Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada pabrik kimia, proses pemanasan dan pendinginan bahan, penguapan
maupun pengembunan selalu dilakukan. Prinsip proses-proses tersebut adalah
menambahkan atau mengambil panas dari suatu bahan. Medium pemberi panas
adalah bahan yang suhunya lebih tinggi (pemanas) sedang medium pengambil
panas adalah bahan yang suhunya lebih rendah (pendingin). Dalam hal ini panas
berpindah dari tempat yang suhunya lebih tinggi ke tempat yang suhunya lebih
rendah. Alat yang umum dipakai untuk penambahan atau pengambilan panas
disebut alat penukar panas atau heat exchanger. (Penyusun 2016).
Alat penukar kalor adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan
panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya,
medium pemanas dipakai uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa
sebagai air pendingin (coolingwater). Penukar panas dirancang sebisa mungkin
agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran
panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja.
Heat exchanger atau penukar panas adalah alat yang digunakan untuk
menukarkan panas secara kontinyu dari suatu medium ke medium lainnya
dengan membawa energi panas. Heat exchanger memiliki peranan yang sangat
penting dalam industri terhadap keberhasilan keseluruhan rangkaian proses pada
suatu unit, karena kegagalan pada operasi heat exchanger dapat menyebabkan
berhentinya operasi unit.
Maka heat exchanger dituntut untuk memiliki kinerja yang baik agar
dapat diperoleh hasil yang maksimal serta dapat menunjang penuh terhadap
operasi suatu unit tersebut agar operasinya dapat berjalan dengan baik dan benar
sehingga hasilnyapun juga dapat di pelajari. Perhitungan koefisien perpindahan
panas merupakan salah satu hal terpenting pada alat tersebut.
1.2 Tujuan Percobaan
Mengevaluasi nilai koefisien perpindahan panas permukaan pada shell dan
tube heat exchanger.
Pada perpindahan kalor secara konduksi tidak ada bahan dari logam
yang berpindah. Yang terjadi adalah molekul-molekul logam yang
diletakkan di atas nyala api membentur molekul-molekul yang berada di
dekatnya dan memberikan sebagian panasnya. Molekul-molekul terdekat
kembali membentur molekul molekul terdekat lainnya dan memberikan
sebagian panasnya, dan begitu seterusnya di sepanjang bahan sehingga
suhu logam naik. Jika padatan adalah logam, maka perpindahan energi
kalor dibantu oleh elektron-elektron bebas, yang bergerak diseluruh logam,
sambil menerima dan memberi energi kalor ketika bertumbukan dengan
atom-atom logam. Dalam gas, kalor dikonduksikan oleh tumbukan
langsung molekul- molekul gas. Molekul di bagian yang lebih panas dari
gas mempunyai energi rata-rata yang lebih tinggi bertumbukan dengan
molekul berenergi rendah, maka sebagian energi molekul berenergi tinggi
ditransfer ke molekul berenergi rendah (Rokhimi, 2015).
Joseph Fourier adalah salah seorang yang mempelajari proses
perpindahan panas secara konduksi. Pada tahun 1822, Joseph Fourier telah
merumuskan hukumnya yang berkenaan dengan konduksi. Banyak faktor
yang mempengaruhi peristiwa konduksi. Diantaranya pengaruh luas
penampang yang berbeda, pengaruh geomerti, pengaruh permukaan
kontak, pengaruh adanya insulasi dan lain-lainnya. Dalam proses
perpindahan kalor secara konduksi terdapat laju hantaran kalor. Laju
hantaran kalor menyatakan seberapa cepat kalor dihantarkan melalui
medium itu. Terdapat besaran-besaran yang mempengaruhi dalam laju
hantaran kalor yaitu luas permukaan benda, panjang atau tebal benda,
perbedaan suhu antar ujung benda dan juga dipengaruhi oleh suatu besaran
k yang disebut konduktivitas termal (Rokhimi, 2015).
Laju perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas
konduksi adalah berbanding dengan gradien suhu normal sesuai dengan
persamaan berikut ini yang disebut dengan hokum Fourier dan merupakan
persamaan dasar konduksi. Persamaan dasar konduksi :
= .(2.1)
Q = e AT4 (Joule)........(2.3)
Bahan yang dianggap mempunyai ciri yang sempurna ada1ah benda
hitam. Disamping itu, sama seperti cahaya lampu, adakalanya tidak semua
sinar mengenai permukaan yang dituju. Jadi da1am masalah ini kita
mengena1 satu faktor pandangan yang lazimnya dinamakan faktor bentuk.
