
dari luar nelayan seperti barang-barang kebutuhan primer maupun
11 Pendapatan para sekunder, dan pinjaman dapat dilakukan walaupun
nelayan
mereka masih memiliki hutang. Cicilan pinjaman bisa
12 Terjadi persaingan
13 Pembayaran uang dilakukan melalui hasil tangkapan mereka sehingga
kepada toke terkadang para nelayan setelah melaut pulang ke
Sumber: Data Primer diolah rumah tidak membawa hasil apa-apa karena hasil
tangkapannya langsung diambil oleh toke.
Musim tangkapan menurut informasi yang
penulis peroleh adalah musim utara, musim timur Sistem jual beli yang dilakukan oleh toke dan
dan musim barat. Pada musim tersebut banyak nelayan tergolong unik, karena transaksi mereka
kapal-kapal asing dari luar Bengkalis berdatangan lakukan di atas laut sehingga apabila toke sudah
untuk menangkap ikan, sedangkan musim selatan menerima barang dari nelayan dapat langsung dibawa
kebanyakan nelayan istirahat karena angin bertiup ke luar daerah, seperti di Kota Bengkalis serta Dumai
kencang dan gelombang badai. dan ikan yang segar dan bagus dijual ke luar negeri.
Nelayan langsung menerima hasil penjualan di laut.
Antara sesama nelayan di sini sering terjadi
Berdasarkan hasil wawancara antara penulis dan
pembakaran kapal dan terjadi pembunuhan, seperti nelayan, sebagian besar nelayan menyatakan tidak
yang terjadi pada tahun 1998 dan bulan April 1999. setuju akan hadirnya toke di kalangan mereka. Namun,
Hal ini telah mendapat penyelesaian khusus dari mereka juga tidak menutup mata bahwa kehadiran
pihak berwajib, namun tidak ada ketentuan hukum toke juga dapat membantu mereka, khususnya
yang pasti, sehingga terjadi kucing-kucingan antara dalam penyediaan modal serta pinjaman kebutuhan-
nelayan yang bermodal tinggi dengan nelayan kebutuhan lain. Sikap toke juga tidak berbeda dengan
tradisional. para nelayan, mereka menyatakan bahwa kehadiran
toke juga membawa malapetaka apabila pinjaman
yang mereka dapat tidak mampu terbayarkan.
adalah alat tangkap bagi nelayan asing (pemodal
tinggi) menggunakan jaring ukuran yang berlapis Pelapisan sosial menunjukkan pada pembagian
mencapai dasar laut, sehingga terumbu karang dan suatu komunitas ke dalam lapisan-lapisan yang sangat
ikan-ikan kecil terkuras habis dan peralatan yang kontroversi, kesempatan hidup dan pengaruh sosial
mereka pergunakan serba canggih, dapat mendeteksi yang tidak sama. Jejaring sosial dalam masyarakat
posisi jumlah dan jenis ikan. Dari sini timbul semacam nelayan sangat luas, baik antar komunitas dengan
kesepakatan 4 mil dari pantai yang dibolehkan nelayan desa terdekat maupun antar komunitas dengan negara
asing menangkap ikan di wilayah ini, bila melanggar tetangga. Hal tersebut didukung oleh pola gotong
maka kapal-kapal mereka dibakar. royong yang sudah mendarah daging.
Kondisi lainnya yang dapat menggambarkan Etnis di Bengkalis terdiri dari suku Melayu, suku
kehidupan nelayan adalah pada hubungan antara Jawa, Bugis, Banjar, Batak, suku terbelakang, dan
nelayan dengan toke (penadah hasil perikanan). Toke lain-lain. Perbedaan kedudukan dan peranan masing-
pada lingkungan nelayan Bengkalis cukup dominan masing komunitas tidak terlalu ketara. Namun, sistem
kegiatannya dalam jual beli hasil tangkapan. Nelayan kekerabatan masih kental terutama dalam memilih
di daerah ini cukup tergantung kepada kehadiran kepala desa.
