Vous êtes sur la page 1sur 30

Agama dan Agama Islam

Agama atau din berasal dari kata dana, yadinu, dinan memiliki pengertian bahwa
segala sesuatu yang berisi tatanan, kaidah, tata cara hidup yang meliputi : tata keimanan atau
keyakinan(sistem credo) akan adanya sesuatu yang mutlak diluar manusia, tata peribadatan
(ritus), serta tata kaidah (norma) yang mengatur hubungan manusia dengan sesama dan alam
sesuai tata keimanan dan peribadatan

Agama merupakan apa yang disyariatkan oleh Allah dengan perantaraan nabi-nabi
berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk kebaikan hamba-hamba-Nya di dunia dan
akhirat. Agama yang hanya diridhai oleh Allah swt.. adalah agama Islam dimana Islam
sendiri berasal dari kata aslama yang artinya tunduk, patuh, berserah diri. Secara bahasa
Islam adalah agama sepanjang sejarah manusia yang merupakan ajaran dari seluruh nabi dan
rasul yang diutus oleh Allah pada bangsa dan kelompok manusia.

Dari pengertian Islam itu sendiri maka kita dapat mengetahui bahwa persamaan antara
ajaran nabi Muhammad saw. Dengan para nabi sebelumnya adalah mengenai ajaran
ketauhidan atau mengesakan Tuhan yakni Allah swt.. Sedangkan perbedaannnya hanya
terletak dari tata cara peribadatan atau pelaksanaan dari ajaran ketauhidan tersebut, seperti
pada zaman nabi Daud yang sudah mengajarkan tentang puasa namun dilaksanakan sedikit
berbeda dengan pada ajaran nabi Muhammad saw. Ajaran nabi Muhammad merupakan
rangkuman atau penyempurna dari seluruh ajaran para nabi sebelumnya yang dituangkan
lewat wahyu yang diberikan kepada beliau yakni Al Quranul Kariim. Oleh karena itu kata
kunci dari agama Islam adalah nabi Muhammad saw. Dan Al Quran.

Ciri-ciri agama Islam adalah diantaranya; penyerahan diri kepada Allah swt..,
merupakan agama dari semua para nabi, agama yang sesuai fitrah atau hakikat dari manusia,
agama yang merupakan rahmat, agama yang berfungsi sebagai petunjuk, dan ajarannya
bersifat menyeluruh kepada semua manusia dibelahan bumi mana pun.

Sebenarnya secara garis besar isi dari ajaran agama Islam itu sendiri dibagi menjadi 3
yakni; aqidah, syariah, dan akhlaq

a. Aqidah, dimana ajarannya mencakup isi dari rukun Iman yakni iman kepada Allah, Iman
kepada malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada rasul, iman kepada hari akhir, dan
iman kepada nasib baik buruk (qadha & qadhar).
b. Syariah, yang dibagi menjadi dua bagian yakni ibadah dan muamalah.

1. Ibadah, dimana ibadah yang dilaksanakan disini merupakan perwujudan atau


pengaplikasian dari rukun islam yakni thaharah (pensucian diri atas keyakinan terhadap 2
kalimat syahadat), Shalat, zakat, puasa, dan hajji. Ibadah ini hukumnya wajib dan tidak bisa
diubah sedikit pun sesuai keinginan kita (manusia) karena perintah tersebut telah baku dari
sang maha pencipta Allah swt..

2. Muamalah, yang dibagi menjadi muamalah agak luas dan muamalah umum.
Contoh dari muamalah agak luas adalah hukum perniagaan sedangkan untuk muamalah
umum contohnya adalah hukum pidana. Pengaplikasian dari perintah muamalah ini di
kehidupan sehari-hari bisa saja digantikan dan tidak harus sama dengan apa yang dilakukan
oleh nabi Muhammad saw. Misalnya untuk masalah pernikahan dimana mahar dari sang
mempelai pria tidak harus sama dengan yang dicontohkan oleh nabi Muhammad yakni
dengan memberikan ratusan ekor unta kepada mempelai wanita. Hal itu tidak menjadi
kewajiban untuk diikuti oleh umat nabi, pemberian mahar bisa saja digantikan sesuai dengan
kemampuan dari pihak laki-laki.

c. Akhlak dibagi menjadi dua yakni akhlak kepada sang Khaliq dan akhlaq terhadap
makhluk. Akhlak tehadap makhluk disini bisa saja akhlak terhadap manusia, diri sendiri,
tetangga, masyarakat, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan lainnya. Aqidah dibagi dalam hal
syariah dan akhlak yang dimana keduanya mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan
masalah politik, pendidika, ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya
Pendahuluan Aqidah

Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia
berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan di dalam hati dan diyakini
kesahihannya dan keberadaannya dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu (menurut Abu Bakar Al-Jazairy).

Istilah lain dari aqidah diantaranya adalah Iman, Tauhid (mengesakan Allah atau
Tauhidullah yang merupakan tema pokok Aqidah dan Iman), Ushuluddin (pokok-pokok
agama, karena ajaran aqidah merupakan pokok-pokok ajaran agama Islam), Ilmu Kalam, dan
Fikih Akbar (berdasar pemahaman terhadap ayat tafaqquh fiddin yang tidak hanya fikih tetapi
juga aqidah)

Ruang Lingkup Aqidah diantaranya Ilahiyat (pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan denga Ilah), Nubuwat (pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan Nabi dan Rasul), Ruhaniyat (pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan alam metafisik), Samiyyat (pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya diketahui
lewat samI (dalil naqli)), dan selain keempat itu, pembahasan aqidah juga mengikuti
sistematika rukun iman.

Beberapa kaidah aqidah diantaranya adalah

a. Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakini adanya, kecuali bila akal saya
mengatakan tidak berdasarkan pengalaman masa lalu. Artinya: bila seseorang melihat suatu
hal pertama kali maka Ia akan membenarkan apa yang dilihatnya tersebut, namun jika
dikemudian hari ada suatu pembuktian tentang kebenaran apa yang dilihatnya itu maka Ia
akan mengubah pikirannya bahwa apa yang Ia benarkan kemarin adalah salah.

b. Keyakinan, disamping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bisa melalui berita
yang diyakini kejujuran si pembawa berita. Artinya: banyak hal yang belum dapat kita
buktikan dengan menyaksikannya secara langsung namun kita meyakini adanya. Kita dapat
mempercayai adanya sesuatu yang belum kita lihat tersebut dari adanya berita-berita atau
informasi dari sumber yang dapat dipercaya sehingga keyakinan tersebut diperoleh dari
proses berfikir (logika).
c. Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena Anda tidak bisa
menjangkaunya dengan indera mata. Artinya: sesuatu yang tidak bisa kita lihat belum tentu
tidak ada

d. Seseorang hanya bisa menghayalakan sesuatu yang sudah pernah dijangkau oleh
inderanya. Artinya: pikiran manusia terbatas pada apa yang telah dilihat dan tidak bisa
menghayalkan segala peristiwa atau kejadian yang belum pernah dilihat atau dialami
sebelumnya.

e. Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan waktu. Artinya: pikiran
kita tidak bisa menjangkau segala hal yang tidak berkaitan denga ruang dan waktu, contohnya
tidak bisa menghayalkan masa depan, menghayalkan kehidupan kekal di akhirat, dan lainnya

f. Iman adalah fithrah setiap manusia. Artinya: iman merupakan suatu yang mendasar pada
diri manusia

g. Kepuasan materi di dunia sangat tak terbatas. Artinya: kepuasan manusia yang
berhubungan dengan materi tidak akan pernah berhenti sampai ia meninggal. Manusia akan
terus merasa kekurangan atas apa yang ia peroleh dan miliki.

h. Keyakinan tentang hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang adanya
Allah swt.. Artinya: hari pembalasan atau hari akhir itu pasti ada sebagai balasan dari apa
yang kita perbuat di dunia

Fungsi Aqidah adalah sebagai dasar atau fondasi untuk mendirikan bangunan
sehingga aqidah yang kuat akan mendorong seseorang untuk lebih beribadah tertib,
bermuamalah baik, dan berakhlak mulia

Sumber Ajaran Islam ada 2 yakni; Al-Quran dan As-Sunnah al-Maqbulah. Akal tdak
menjadi sumber aqidah tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash (sebab) yang terdapat
dalam kedua sumber tersebut.
Iman kepada Allah swt.