Maka jumlah kalor yang diterima dari satu sumber akan berbanding
langsung sebagiannya terhadap faktor bentuk ini. Dalam pada itu, sifat
termal permukaan bahan juga penting. Berbeda dengan proses konveksi,
medan aliran fluida di sekeliling permukaan tidak penting, yang penting
ialah sifat termal saja. Dengan demikian, untuk memahami proses radiasi
dari satu permukaan kita perlu memahami juga keadaan fisik permukaan
bahan yang terlibat dengan proses radiasi yang berlaku. Proses perpindahan
kalor sering terjadi secara serentak. Misa1nya sekeping plat yang dicat
hitam. Lalu dikenakan dengan sinar matahari. Plat akan menyerap sebagian
energi matahari. Suhu plat akan naik ke satu tahap tertentu.
Oleh Karena itu, suhu permukaan atas naik maka kalor akan
berkonduksi dari permukaan atas ke permukaan bawah. Da1am hal itu,
permukaan yang bagian atas kini mempunyai suhu yang lebih tinggi dari
suhu udara sekeliling, maka jumlah kalor akan disebarkan secara konveksi.
Tetapi energi kalor juga disebarkan secara radiasi. Dalam hal ini dua hal
terjadi, ada kalor yang dipantulkan dan ada kalor yang dipindahkan ke
sekeliling.
Selanjutnya, hal yang juga penting untuk diketahui bahwa kalor atau
panas radiasi merambat lurus dan untuk perambatan itu tidak diperlukan
medium (misalnya zat cair atau gas).(Fakhrizal, 2011)
Gambar 2.3 Perpindahan Panas Radiasi (A) pada Permukaan (B) antara
Permukaan dan Lingkungan (Fakhrizal, 2011)
2.2. Alat Penukar Panas (Heat Exchanger)
Alat penukar panas merupakan suatu peralatan dimana terjadi
perpindahan panas dari suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi kepada
fluida lain yang temperaturnya lebih rendah yang berfungsi untuk
mengakomodasikan perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin
dengan adanya perbedaan temperatur, karena panas yang dipertukarkan terjadi
dalam suatu sistem maka kehilangan panas dari suatu benda akan sama dengan
panas yang diterima benda lain. Alat penukar kalor memiliki tujuan untuk
mengontrol suatu sistem (temperatur) dengan menambahkan atau
menghilangkan energi termal dari suatu fluida ke fluida lainnya. Walaupun ada
banyak perbedaan ukuran, tingkat kesempurnaan, dan perbedaan jenis alat
penukar kalor, semua alat penukar kalor menggunakan elemenelemen
konduksi termal yang pada umumnya berupa tabung tube atau plat untuk
memisahkan dua fluida. Salah satu dari elemen terebut, memindahkan energi
kalor ke elemen yang lainnya. Alat penukar panas banyak digunakan pada
berbagai instalasi industri, antara lain pada : boiler, kondensor, cooler, cooling
tower. Sedangkan pada kendaraan kita dapat menjumpai radiator yang
fungsinya pada dasarnya adalah sebagai alat penukar panas.
Tujuan perpindahan panas tersebut di dalam proses industri diantaranya
adalah:
1. Memanaskan atau mendinginkan fluida hingga mencapai temperature
tertentu yang dapat memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya, seperti
pemanasan reaktan atau pendinginan produk dan lain-lain.
2. Mengubah keadaan (fase) fluida : destilasi, evaporasi, kondensasi dan lain-
lain.
Dikarenakan banyaknya jenis dari alat penukar kalor, maka dalam
pembahasan akan dibatasi pada alat penukar kalor jenis heat exchanger yang
banyak dijumpai dalam industri perminyakan. Heat exchanger ini juga
banyak mempunyai jenis-jenisnya.Perlu diketahui bahwa untuk alat-alat ini
terdapat suatu terminology yang telah distandarkan untuk menamai alat dan
bagian-bagian alat tersebut yang dikeluarkan oleh Asosiasi pembuat Heat
Exchanger yang dikenal dengan Tublar Exchanger Manufactures Association
(TEMA). Standarisasi tersebut bertujuan untuk melindungi para pemakai dari
bahaya kerusakan atau kegagalan alat, karena alat ini beroperasi pada
temperatur dan tekanan yang tinggi. (Holman, 1998)
Didalam standar mekanik TEMA, terdapat dua macam kelas heat
Exchanger, yaitu :
1. Kelas R, yaitu untuk peraalatan yang bekerja dengan kondisi berat,
misalnya untuk industri minyak dan kimia berat.