toke, karena disebabkan pasaran ikan hasil tangkapan Kepemimpinan adalah kemampuan dari sese-
apabila dijual kepada selain toke akan sulit laku. Hal orang mempengaruhi orang lain. Pemimpin formal
ini terjadi karena tidak adanya Tempat Pelelangan bersumber dari aspirasi masyarakat, keterbatasan
Ikan (TPI). juga kadang kala dominan. Selain pemimpin
Kondisi lain yang dapat menggambarkan formal, pemimpin non-formal juga menjadi panutan
ketergantungan nelayan kepada toke adalah pinjaman masyarakat, seperti pemuka agama dan tokoh adat.

19
Toleransi, Vol. 5 No. 1 Januari Juni 2013

Kepatuhan masyarakat nelayan Bengkalis terhadap Para nelayan Bengkalis mengenal dua musim,
pimpinannya sangat tinggi, seperti tertuang dalam selain musim di atas, yaitu musim ikan/along dan
ketentuan yang tidak tertulis, yaitu norma adat, norma musim paceklik (musim pahit). Musim ikan biasanya
agama, dan norma gotong royong. Barang siapa yang terjadi pada musim laut teduh, yakni masa-masa
melanggar ketentuan tersebut akan dikenakan sanksi pancaroba (peralihan) dari musim angin barat ke
adat. timur dan dari musim angin timur ke barat, sekitar
Gambaran di atas dapat terlihat mata rantai bulan April sampai Juli, juga setiap bulan gelap pada
setiap musim. Sedangkan musim pahit atau tangkapan
hubungan toke, tekong, calo dan nelayan, seperti
skema sebagai berikut: kurang terjadi pada setiap bulan purnama, laut sangat
terang dan puncaknya pada setiap angin barat.
Toke Sebetulnya akhir-akhir ini tangkapan ikan sangat
Pemilik modal, Tekong Calo
Nelayan menurun, waktu aku kecil, ikan di laut banyak
pemberi lapangan Juru mudi Penadah
pekerjaan (Atan, 15.00 WIB, 25/08/13). saya sekolah sampai
Aliyah itu dari hasil pasangan urang. Ikan itu untuk
Kehadiran calo di sini tidak seperti calo TKW ke celengan (Atan, 08.00 WIB, 05/08/13).
Malaysia. Calo di sini tidak serta merta diperlukan Dengan pakan seadanya, bahkan terkadang
bagi nelayan, maupun toke ikan. Karena toke biasanya secara alami, kami bisa mendapatkan hasil banyak
dapat melakukan sendiri barter atau beli ikan dengan karena makanan alami dari laut dan tanah tambak itu
nelayan. Toke di sini dapat diartikan sebagai juragan. sendiri. Kami tidak memerlukan obat-obatan. Namun
Di Bengkalis terdapat 615 armada motor sekarang, pakan harus diatur, demikian juga obat-
penangkap ikan dengan berbagai karakteristik obatan pemusnah hama harus dibeli dengan harga
nelayan, yang antara satu dengan yang lain memiliki mahal. Selain itu, patin harus diberi pakan kalau mau
ciri dan macam jenis ikan yang ditangkap. Antara hasilnya bagus (Nurhadi, 09.00 WIB, 27/08/13).
lain udang, pengerih, terubuk, tuna, kurau, tenggiri, Mendingan jadi pegawai, Pak, empang enggak
debuk, kelampai, dan lain-lain jenis ikan laut. bisa diandelin, makanya anak-anak saya, saya suruh
kuliah biar jadi guru (Amir, 11.00 WIB, 05/08/13).
