Vous êtes sur la page 1sur 39

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada pabrik kimia, proses pemanasan dan pendinginan bahan, penguapan
maupun pengembunan selalu dilakukan. Prinsip proses-proses tersebut adalah
menambahkan atau mengambil panas dari suatu bahan. Medium pemberi panas
adalah bahan yang suhunya lebih tinggi (pemanas) sedang medium pengambil
panas adalah bahan yang suhunya lebih rendah (pendingin). Dalam hal ini panas
berpindah dari tempat yang suhunya lebih tinggi ke tempat yang suhunya lebih
rendah. Alat yang umum dipakai untuk penambahan atau pengambilan panas
disebut alat penukar panas atau heat exchanger. (Penyusun 2016).
Alat penukar kalor adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan
panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya,
medium pemanas dipakai uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa
sebagai air pendingin (coolingwater). Penukar panas dirancang sebisa mungkin
agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran
panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja.
Heat exchanger atau penukar panas adalah alat yang digunakan untuk
menukarkan panas secara kontinyu dari suatu medium ke medium lainnya
dengan membawa energi panas. Heat exchanger memiliki peranan yang sangat
penting dalam industri terhadap keberhasilan keseluruhan rangkaian proses pada
suatu unit, karena kegagalan pada operasi heat exchanger dapat menyebabkan
berhentinya operasi unit.
Maka heat exchanger dituntut untuk memiliki kinerja yang baik agar
dapat diperoleh hasil yang maksimal serta dapat menunjang penuh terhadap
operasi suatu unit tersebut agar operasinya dapat berjalan dengan baik dan benar
sehingga hasilnyapun juga dapat di pelajari. Perhitungan koefisien perpindahan
panas merupakan salah satu hal terpenting pada alat tersebut.
1.2 Tujuan Percobaan
Mengevaluasi nilai koefisien perpindahan panas permukaan pada shell dan
tube heat exchanger.

1.3 Batasan Masalah


Menganalisa kinerja alat penukar panas yang dilakukan pada suhu operasi
pertemuan fluida (Tw) 450C dan 45 0C dengan jenis aliran co-current dan counter
current.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perpindahan Panas


Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai perpindahannya energi
dari suatu daerah lainya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah
tersebut. Pada dasarnya perpindahan panas terjadi akibat adanya
ketidakseimbangan (adanya perbedaan temperatur) termal. Perpindahan kalor
tidak akan terjadi pada sistem yang memiliki temperatur sama. Perbedaan
temperatur menjadi daya penggerak untuk terjadinya perpindahan kalor. Proses
perpindahan kalor terjadi dari suatu sistem yang memiliki temperatur lebih
tinggi ke temperatur yang lebih rendah. Keseimbangan pada masingmasing
sistem terjadi ketika sistem memiliki temperatur yang sama. Dalam proses
perpindahan panas tersebut tentu ada kecepatan perpindahan panas yang terjadi,
atau yang lebih dikenal dengan laju perpindahan panas. Ada tiga bentuk
mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi (conduction,
juga dikenal dengan istilah hantaran), konveksi (convection), juga dikenal
dengan istilah aliran, radiasi (radiation). (F., Mufarida, & N, 2017).
1. Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi adalah suatu pengangkutan kalor
yang melalui suatu jenis zat. Sehingga pada perpindahan kalor yang secara
hantaran/konduksi merupakan suatu proses pendalaman karena proses
perpindahan kalor ini yang hanya terjadi di dalam bahan. Arah aliran energi
kalornya, adalah dari suatu titik yang bersuhu tinggi ke titik yang bersuhu
rendah. Misalnya panas yang berpindah di dalam sebuah batang logam
akibat pemanasan dari salah satu ujungnya seperti yang terlihat pada
gambar 2.1 ujung A menjadi naik temperaturnya walaupun yang dipanasi
adalah ujung B.(Haryadi & Mahmudi, 2012)
Gambar 2.1 Konduksi pada Batang Logam (Rokhimi, 2015)

Pada perpindahan kalor secara konduksi tidak ada bahan dari logam
yang berpindah. Yang terjadi adalah molekul-molekul logam yang
diletakkan di atas nyala api membentur molekul-molekul yang berada di
dekatnya dan memberikan sebagian panasnya. Molekul-molekul terdekat
kembali membentur molekul molekul terdekat lainnya dan memberikan
sebagian panasnya, dan begitu seterusnya di sepanjang bahan sehingga
suhu logam naik. Jika padatan adalah logam, maka perpindahan energi
kalor dibantu oleh elektron-elektron bebas, yang bergerak diseluruh logam,
sambil menerima dan memberi energi kalor ketika bertumbukan dengan
atom-atom logam. Dalam gas, kalor dikonduksikan oleh tumbukan
langsung molekul- molekul gas. Molekul di bagian yang lebih panas dari
gas mempunyai energi rata-rata yang lebih tinggi bertumbukan dengan
molekul berenergi rendah, maka sebagian energi molekul berenergi tinggi
ditransfer ke molekul berenergi rendah (Rokhimi, 2015).
Joseph Fourier adalah salah seorang yang mempelajari proses
perpindahan panas secara konduksi. Pada tahun 1822, Joseph Fourier telah
merumuskan hukumnya yang berkenaan dengan konduksi. Banyak faktor
yang mempengaruhi peristiwa konduksi. Diantaranya pengaruh luas
penampang yang berbeda, pengaruh geomerti, pengaruh permukaan
kontak, pengaruh adanya insulasi dan lain-lainnya. Dalam proses
perpindahan kalor secara konduksi terdapat laju hantaran kalor. Laju
hantaran kalor menyatakan seberapa cepat kalor dihantarkan melalui
medium itu. Terdapat besaran-besaran yang mempengaruhi dalam laju
hantaran kalor yaitu luas permukaan benda, panjang atau tebal benda,
perbedaan suhu antar ujung benda dan juga dipengaruhi oleh suatu besaran
k yang disebut konduktivitas termal (Rokhimi, 2015).
Laju perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas
konduksi adalah berbanding dengan gradien suhu normal sesuai dengan
persamaan berikut ini yang disebut dengan hokum Fourier dan merupakan
persamaan dasar konduksi. Persamaan dasar konduksi :

= .(2.1)