2. Kelas C, yaitu yang dibuat untuk general purpose, dengan didasarkan pada
segi ekonomis dan ukuran kecil, digunakan untuk proses-proses umum
industri.
Efektivitas alat penukar panas adalah perbandingan antaralaju
perpindahan panas sebenarnya dengan laju perpindahan panas
yangmaksimum.Panasyang sebenarnya merupakan kemampuan alat untuk
menghasilkan panas, sedangkan panas maksimum merupakan panas yang
dihasilkan dari hasil pembakaran bahan bakar. (Satria, 2014)
Besarnya laju perpindahan panas dapat dihitung dengan rumus :
Q= U.A.Tm .................................................................................................(2.4)
Sehingga besarnya laju perpindahan panas (Q) dipengaruhi oleh :
1. Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh (U)
Semakin besar koefisien perpindahan panas menyeluruh(U), maka
laji perpindahan panas yang terjadi antara dua fluida juga semakin besar.
2. Luas Permukaan (A)
Semakin luas permukaan Heat Exchanger maka semakin besar pula
laju perpindahan panas dan juga tergantung pada diameter dalam pipa.
3. Beda suhu rata-rata (Tm)
Semakin besar beda suhu rata-rata antara fluida maka semakin besar
pula laju perpindahan panasnya. Dalam perpindahan panas perbedaan suhu
mengendalikan laju pemindahan panas. Suhu fluida dalam alat sering tidak
tetap. Untuk perhitungan digunakan perbedaan suhu rata-rata.
(2 1 )(1 2 )
= ( ) .(2.5)
2 1
(1 2 )
Untuk heat exchanger tipe 2 pass ataupun multiple pass maka nilai LMTD
sebenarnya akan didapatkan dengan mengalikannya dengan correction
factor (F). Nilai F dapat dicari dengan menentukan nilai temperature
efficiency (P) dan heat capacity rate ratio (R).
= 2 1 dan = 12 .. (2.10)
1 1 2 1
Gambar 2.6 Aliran Parallel Flow dan Profil Pengatur (Holman, 1998)
4. Bentuknya
a. Penukar panas pipa rangkap (double pipe heat exchanger )
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda.
Dalam jenis penukar panas dapat digunakan berlawanan arah aliran
atau arah aliran, baik dengan cairan panas atau dingin cairan yang
terkandung dalam ruang annular dan cairan lainnya dalam pipa. Alat
penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standar yang
dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak
penyekat. Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida
kedua mengalir di dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa
dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat digunakan pada laju alir
fluida yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi.
Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa mempunyai shell
sendiri sendiri. Untuk menghindari tempat yang terlalu panjang maka
Heat Exchanger ini dibentuk menjadi U. Pada beberapa keperluan
khusus untuk meningkatkan kemampuan memindahkan panas bagian
luar diberi sirip. Keistimewaan jenis ini adalah mampu beroperasi pada
tekanan yang tinggi dan karena tidak ada sambungan resiko
tercampurnya fluida sangat kecil. (Fakhrizal, 2011)
Kelemahannya adalah kapasitas perpindahan panasnya relatif
kecil. Alat penukar kalor pipa ganda dalah a1at perpindahan kalor
yang terdiri dari dua pipa konsentris (pipa kecil sebagai sentra1, yang
dibungkus oleh pipa yang lebih besar). Dimana satu fluida menga1ir
lewat pipa da1am sedangkan fluida yang lain mengalir lewat anulus,
antara dinding pipa da1am dan dinding pipa luar. Alat ini digunakan
da1am industri skala kecil. Dan umumnya digunakan dalam skala
laboratorium.
b. Penukar Panas Plate and Frame ( plate and frame heat exchanger )
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat-
pelat tegak lurus,bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat
tegak lurus dipasang penyekat lunak ( biasanya terbuat dari karet ).