Wujud dari adanya Allah swt. adalah sesuatu yang badihiyah (kebenaran yang perlu
dalil pembuktian tetapi karena sudah umum dan mendarah daging, maka tidak pelu lagi
adanya pembuktian). Untuk lebih meyakini bahwa Allah swt.. itu memang ada maka
dibutuhkan setidaknya 3 dalil yakni dalil Fithrah (setiap manusia dilahirkan dalam keadaan
muslim). Selanjutnya dalil Aqli atau akal (bersumber dari akal dan pikiran manusia, maka
untuk membuktikan adanya Allah swt.. kita dapat mereneungkan alam semesta dengan
beberapa Qanun (teori, hukum) yakni Qanun al-Illah (segala sesuatu ada sebabnya, setiap ada
perubahan tentu ada yang menjadi sebab terjadinya perubahan itu. Begitu juga sesuatu yang
ada tentu ada yang mengadakannya), Qanun al-Wujub (wajib, artinya wujud segala sesuatu
tidak bisa terlepas dari salah satu kemungkinan : wajib, mustahil atau mungkin), Qanun al-
Huduts (baru, artinya alam semesta seluruhnya adalah sesuatu hadits (baru, ada awalnya),
bukan sesuatu yang qadim (tidak berawal)), dan Qanun an Nizham (aturan , teratur artinya
alam semesta dengan seluruh isinya adalah sesuatu yang sangat teratur diamana yang
teratur tentu ada yang mengaturnya , mustahil menurut akal semuanya itu teratur dengan
sendirinya secara kebetulan). Yang terakhir adalah dalil Naqli (bersumber dari Al-Quran dan
Sunnah, sebab fitrah dan akal tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan yang sebenarnya itu)

Esensi iman kepada Allah swt. adalah Tauhid yaitu mengesankan-Nya , baik dalam
zat , asmawas-shiffat , maupun afal (perbuatan)-Nya. Tauhid dapat dibagi dalam tiga
tingkatan atau tahapan yaitu tauhid Rububiyah (mengimani Allah swt. sebagai satu-satunya
Rabb), tauhid Mulkiyah (mengimani Allah swt. sebagai satu-satunya Malik/ pemilik segala
alam semesta), dan tauhid Habiyah/ Ilahiyah (mengimani Allah sebagai satu-satunya Ilah.
Antara ketiga dimensi tauhid diatas berlaki dua teori (dua dalil) yaitu, Dalil at-talazum
(kemestian) ang maksudnya tiap orang yang menyakini Tauhid Rububiyah semestinya
menyakini Tauhid Mulkiyah, dan menyakini tauhid mulkiyah semestinya menyakini tauhid
ilahiyah. Kemudian Dalil at-tadhamun. (cakupan) yang maksudnya setiap orang yang sudah
sampai ketingkat tauhid Ilahiyah tentunya sudah melalui dua tauhid sebelum nya .

Masuk Islam haruslah secara total (Kaffah) dalam seluruh kehidupan. Sebagai
dampak dari syahadatain, tiga unsur pokok yang dimiliki manusia : hati, akal, dan jasad akan
mendapatkan shibghah (celupan,identitas) dari Allah swt.. sehingga dari hatinya lahirlah
keyakinan yang benar (alitiqad as-shahih) dan seterusnya akan melahirkan motivasi (niat)
yang ikhlas, dari akalnya lahirlah pikiran-pikiran yang Islami (al-afkar al-islamiyah) dan
seterusnya melahirkan sistem yang islami (al-manhaj al-islami), dari jasadnya lahirlah amal
shalih (al-amal as-shalihah) sebagai tanfiz dari keinginan hati dan rancangan akal.

Menurut Said Hawwa dalam bukunya yaitu Al-Islam, beliau menyebut dua puluh
diantaranya sikap atau perbuatan seorang muslim yang bisa membatalkan dua kalimah
syahadah yaitu bertawakal bukan kepada Allah swt.., tidak mengakui bahwa semua nikmat
lahir maupun batin adalah karunia dari Allah swt.., beramal dengan tujuan selain Allah,
memberikan hak menghalalkan dan mengharamkan, taat secara mutlak kepada selain Allah
dan Rasul-Nya, tidak menegakan hukum Allah, membenci Islam, seluruh atau sebagianny,
mencintai kehidupan dunia melebihi akhirat atau menjadikan dunia segala-galanya,
memperolok-olok Al-Quran dan Sunnah, atau orang-orang yang menegakkan keduanya, atau
memperolok-olok hukum Allah atau syiar Islam, menghalalkan apa yang diharamkan oleh
Allah, dan mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya, tidak beriman dengan seluruh nash-nash
Al-Quran dan Sunnah, mengangkat orang-orang kafir dan munafik menjadi pemimpin dan
tidak mencintai orang-orang yang beraqidah Islam, tidak beradab dalam bergaul dengan
Rasulullah saw., tidak menyenangi Tauhid, malah menyenangi kemusyrikan, menyatakan
makna tersirat dan tersurat dalam suatu ayat (jika al-quran disalah tafsirkan maka akan
terjadi penyelewengan), memungkiri salah satu asma, sifat, dan afal Allah, mengingkari sifat
Rasulullah saw., mengkafirkan islam atau menghalalkan darah atau mengkafirkan orang
kafir, beribadah bukan karena Allah, melakukan syirik kecil seperti sholat karena ingin
mencari kedudukan.

Allah swt. mempunyai al-Asma was Shiffat (nama-nama dan sifat-sifat) yang
disebutkan-Nya untuk Diri-Nya di dalam al-Quran serta semua nama dan sifat yang
dituturkan untuk-Nya oleh Rasulullah saw dalam sunnahnya. Metode iman dengan al-asma
was-shifat ada dua yakni Itsbat (mengimani bahwa Allah swt. memiliki Al-Asma Was-Shifat
yang menunjukkan ke-Maha Sempurnaan. Misalnya: Allah swt. Maha Mendengar, Maha
Melihat, Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, dan lain lain) dan Nafyu (menafikan atau
menolah segala al-asma was-shifat yang menunjukkan ketidaksempurnaan-Nya. Misalnya
menafikan adanya makhluk yang menyerupai Allah swt., atau menafikkan adanya anak dan
orangtua dari Allah SWT. dan lain lain.)

Maiyyah berasal dari kata maa, artinya bersama. Maiyyatullah berarti kebersamaan
Allah swt., dibagi menjadi 2 yakni Al-Maiyyah Al-Ammah (Allah swt. selalu bersama
seluruh manusia dengan sifat Maha Mengetahui, Maha Melihat dan Maha mendengar untuk
mengontrol segala sikap dan tingkah laku manusia) dan yang ke dua adalah Al-Maiyyah Al-
Khashah (Allah swt. menjanjikan akan memberikan al-maiyyah al-khashah kepada orang
orang yang sabar dan bertaqwa).

Syirik adalah mempersekutukan Allah swt. dengan makhluk-Nya, baik dalam dimensi
rububiyah, mulkiyah, maupun ilahiyah. Dalam dimensi Rububiyah (meyakini bahwa ada
makhluk yang mampu menolak segala kemudharatan, dapat meraih segala kemanfaatan, dan
dapatmemberikan berkat, dimensi Mulkiyah (mematuhi sepenuhnya penguasa non-muslim, di
samping menyatakan patuh kepada Allah. Padahal pemimpin tersebut menghalalkan apa
yang diharamkan Allah, atau mengajaknya melakukan kemaksiatan), dan dalam dimensi
Ilahiyah (berdoa kepada Allah SWT. melalui perantara orang yang sudah meninggal).

Syirik Kecil adalah semua perkataan dan perbuatan yang akan membawa seseorang
kepada kemusyrikan. Yang termasuk syirik kecil adalah; bersumpah dengan selain Allah,
menggunakan mantra mantra, sihir, ramalan atau perbintangan, bernazar kepada selain
Allah, menyembelih binatang atau mempersembahkan korban bukan kepada Allah swt..
sedangkan syirik besar ada 2, yakni Zhahirun jaliyun (nampak nyata), seperti menyembah
berhala, matahari, bulan, bintang, malaikat, benda-benda tertentu, mempertahankan Isa
Almasih, dan Bathinun khafiyun (tersembunyi), seperti berdoa kepada orang yang sudah
meninggal, meminta pertolongan kepadanya untuk dikabulkan keinginannya atau minta
disembuhkan dari penyakit, dihindarkan dari bahaya, dll

Pertanyaan : \

1. Suatu pemilu ada dua kandidat satu muslim dan lainnya tidak muslim, sebagai seorang muslim apa
yang harus kita lakukan?

2. Dalam surat al-maidah ayat 44 , barang siapa yang tidak diturunkan allah maka itu kafir , bagaiman
pendapat anda menurut agama bukan politik?