Penjualan hasil tangkapan dilakukan langsung
di tempat depot bakul, yang berada di pinggir Masyarakat Desa Pantai Bengkalis mengatakan
sungai tempat mereka mendarat. Penjualan biasanya bahwa semua ini disebabkan oleh rusaknya hutan
dilakukan sekitar jam 09.00 WIB hingga jam 12.00 mangrove. Kerusakan hutan mangrove telah
WIB. Tetapi biasanya juga tergantung pada waktu menyebabkan ikan berkurang di laut, udang
para nelayan mendarat setelah menangkap ikan di menghilang di tambak, dan pakan alami di tambakpun
laut. Bakul/tengkulak kapan saja siap karena depotnya jadi berkurang. Hutan mangrove sangat bermanfaat
tidak jauh dari rumahnya. Ikan apa saja langsung untuk hunian jentik-jentik ikan kecil, udangpun
ditimbang sesuai dengan harga pada saat itu dan berkembang dan terlindungi dari limbah pertamina
langsung dibayar, jika ada hutang langsung dipotong. maupun dari crude oil yang terkadang tertumpah di
laut.
Setelah hasil tangkapan laut terkumpul di depot-
depot para bakul, hasil tangkapan itu kemudian Hal ini, selain disebabkan angin topan, terutama
didistribusikan ke titik-titik pemasaran, yaitu: 1) ke disebabkan penebangan hutan mangrove yang
Bengkalis Kota, Dumai, dan ada yang diekspor ke luar dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung
negeri. 2) menjual langsung kepada para pedagang jawab. Kayu hasil penebangan ini kemudian dijual.
ikan, yang langsung didistribusikan kembali dengan Faktor ekonomilah yang menjadi alasan utama
berkeliling ke rumah-rumah penduduk desa lain. 3) mereka melakukan ini semua. Rustam dan Yanto,
menjual kepada para bakul ikan asin, untuk ikan-ikan nelayan tradisional yang jarak melautnya tidak jauh
tertentu seperti jenis sriping, teri, tongkol kecil, dan dengan peralatan perahu kecil, termasuk mereka
lain-lain. Lamanya pengeringan tergantung cuaca. yang sering menebang pohon bakau, Kayu-kayunya
Bisa setengah hari sampai dua hari, yang kemudian ya dijual, namanya juga usaha, kalau bulan-bulan
dikumpulkan dan dikirim ke Pekanbaru satu atau dua begini (Agustus) lagi paceklik, pailit, jual ikan
minggu sekali. hasilnya sedikit. Daripada enggak dapat uang, kayu
juga enggak apa-apa kan bisa dijual untuk nambah-

20
Hurmain dan Puriana: Transformasi Nelayan di Pesisir Kepulauan Bengkalis (Studi Tentang Pergerseran Pola Interaksi Sosial, ...

nambah. Daripada nganggur lebih baik tebang kayu cukup besar jika mampu mengelola kekuatan dan
bakau/api-api, lumayan untuk nambah penghasilan, peluang serta mampu meminimalisir kelemahan dan
kami bisa menjual ini kira-kira Rp.60.000/m2, akan ancaman yang datang dari dalam maupun luar usaha.
lebih mahal bila bisa dibawa ke seberang negeri Oleh karena itu, pengelolaan penangkapan rutinan
tetangga Malaysia. sehari-hari harus diubah agar usaha ini menjadi lebih
besar lagi karena potensi yang dimiliki masih cukup
Rusaknya hutan mangrove tidak hanya mem-
pengaruhi hasil tangkapan ikan, tetapi juga besar dan kurang termanfaatkan.
menyebabkan abrasi dan banjir. Setiap kali ada rob, Untuk dapat mengembangkan usaha penangkapan
air pasti tumpah ke jalan dan rumah penduduk, yang ikan agar menjadi lebih baik lagi, maka perlu
menyebabkan jalan rusak dan pemukiman becek dan dilakukan strategi-strategi. Hal ini perlu dikaitkan
terlihat kumuh. Inilah gambaran masyarakat nelayan dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh
Bengkalis yang sangat menginginkan kehidupan yang nelayan itu sendiri. Strategi yang diterapkan haruslah
layak, hasil tangkapan yang melimpah, infrastruktur realistis. Hal lain adalah melakukan kerjasama dengan
yang baik, dan kehidupan yang sejahtera seperti dulu. pemerintah atau investor asing untuk menanamkan
modalnya di bidang usaha penangkapan ikan,
Kesimpulan sehingga permasalahan terbatasnya modal yang
Sampai saat ini, wujud perubahan Bengkalis baru seringkali dialami oleh nelayan ini menjadi teratasi.