Pelat -pelat dan sekat disatukan oleh suatu perangkat penekan yang
pada setiap sudut pelat 10 (kebanyakan segiempat) terdapat lubang
pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan masuk dan
keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain mengalir melalui
lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.
Heat exchanger tipe plat adalah jenis penukar panas yang
menggunakan pelat logam untuk mentransfer panas antara dua cairan.
Ini memiliki keuntungan besar atas suatu penukar panas konvensional
dalam bahwa cairan yang terkena luas permukaan jauh lebih besar
karena cairan menyebar di plat. Ini memfasilitasi transfer panas, dan
sangat meningkatkan kecepatan perubahan suhu. Plat penukar panas
yang sekarang umum dan versi dibrazing sangat kecil yang digunakan
dalam air panas bagian dari jutaan kombinasi boiler. Konsep di balik
penukar panas adalah penggunaan pipa atau pembuluh penahanan lain
untuk panas atau dingin satu cairan dengan mentransfer panas antara
itu dan cairan lain .Dalam kebanyakan kasus, penukar terdiri dari pipa
melingkar berisi satu fluida yang melewati ruang berisi cairan lain.
Dinding pipa biasanya terbuat dari logam, atau zat lain dengan
konduktivitas panas yang tinggi, untuk memfasilitasi pertukaran,
sedangkan casing luar ruang yang lebih besar adalah terbuat dari
plastik atau dilapisi dengan isolasi termal, untuk mencegah panas dari
melarikan diri dari exchanger.
Kelebihan dan kekurangan dari Plate Heat Exchanger jika
dibandingakan dengan HE shell and tube konvensional adalah sebagai
berikut :
Kelebihan :
1) Pelat lebih banyak diminati karena mudah diperoleh
2) HE tipe plat mudah dirawat
3) Pendekatan temperature terendah yang masih bisa digunakan
hingga 1 dibandingkan dengan HE Shell and tube yang sebesar
5-10
4) HE tipe plat lebih fleksibel, dapat dengan mudah platnya ditambah
5) HE tipe plat lebih tepat digunakan untuk material yang memiliki
viskositas yang tinggi
6) Temperatur Correction Factor, Ft, akan lebih tinggi karena
alirannya lebih mendekati aliran couter flow yang sesungguhnya.
7) Fouling cenderung lebih kecil kemungkinan terjadi.
Kerugian :
1) Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan tekanan
. HE tipe plat tidak sesuai digunakan untuk tekanan lebih dari 30
bar.
2) Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah penting
3) Maksimum temperature operasi terbatas hingga 250
dikarenakan material gasket yang sesuai.
c. Tipe spiral (spiral heat exchanger)
Penukar kalor tipe spiral arah aliran fluida menelusuri pipa spiral
dari luar menuju pusat spiral atau sebaliknya dari pusat spiral menuju
ke luar. Permukaan perpindahan kalor efektif adalah sama dengan
dinding spiral sehingga sangat tergantung pada lebar spiral dan
diameter serta berapa jumlah spiral yang ada dari pusat hingga
diameter terluar.
d. Tipe tabung dan pipa (shell and tube heat exchanger)
Penukar kalor pipa-tabung (shell and tube Heat Exchanger)
terdiri dari sebuah shell (tabung/silinder besar) dimana di dalamnya
terdapat satu pipa dengan diameter yang cukup kecil. Satu jenis fluida
mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya mengalir di
dalam pipa-pipa tetapi masih didalam shellnya. (Fakhrizal, 2011)
Jenis ini terdiri dari suatu tabung dengan diameter cukup besar
yang di dalamnya berisi seberkas pipa dengan diameter relatif kecil.
Alat penukar panas ini terdiri atas suatu bundel pipa yang dihubungkan
secara paralel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang).
Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida
yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau
bersilangan. Untuk meningkatkan effisiansi pertukaran panas, biasanya
pada alat penukar panas cangkang dan buluh dipasang sekat (buffle).
Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan menambah
waktu tinggal (residence time), namun pemasangan sekat akan
memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja
pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus
diatur.
Jenis ini dapat dioperasikan untuk perbedaan temperatur sampai
200, cocok untuk digunakan sebagai kondenser, cairan dengan
cairan, gas dengan gas, gas dengan cairan. Penukar kalor pipa-tabung
memiliki beberapa keuntungan dan juga kekurangan diantaranya :
Keuntungan:
1) Bentuk dan desain mudah disesuaikan
2) Perawatan dan perbaikan mudah
3) Pabrik pembuat gampang ditemukan
4) Konfigurasi alat ini memberikan luas permukaan yang besar
dalam volume yang kecil.