3.Bagaimana cara mengantisipasi hal yang sebenarnya diharamkan , contohnya alat-alat kosmetik
komposisinya dari beberapa hewan yang di haramkan?

Jawaban :

1. Lebih utama memilih yang muslim, namun jika dari kandidat pemimpin yang beragama Islam lebih
membawa ke arah kemudharatan maka boleh memilih yang non muslim.

2. Negara hukum dan dari segi agama diajarkan dalam bertoleransi , jadi kita tidak bisa menerapkan
hukum qishos karena masyarakat Indonesia tidak semuanya beragama Islam.

3. Lebih pintar-pintar dalam memilih kosmetik dan melihat kosmetik yang berlabel halal , yaitu
dengan cara menghindari yang dianggap meragukan dan memilih yang lebih pasti kehalalannya .
Makhluk Ghaib

Makhluk Allah itu ada yang ghaib dan ada yang nyata (as-syahadah). Ghaib disini
adalah maksudnya ghaib mutlak yang artinya tidak dapat terjangkau oleh panca indera
siapapun dan kapan pun. Untuk mengimani wujud makhluk ghaib tersebut dapat ditempuh
dengang cara melalui berita atau informasi dari sumber tertentu (bil-akhbar) serta melalui
bukti nyata yang menunjukkan keberadaan makhluk ghaib tersebut (bil-atsar) seperti bukti
nyata keberadaan malaikat Izrail yang dibuktikan dengan banyaknya kematian.

Salah satu makhuk ghaib adalah Malaikat (Malaikah) yang artinya makhluk ghaib
yang diciptakan oleh Allah swt.. dari cahaya dengan wujud dan sifat-sifat tertentu. Malaikat
sebagai makhluk ghaib tidak dapat dijangkau oleh pancaindera manusia, kecuali jika
Malaikat menampilkan diri dalam rupa tertentu seperti menyerupai manusia atau makhluk
lainnya. Malaikat diciptakan oleh Allah swt.. dengan tidak dilengkapi hawa nafsu sehingga
tidak memiliki keinginan seperti manusia, tidak berjenis kelamin, dan tidak berkeluarga.
Malaikat sendiri merupakan hamba-hamba Allah swt.. yang sangat mulia yang selalu
memperhambakan diri kepada Allah dengan patuh dan taat atas segala perintahNya serta
tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah swt..

Jumlah dari Malaikat itu sendiri sangat banyak, tidak bisa diperkirakan. Sebagian dari
Malaikat disebut nama-nama mereka dan sebagian lagi hanya dijelaskan tugas-tugasnya saja.
Ada Malaikat yang bertugas memikul Arasy, bertasbih kepada Allah swt.., menyampaikan
wahyu kepada Nabi dan Rasul (Malaikat Jibril), bertugas menurunkan hujan dan membagi
rizki (Malaikat Mikail), meniup terompet sangkakala (Malaikat Israfil), mencabut nyawa
(Mlaikat Izrail), mencatat amal baik buruk (Malaikat Raqib Atid), menjaga surga (Malaikat
Ridwan), menjaga neraka (Malikat Malik) dan masih banyak lagi.

Sebenarnya jika manusia benar-benar beriman dan taat pada Allah swt.., maka ia akan
lebih mulia dari Malaikat. Ada beberapa alasan yang dapat memperkuat pernyataan tersebut
yakni diantaranya Allah swt.. memerintah Malaikat untuk bersujud kepada Adam as.. selain
itu Malaikat tidak mampu menjawab pertanyaan Allah tentang Al-Asma (nama-nama ilmu
pengetahuan) sedangkan Adam as. Mampu karena diberi ilmu oleh Allah. Disamping itu
juga kepatuhan dari para Malaikat memang sudah merupakan kodratnya karena Malaikat
tidak memiliki hawa nafsu, sedangkan manusia untuk tetap patuh pada ajaran Allah swt..
adalah harus melalui perjuangan melawan hawa nafsu serta godaan syaitan.
Dengan meyakini bahwa para Malaikat memang benar ada maka kita akan dapat lebih
mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah, lebih bersyukur atas perhatian dan
perlindunganNya yang menugaskan Malaikat untuk menjaga, membantu dan mendoakan
manusia, berusaha membersihkan hati dan meningkatkan ibadah kepada Allah serta berusaha
untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhi segala kemaksiatan sebab telah yakin bahwa ada
para Malaikat yang selalu mengawasi dan mencatat segala amal perbuatan manusia ketika
masih hidup di dunia.

Selain Malaikat, makhluk ghaib Allah juga termasuk jin, iblis, dan syaitan. Jin (Al-
Jin) dari kata janna artinya bersembunyi (dari pandangan manusia). Iblis dari kata ablasa
yang artinya putus asa (dari rahmat dan kasih sayang Allah swt..). Sedangkan syaitan dari
kata syatana yang artinya menjauh (dari kebenaran). Ada lagi istilah dari Allah swt.. yakni
Hizbu as-Syaitan (golongan atau partai syaitan) dimana maksudnya adalah orang yang
secara sadar atau tidak menjadi pengikut Syaitan.Dalam surat Al-Mujadilah (19) dijelaskan
ciri hizbu syaitan adalah dikuasai oleh syaitan dan lupa dengan Allah.Untuk dapat menguasai
manusia agar lupa pada Allah maka syaitan menempuh dua cara yakni tadhil (menyesatkan)
dan takhwif (menakut-nakuti). Diantara langkah-langkah syaitan dalam menyesatkan
manusia diantaranya adalah melalui waswasah (bisikan), nisyan (lupa), tamani (berangan-
angan), tazyin (memandang baik perbuatan maksiat), wadun (janji palsu), kaidun (tipu
daya), shaddun (hambatan), dan adawah (permusuhan). Jika syaitan tidak berhasil
menyesatkan manusia dengan cara-cara tersebut, maka syaitan akan menempuh cara lain
yakni dengan menakut-nakuti manusia. Takut disini maksudnya adalah takut dalam hal
menegakkan hukum Allah, takut melakukan amar maruf nahi munkar karena khawatir atas
segala konsekuensi dan risikonya seperti risiko jatuh miskin, hilang jabatan, masuk penjara,
dan lainnya.

Untuk dapat melawan tipu daya syaitan yang menyesatkan tersebut maka kita dapat
melakukan usaha-usaha seperti masuk Islam secara kaffah (total), menyadari bahwa syatan
adalah musuh utama, membaca bacaan-bacaan yang diajarkan Rasulullah saw. Agar tehindar
dari godaan syaitan, seperti ayat kursi, bacaan taaudz, membaca surat al-Baqarah, dan
lainnya.
KITAB-KITAB ALLAH serta NABI DAN RASUL

Kitab secara etimologis adalah bentuk mashdar dari kata ta-ba: menulis dan secara
terminologis kitab (Al-kitab, kitab Allah, Al-Kutub, Kitab-kitab Allah) adalah kitab suci yang
diturunkan Allah kepada Nabi dan Rasul. Di dalam Al-Quran, Al-Kitab dipakai untuk
beberapa pengertian, yaitu menunjukkan semua kitab suci yang pernah diturunkan kepada
para nabi dan rasul, kitab suci yang diturunkan sebelum Al-Quran, kitab suci tertentu
sebelum Al-Quran (Turat, Zabur, Injil), kitab suci Al-Quran secara khusus. Disamping Al-
Kitab untuk menunjukkan kitab suci yang diturunkan Allah swt. kepada para Nabi dan Rasul,
Al-Quran memakai istilah lain; Shuhuf (lembaran) dipakai untuk menunjukkan kitab-kitab
sebelum Al-Quran, khususnya yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Musa as, Zuhur
(jamak dari Zabur: buku) untuk menunjukkan kitab-kitab suci yang diturunkan Allah sebelum
Al-Quran, Zabur (bentuk mufrad dari Zubur) untuk menunjukkan kitab suci yang
diturunkan Allah kepada Nabi Daud.

Kitab-kitab Allah merupakan wahyu dimana wahyu itu sendiri secara etimologis
mempunyai arti; Al-Khafa (tersembunyi, rahasia), As-Surah (cepat). Sedangkan secara
terminologis wahyu adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul-Nya. Al-
Quran menggunakan Wahyu untuk beberapa pengertian, antara lain; Ilham Fitri yang
diberikan kepada manusia, Instink yang diberikan kepada hewan-hewan, Isyarat yang cepat
dengan cara memberi tanda dan kode-kode tertent, bisikan setan kepada manusia untuk
menggoda dan menipunya, perintah Allah kepada malaikatnya (QS. Al-Anfal 8:12). Wahyu
dalam pengertian kalam Allah diturunkan oleh Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya
melalui tiga cara: Melalui mimpi yang benar (Ar-ruya as-Shadiqah fil manna), Kalam Illahi
dari balik tabir (Min wara Al-hijab), melalui Malaikat Jibril, seperti wahyu yang diterima
oleh Rasullulah saw.