menggeliat di sekitar pusat kota, belum menembus ke
masyarakat nelayan. Kalaupun ada perubahan, belum
Catatan: (Endnotes)
sepenuhnya dapat mereka jelaskan secara terperinci.
Ushuluddin UIN SUSKA Riau.
Tetapi jika proses-proses ke arah perubahan dapat
mereka pertahankan dan kembangkan, maka
dan Ilmu Sosial UIN SUSKA Riau.
tinggal soal waktu saja untuk mencapai tahap-tahap
perubahan tersebut.
pulau yang strategis dekat dengan jalur pelayaran
Paradigma pembangunan bergeser ke arah internasional yang paling ramai didunia yaitu selat
pembangunan yang berpusat rakyat (people Malaka. Dikelilingi laut dan pantai yang berhadapan
centered development) yang menghargai dan mem- dekat laut bebas. Ditepi pantai laut Bengkalis inilah yang
pertimbangkan prakarsa dan perbedaan lokal. Oleh penulis jadikan lokasi penelitian ini.
karena itu, masyarakat lokal harus mampu menggali
mengumpulkan, menganalisis, interpretasi data mengenai
dan mengembangkan potensi sosial ekonomi serta
perubahan interrelasi sosial, alat penangkapan ikan
mengelolanya agar dapat berkembang secara mandiri yang mereka pakai dan perubahan ekosistem kelautan
dan berkelanjutan melalui pengembangan masyarakat di Bengkalis (secara teknis penulis lakukan observasi,
yang berbasis komunitas. Bengkalis memiliki wawancara, dan dokumentasi) lebih lanjut lihat dalam
ketersediaan sumber daya alam perikanan yang cukup laporan penelitian ini.
melimpah sehingga diperlukan adanya pemanfaatan
sumberdaya tersebut dengan baik, karena apabila Daftar Referensi
tidak termanfaatkan dengan baik, maka kita akan
A.H. Dharmawan. (2002). Pengembangan Komunitas
ketinggalan dengan negara lain sehingga produk
dan Pedesaan Berkelanjutan. Bogor: Jurusan
perikanan kita dapat dijarah oleh pihak-pihak asing.
Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian
Hasil kajian di lapangan memperlihatkan bahwa IPB.
arus global dan program pemberdayaan yang selama
Afrizal Cik. (2013). Tanah Jantan Yang Melawan.
ini dilaksanakan tidak mampu membantu masyarakat
Pekanbaru: LAM Meranti & Pusaka Riau
nelayan untuk meningkatkan pendapatan mereka
sehingga program pemberdayaan yang ada selama B. Mantra. (1991). Partisipasi Masyarakat dalam
ini hanya merupakan program yang menghabiskan Pembangunan Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
uang tanpa tujuan yang jelas. Hal ini didukung juga BAPPEDA Bengkalis. (2001). Kabupaten Bengkalis
dari kegiatan masyarakat yang kurang mengerti dalam Angka. Bengkalis: BPS.
akan ketersediaan usaha perikanan mereka, usaha
penangkapan ikan di Bengkalis memiliki potensi yang

21
Toleransi, Vol. 5 No. 1 Januari Juni 2013

-------. (2012). Laporan Tahunan Sosial Ekonomi Otok S. Pamuji. (1997). Menuju Pendekatan
Kabupaten Bengkalis. Bengkalis: BPS. Pembangunan yang Partisipatif. Dalam Buletin
Biro Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis. (2001). Bina Swadaya. No. II Tahun V, September 1997.