5) Mempunyai bentuk yang baik untuk operasi bertekanan.
6) Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah baik.
7) Dapat dikonstruksi dari sejumlah besar material.
8) Mudah dibersihkan.
Kekurangan:
1) Kebutuhan akan ruang besar
2) Kondisi kerja terbatas
3) Penukar kalor pelat (plates heat exchanger)
Penukar kalor jenis plat memiliki beberapa keuntungan dan
juga kekurangan diantaranya :
Keuntungan :
a) Luas transfer panas besar dengan volume yang kecil
b) Tingkat fleksibilitasnya tinggi
c) Tahan korosi dan reaksi kimia
d) Mudah dibersihkan
Kekurangan :
a) Pressure drop tinggi
b) Mudah terjadi kerusakan karena perbedaan tekanan
c) Mudah tersumbat oleh partikel padat
d) Start up agak lama
e. Koil Pipa
Heat Exchanger ini mempunyai pipa berbentuk koil yang
dibenamkan didalam sebuah box berisi air dingin yang mengalir atau
yang disemprotkan untuk mendinginkan fluida panas yang mengalir di
dalam pipa. Jenis ini disebut juga sebagai box cooler, jenis ini biasanya
digunakan untuk pemindahan kalor yang relative kecil dan fluida yang
didalam shell yang akan diproses lanjut.
Penukar kalor pipa koil (coil pipe Heat Exchanger) ini
mempunyai pipa berbentuk koil yang dibenamkan di dalam sebuah box
berisi air dingin yang mengalir atau air yang disemprotkan untuk
mendinginkan fluida panas yang mengalir didalam pipa. (Fakhrizal,
2011)
f. Jenis Pipa Terbuka (Open Tube Section)
Pada heat exchanger ini pipa-pipa tidak ditempatkan lagi di
dalam shell, tetapi dibiarkan menguap di udara. Pendinginan dilakukan
dengan mengalirkan air atau udara pada bagian pipa. Berkas pipa itu
biasanya cukup panjang. Untuk pendinginan dengan udara biasanya
bagian luar pipa diberi sirip-sirip untuk memperluas permukaan
perpindahan panas. Seperti halnya jenis coil pipa, perpindahan panas
yang terjadi cukup lamban dengan kapasitas yang lebih kecil dari jenis
shell and tube. (Holman, 1998)
g. Penukar Kalor Pendingin Udara (Air Cooled Heat Exchanger)
Penukar kalor pendingin udara umumnya digunakan dalam
aplikasi industri dimana sumber air yang dapat diandalkan tidak
tersedia sebagai media pendinginan. Bahkan jika air tersedia, dalam
beberapa kasus, udara Penukar kalor pendingin udara digunakan untuk
alasan ekonomi atau pun alasan operasional karena memiliki berbagai
macam kelebihan yaitu sirkuit pendingin air, pompa, sistem air
pendingin dan sistem air conditioning yang menambah kompleksitas
dan kebutuhan modal, serta biaya operasi dan pemeliharaan. Cara
kerjanya adalah proses cairan panas harus didinginkan mengalir
melalui tabung sedangkan pendingin udara mengalir di permukaan luar
untuk membuang panas. Khususnya dirancang sirip yang melekat pada
permukaan luar tabung untuk membuat besar luas permukaan untuk
pendinginan lebih efektif. Tingkat perpindahan panas adalah fungsi
luas permukaan sirip dan kecepatan aliran udara. Desain mekanik
penukar kalor harus mengakomodasi proses kondisi termasuk tekanan
dan temperatur selain itu tingkat korosiv dan kondensasi. Kunci untuk
kualitas dan umur penukar kalor ini adalah pemilihan material yang
tepat dan teknologi fabrikasi. (Fakhrizal, 2011)
h. Penukar Kalor Kompak (Compact Heat Exchanger)
Jenis penukar kalor kompak mempunyai luas permukaan yang
sangat besar persatuan volume yaitu sekitar lebih dari 650 m2 per
meter kubik volume. Penukar kalor jenis ini sangat cocok untuk
penerapan dalam aliran gas dimana nilai koefisien perpindahan panas
menyeluruh (U) adalah rendah dan diperlukan luas yang besar dalam
volume yang kecil. (Fakhrizal, 2011)
Keunggulan:
1) Biaya perawatan lebih murah
2) Walaupun terjadi kegagalan heat exchanger masih dapat
beroperasi
3) Faktor fouling dapat diabaikan
4) Desain lebih sederhana
Kekurangan:
1) Suara lebih keras
2) Range kerja sangat terbatas, biasanya tidak bekerja pada suhu
ekstrim.