Al-Quran sebagai kitab Allah yang terakhir mempunyai arti secara etimologis berasal
dari qa-ra-ra yaitu bacaan atau yang dibaca dan secara terminologis adalah wahyu dari Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril. Keutuhan dan keaslian Al-
Quran tetap terjamin oleh karena adanya perlindungan dari Allah swt.. serta usaha dari nabi
Muhammad beserta para sahabat dibawah bimbingan nabi sendiri, seperti diantaranya;
Rasulullah sebagai ummi berusaha menghafal setiap ayat yang turun kemudian
menyampaikan setiap surat yang dihafal kepada para sahabat. Pada masa kekhalifahan Abu
Bakar As-Shidiq, Umar bin Khattab menganjurkan untuk mengumpulkan ayat-ayat di
pelepah menjadi Mushaf kemudian masa kekhalifahan Utsman bin Affan, Mushaf diurutkan
secara sistematis dan setelah kekhalifahan, para ulama melakukan ijtihad untuk
menyempurnakan penulisan dan pemeliharaan.

Di dalam Al-Quran ada 5 kitab suci yang diturunkan sebelum Al-Quran yaitu
Taurat, Zabur dan Injil, dan dua dalam bentuk Shuhuf yaitu Shuhuf Ibrahim dan Musa.
Fungsi Al-Quran terhadap Kitab Sebelumnya adalah sebagai Nasikh (membenarkan yang
sebelumnya) karena kitab sebelumnya tidak utuh dan hanya berlaku khusus untuk umat pada
masa itu, Muhaimin sebagai konektor terhadap perubahan kitab sebelumnya, dan Mushaddiq
yang menguatkan kebenaran-kebenaran kitab sebelumnya.Al-Quran sendiri memiliki
beberapa keistimewaan seperti bersifat universal, mencakup seluruh aspek kehidupan
(syumul), mendapatkan jaminan pemeliharaan langsung dari Allah, mudah dipahami,
dihafalkan, dan diamalkan, mukjizat bagi Nabi Muhammad saw untuk membuktikan
kebenaran Nubuwah dan Risalah beliau.

Terhadap kitab suci lainnya: mengimani, meyakini keberadaan dan kebenarannya


sebatas untuk ummat pada masa itu. Sedangkan terhadap Al-Quran: mengimani, meyakini
keberadaan dan kebenarannya untuk ummat Nabi Muhammad serta mempelajari,
mengamalkan, dan mendakwahkan. Sikap seorang muslim terhadap Al-Quran hendaknya
harus mengimani bahwa Al-Quran sebagai kitab Allah yang terakhir (penutup), mempelajari
Al-Quran dengan membaca, memaknai ilmu yang ada didalamnya, membaca Al-Quran
sebanyak dan sebaik mungkin, mengamalkan ajaran Al-Quran dalam kehidupansehari-hari,
dan mengajarkan Al-Quran kepada orang lain.

NABI dan RASUL

Secara etimologis; (Na-ba:ditinggikan, na-ba-a:berita) artinya orang yang ditinggikan


derajatnya oleh Allah SWT. dengan memberinya berita atau wahyu. Sedangkan rasul (Ar-sa-
la: mengutus) adalah orang yang diutus oleh Allah swt.. untuk menyampaikan misi dan pesan
(ar-risalah). Secara terminologis Nabi dan Rasul adalah laki-laki biasa yang dipilih oleh Allah
SWT. untuk menerima wahyu. Syarat seorang nabi dipilih oleh Allah sebagai utusannya
diantaranya dilihat dari Al-Mitsaliyah (keteladanan), Syaraf An-Nasab (keturunan yang
mulia), dan Amil Az-Zaman (dibutuhkan zaman). Perbedaan antara nai dan rasul adalah, jika
nabi maka wahyu yang diterimanya tersebut tidak wajib untuk disampaikan pada ummat atau
manusia lainnya, sedangkan rasul adalah utusan Allah yang wajib untuk menyampaikan
wahyu yang telah diterimanya kepada para ummatnya.
Sifat-sifat Nabi dan Rasul yakni As-Shidqu (benar), Al-Amanah (dipercaya), At-
Tablight (menyampaikan), dan Al-Fathanah (cerdas). Semua rasul yang diutus oleh Allah
swt.. sebenarnya mempunyai tujuan yang sama yakni mengesakan Allah dan dalam
menjalankan tugas dan tujuannya itu para rasul berperan sebagai Mubasysyrin dan Munzirin
(memberi kabar gembira bagi orang beriman dan peringatan bagi orang yang ingkar).
Diantara sekian banyak nabi dan rasul, ada 5 rasul-rasul yang digelari Ulul Azmi (memiliki
sikap teguh hati, pantang menyerah, tabah, dan sabar) yakni diantaranya nabi Muhammad,
Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa as..

Muhammad saw. sebagai nabi yang terakhir dapat dibuktikan melalui kebenaran
Nubuwah dan Risalah Nabi Muhammad saw. yakni Basyarat (berita tentang kedatangan Nabi
Muhammad SAW) yang terdapat pada kitab-kitab suci sebelumnya dan Mukjizat yang
dianugerahkan Allah SWT. seperti Al-Quran sebagai mukjizat abadi, keluar air dari sela-sela
ibu jari beliau untuk cukup memberi minum 1.400 org laki-laki dan perempuan (HR.
Bukhari), melipatgandakan makanan sehingga makanan yang sedikit cukup untuk kurang
lebih 1.000 org prajurit saat perang Khandaq, mengembalikan mata Qatadah yang tercukil
waktu perang Uhud, (Sirah Ibn Hisyam), makanan mengucapkan tasbih di hadapan beliau
yang bisa didengar oleh para sahabat (HR. Bukhari), bulan terbelah dua menjawab
permintaan orang-orang Quraisy, batu dan pohon kayu memberikan salam kepada beliau
yang bisa didengar dan disaksikan oleh orang banyak (HR. Bukhari dan Tirmidzi), serta
peristiwa Isra dan Miraj. Kemudian Nubuat (ramalan) seperti mati syahidnya Umar dan
Utsman, tidak akan terjadi fitnah antara sesama muslimin selama Umar masih hidup, Hasan
bin Ali, cucu Rasulullah saw. yang akan menjadi pendamai antara dua golongan besar kaum
muslimin, Saad bin Abi Waqas, akan meninggal dunia waktu sakit keras di Mekkah.
Selanjutnya adalah kesaksian milyaran umat Islam sejak dahulu sejak sekarang yang telah
mengucapkan dua kalimat syahadat. Yg merupakan kesaksian yang Mutawatir. Yang terakhir
adalah Rasulullah SAW tidak bisa membaca dan menulis.
PENDAHULUAN MATERI AKHLAQ

Secara etimologis akhlaq (jamak dari khuluq) mempunyai arti budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat atau dengan kata lain, merupakan tata perilaku terhadap orang lain
yang didasarkan kepada kehendak Khaliq. Sedangkan secara terminologis, akhlaq yaitu sifat
yang tertanam dalam jiwa manusia, akan muncul spontan jika diperlukan, tanpa
memerlukan pemikiran atau pertimbangan dan tidak memerlukan dorongan dari luar.
Dikenal juga istilah etika dan moral, yang sama-sama menentukan baik buruk sikap
seseorang. Perbedaannya terletak pada sumbernya, jika akhlaq sumbernya adalah Al Quran
dan Sunnah, etika sumbernya Pertimbangan akal pikiran, dan moral bersumber dari adat
kebiasaan. Sumber Akhlaq adalah segala sesuatu yang menjadikan ukuran baik dan buruk
atau mulia dan tercela suatu perbuatan yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadist .

Ruang Lingkup Akhlaq dibagi dalam 5 bagian dalam buku Dutsur al-Akhlaq fi al-
Islam ( Abdullah Draz ) yakni akhlaq pribadi, akhlaq berkeluarga, akhlaq bermasyarakat,
akhlaq bernegara, dan akhlaq Beragama (al-akhlaq ad-diniyyah). Dalam keseluruhan ajaran
Islam, akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting. Dapat dlihat dari
beberapa hal yakni Rasullulah SAW menempatkan penyempurnaan akhlaq yang mulia
sebagai misi pokok Risalah Islam, akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok Islam, akhlaq
yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat,
Rasulullah SAW menjadikan baik buruknya akhlaq seseorang sebagai ukuran kualitas
imannya, Islam menjadikan akhlaq yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada
Allah swt.., Nabi Muhammad SAW selalu berdoa agar Allah SWT. membaikkan akhlaq
beliau, di dalam Al-Quran banyak terdapat ayatayat yang berhubungan dengan akhlaq

Ciri-ciri akhlaq dalam Islam diantaranya adalah Akhlaq Rabbani (bersumber dari wahyu
Ilahi sebagaimana termaktub dalam al-Quran dan Sunnah.), Akhlaq Manusiawi (akhlaq yang
memenuhi fitrah manusia dan diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan
dalam arti hakiki, bukan kebahagiaan semu), Akhlaq Universal (ajaran akhlaq dalam Islam
sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan mencakup segala aspek hidup manusia, baik
yang dimensinya vertikal maupun horizontal), Akhlaq Keseimbangan (akhlak yang
berkeseimbangan dalam rangka memenuhi kebutuhan rohani dan jasmani manusia secara
seimbang), Akhlaq Realistik (akhlak yang disesuaikan dengan realita keadaan manusia
dimana manusia adalah makhluk terbaik disbanding makhluk lainnya namun masih memiliki
kelemahan yang dapat menjurumuskannya).
AKHLAQ TERHADAP ALLAH SWT.

Taqwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya . Menurut Thabbarah, makna dari taqwa adalah
pemeliharaan, seseorang tidak memerlukan pemeliharaan kecuali terhadap apa yang ia takuti.

Bila ajaran Islam dibagi menjadi Iman, Islam dan Ihsan maka hakikatnya taqwa
adalah integrilisasi ketiga dimensi tersebut, Dalam surah al-Baqarah 177 mendefinisikan al-
birru dengan Iman (beriman kepada Allah, Hari Akhir, Malaikat, Kitab, dan Nabi), Islam
(mendirikan sholat, menunaikan zakat), dan Ihsan (mendermakan harta yang dicintai,
menepati janji, dan sabar).

Dalam surah al-Baqarah 3-4 disebutkan lima kriteria orang bertaqwa yakni beriman
pada yang ghaib (Iman), mendirikan sholat (Islam), menafkahkan sebagian rezeki yang
diterima (Ihsan), beriman pada kitab suci al-Quran dan kitab-kitab sebelumnya (Iman), dan
beriman dengan hari akhir (Iman). Sementara dalam surah Ali Imran 134-135 disebutkan
empat ciri-ciri orang bertaqwa yakni dermawan, mampu menahan amarah, pemaaf, serta
stighfar dan tobat pada kesalahan lamanya. Buah taqwa diantaranya adalah mendapatkan
sikap furqan, mendapatkan limpahan berkah dari langit dan bumi, mendapatkan jalan keluar
dari kesulitan, mendapatkan rezeki tanpa diduga-duga, mendapatkan kemudahan dalam
urusannya, dan menerima pahala dan pengampunan dosa serta mendapat pahala yang besar

Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan
seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih
sayang. Abdullah Nashih Ulwan menyebut dengan 3 tingkatan cinta itu dengan istilah:

1. Al-Mahabbah Al-Ula (Bagi seorang mukmin, cinta pertama dan utama sekali diberikan
kepada Allah SWT., kemudian Rasullnya)

2. Al-Mahabbah Al-Wustha (Segala sesuatu baru boleh dicintai kalau diizinkan oleh Allah
dan Rasul-Nya dan pelaksanaan cinta itu harus sesuai dengan syariat yang telah diturunkan-
Nya )

3. Al-Mahabbah Al-Adna (Cinta yang melebihi cinta kita kepada Allah dan Rasullnya)

Sejalan dengan cinta, seorang muslim haruslah dapat bersikap ridha dengan segala
aturan dan keputusan Allah SWT.. Artinya dia harus dapat menerima dengan sepenuh hati,
tanpa penolakan sedikit pun, segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, baik
berupa perintah, larangan ataupun petunjuk-petunjuk lainnya. Dengan keyakinan seperti itu
dia juga akan rela menerima segala qadha dan qadar Allah terhadap dirinya.

Secara etimologis ikhlash (Bahasa Arab) berakar dari kata khalasha dengan arti
bersih, jernih, murni (tidak bercampur). Misalnya mau khalish artinya air bening atau putih.
Setelah dibentuk menjadi ikhlash (mashdar dari fiil mutaaddi khallasha) berarti
membersihkan atau memurnikan. Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah
beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT..

Ada 3 unsur keikhlasan yakni niat yang ikhlas (ikhlash an-niyah), beramal dengan
sebaik-baiknya (itqan al-amal) karena niat yang ikhlas harus diikuti dengan amal yang
sebaik-baiknya dan pemanfaatan hasil usaha dengan tepat (jaudah al-ada) yakni ikhlas atau
tidaknya seseorang beramal tidak ditentukan oleh ada atau tidak adanya imbalan materi yang
dia dapat, tetapi ditentukan oleh niat, kualitas amal, dan pemanfaatan hasil. Hanya dengan
keikhlasan semua amal ibadah akan diterima oleh Allah SWT.. Seorang mukhlish tidak akan
pernah sombong kalau berhasil, tidak putus asa kalau gagal. Tidak lupa diri menerima pujian
dan tidak mundur dengan cacian. Sebab dia hanya berbuat semata-mata mencari keridhaan
Allah. Lawan dari ikhlas adalah riya. Yaitu melakukan sesuatu bukan karena Allah, tetapi
karena ingin dipuji atau karena pamrih lainnya.Secara etimologis riya berakar dari ra-a, yara
(melihat), ara-a, yuri-u (memperlihatkan). Allah sangat membenci riya dan Rasululloh pun
demikian sehingga beliau menamai riya dengan syirik kecil karena perilaku riya menipu
Allah.

Khauf dan Raja (takut dan harap) ialah sikap yang harus dimiliki oleh seorang
muslim dan harus disikapi secara seimbang. Dominan khauf menyebabkan sikap pesimis dan
putus asa. Dominan Raja menyebabkan sikap lalai dan lupa diri. Khauf ialah sikap galau
seseorang dalam membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang akan menimpanya, atau
membayangkan kehilangan sesautu yang disukai. Ada 2 sebab seseorang harus takut kepada
Allah, yaitu karena mengenal Allah SWT. (marifatullah) dan karena dosa yang diperbuat.
Dampak positif dari Khauf bagi manusia adalah hanya takut kepada Allah dan tidak akan berbuat
jahat pada siapapun. Sedangkan raja atau harap ialah sikap memautkan kepada sesuatu yang
disukai pada masa yang akan datang. Sesuai dengan Firman Allah: Sesungguhnya tiada
putus asa dari rakhmat Allah, melainkan kaum kafir(QS. Yusuf 12:87)

Tawakkal ialah suatu sikap yag membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada
selain Allah dan meyerahkan semua keptusan pada-Nya. Tawakal harus diawali dengan
ikhtiar(berusaha). Hikmah tawakkal yang dapat diambil antara lain mendapat ketenangan
batin, menjadi pribadi yang lebih sabar dalam menghadapi sesuatu, mengerjakan sesuatu
dengan tenang, karena selalu ada pertolongan Allah, selalu bersyukur atas karunia yang telah
Allah berikan, dan tidak mengkhawatirkan hasil dari usaha yang dilakukan

Syukur adalah memuji Allah atas kebaikan yang telah dilakukannnya. Syukur
berkaitan dengan batin, lisan, dan badan. Allah memerintahkan kaum muslimin untuk
bersyukur dalam surat Al Baqarah ayat 152: Karena itu, ingatlah kamu kepadaku dan
akupun akan ingat kepadamu, dan bersyukurlah kepadaku, dan jangan pernah mengingkari
(Nikmat)ku

Berasal dari kata Raqabah, Muraqabah yang berarti menjaga, mengawasi, menanti,
dan pengawasan. Muraqabah yang dimaksud adalah manusia hendaknya selalu merasa di
awasi oleh Allah. Sedangkan mauhasabah adalah perhitungan terhadap amal perbuataan,
tingkah laku dan sikap batin sendiri. Sebelum melakukan sesuatu, terlebih dahulu
menghitung dan memertimbangkan baik buruk dan manfaat kegiatan tersebut. Muhasabah
dibagi menjadi muhasabah hak Allah (keikhlasan beribadah karena Allah dan sesuai dengan
petunjuk Rasulullah), muhasabah amalan (amalan yang lebih baik bila tidak dilakukan), dan
muhasabah mubah atau kebiasaan (amalan yang apabila niatnya mencari ridha Allah maka ia
beruntung). Manfaat muhasabah itu sendiri diantaranya yakni dapat mengetahui kelemahan
pribadi sehingga dapat memperbaiki diri, mengetahui hak Allah sehingga amalan yang
dilakukan bermanfaat banyak untuknya, dan mengurangi beban hisab di hari akhir