dimana q sebagai laju perpindahan panas konduksi, dT/dx sebagai


gradien suhu menuju ke arah perpindahan panas, k sebagai konduktivitas
atau kehantaran termal benda dengan tanda minus menunjukkan aliran
kalor ke tempat yang bertemperatur lebih 1 rendah, dan A sebagai
luas permukaan yang mengalami perpindahan panas tersebut. Tanda minus
diselipkan agar memenuhi hukum ke-2 termodinamika,yaitu kalor mengalir
ke temperatur yang lebih rendah. (Fakhrizal, 2011)
Sudah diketahui bahwa tidak semua bahan dapat menghantar kalor
sama sempurnanya. Dengan demikian, umpamanya seorang tukang hembus
kaca dapat memegang suatu barang kaca, yang beberapa cm lebih jauh dari
tempat pegangan itu adalah demikian panasnya, sehingga bentuknya dapat
berubah. Akan tetapi, seorang pandai tempa harus memegang benda yang
akan ditempatkan dengan sebuah tang. Bahan yang dapat menghantar
ka1or dengan baik yaitu dinamakan suatu konduktor. Di mana penghantar
yang buruk disebut isolator. Sifat dari bahan yang digunakan untuk
menyatakan bahwa bahan tersebut merupakan suatu isolator atau konduktor
ialah koefisien konduksi termal. Apabila nilai koefisien ini tinggi, maka
bahan mempunyai kemampuan mengalirkan kalor dengan cepat. Untuk
bahan isolator, koefisien ini bernilai kecil.
Pada umumnya, bahan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan
sempurna (logam) merupakan penghantar yang baik juga untuk kalor dan
sebaliknya. Selanjutnya bila diandaikan sebatang besi atau sembarang jenis
logam dan salah satu ujungnya diulurkan ke dalam nyala api. Dapat
diperhatikan bagaimana kalor dipindahkan dari ujung yang panas ke ujung
yang dingin. Apabila ujung batang logam tadi menerima energi kalor dari
api, energi ini akan memindahkan sebagian energi kepada molekul dan
elektron yang membangun bahan tersebut. Molekul dan elektron
merupakan alat pengangkut kalor di dalam bahan menurut proses
perpindahan kalor konduksi. Dengan demikian, dalam proses
pengangkutan kalor di dalam bahan, aliran elektron akan memainkan
peranan penting. Persoalan yang patut diajukan pada pengamatan ini ialah
mengapa kadar alir energi kalor adalah berbeda. Hal ini disebabkan karena
susunan molekul dan juga atom di dalam setiap bahan adalah berbeda.
Untuk satu bahan berfasa padat molekulnya tersusun rapat, berbeda dengan
satu bahan berfasa gas seperti udara. Molekul udara adalalah renggang
sekali. Tetapi dibandingkan dengan bahan padat seperti kayu, dan besi,
maka molekul besi adalah lebih rapat susunannya daripada molekul kayu.
(Fakhrizal, 2011)
2. Konveksi
Yang dimaksud dengan konveksi ialah pengangkutan kalor oleh
gerak dari zat yang dipanaskan. Proses perpindahan kalor secara
aliran/konveksi merupakan satu fenomena permukaan. Proses konveksi
hanya terjadi di permukaan bahan. Jadi dalam proses ini struktur bagian
dalam bahan kurang penting. Keadaan permukaan dan keadaan
sekelilingnya serta kedudukan permukaan itu adalah yang utama.
Lazimnya,keadaan keseimbangan termodinamika di dalam bahan akibat
proses konduksi,suhu permukaan bahan akan berbeda dari suhu
sekelilingnya. Dalam hal ini dikatakan suhu permukaan adalah T1 dan suhu
udara sekeliling adalah T2 dengan T1>T2. Kini terdapat keadaan suhu
tidak seimbang diantara bahan dengan sekelilingnya.
Perpindahan kalor dengan jalan aliran dalam industri kimia
merupakan cara pengangkutan kalor yang paling banyak dipakai. Oleh
karena konveksi hanya dapat terjadi melalui zat yang mengalir,maka
bentuk pengangkutan kalor ini hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada
pemanasan zat ini terjadi aliran, karena masa yang akan dipanaskan tidak
sekaligus dibawa ke suhu yang sama tinggi. Misalnya dinding pipa logam
yang menjadi panas atau dengan akibat fluida panas atau dingin yang
mengalir di dalamnya.

Gambar 2.2 Konveksi pada Pipa Logam (Walujodjati, 2006).

Jenis Perpindahan Panas Konveksi menurut keadaan alirannya


perpindahan panas secara konveksi dikategorikan menjadi dua yaitu :
a. Konveksi bebas yang mana aliran fluida disebabkan oleh adanya
variasi masa jenis yang selalu diikuti dengan adanya perbedaan
temperatur dalam fluida.
b. Konveksi paksa yang mana aliran disebabkan oleh beberapa cara yang
berasal dari luar. Misalnya dari fan, pompa, ataupun tiupan angin.
Konveksi paksa adalah perpindahan panas yang mana dialirannya
tersebut berasal dari luar, seperti dari blower atau kran dan pompa.
Konveksi paksa dalam pipa merupakan persolaan perpindahan
konveksi untuk aliran dalam atau yang disebut dengan internal flow.
Adapun aliran yang terjadi dalam pipa adalah fluida yang dibatasi oleh
suatu permukaan. Sehingga lapisan batas tidak dapat berkembang
secara bebas seperti halnya pada aliran luar. (Walujodjati, 2006).
Laju perpindahan kalor dihubungkan dengan beda suhu menyeluruh
antara dinding dan fluida, dan kuas permukaan A. Besar h disebut
koefisien perpindahan-kalor konveksi (convection heat-transfer coefficient)
Rumus dasar yang digunakan adalah
= ..............................................................................................(2.2)
Adapun koefisien perpindahan panas tergantung pada geometri
permukaan, cara dari pergerakan fluida dan sejumlah dari sifat
termodinamika dan transport dari fluida. (Walujodjati, 2006)
3. Radiasi
Yang dimaksud dengan pancaran(radiasi) ialah perpindahan kalor
melalui gelombang dari suatu zat ke zat yang lain. Semua benda
memancarkan kalor. Keadaan ini baru terbukti setelah suhu meningkat.
Pada hakekatnya proses perpindahan kalor radiasi terjadi dengan
perantaraan foton dan juga gelombang elektromagnet. Terdapat dua teori
yang berbeda untuk menerangkan bagaimana proses radiasi itu terjadi.
Semua bahan pada suhu mutlak tertentu akan menyinari sejumlah energi
kalor tertentu. Semakin tinggi suhu bahan tadi maka semakin tinggi pula
energi kalor yang disinarkan. Proses radiasi adalah fenomena permukaan.
Proses radiasi tidak terjadi pada bagian dalam suatu bahan. Tetapi suatu
bahan apabila menerima sinar, maka banyak hal yang boleh terjadi.
Apabila sejumlah energi kalor menimpa suatu permukaan, sebagian akan
dipantulkan, sebagian akan diserap ke dalam bahan, dan sebagian akan
menembusi bahan dan terus ke luar. Jadi dalam mempelajari perpindahan
kalor radiasi akan dilibatkan suatu fisik permukaan. (F., Mufarida and N,
2016)
Perpindahan panas radiasi adalah proses perpindahan panas terjadi di
antara dua permukaan yang terjadi tanpa adanya perantara yakni proses
perpindahan panas melalui gelombang elektromagnet atau paket-paket
energi (photon) yang dapat dibawa sampai jarak yang sangat jauh tanpa
memerlukan interaksi dengan medium (ini yang menyebabkan mengapa
perpindahan panas radisi sangat penting pada ruang vakum), selain itu
jumlah energi yang dipancarkan sebanding dengan temperatur benda
tersebut. Kedua hal tesebut yang membedakan antara peristiwa
perpindahan panas konduksi- konveksi dengan perpindahan panas radiasi.
Sedangkan perpindahan panas radiasi ialah distribusi energi berupa panas
yang terjadi melalui pancaran gelombang cahaya dari suatu zat ke zat yang
lain tanpa zat perantara, besar kecilnya radiasi suatu benda tergantung pada
suhu benda dan jaraknya. Semakin tinggi suhunya semakin besarradiasi
yang dikeluarkan, dan semakin jauh jaraknya semakin kecil pancaran
panasnya. Persamaan dasar perpindahan panas radiasi adalah:

Q = e AT4 (Joule)........(2.3)
Bahan yang dianggap mempunyai ciri yang sempurna ada1ah benda
hitam. Disamping itu, sama seperti cahaya lampu, adakalanya tidak semua
sinar mengenai permukaan yang dituju. Jadi da1am masalah ini kita
mengena1 satu faktor pandangan yang lazimnya dinamakan faktor bentuk.
Maka jumlah kalor yang diterima dari satu sumber akan berbanding
langsung sebagiannya terhadap faktor bentuk ini. Dalam pada itu, sifat
termal permukaan bahan juga penting. Berbeda dengan proses konveksi,
medan aliran fluida di sekeliling permukaan tidak penting, yang penting
ialah sifat termal saja. Dengan demikian, untuk memahami proses radiasi
dari satu permukaan kita perlu memahami juga keadaan fisik permukaan
bahan yang terlibat dengan proses radiasi yang berlaku. Proses perpindahan
kalor sering terjadi secara serentak. Misa1nya sekeping plat yang dicat
hitam. Lalu dikenakan dengan sinar matahari. Plat akan menyerap sebagian
energi matahari. Suhu plat akan naik ke satu tahap tertentu.
Oleh Karena itu, suhu permukaan atas naik maka kalor akan
berkonduksi dari permukaan atas ke permukaan bawah. Da1am hal itu,
permukaan yang bagian atas kini mempunyai suhu yang lebih tinggi dari
suhu udara sekeliling, maka jumlah kalor akan disebarkan secara konveksi.
Tetapi energi kalor juga disebarkan secara radiasi. Dalam hal ini dua hal
terjadi, ada kalor yang dipantulkan dan ada kalor yang dipindahkan ke
sekeliling.
Selanjutnya, hal yang juga penting untuk diketahui bahwa kalor atau
panas radiasi merambat lurus dan untuk perambatan itu tidak diperlukan
medium (misalnya zat cair atau gas).(Fakhrizal, 2011)