2. Straight-Tube 1-pass
One pass berarti bahwa cairan masuk di satu sisi dan keluar di sisi
lain dari penukar panas. Terdapat baffles yang mengarahkan aliran melalui
sisi shell sehingga fluida tidak mengambil jalan pintas melalui sisi shell
yang dapat menyebabkan volume arus rendah yang tidak efektif. Heat
Exchanger arus berlawanan merupakan yang paling efisien sebab
memberikan perbedaan suhu rata-rata yang paling tinggi antara arus dingin
dengan arus panas. (Ling & Mulyandasari, 2010).
2.7. Pompa
1. Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal secara prinsip terdiri dari casing pompa dan
impeller yang terpasang pada poros putar. Casing pompa berfungsi sebagai
pelindung, batas tekan dan juga terdiri dari saluran- saluran yang untuk
masukan (suction) dan keluaran (discharge). Casing ini memiliki vent dan
drain yang berguna untuk melepas udara atau gas yang terjebak dalam
casing selain untuk juga berguna perawatannya.
Gambar ilustrasi di bawah ini merupakan diagram sederhana
daripada pompa sentrifugal yang menunjukkan lokasi dari suction pompa,
impeller, volute dan discharge. Casing pompa sentrifugal menuntun aliran
suatu cairan dari saluran suction menuju mata (eye) impeller. Vanes dari
impeller yang berputar meneruskan dan memberikan gaya putar sentrifugal
kepada cairan ini sehingga cairan bergerak menuju keluar impeller dengan
kecepatan tinggi. Cairan tersebut kemudian sampai dan mengumpul pada
bagian terluar casing yaitu volute. Volute ini merupakan area atau saluran
melengkung yang semakin lama semakin membesar ukurannya, dan seperti
halnya diffusor, volute berperan besar dalam hal peningkatan tekanan
cairan saat keluar dari pompa, merubah energi kecepatan menjadi tekanan.
Setelah itu liquid keluar dari pompa melalui saluran discharge.
Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan bagian
terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud,
gerakan aliran air (di permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan
jenis air mengikuti suatu siklus keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus
hidrologi (Kodoatie dan Sjarief, 2010).
Air tawar adalah air dengan kadar garam dibawah 0,5 ppt (Nanawi,
2001). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2001 Tentang Pengadilan Kualitas Air dan Pengadilan Kualitas Pencemaran.
Ketentuan Umum pasal 1, menyatakan bahwa : Air tawar adalah semua air
yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air
fosil, sedangkan menurut Undang-Undang RI No.7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya.
Air (Bab I, Pasal I), butir 2 disebutkan bahwa Air adalah semua air yang
terdapat pada di atas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam
pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di
darat. Butir 3 menyebutkan Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan
atau batua dibawah permukaan tanah. Karakteristik kandungan sifat fisik dari
air tawar tergantung dari tempat sumber air itu berasal dan teknik pengolahan
air tersebut apakah menghasilkan air yang baik dikonsumsi.
Bau pada air dapat disebabkan karena benda asing yang masuk ke dalam
air seperti bangkai binatang, bahan buangan, ataupun disebabkan karena proses
penguraian senyawa organik oleh bakteri. Pada peristiwa penguraian senyawa
organik yang dilakukan oleh bakteri tersebut dihasilkan gas gas berbau
menyengat dan bahkan ada yang beracun. Pada peristiwa penguraian zat
organik berakibat meningkatkan penggunaan oksigen terlarut di air (BOD =
Biological Oxighen Demand) oleh bakteri dan mengurangi kuantitas oksigen
terlarut (DO = Disvolved Oxigen) di dalam air. Senyawa senyawa organik
umumnya tidak stabil dan mudah dioksidasi secara biologis dan kimia menjadi
senyawa stabil atau biasa dikenal dengan istilah BOD dan COD (Dwi, 2002).