Laporan Nilai Ekspor dan impor Kabupaten R. Bintarto. (1983). Interaksi Desa Kota dan
Bengkalis Tahun 2001. Permasalahannya. Jakarta: Galileo Indonesia.
Dardjo Sumadjono dan Junuzul Yunus. (1991). S. Adiwibowo. (2002). Ekologi Manusia. Bogor:
Pendayagunaan Aparatur Pemerintah Desa dan Magister Profesional Pengembangan Masyarakat.
Kelurahan. Jakarta: LP3ES. PPs.IPB.
Fredian Tonny. (2002). Bahan Kuliah Pengembangan Sandra. (2002). Memberdayakan Industri Kecil
Masyarakat. Tidak Diterbitkan. Bogor: Berbasis Agra Industri di Pedesaan. Bandung:
Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Akatiga.
Masyarakat. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial-Ekonomi
Sumardjo dan Saharuddin. (2002). Metode-metode
Pertanian IPB.
Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat.
G. Soemodiningrat. (1999). Pemberdayaan Bogor: Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Masyarakat dan JPS. Jakarta: Gramedia Pustaka Fakultas Pertanian IPB
Utama. Suwignjo. (1986). Administrasi Pembangunan Desa
Gun Gun Sambas. (2002). Faktor-Faktor Yang dan Sumber-sumber Pendapatan Desa. Jakarta:
Berhubungan Dengan Kunjungan Ibu-Ibu Ghalia Indonesia.
Posyandu di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Syamsurizal. (1999). Peran Aspek Kelembagaan
Cianjur. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
dalam Kaitannya dengan Aksebilitas Ekonomi
H. Hikmat. (2001). Strategi Pemberdayaan dan Tingkat Pendapatan Nelayan di Kabupaten
Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press. Bengkalis Riau. Tesis. Bogor: PPs. IPB.
Hermanto, et.al. (1994). T. Ndraha. (1977). Pengertian Desa dan Pembangunan
Program/Proyek Penanggulangan Kemiskinan. Desa. Jakarta: IIP.
Bogor: Puslit Sosial Ekonomi Pertanian.
T. Sumarti dan Tonny. (2002). Sosial Perkembangan
Kansil. (1986). Desa Kita. Jakarta: Galileo Indonesia. Komunitas. Bogor: Magister Profesional
Lala M. Kolopaking & Fredian Tonny. (2002). Pengembangan Masyarakat. PPs. IPB.
Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial. Tarmizi Omar & Wan Razain. (2012). Sejarah Datuk
Bogor: Magister Profesional Pengembangan Laksamana Raja Dilaut. Pekanbaru: Pusaka
Masyarakat. PPs. IPB. Riau.
M. Tampubolon. (1999). Pendidikan Pola Undang-undang Otonomi Daerah, (2002). Himpunan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Peraturan Pelaksanaan Undang - Undang Nomor
Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan 22 Tahun 1999 Pasal 95 Tentang Pemerintahan
sesuai Tuntutan Otonomi Daerah. Data internet.
http://www. Wordbank.org. V.T. Manurung, Armen, Z dan Erizal J. (1989).
Penelitian Potensi dan Pengembangan Desa
Metode Penelitian Sosial. Bandung. Pantai Maluku dan Sumatera Utara. Bogor:
N. Soedarsono. (2000). Pembangunan Berbasis Puslit Agro Ekonomi.
Rakyat (Community Based Development), Yusman Syaukat dan T. Sumarti. (2002). Analisis
Jakarta: Yayasan Melati Bhakti Pertiwi. Ekonomi Lokal. Bogor: Magister Profesional
Pengembangan Masyarakat. PPs. IPB.
Nurmala KH. Pandjaitan dan Ida Yuhana. (2002).
Analisis Psikologi Masyarakat. Bogor: Jurusan Y. Syaukat. (2002). Pengembangan Ekonomi
Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Berbasis Lokal. Bogor: Magister Profesional
IPB. Pengembangan masyarakat. PPs. IPB.

22

Vous aimerez peut-être aussi