Gambar 2.3 Perpindahan Panas Radiasi (A) pada Permukaan (B) antara
Permukaan dan Lingkungan (Fakhrizal, 2011)
2.2. Alat Penukar Panas (Heat Exchanger)
Alat penukar panas merupakan suatu peralatan dimana terjadi
perpindahan panas dari suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi kepada
fluida lain yang temperaturnya lebih rendah yang berfungsi untuk
mengakomodasikan perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin
dengan adanya perbedaan temperatur, karena panas yang dipertukarkan terjadi
dalam suatu sistem maka kehilangan panas dari suatu benda akan sama dengan
panas yang diterima benda lain. Alat penukar kalor memiliki tujuan untuk
mengontrol suatu sistem (temperatur) dengan menambahkan atau
menghilangkan energi termal dari suatu fluida ke fluida lainnya. Walaupun ada
banyak perbedaan ukuran, tingkat kesempurnaan, dan perbedaan jenis alat
penukar kalor, semua alat penukar kalor menggunakan elemenelemen
konduksi termal yang pada umumnya berupa tabung tube atau plat untuk
memisahkan dua fluida. Salah satu dari elemen terebut, memindahkan energi
kalor ke elemen yang lainnya. Alat penukar panas banyak digunakan pada
berbagai instalasi industri, antara lain pada : boiler, kondensor, cooler, cooling
tower. Sedangkan pada kendaraan kita dapat menjumpai radiator yang
fungsinya pada dasarnya adalah sebagai alat penukar panas.
Tujuan perpindahan panas tersebut di dalam proses industri diantaranya
adalah:
1. Memanaskan atau mendinginkan fluida hingga mencapai temperature
tertentu yang dapat memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya, seperti
pemanasan reaktan atau pendinginan produk dan lain-lain.
2. Mengubah keadaan (fase) fluida : destilasi, evaporasi, kondensasi dan lain-
lain.
Dikarenakan banyaknya jenis dari alat penukar kalor, maka dalam
pembahasan akan dibatasi pada alat penukar kalor jenis heat exchanger yang
banyak dijumpai dalam industri perminyakan. Heat exchanger ini juga
banyak mempunyai jenis-jenisnya.Perlu diketahui bahwa untuk alat-alat ini
terdapat suatu terminology yang telah distandarkan untuk menamai alat dan
bagian-bagian alat tersebut yang dikeluarkan oleh Asosiasi pembuat Heat
Exchanger yang dikenal dengan Tublar Exchanger Manufactures Association
(TEMA). Standarisasi tersebut bertujuan untuk melindungi para pemakai dari
bahaya kerusakan atau kegagalan alat, karena alat ini beroperasi pada
temperatur dan tekanan yang tinggi. (Holman, 1998)
Didalam standar mekanik TEMA, terdapat dua macam kelas heat
Exchanger, yaitu :
1. Kelas R, yaitu untuk peraalatan yang bekerja dengan kondisi berat,
misalnya untuk industri minyak dan kimia berat.
2. Kelas C, yaitu yang dibuat untuk general purpose, dengan didasarkan pada
segi ekonomis dan ukuran kecil, digunakan untuk proses-proses umum
industri.
Efektivitas alat penukar panas adalah perbandingan antaralaju
perpindahan panas sebenarnya dengan laju perpindahan panas
yangmaksimum.Panasyang sebenarnya merupakan kemampuan alat untuk
menghasilkan panas, sedangkan panas maksimum merupakan panas yang
dihasilkan dari hasil pembakaran bahan bakar. (Satria, 2014)
Besarnya laju perpindahan panas dapat dihitung dengan rumus :
Q= U.A.Tm .................................................................................................(2.4)
Sehingga besarnya laju perpindahan panas (Q) dipengaruhi oleh :
1. Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh (U)
Semakin besar koefisien perpindahan panas menyeluruh(U), maka
laji perpindahan panas yang terjadi antara dua fluida juga semakin besar.
2. Luas Permukaan (A)
Semakin luas permukaan Heat Exchanger maka semakin besar pula
laju perpindahan panas dan juga tergantung pada diameter dalam pipa.
3. Beda suhu rata-rata (Tm)
Semakin besar beda suhu rata-rata antara fluida maka semakin besar
pula laju perpindahan panasnya. Dalam perpindahan panas perbedaan suhu
mengendalikan laju pemindahan panas. Suhu fluida dalam alat sering tidak
tetap. Untuk perhitungan digunakan perbedaan suhu rata-rata.
(2 1 )(1 2 )
= ( ) .(2.5)
2 1
(1 2 )

Perbedaan suhu ini disebut perbedaan suhu rata-rata logaritma (log


mean temperature diffrence) disingkat LMTD (Laboratorium Operasi
Teknik Kimia, 2016)
Q = U * A *( T) LMTD .. (2.6)
Pendekatan LMTD dalam analisis penukar kalor berguna jika
temperatur masuk dan keluar diketahui sehingga LMTD dapat dihitung,
aliran kalor, luas permukaan dan koefisien perpindahan kalor menyeluruh.
Metode efektifitas mempunyai beberapa keuntungan dalam menganalisis
serta memilihh jenis yang terbaik. Efektivitas penukar kalor (Heat
Exchanger Effectivities) didefinisikan sebagai :

= = ...(2.7)

LMTD (Log Mean Temperature Difference)


Pada aliran sejajar,dua fluida masuk bersama2 dalam alat penukar
kalor,bergerak dalam arah yang sama dan keluar bersama-sama pula.
Sedangkan pada aliran berlawanan, dua fluida bergerak dengan arah yang
berlawanan, dan pada aliran menyilang, dua fluida saling
menyilang/bergerak saling tegak lurus. Seperti ditunjukkan pada gambar
menunjukkan bahwa beda temperatur antara fluida panas dan fluida dingin
pada waktu masuk dan pada waktu keluar tidaklah sama,dan kita perlu
menentukan nilai rata2 untuk menentukan jumlah kalor yang dipindahkan
dari fluida pada alat penukar kalor.
Sehingga untuk aliran searah
(1 1 )(2 2 )
= ( ) . (2.8)
1 1
(2 2 )
Untuk aliran berlawanan
(1 2 )(2 1 )
= ( ) . (2.9)
1 2
(2 1 )

Untuk heat exchanger tipe 2 pass ataupun multiple pass maka nilai LMTD
sebenarnya akan didapatkan dengan mengalikannya dengan correction
factor (F). Nilai F dapat dicari dengan menentukan nilai temperature
efficiency (P) dan heat capacity rate ratio (R).