Berasal dari kata Taba, anaba dan aba, tobat artinya kembali. Maksudnya kembali
dari jalan yang salah menuju jalan Allah taak kepada Allah. Tobat disini memilki beberapa
sebutan seperti tobat karena takuat azab Allah disebut Taib, tobat karena malu disebut munib, dan
tobat karena mengagungkan Allah disebut awwab. Tidak Ada Kata Telat Untuk Bertobat. Allah
maha penerima taubat, apabila manusia serius bertaubat maka allah akan
mengampuninya.Sesungguhnya Allah masih menerima taubat hambanya sebelum nyawanya
sampaiu ke tenggorokan ( HR. Tarmidzi ). Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang orang yang beriman supaya kamu beruntung (An Nur ayat 31). Ada 5 dimensi
bertaubat yakni menyadari kesalahan, menyesali kesalahan, memohon ampun kepada Allah
SWT. ( Istigfar ), berjanji untuk tidak mengulanginya, dan menutup kesalahan masalalu
dengan amal shaleh
TAQDIR

Secara etimologis Qadha (qadha) adalah kehendak atau ketetapan hukum Allah swt..
terhadap segala sesuatu. Sedangkan Qadhar (qadara) adalah ukuran atau ketentuan Allah swt..
terhadap segala sesuatu, dan secara terminologis ulama ada yang berpendapat antara Qadha
dan Qadhar adalah sama yakni segala ketentuan, undang-undang, peraturan dan hukum yang
ditetapkan secara pasti oleh Allah swt.. untuk segala yang ada (maujud), yang mengikat
antara sebab dan akibat segala sesuatu yang terjadi. Namun ada pula yang membedakan
definisinya yakni Qadhar adalah sebagai ilmu Allah swt.. dan apa-apa yang akan terjadi pada
seluruh makhluk-Nya pada masa yang akan datang, sedangkan Qadha adalah penciptaan
segala sesuatu oleh Allah swt.. sesuai dengan ilmu dan iradah-Nya. Pengertian tersebut
sejalan dengan penggunaan kata Qadar di dalam Al-Quran yang pada umumnya memiliki
arti kekuasaan Allah SWT. untuk menentukan ukuran, aturan, susunan, undang-undang
terhadap segala sesuatu termasuk hukum sebab dan akibat yang berlaku bagi segala yang
maujud.

Ada beberapa tingkatan takdir yakni Al-Ilmu ialah Allah SWT. ialah Maha
Mengetahui segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang telah, akan, dan yang terjadi saat ini.
Tidak ada satupun yang luput dari ilmu Allah SWT.. Kemudian Al-Masyiah dimana dalam
Al-Quran terdapat ayat yang menunjukkan masyiatullah yang mutlak. Artinya kalau Allah
menghendaki sesuatu tidak ada yang bisa menghalangi kehendak-Nya. begitupun sebaliknya.
Selanjutnya Al-Khalq atau Allah menciptakan segala sesuatu dan segala sesuatu selain Allah
Yang Maha Mencipta adalah makhluk. Iman kepada taqdir mencakup keempat tingkatan.
Artinya, segala perbuatan, perkataan termasuk segala hal yang dilakukan-manusia diketahui,
dituliskan, dikehendaki, dan diciptakan oleh Allah swt.. Manusia itu dapat bertindak sebagai
Musayyar maupun Mukhayyar dimana Musayyar artinya sama seperti benda, tanaman-
tanaman dan hewan artinya tidak mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak dan
Mukhayyar adalah memiliki kebebasan untuk menerima atau menolak.

Kata hidayah akar katanya ialah hadaa, yahdii, hadyan, hudan, hidyatan, hidaayatan.
Yang secara bahasa berarti petunjuk. Lawan katanya adalah Dholalah yang berarti
kesesatan. Secara istilah (terminologi), Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang
akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. Macam-
macam hidayah antara lain hidayah al-ilham al-Fithri adalah hidyah yang diberikan Allah
sejak manusia baru lahir. Kemudian hidayah al-Hawas yang diberikan Allah kepada
manusia dan hewan. Bedanya kalau kepada hewan diberikannya secara sekaligus sedangkan
pada manusia diberikan secara berangsur. Hidayah al-Aqli, seorang manusia, bisa
membedakan mana yang benar mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk.
Hidayah al-Din ialah petunjuk Allah berupa ajaran dan hukum-hukum yang meluruskan
kekeliruan yang muncul akibat aqal yang dipengaruhi nafsu. maka Allah memberi manusia
hidayah al-Din pedoman hidup yang berfungsi membimbing manusia ke jalan yang benar.
Hidayat al- Taufiq, tidak semua manusia mendapat hidayah al-taufiq , walau belajar atau
diajari. Tidak sedikit manusia masih senang memilih jalan yang bertentangan dengan aturan
Allah, walau sudah memiliki hidayah al-Din melalui juru da'wah.
Dengan demikian orang yang menemukan hidayah al-Din, tidak dijamin berakhlaq benar.
Tidak sedikit, orang yang faham tentang hukum agama, tapi akhlaqnya buruk.

Kejadian-kejadian yang terjadi pada manusia itu ada kejadian yang terjadi karena
manusia dapat memilihnya sendiri namun ada pula kejadian yang terjadi karena tidak dapat
dipilih atau dipaksa terjadi atsanya. Segala sesuatu diciptakan oleh Allah SWT., termasuk
perbuatan baik maupun perbuatan jahat. Tetapi bukan berarti Alloh SWT. menciptakan
kejahatan. Semua yang diciptakan oleh Alloh SWT. adalah kebaikan. Sesuatu menjadi baik
atau buruk setelah dinisbahkan kepada manusia. Artinya Alloh SWT. menciptakan manusia
berpotensi untuk melakukan kebaikan dan melakukan kejahatan.

Hikmah Iman Kepada Taqdir diantarnya melahirkan kesadaran bagi umat manusia bahwa
segala sesuatu di alam semesta ini berjalan sesuai dengan undang-undang, aturan dan hukum yang
telah ditetapkan dengan pasti oleh AllAh swt., mendorong manusia untuk berusaha dan beramal
dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia dan akhirat, mengikuti
hukum sebab akibat yang telah ditetapkan oleh Alloh swt., mendorong manusia untuk semakin
mendekatkan diri kepada Alloh SWT. yang memiliki kekuasaan dan kehendak yang mutlak, di
samping memiliki kebijaksanaan, keadilan dan kasih sayang kepada makhluk-Nya., menanamkan
sikap tawakkal dalam diri manusia, karena menyadari bahwa manusia hanya bisa berusaha dan
berdoa, sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah swt., serta mendatangkan ketenangan jiwa dan
ketentraman hidup, karena meyakini apapun yang terjadi adalah atas kehendak dan qadar Allah swt.
Akhlaq Bermasyarakat dan Akhlaq Bernegara

Bertamu dan Menerima Tamu. Adab bertamu yang baik dan benar adalah dengan cara
izin dan mengucapkan salam dan jika tidak ada yg membukakan pintu, kemungkinan tidak
ada orang di rumah atau tuan rumah tidak bersedia meneria tamu jadi jangan memaksa.
Kemudian jangan bertamu sembarang waktu. Tidak terlalu lama ketika bertamu sehingga
tidak merepotkan. Jangan melakukan kegiatan yang menyebabkan tuan rumah terganggu dan
hormati suguhan yang diberikan. Lalu harus pamit ketika ingin pulang karena jika tidak akan
mengundang fitnah dan itu bukan akhlak terpuji. Kemudian ketika menerima tamu, yang
harus kita lakukan adalah memuliakan tamu, menyambut kedatangannya dengan tutur kata
lembut, mempersilahkan duduk, memberi ruang khusus menerima tamu, dan jika tamu dari
tempat yang jauh dan ingin menginap, tuan rumah wajib menerima dan menjamunya
maksimal 3hari 3malam. Lebih dari itu diserahkan kepada tuan rumah.