= 2 1 dan = 12 .. (2.10)
1 1 2 1

Alat penukar panas (Heat Exchanger) dapat dikelompokkan menjadi


beberapa bagian yakni berdasarkan:
1. Proses perpindahan panasnya
a. Direct heat exchanger, dimana kedua medium penukar panas saling
kontak satu sama lain. Tipe kontak langsung adalah tipe alat penukar
kalor dimana antara dua zat yang dipertukarkan energinya dicampur
atau dikontakkan secara langsung. Dengan demikian ciri khas dari
penukar kalor seperti ini (kontak langsung) adalah bahwa kedua zat
yang dipertukarkan energinya saling berkontak secara langsung
(bercampur) dan biasanya kapasitas energi yang dipertukarkan relatif
kecil. Yang tergolong direct heat exchanger adalah cooling tower
dimana operasi perpindahan panasnya terjadi akibat adanya
pengontakan langsung antara air dan udara.
b. Indirect heat exchanger, dimana kedua media penukar panas
dipisahkan oleh sekat/ dinding dan panas yang berpindah juga
melewatinya. Contoh, indirect heat exchanger adalah penukar panas
jenis shell and tube, pelat, dan spiral. Untuk meningkatkan efektivitas
pertukaran energi, biasanya bahan permukaan pemisah dipilih dari
bahan-bahan yang memiliki konduktivitas termal yang tinggi seperti
tembaga dan aluminium. Dengan bahan pemisah yang memiliki
konduktivitas termal yang tinggi diharapkan tahanan termal bahan
tersebut akan rendah sehingga seolah-olah antara kedua zat yang saling
dipertukarkan energinya seperti kontak langsung. (Egeten, Sappu, &
Maluegha, 2014)
2. Macam-macam alat penukar panas
a. Chiller, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan
fluida sampai pada temperatur yang rendah. Temperatur fluida hasil
pendinginan didalam chiller yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan fluida pendinginan yang dilakukan dengan pendingin air.
Untuk chiller ini media pendingin biasanya digunakan amoniak atau
Freon.
b. Kondensor, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap
atau campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media
pendingin yang dipakai biasanya air atau udara. Uap atau campuran
uap akan melepaskan panas atent kepada pendingin, misalnya pada
pembangkit listrik tenaga uap yang mempergunakan condensing
turbine, maka uap bekas dari turbin akan dimasukkan kedalam
kondensor, lalu diembunkan menjadi kondensat.
c. Cooler, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan cairan
atau gas dengan mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini
tidak terjadi perubahan fasa, dengan perkembangan teknologi dewasa
ini maka pendingin cooler mempergunakan media pendingin berupa
udara dengan bantuan fan (kipas). (Holman, 1998)
d. Heater merupakan salah satu alat penukar kalor yang berfungsi
memanaskan fluida proses, dan sebagai bahan pemanas dengan
menggunakan steam.
e. Evaporator, alat penukar kalor ini digunakan untuk penguapan cairan
menjadi uap. Dimana pada alat ini menjadi proses evaporasi
(penguapan) suatu zat dari fasa cair menjadi uap. Yang dimanfaatkan
alat ini adalah panas latent dan zat yang digunakan adalah air atau
refrigerant cair.
f. Reboiler, alat penukar kalor ini berfungsi mendidihkan kembali
(reboil) serta menguapkan sebagian cairan yang diproses. Adapun
media pemanas yang sering digunakan adalah uap atau zat panas yang
sedang diproses itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada penyulingan
minyak pada gambar 2.1, diperlihatkan sebuah reboiler dengan
mempergunakan minyak (665 ) sebagai media penguap, minyak
tersebut akan keluar dari boiler dan mengalir didalam tube.

Gambar 2.4 Thermosiphon Reboiler (Holman, 1998)

g. Vaporizer, alat ini secara umum digunakan untuk menguapkan cairan.


Uap yang dihasilkan digunakan untuk proses kimia, bukan sebagai
sumber panas seperti halnya steam dan menggunakan elemen panas
listrik. Ada dua jenis vaporizer yaitu :
1) Vaporizer dengan sirkulasi paksa dimana cairan diumpankan
kedalam vaporizer dengan menggunakan pompa.
2) Vaporizer dengan sirkulasi alamiah dimana cairan umpan dapat
mengalir sendiri dalam vaporizer dengan bantuan gaya gravitasi.
Prinsip kerja cairan yang diumpankan kedalam vaporizer kemudian
dipanaskan dengan suatu media pemanas (umpan tidak kontak
langsung dengan media pemanas). Biasanya tidak semua umpan
teruapkam dengan sempurna. Produk yang dihasilkan (uap dan cairan)
dipisahkan dalam suatu tangki pemisah. Uap yang dihasilka digunakan
untuk proses selanjutnya, cairan yang tidak menguap di recycle
kembali.
h. Heat Exchanger, alat penukar kalor ini bertujuan untuk
memanfaatkan panas suatu aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi
dua fungsi sekaligus, yaitu :
1) Memanaskan fluida
2) Mendinginkan fluida yang panas
Suhu yang masuk dan keluar kedua jenis fluida diatur sesuai dengan
kebutuhannya. Pada gambar diperlihatkan sebuah heat exchanger,
dimana fluida yang berada didalam tube adalah air, disebelah luar dari
tube fluida yang mengalir adalah kerosene yang semuanya berada
didalam shell. (Holman, 1998)

Gambar 2.5 Konstruksi Heat Exchanger (Holman, 1998)

3. Arah Aliran berdasarkan Susunan Aliran Fluida


a. Penukar kalor tipe aliran searah (co-current/parallel flow)
Penukar kalor tipe aliran sejajar yaitu bila arah aliran dari kedua
fluida di dalam penukar kalor adalah sejajar. Artinya kedua fluida
masuk pada sisi yang satu dan keluar dari sisi yang lain. Pada jenis ini
temperatur fluida yang memberikan energi akan selalu lebih tinggi
dibanding yang menerima energi sejak mulai memasuki penukar kalor
hingga keluar. Dengan demikian temperatur fluida yang menerima
kalor tidak akan pernah mencapai temperatur fluida yang memberikan
kalor saat keluar dari penukar kalor. Jenis ini merupakan penukar kalor
yang paling tidak efektif.

Gambar 2.6 Aliran Parallel Flow dan Profil Pengatur (Holman, 1998)

b. Penukar kalor tipe aliran berlawanan (counter current /flow)


Penukar kalor tipe aliran berlawanan yaitu bila kedua fluida
mengalir dengan arah yang saling berlawanan. Pada tipe ini masih
mungkin terjadi bahwa temperatur fluida yang menerima kalor saat
keluar penukar kalor lebih tinggi dibanding temperatur fluida yang
memberikan kalor saat meninggalkan penukar kalor. Bahkan idealnya
apabila luas permukaan perpindahan kalor adalah tak berhingga dan
tidak terjadi rugi-rugi kalor ke lingkungan, maka temperatur fluida
yang menerima kalor saat keluar dari penukar kalor bisa menyamai
temperatur fluida yang memberikan kalor saat memasuki penukar
kalor. Dengan teori seperti ini jenis penukar kalor berlawanan arah
merupakan penukar kalor yang paling efektif.
Gambar 2.7 Aliran Counter Flow dan Profil Pengatur (Holman, 1998)

c. Penukar kalor dengan aliran silang (cross flow)


Penukar kalor dengan aliran silang yaitu bila arah aliran kedua
fluida saling bersilangan. Apabila ditinjau dari efektivitas pertukaran
energi, penukar kalor jenis ini berada diantara kedua jenis di atas.
Contoh yang sering ditemui adalah radiator mobil dimana arah aliran
air pendingin mesin 12 yang memberikan energinya ke udara saling
bersilangan. Dalam kasus radiator mobil, udara melewati radiator
dengan temperatur rata-rata yang hampir sama dengan temperatur
udara lingkungan kemudian memperoleh kalor dengan laju yang
berbeda di setiap posisi yang berbeda untuk kemudian bercampur lagi
setelah meninggalkan radiator sehingga akan mempunyai temperatur
yang hampir seragam.
Gambar 2.8 Aliran Cross Flow dan Profil Pengatur (Holman, 1998)

4. Bentuknya
a. Penukar panas pipa rangkap (double pipe heat exchanger )
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda.
Dalam jenis penukar panas dapat digunakan berlawanan arah aliran
atau arah aliran, baik dengan cairan panas atau dingin cairan yang
terkandung dalam ruang annular dan cairan lainnya dalam pipa. Alat
penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standar yang
dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak
penyekat. Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida
kedua mengalir di dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa
dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat digunakan pada laju alir
fluida yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi.
Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa mempunyai shell
sendiri sendiri. Untuk menghindari tempat yang terlalu panjang maka
Heat Exchanger ini dibentuk menjadi U. Pada beberapa keperluan
khusus untuk meningkatkan kemampuan memindahkan panas bagian
luar diberi sirip. Keistimewaan jenis ini adalah mampu beroperasi pada
tekanan yang tinggi dan karena tidak ada sambungan resiko
tercampurnya fluida sangat kecil. (Fakhrizal, 2011)
Kelemahannya adalah kapasitas perpindahan panasnya relatif
kecil. Alat penukar kalor pipa ganda dalah a1at perpindahan kalor
yang terdiri dari dua pipa konsentris (pipa kecil sebagai sentra1, yang
dibungkus oleh pipa yang lebih besar). Dimana satu fluida menga1ir
lewat pipa da1am sedangkan fluida yang lain mengalir lewat anulus,
antara dinding pipa da1am dan dinding pipa luar. Alat ini digunakan
da1am industri skala kecil. Dan umumnya digunakan dalam skala
laboratorium.
b. Penukar Panas Plate and Frame ( plate and frame heat exchanger )
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat-
pelat tegak lurus,bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat
tegak lurus dipasang penyekat lunak ( biasanya terbuat dari karet ).
Pelat -pelat dan sekat disatukan oleh suatu perangkat penekan yang
pada setiap sudut pelat 10 (kebanyakan segiempat) terdapat lubang
pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan masuk dan
keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain mengalir melalui
lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.
Heat exchanger tipe plat adalah jenis penukar panas yang
menggunakan pelat logam untuk mentransfer panas antara dua cairan.
Ini memiliki keuntungan besar atas suatu penukar panas konvensional
dalam bahwa cairan yang terkena luas permukaan jauh lebih besar
karena cairan menyebar di plat. Ini memfasilitasi transfer panas, dan
sangat meningkatkan kecepatan perubahan suhu. Plat penukar panas
yang sekarang umum dan versi dibrazing sangat kecil yang digunakan
dalam air panas bagian dari jutaan kombinasi boiler. Konsep di balik
penukar panas adalah penggunaan pipa atau pembuluh penahanan lain
untuk panas atau dingin satu cairan dengan mentransfer panas antara
itu dan cairan lain .Dalam kebanyakan kasus, penukar terdiri dari pipa
melingkar berisi satu fluida yang melewati ruang berisi cairan lain.
Dinding pipa biasanya terbuat dari logam, atau zat lain dengan
konduktivitas panas yang tinggi, untuk memfasilitasi pertukaran,
sedangkan casing luar ruang yang lebih besar adalah terbuat dari
plastik atau dilapisi dengan isolasi termal, untuk mencegah panas dari
melarikan diri dari exchanger.
Kelebihan dan kekurangan dari Plate Heat Exchanger jika
dibandingakan dengan HE shell and tube konvensional adalah sebagai
berikut :
Kelebihan :
1) Pelat lebih banyak diminati karena mudah diperoleh
2) HE tipe plat mudah dirawat
3) Pendekatan temperature terendah yang masih bisa digunakan
hingga 1 dibandingkan dengan HE Shell and tube yang sebesar
5-10
4) HE tipe plat lebih fleksibel, dapat dengan mudah platnya ditambah
5) HE tipe plat lebih tepat digunakan untuk material yang memiliki
viskositas yang tinggi
6) Temperatur Correction Factor, Ft, akan lebih tinggi karena
alirannya lebih mendekati aliran couter flow yang sesungguhnya.
7) Fouling cenderung lebih kecil kemungkinan terjadi.
Kerugian :
1) Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan tekanan
. HE tipe plat tidak sesuai digunakan untuk tekanan lebih dari 30
bar.
2) Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah penting
3) Maksimum temperature operasi terbatas hingga 250
dikarenakan material gasket yang sesuai.
c. Tipe spiral (spiral heat exchanger)
Penukar kalor tipe spiral arah aliran fluida menelusuri pipa spiral
dari luar menuju pusat spiral atau sebaliknya dari pusat spiral menuju
ke luar. Permukaan perpindahan kalor efektif adalah sama dengan
dinding spiral sehingga sangat tergantung pada lebar spiral dan
diameter serta berapa jumlah spiral yang ada dari pusat hingga
diameter terluar.
d. Tipe tabung dan pipa (shell and tube heat exchanger)
Penukar kalor pipa-tabung (shell and tube Heat Exchanger)
terdiri dari sebuah shell (tabung/silinder besar) dimana di dalamnya
terdapat satu pipa dengan diameter yang cukup kecil. Satu jenis fluida
mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya mengalir di
dalam pipa-pipa tetapi masih didalam shellnya. (Fakhrizal, 2011)
Jenis ini terdiri dari suatu tabung dengan diameter cukup besar
yang di dalamnya berisi seberkas pipa dengan diameter relatif kecil.
Alat penukar panas ini terdiri atas suatu bundel pipa yang dihubungkan
secara paralel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang).
Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida
yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau
bersilangan. Untuk meningkatkan effisiansi pertukaran panas, biasanya
pada alat penukar panas cangkang dan buluh dipasang sekat (buffle).
Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan menambah
waktu tinggal (residence time), namun pemasangan sekat akan
memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja
pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus
diatur.
Jenis ini dapat dioperasikan untuk perbedaan temperatur sampai
200, cocok untuk digunakan sebagai kondenser, cairan dengan
cairan, gas dengan gas, gas dengan cairan. Penukar kalor pipa-tabung
memiliki beberapa keuntungan dan juga kekurangan diantaranya :
Keuntungan:
1) Bentuk dan desain mudah disesuaikan
2) Perawatan dan perbaikan mudah
3) Pabrik pembuat gampang ditemukan
4) Konfigurasi alat ini memberikan luas permukaan yang besar
dalam volume yang kecil.
5) Mempunyai bentuk yang baik untuk operasi bertekanan.
6) Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah baik.
7) Dapat dikonstruksi dari sejumlah besar material.
8) Mudah dibersihkan.
Kekurangan:
1) Kebutuhan akan ruang besar
2) Kondisi kerja terbatas
3) Penukar kalor pelat (plates heat exchanger)
Penukar kalor jenis plat memiliki beberapa keuntungan dan
juga kekurangan diantaranya :
Keuntungan :
a) Luas transfer panas besar dengan volume yang kecil
b) Tingkat fleksibilitasnya tinggi
c) Tahan korosi dan reaksi kimia
d) Mudah dibersihkan
Kekurangan :
a) Pressure drop tinggi
b) Mudah terjadi kerusakan karena perbedaan tekanan
c) Mudah tersumbat oleh partikel padat
d) Start up agak lama
e. Koil Pipa
Heat Exchanger ini mempunyai pipa berbentuk koil yang
dibenamkan didalam sebuah box berisi air dingin yang mengalir atau
yang disemprotkan untuk mendinginkan fluida panas yang mengalir di
dalam pipa. Jenis ini disebut juga sebagai box cooler, jenis ini biasanya
digunakan untuk pemindahan kalor yang relative kecil dan fluida yang
didalam shell yang akan diproses lanjut.
Penukar kalor pipa koil (coil pipe Heat Exchanger) ini
mempunyai pipa berbentuk koil yang dibenamkan di dalam sebuah box
berisi air dingin yang mengalir atau air yang disemprotkan untuk
mendinginkan fluida panas yang mengalir didalam pipa. (Fakhrizal,
2011)
f. Jenis Pipa Terbuka (Open Tube Section)
Pada heat exchanger ini pipa-pipa tidak ditempatkan lagi di
dalam shell, tetapi dibiarkan menguap di udara. Pendinginan dilakukan
dengan mengalirkan air atau udara pada bagian pipa. Berkas pipa itu
biasanya cukup panjang. Untuk pendinginan dengan udara biasanya
bagian luar pipa diberi sirip-sirip untuk memperluas permukaan
perpindahan panas. Seperti halnya jenis coil pipa, perpindahan panas
yang terjadi cukup lamban dengan kapasitas yang lebih kecil dari jenis
shell and tube. (Holman, 1998)
g. Penukar Kalor Pendingin Udara (Air Cooled Heat Exchanger)
Penukar kalor pendingin udara umumnya digunakan dalam
aplikasi industri dimana sumber air yang dapat diandalkan tidak
tersedia sebagai media pendinginan. Bahkan jika air tersedia, dalam
beberapa kasus, udara Penukar kalor pendingin udara digunakan untuk
alasan ekonomi atau pun alasan operasional karena memiliki berbagai
macam kelebihan yaitu sirkuit pendingin air, pompa, sistem air
pendingin dan sistem air conditioning yang menambah kompleksitas
dan kebutuhan modal, serta biaya operasi dan pemeliharaan. Cara
kerjanya adalah proses cairan panas harus didinginkan mengalir
melalui tabung sedangkan pendingin udara mengalir di permukaan luar
untuk membuang panas. Khususnya dirancang sirip yang melekat pada
permukaan luar tabung untuk membuat besar luas permukaan untuk
pendinginan lebih efektif. Tingkat perpindahan panas adalah fungsi
luas permukaan sirip dan kecepatan aliran udara. Desain mekanik
penukar kalor harus mengakomodasi proses kondisi termasuk tekanan
dan temperatur selain itu tingkat korosiv dan kondensasi. Kunci untuk
kualitas dan umur penukar kalor ini adalah pemilihan material yang
tepat dan teknologi fabrikasi. (Fakhrizal, 2011)
h. Penukar Kalor Kompak (Compact Heat Exchanger)
Jenis penukar kalor kompak mempunyai luas permukaan yang
sangat besar persatuan volume yaitu sekitar lebih dari 650 m2 per
meter kubik volume. Penukar kalor jenis ini sangat cocok untuk
penerapan dalam aliran gas dimana nilai koefisien perpindahan panas
menyeluruh (U) adalah rendah dan diperlukan luas yang besar dalam
volume yang kecil. (Fakhrizal, 2011)
Keunggulan:
1) Biaya perawatan lebih murah
2) Walaupun terjadi kegagalan heat exchanger masih dapat
beroperasi
3) Faktor fouling dapat diabaikan
4) Desain lebih sederhana