Setelah anggota keluarga, orang yang paling dekat dengan kita adalah tetangga.
Merekalah yang diharapkan paling dahulu memberikan bantuan jika kita membutuhkannya.
Misalnya jika tiba-tiba kita ditimpa musibah kematian, tetanggalah yang paling dahulu datang
takziah dan mengulurkan bantuan, apabila kita mengadakan acara aqiqahan atau walimahan,
maka tetangga jugalah yang akan lebih dahulu memberikan bantuan dibandingkan dengan
famili yang rumahnya lebih jauh, kepada tetangga pulalah kita menitipkan rumah jika kita
sekeluarga bepergian jauh ke luar kota atau ke luar daerah. Begitu pentingnya peran tetangga
sampai-sampai Rasulullah Saw menganjurkan kepada siapa saja yang akan membeli rumah
atau membeli tanah untuk membangun rumah , hendaklah mempertimbangkan siapa yang
akan menjadi tetangganya. Buruk baiknya sikap tetangga kepada kita tentu tergantung juga
bagaimana kita bersikap kepada mereka. Oleh karena itu sangat dapat dimengerti kenapa
Allah swt. memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik dengan tetangga, baik tetangga
dekat maupun tetangga jauh. Dengan varian agama dan hubungan kekeluargaan, tetangga
dapat dibagi menjadi; pertama, tetangga yang punya satu hak (hak sebagai tetangga, bukan
famili dan bukan pula seagama), kedua, tetangga yang mempunyai dua hak (hak untuk
tetangga dan hak seagama), dan ketiga, tetangga yang punya tiga hak (hak tetangga, seagama
dan famili).

Berkali-kali Malaikat Jibril memesankan kepada Nabi Muhammad saw untuk berbuat
baik dengan tetangga, sampai-sampai beliau mengira tetangga akan mendapatkan warisan.
Bentuk-bentuk hubungan baik dengan tetangga diantaranya tidak mengganggu atau
menyusahkan mereka, tidak membuang sampah ke halaman rumah tetangga, tidak menyakiti
hati tetangga dengan kata-kata kasar dan tidak sopan, mengucapkan salam dan bertegur sapa dengan
ramah, memberikan pertolongan apabila tetangga membutuhkannya, apabila memasak makanan,
memberikannya sebagian kepada tetangga.

Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang
berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.Seperti; sekolah,
keluarga,perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat
Dalam ilmu sosiologi kita kita mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat
paguyuban dan masyarakat petambayan.Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi
antara anggota- anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka.Kalau pada
masyarakat patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-angota nya.

Macam-macam kelompok dalam masyarakat, menurut Endang Saifuddin anshori


dengan menggunakan paradigm Al-quran mengelompokkan masyarakat dalam 10 macam
yakni masyarakat muttaqun (taqwa), masyarakat muminun (beriman), masyarakat muslimun
(islami), masyarakat muhsinun (sifat ihsan), masyarakat kafirun (kafir), masyarakat
musyrikun (musyrik), masyarakat munafiqun (munafiq), masyarakat fasiqun, masyarakat
Dholimun, masyarakat mutrofun (tidak pernah bersyukur). Menurut Endang Saifuddin
Anshori, ada beberapa criteria untuk masyarakat yang islami yakni masyarakat yang satu (
Ummatan waahidatan ) yaitu masyarakat yang saling menguatkan dan bersaudara satu sama
lain, masyarakat yang seimbang yaitu masyarakat yang pola hidup duniawi dan ukhrowinya
berjalan seimbang, masyarakat penengah,adil dan pilihan yaitu masyarakat yang berperan
sbagai saksi bagi yang lain, dan masyarakt yang taawun yakni masyarakat yang saling tolong
menolong dan bermusyawarah serta menempatkan manusia pada harkat dan martabat yang
sama.

Menurut syariat islam adalah pergaulan yang dilakukan seorang muda mudi
dalam kehidupan sehari-hari atau berinteraksi terhadap sesama manusia yang didasarkan pada
Al-Quran dan Hadist. Dalam masyarakat terdapat 3 ketentuan tentang hubungan
bermasyarakat yakni, pertama mengucapkan dan menjawab salam, berjabat tangan, dan
khalwah (berdu-duaan antara pria dan wanita yang tidak punya hubngan suami istri dan tidak
pula mahram tanpa ada orang ketiga)
Ukhuwah islamiyah merupakam sebuah istilah yang menunjukkan persaudaraan
antara sesama muslim di seluruh dunia tanpa melihat perbedaan warna kulit, bahasa, suku,
bangsa dan kewarganegaraan.Yang mengikat persaudaraan itu adalah kesamaan keyakinan
atau iman kepada Allah dan RasulNya. Mereka sama-sama bersaksi Tiada Tuhan Selain
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Ikatan keimanan ini jauh lebih kukuh dan abadi
dibandingkan dgn ikatan-ikatan primordial lainnya, bahkan jauh lebih kuat dibandingkan
iatan darah sekalipun.

Menegakkan dan membina ukhuwah islamiyah dapat melalui taaruf (saling kenal
mengenal), tidak hanya taaruf fisik, tetapi juga latar belakang pendidikan, budaya,
keagamaan, pemikiran, ide-ide, cita-cita dan taaruf problem hidup yang dihadapi. Selain itu
juga ada tafahum (saling memahami kelebihan dan kekurangan) sehingga segala bentuk
kesalahpahaman dapat dihindari. Ada juga taawun (saling tolong-menolong), yang kuat
menolong yang lemah, yang mempunyai kelebihan menolong yang kekurangan. Serta ada
pula takaful (saling memberikan jaminan) dengan takaful akan memberikan rasa aman, tidak
ada kekhawatiran dan kecemasan menghadapi hidup karena ada jaminan dari sesame saudara
untuk memberikan pertolongan.

Musyawarah berasal dari kata kerja syawara yang dari segi jenisnya termasuk kata kerja
mufaalah (perbuatan yang dilakukan timbal balik), maka musyawarah haruslah bersifat dialogis,
bukan monologis.Berbeda dengan teori demokrasi, karena musyawarah adalah pendapat orang, mka
apa-apa yang sudah ditetapkan oleh nash (al-Quran dan As-sunnah) tidak boleh dimusyawarahkan,
sebab pendpat orang tidak boleh mengungguli wahyu. Musyawarah terbatas pada hal yang bersifat
ijtihadiyah yaitu masalah yang menyangkut kepentingan atau nasib anggota masyarakat yang
bersangkutan, mulai dari urusan keluarga, organisasi, kenegaraan sampai urusan antarbangsa. Tata
cara musyawarah Rasulullah diantaranya yakni kadang kala seseorang memberikan pertimbangan
kepada beliau, lalu beliau meliha pendapat itu benar, maka beliau mengamalkannya, kadang beliau
bermusyawarah dengan 2 atau 3 orang saja, dan kadang juga bermusyawarah dengan seluruh massa
melalui cara perwakilan. Cara bermusyawarah yang baik dan benar adalah lemah lembut, pemaaf, dan
mohon ampun ampunan Allah SWT..

Istilah keadilan berasal dari kata adl (bahasa arab) yakni sama dan seimbang.
Sedangkan menurut KBBI, adil adalah tidak berat sebelah; tidak memihak; berpihak kepada
orang yan benar;berpegang pada kebenaran; dan sepatutnya; tidak sewenang-wenang.
Pengertian pertama dapat diartikan sebagai membagi sama banyak, atau memberikan hak
yang sama kepada orang-orang atau kelompok dengan status yang sama. Pengertian kedua
diartikan dengan memberikan hak seimbang dengan kewajiban, atua memberikan seseorang
sesuai dengan kebutuhannya

Amar maruf Nahi munkar secara harfiah artinya menyuruh kepada yang maruf dan
mencegah dari yang munkar dan secara etimologis maruf berarti yang dikenal, sebaliknya
mukar adalah sesuatu yang tidak dikenal. Amar maruf nahi munkar memiliki empat rukun,
yaitu pelaku amar maruf nahi munkar, amalan kemarufan dan kemunkaran, orang yang
meninggalkan kemarufan dan pelaku kemunkaran (obyek amar maruf nahi munkar),
perbuatan amar maruf nahi munkar itu sendiri. Kaidah beramar maruf nahi munkar
yakni ikhlass, berilmu, rifq (lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan. Kepemimpinan
dalam perspektif Islam diantaranya Azh-zhulumaat (kegelapan), An-nuur merupakan simbol
ketauhidan, keimanan, ketaatan, dan segala kebaikan lainnya, At-thaghut adalah segala
sesuatu yang disembah selain Allah SWT. dan dia suka diperlakukan seperti itu.