Kekurangan:
1) Suara lebih keras
2) Range kerja sangat terbatas, biasanya tidak bekerja pada suhu
ekstrim.

2.3. Parameter Dalam Perhitungan Nilai Perpindahan Panas Penukar Kalor


Dalam alat penukar kalor diterapkan susunan tabung bersirip (finned-
tube) untuk membuang kalor dari fluida panas. Namun dalam pembahasan
nilai-nilai parameter penting untuk perhitungan laju perpindahan panas laporan
ini tidak dibahas mengenai efektivitas sirip atau fin melainkan hanya membahas
mengenai perpindahan panas pasa tabung atau tube-nya saja, sehingga
persamaan yang dibahas adalah tentang tube dengan perhitungan menggunakan
persamaan konveksi yang secara umum digunakan pada penukar kalor pipa
ganda (double pipe) ataupun tabung-pipa (shell and tube). Seringkali salah satu
fluida dalam sebuah penukar-panas mengalir dalam pipa, sedang fluida yang
lain mengalir dalam ruang anulus sebuah pipa yang lebih besar atau dalam
ruang sebuah shell yang memuat banyak pipa, perpindahan panas berlangsung
secara radial terhadap pipa. Antara fluida di dalam pipa dan permukaan dinding
pipa sebelah dalam, panas dipertukarkan secara konveksi, kemudian panas
menjalar secara konduksi melalui logam dinding pipa sedangkan di luar pipa
terjadi lagi konveksi.
Nilai laju perpindahan panas dalam alat penukar kalor dapat dihitung
berdasarkan teori perpindahan panas secara konveksi. Selain laju perpindahan
panas, parameter penting yang mempengaruhi efektivitas suatu alat penukar
kalor adalah nilai koefisien perpindahan panasnya. Besarnya koefisien pindah
panas secara konveksi diperkirakan dari persamaan-persamaan empiris. Untuk
konveksi dalam pipa sudah tentu persamaan empirisnya lain daripada untuk
konveksi luar pipa. Banyak buku yang memuat keterangan tentang koefisien
pindah panas, baik dalam bentuk persamaan, maupun dalam bentuk nomogram.
Dalam mencari persamaan-persamaan empiris itu harus diperhatikan sifat
fluida, sifat aliran, jenis perpindahan panas (pemanasan atau pendinginan), letak
pipa dan lain sebagainya.

2.4. Komponen Heat Exchanger


Adapun komponen-komponen dari heat exchanger antara lain:
1. Baffle
Sebuah perangkat untuk mengarahkan cairan shell di sisi tube untuk
transfer panas optimum dengan perbedaan baffle cut. Sebagai penahan dari
tube bundle, untuk mengurangi atau menambah terjadinya getaran. Sebagai
alat untuk mengarahkan aliran fluida yang berada di dalam tubes.
2. Kondensor
Sebuah alat untuk mengubah aliran cairan dari uap ke keadaan cair
dengan menghilangkan panas penguapan. Aliran fluida dapat menjadi
komponen murni atau campuran komponen. Kondensasi dapat terjadi pada
sisi shell atau sisi tube pada sebuah penukar yang berorientasi vertikal
maupun horizontal.
3. Cooler
Umumnya merupakan kotak terisolasi, yang digunakan untuk
menyimpan makanan atau minuman dingin. Es batu yang sangat dingin
yang paling sering ditempatkan di dalamnya untuk membuatnya tetap
dalam keadaan dingin. Paket es kadang-kadang digunakan, karena
mengandung air mencair di dalam, atau memiliki gel yang disegel di
dalamnya dan tetap dingin dengan jangka waktu yang lama.
4. Fouling
Peningkatan resistensi baik perpindahan panas dan aliran fluida
disebabkan oleh endapan pada permukaan perpindahan panas. Fouling
bekerja sebagai lapisan isolasi pada permukaan perpindahan panas,
mengurangi efisiensi perpindahan panas atau menurunnya daerah aliran
yang tersedia . Resistensi meningkat menjadi perpindahan panas diwakili
oleh kuantitas disebut sebagai tahan panas fouling, yang ditambahkan ke
total tahan panas. Nilai-nilai fouling tahan panas umumnya telah diamati
meningkat dengan waktu.
5. Heater
Benda pemanas yang memancarkan panas atau menyebabkan bagian
lain untuk mencapai suhu yang lebih tinggi. Dalam rumah tangga atau
pengaturan domestik, pemanas biasanya digunakan untuk menghasilkan
pemanasan.
6. Nozzle
Nozel adalah pipa bagian digunakan untuk menyambung ke header
penukar panas untuk pipa.
7. Pumparound Coolers
Pumparound pendingin mendinginkan aliran sisi dari baki menengah
kolom distilasi. Aliran samping atau pumparound, setelah itu telah
didinginkan, dikembalikan ke nampan lain dalam kolom distilasi. Sebuah
bagian dari pumparound yang dapat ditarik sebagai produk aliran samping.
8. Reboiler
Penukar panas biasanya digunakan untuk menyediakan panas ke
bagian bawah kolom distilasi industri. Mereka merebus cairan dari bagian
bawah kolom distilasi untuk menghasilkan uap yang dikembalikan ke
kolom untuk mendorong pemisahan distilasi.
9. Steam Generator
Sebuah perangkat yang digunakan untuk merebus air untuk membuat
uap. Ini mungkin merujuk pada boiler, sebuah bejana tertutup di mana air
dipanaskan di bawah tekanan.
10. Superheater
Perangkat dalam mesin uap yang memanaskan uap yang dihasilkan
oleh boiler lagi, meningkatkan energi panas dan mengurangi kemungkinan
bahwa hal itu akan mengembun di dalam mesin. Superheater
meningkatkan efisiensi mesin uap, dan diadopsi secara luas.
11. Vaporizer
Sebuah vaporizer adalah alat penukar panas yang mengubah cairan
menjadi uap. Istilah ini kadang-kadang terbatas pada unit penanganan
cairan selain air. Alat ini di gunakan untuk menguapkan bahan cair yang
bukan air atau pelarut selain air. (Ling & Mulyandasari, 2010).
2.5. Analisa Kinerja HE
1. Koefisien overall perpindahan panas (U)
Menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas
ke fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai
gabungan proses konduksi dan konveksi.
2. Fouling factor (Rd)
a. Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak
dikehendaki di permukaan Heat Exchanger yang berkontak dengan
fluida kerja, termasuk permukaan Heat Transfer. Peristiwa tersebut
adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi dan proses
biologi.
b. Angka yang menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran yang
terbawa fluida yang mengalir di dalam HE.
c. Faktor pengotoran ini sangat mempengaruhi perpindahan panas pada
Heat Exchanger. Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari fluida yang
mengalir, juga disebabkan oleh korosi pada komponen dari Heat
Exchanger akibat pengaruh dari jenis fluida yang dialirinya. Selama
Heat Exchanger ini dioperasikan pengaruh pengotoran pasti akan
terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu atau
memperngaruhi temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan
ataau mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari
fluida tersebut. Beberapa faktor yang dipengaruhi akibat pengotoran
antara lain :
1) Temperatur fluida
2) Temperatur dinding plat
3) Kecepatan aliran fluida
2.6. Shell and Tube Heat Exchanger
Tipe Heat Exchanger yang paling umum digunakan dalam industri adalah
tipe shell and tube. Heat Exchanger tipe shell and tube terdiri dari kumpulan
tube di dalam suatu shell. Satu fluida mengalir di dalam tube sedang fluida
yang lain mengalir di ruang antara bundle tube dan shell. Pada penukar kalor ini
salah satu fluida akan mengalir di dalam pipa-pipa sedangkan fluida yang
lainnya dialirkan melalui selongsong melintasi luar pipa. Biasanya dalam
selongsong dipasang sekat-sekat atau baffles untuk menjamin fluida mengalir
melalui selongsong dan melintasi tabung, sehingga perpindahan panas yang
terjadi akan lebih tinggi.Alat penukar shell dan tube terdiri atas suatu bundel
pipa yang dihubungkan secara paralel dan ditempatkan dalam sebuah pipa
(cangkang). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida
yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau
bersilangan. Untuk meningkatkan efisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat
penukar panas shell dan tube dipasang sekat (baffle).

Gambar 2.9 Shell and Tube Heat Exchanger (Dwi, 2012)


Keuntungan shell & tube Heat Exchanger :
1. Memiliki permukaan perpindahan panas persatuan volume yang lebih besar
2. Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang cukup baik
untuk operasi bertekanan
3. Tersedia dalam berbagai bahan konstruksi
4. Prosedur pengopersian lebih mudah
5. Metode perancangan yang lebih baik telah tersedia
6. Pembersihan dapat dilakukan dengan mudah
Penentuan fluida dalam shell atau tube :
1. Fluida bertekanan tinggi dialirkan di dalam tube karena tube standar cukup
kuat menahan tekanan yang tinggi.
2. Fluida berpotensi fouling dialirkan di dalam tube agar pembersihan lebih
mudah dilakukan.
3. Fluida korosif dialirkan di dalam tube karena pengaliran di dalam shell
membutuhkan bahan konstruksi yang mahal yang lebih banyak.
4. Fluida bertemperatur tinggi dan diinginkan untuk memanfaatkan panasnya
dialirkan di dalam tube karena dengan ini kehilangan panas dapat
dihindarkan.
5. Fluida dengan viskositas yang lebih rendah dialirkan di dalam tube karena
pengaliran fluida dengan viskositas tinggi di dalam penampang alir yang
kecil membutuhkan energi yang lebih Fluida yang mempunyai volume
besar dilewatkan melalui tube, karena adanya cukup ruangan.
6. Fluida dengan viskositas tinggi ditempatkan di shell karena dapat
digunakan baffle untuk menambah laju perpindahan.
7. Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube. Diameter tube yang
kecil menyebabkan kecepatan linier fluida (velocity) masih cukup tinggi,
sehingga menghambat fouling dan mempercepat perpindahan panas. (Dwi,
2012)
Jenis shell and tube yaitu:
1. U-Tube
Shell dan Tube (u-tube) adalah jenis yang paling umum dari penukar
panas yang digunakan dalam proses industri, minyak bumi, kimia dan
HVAC, berisi sejumlah tabung U paralel di dalam shell. Penukar panas
shell and tube yang digunakan ketika proses membutuhkan sejumlah besar
cairan yang akan dipanaskan atau didinginkan. Karena desainnya, penukar
panas shell and tube menawarkan area perpindahan panas besar dan
memberikan efisiensi perpindahan panas tinggi.(Mukherjee, 1998)
Gambar 2.10 Shell and Tube (U-Tube) (Ling & Mulyandasari, 2010).

2. Straight-Tube 1-pass
One pass berarti bahwa cairan masuk di satu sisi dan keluar di sisi
lain dari penukar panas. Terdapat baffles yang mengarahkan aliran melalui
sisi shell sehingga fluida tidak mengambil jalan pintas melalui sisi shell
yang dapat menyebabkan volume arus rendah yang tidak efektif. Heat
Exchanger arus berlawanan merupakan yang paling efisien sebab
memberikan perbedaan suhu rata-rata yang paling tinggi antara arus dingin
dengan arus panas. (Ling & Mulyandasari, 2010).

Gambar 2.11 Straight-Tube 1-Pass(Ling & Mulyandasari, 2010).


3. Straight-Tube 2-pass

Gambar 2.12 Straight-Tube 2-Pass (Ling & Mulyandasari, 2010).


Two pass berarti bahwa cairan masuk dan keluar pada sisi yang sama
dari penukar panas. (Ling & Mulyandasari, 2010).
Komponen penyusun Heat Exchanger jenis Shell and Tube adalah :
1. Shell
Merupakan bagian tempat untuk tube bundle. Antara shell and tube
bundle terdapat fluida yang menerima atau melepaskan panas, yang
dimaksud dengan lintasan shell adalah lintasan yang dilakukan oleh fluida
yang mengalir ke dalam melalui saluran masuk (inlet nozzle) melewati
bagian dalam shell dan mengelilingi tube kemudian keluar melalui saluran
keluar (outlet nozzle). Kontruksi shell sangat ditentukan oleh keadaan tubes
yang akan ditempatkan didalamnya. Shell ini dapat dibuat dari pipa yang
berukuran besar atau pelat logam yang dirol. Shell merupakan badan dari
Heat Exchanger, dimana didapat tube bundle. Untuk temperatur yang
sangart tinggi kadang-kadang shell dibagi dua disambungkan dengan
sambungan ekspansi.
2. Tube
Tube atau pipa merupakan bidang pemisah antara kedua jenis fluida
yang mengalir didalamnya dan sekaligus sebagai bidang perpindahan
panas. Ketebalan dan bahan pipa harus dipilih pada tekanan operasi fluida
kerjanya. Selain itu bahan pipa tidak mudah terkorosi oleh fluida kerja.
Diameter dalam tube merupakan diameter dalam aktual dalam ukuran
inch dengan toleransi yang sangat cepat. Tube dapat diubah dari berbagai
jenis logam, seperti besi, tembaga, perunggu, tembaga-nikel, aluminium
perunggu, aluminium dan stainless steel. Ukuran ketebalan pipa berbeda-
beda dan dinyatakan dalam bilangan yang disebut Birmingham Wire Gage
(BWG). Ukuran pipa yang secara umum digunakan biasanya mengikuti
ukuran-ukuran yang telah baku, semakin besar bilangan BWG, maka
semakin tipis tubenya. Ketebalan dan bahan pipa harus dipilih pada
tekanan operasi fluida kerjanya. Selain itu bahan pipa tidak mudah
terkorosi oleh fluida kerja. Susunan dari tube dibuat berdasarkan
pertimbangan untuk mendapatkan jumlah pipa yang banyak atau untuk
kemudahan perawatan (pembersihan permukaan pipa).
Jenis-jenis Tube Pitch yang utama adalah :
a. Square pitch
b. Triangular pitch
c. Square pitch rotated
d. Triangular pitch with cleaning lanes

Gambar 2.13 Jenis Tube Pitch (Holman, 1998)


3. Pass divider
Komponen ini berupa plat yang dipasang di dalam channels untuk
membagi aliran fluida tube bila diinginkan jumlah tube pass lebih dari satu.
4. Baffle
Baffle digunakan untuk mengatur aliran lewat shell sehingga
turbulensi yang lebih tinggi akan diperoleh. Adanya baffle dalam shell
menyebabkan arah aliran fluida dalam shell akan memotong kumpulan
tubes secara tegak lurus, sehingga memungkinkan pengaturan arah aliran
dalam shell maka dapat meningkatkan kecepatan liniernya, sehingga akan
meningkatkan harga koefisien perpindahan panas lapisan fluida di sisi
shell. Baffle juga berfungsi untuk menahan tube bundle dan untuk menahan
getaran pada tube serta untuk mengontrol serta mengarahkan aliran fluida
yang mengalir di luar tube sehingga turbulensi yang lebih tinggi akan
diperoleh, dengan adanya turbulensi aliran maka koefisien perpindahan
panas juga akan meningkat. (Holman, 1998)
Adapun fungsi dari pemasangan sekat (baffle) pada heat exchanger
ini antara lain adalah untuk :
a. Sebagai penahan dari tube bundle
b. Untuk mengurangi atau menambah terjadinya getaran.
c. Sebagai alat untuk mengarahkan aliran fluida yang berada di dalam
tubes.
Ditinjau dari segi konstruksinya baffle dapat diklasifikasikan
dalam empat kelompok, yaitu :
a. sekat plat bentuk segmen.
b. Sekat bintang (rod baffle).
c. Sekat mendatar.
d. Sekat impingement.

2.7. Pompa
1. Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal secara prinsip terdiri dari casing pompa dan
impeller yang terpasang pada poros putar. Casing pompa berfungsi sebagai
pelindung, batas tekan dan juga terdiri dari saluran- saluran yang untuk
masukan (suction) dan keluaran (discharge). Casing ini memiliki vent dan
drain yang berguna untuk melepas udara atau gas yang terjebak dalam
casing selain untuk juga berguna perawatannya.
Gambar ilustrasi di bawah ini merupakan diagram sederhana
daripada pompa sentrifugal yang menunjukkan lokasi dari suction pompa,
impeller, volute dan discharge. Casing pompa sentrifugal menuntun aliran
suatu cairan dari saluran suction menuju mata (eye) impeller. Vanes dari
impeller yang berputar meneruskan dan memberikan gaya putar sentrifugal
kepada cairan ini sehingga cairan bergerak menuju keluar impeller dengan
kecepatan tinggi. Cairan tersebut kemudian sampai dan mengumpul pada
bagian terluar casing yaitu volute. Volute ini merupakan area atau saluran
melengkung yang semakin lama semakin membesar ukurannya, dan seperti
halnya diffusor, volute berperan besar dalam hal peningkatan tekanan
cairan saat keluar dari pompa, merubah energi kecepatan menjadi tekanan.
Setelah itu liquid keluar dari pompa melalui saluran discharge.

Gambar 2.14 Pompa Sentrifugal (Fakhrizal, 2011)

Pompa Sentrifugal juga bisa dibuat dengan dua volute. Pompa


semacam ini biasa disebut double volute pumps, dimana discharge-nya
berbeda posisi 180. Untuk aplikasinya bisa meminimaliskan gaya radial
yang mengenai poros dan bantalan sehubungan dengan ketidakseimbangan
tekanan di sekitar impeller.
2. Pompa Magnetik
Cara kerja pompa ini adalah tergantung dari kerja langsung sebuah
medan magnet padiedia ferromagnetic yang dialirkan, oleh karena itu
penggunaan dari pompa ini sangat terbatas pada cairan metal. Pada pompa
penggerak magnetik, rotor pompa terpasang secara magnetik ke motor.
Keunggulan
a. Tidak ada kebocoran
b. Tidak ada liquid berharga yang hilang
c. Tingkat kebisingan yang sangat rendah
d. Dapat meng-handle liquid dengan toxity rating 0 s/d 4
e. External piping sangat sedikit
Kelemahan
a. Tidak dapat meng-handle liquid yang mengandung slurry/dirty liquid
b. Servis temperatur relatif lebih rendah
c. Tidak dapat meng-handle liquid yang dapat mengeras
d. Viscous liquid harus lebih kecil daripada 200 cP

2.8 Pengertian Air


Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan warna dan
terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Karena air
mempunyai sifat yang hampir bisa digunakan untuk apa saja, maka air
merupakan zat yang paling penting bagi semua bentuk kehidupan (tumbuhan,
hewan, dan manusia) sampai saat ini selain matahari yang merupakan sumber
energi.

Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan bagian
terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud,
gerakan aliran air (di permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan
jenis air mengikuti suatu siklus keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus
hidrologi (Kodoatie dan Sjarief, 2010).

Air tawar adalah air dengan kadar garam dibawah 0,5 ppt (Nanawi,
2001). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2001 Tentang Pengadilan Kualitas Air dan Pengadilan Kualitas Pencemaran.
Ketentuan Umum pasal 1, menyatakan bahwa : Air tawar adalah semua air
yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air
fosil, sedangkan menurut Undang-Undang RI No.7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya.

Air (Bab I, Pasal I), butir 2 disebutkan bahwa Air adalah semua air yang
terdapat pada di atas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam
pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di
darat. Butir 3 menyebutkan Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan
atau batua dibawah permukaan tanah. Karakteristik kandungan sifat fisik dari
air tawar tergantung dari tempat sumber air itu berasal dan teknik pengolahan
air tersebut apakah menghasilkan air yang baik dikonsumsi.

Bau pada air dapat disebabkan karena benda asing yang masuk ke dalam
air seperti bangkai binatang, bahan buangan, ataupun disebabkan karena proses
penguraian senyawa organik oleh bakteri. Pada peristiwa penguraian senyawa
organik yang dilakukan oleh bakteri tersebut dihasilkan gas gas berbau
menyengat dan bahkan ada yang beracun. Pada peristiwa penguraian zat
organik berakibat meningkatkan penggunaan oksigen terlarut di air (BOD =
Biological Oxighen Demand) oleh bakteri dan mengurangi kuantitas oksigen
terlarut (DO = Disvolved Oxigen) di dalam air. Senyawa senyawa organik
umumnya tidak stabil dan mudah dioksidasi secara biologis dan kimia menjadi
senyawa stabil atau biasa dikenal dengan istilah BOD dan COD (Dwi, 2002).

Vous aimerez peut-être aussi