Secara operasional, kepemimpinan Allah swt. dilaksanakan oleh Rasulullah saw. dan
sepeninggal beliau kepemimpinan itu dilaksanakan oleh orang orang beriman. Kriteria
pemimpin yakni pemimpin ummat atau pada ayat disebut dengan waliy atau ada juga
menyebutnya ulil amri merupakan penerus kepemimpinan Rasulullah saw. sepeninggal
beliau. Sebagai Nabi dan Rasul, Nabi Muhammad saw tidak dapat digantikan, tetapi sebagai
kepala negara, pemimpin, ulil amri, tugas beliau harus terus dilanjutkan. Orang orang yang
dapat melanjutkan estafet kepemimpinan beliau secara mendasar harus memenuhi 4 kriteria
beriman kepada Allah swt., mendirikan Shalat, menunaikan Zakat, dan selalu Tunduk Patuh
kepada Allah swt. Kepemimpinan Allah swt. dan Rasul-Nya adalah kepemimpinan yang
mutlak diikuti dan dipatuhi. Sedangkan kepemimpinan orang orang yang beriman adalah
kepemimpinan yang nisbi (relatif), kepatuhan kepadanya tergantung dengan paling tidak 2
faktor kualitas dan integritas pemimpin itu sendiri dan arah atau corak kepemimpinan,
kemana ummat mau dibawa, apakah untuk menegakkan diinullah atau sebaliknya. Perintah
taat kepada Rasul disebutkan secara eksplisit seperti perintah taat kepada Allah, sementara
perintah taat kepada ulil amri hanya diatafkan (diikutkan) kepada perintah sebelumnya.
Artinya kepatuhan kepada ulil amri terkait dengan kepatuhan ulil amri itu sendiri kepada
Allah dan Rasul-Nya. Ulil amri yang disebut dalam ayat ini ditafsirkan oleh surat Al-Maidah
ayat 55 sebagaimana dijelaskan sebelumnya.Untuk hal hal yang telah diatur dan ditetapkan
Al-Quran dan Al-Hadits, sikap pemimpin dan yang dipimpin sudah jelas harus sama sama
tunduk pada hukum Allah SWT.. Tetapi dalam hal hal yang bersifat ijtihadi, ditetapkan
secara musyawarah dengan mekanisme yang disepakati bersama.
Akhlaq Pribadi dan Keluarga

Akhlaq pribadi diantaranya bersikap Shidiq (benar atau jujur). Bentuk-bentuk shidiq
itu diantaranya; benar perkataan ( Shidiq Al-hadits), benar pergaulan (Shidiq Al-
Muamalah),benar kemauan (Shidiq Al-azam), benar janji (Shidiq Al-Waad), dan benar
kenyataan ( Shidiq Al-Hal). Seorang yang jujur akan senantiasa menampilkan diri apa adanya
sesuai kenyataan yang sebenarnya. Ia tidak memakai topeng dan baju kepalsuan, tidak
mengada-ada dan menampilkan diri secara bersahaja. Lawan dari jujur adalah bohong, dan
bentuk-bentuk kebohongan dapat berupa; khianat, ingkar janji, kesaksian palsu, fitnah,
gunjing

Akhlaq pribadi selanjutnya adalah bersikap amanah dimana dalam pengertian yang
sempit adalah memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk
semula. Sedangkan dalam pengertian yang luas, amanah mencakup banyak hal seperti:
menyimpan rahasia orang, menjaga kehormatan oranglain, menjaga dirinya sendiri,
menunaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, dll. Bentuk-bentuk amanah dapat berupa
memelihara titipan dan mengembalikannya seperti semula, menjaga rahasia, tidak
menyalahgunakan jabatan, menunaikan kewajiban dengan baik yang hubungannya dengan
Allah SWT. maupun dengan sesama manusia dan makhluk lainnya (kewajiba itu disebut
taklif, manusia yg ditugasi disebut mukallaf, dan amanahnya disebut amanah taklif), dan
memelihara semua nikmat yang diberikan Allah. Lawan kata dari amanah adalah khianat,
sebuah sifat yang sangat tercela. Sifat khianat adalah sifat kaum munafik yang sangat dibenci
oleh Allah SWT., apalagi jika yang dikhianatin adalah Allah SWT. dan Rasul-Nya.

Mujahadah adalah mencurahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala
hal yang menghambat pendekatan diri terhadap Allah swt, baik hambatan yang bersifat
internal maupun yang eksternal. Secara garis besar ada 3 cara mujahadah, yaitu sebagai
landasan teoritis untuk berusaha sungguh-sungguh, melakukan amal ibadah praktis yang
dituntunkan oleh Rasulullah saw untuk memperkuat mental spiritual dan meningkatkan
semangat juang untuk mengahadapi semua tantangan, dan untuk menghadapi hambatan dari
luar adalah dengan jihad, mulai dari jihad dengan harta benda, ilmu pengetahuan, tenaga,
sampai kepada jihad dengan nyawa. Demikianlah, barang siapa yang bermujahadah pada
jalan Allah SWT. maka Allah akan memberikan hidayah kepadanya dan pada akhirnya
semua hasil dari mujahadah itu akan kembali untuk kebaikan dirinya sendiri.
Syajaah artinya berani, tetapi bukan berani dalam arti siap menantang siapa saja
tanpa memedulikan apakah dia berada di pihak yang benar atau salah, dan bukan pula berani
memperturutkan hawa nafsu. Tetapi yang berlandaskan kebenaran dan dilakukan dengan
penuh pertimbangan. Bentuk-bentuk keberanian diantaranya keberanian mengahdapi musuh
dalam peperangan (jihad fi sabilillah), keberanian menyatakan kebenaran (kalimah al-baq)
sekalipun dihadapan penguasa yang zalim, dan keberanian untuk mengendalikan diri tatkala
marah sekalipun dia mampu melampiaskannya. Sumber keberanian dapat berasal dari rasa
takut kepada Allah SWT., Lebih mencintai akhirat daripada dunia, tidak takut mati, tidak
ragu- ragu, tidak menomorsatukan kekuatan materi, tawakal dan yakin akan pertolongan
Allah, dan hasil pendidikan baik dirumah tangga, sekolah, masjid maupun lingkungan.
Lawan dari sifat syajaah adalah jubun yaitu penakut. Takut menghadapi musuh, takut
menyatakan kebenaran, takut gagal, takut menghadapi risiko dan ketakutan-ketakutan
lainnya.

Tawadhu artinya rendah hati, lawan dari sombong atau takabur. Orang yang rendah
hati tidak memandang dirinya lebih dari orang lain, sementara orang yang sombong
menghargai dirinya secara berlebihan. Orang yang tawadhu menyadari bahwa apa saja yang
dia miliki,baik bentuk rupa yang cantik atau tampan, ilmu pengetahuan, harta kekayaan,
maupun pangkat dan kedudukan dan lain sebagainya, semua itu adalah milik Allah swt..
Sikap tawadhu tidak akan membuat derajat seseorang menjadi rendah, malah dia akan
dihormati dan dihargai. Bahkan lebih dari itu derajatnya di hadapan Allah swt. semakin
tinggi. Sikap tawadhu dalam pergaulan bermasyarakat dapat terlihat antara lain dalam
bentuk-bentuk berikut yakni tidak menonjolkan diri dari orang-orang yang level atau
statusnya sama, berdiri dari tempat duduknya dalam satu majelis untuk menyambut
kedatangan orang yang lebih mulia dan lebih berilmu daripada dirinya, bergaul dengan orang
awam dengan ramah, mau mengunjungi orang lain sekalipun lebih rendah sosialnya, mau
duduk-duduk dengan fakir miskin, orang-orang cacat tubuh, dan kaum dhuafa lainnya, tidak
makan minum berlebihan dan tidak memakai pakaian yang menunjukkan kemegahan dan
kesombongan. Lawan dari sikap tawadhu adalah sombong atau takabur, yaitu sikap
mengaggap diri lebih dan meremehkan orang lain. Karena orang yang sombong selalu
menganggap dirinya benar, maka dia tidak mau menerima kritikan dan nasihat orang lain.
Sifat sombong adalah sifat warisan iblis yang menolak perintah Allah untuk sujud kepada
Adam as. Iblis mengklaim dirinya lebih mulia dari Adam, karena Adam diciptakan dari tanah
sedangkan dia diciptakan dari api. Bentuk-bentuk takabur seperti kalau mendatangi suatu
majelis, dia ingin dan senang kalau para hadirin berdiri menyambutnya, kalau berjalan, dia
ingin ada orang yang berjalan di belakangnya, tidak mau mengunjungi orang yang statusnya
lebih rendah dari dirinya, merasa malu dan hina mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan
kalau berbelanja tidak mau membawa barang belanjaannya karena akan merendahkan
derajatnya.

Malu (al-haya) adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan ke engganan untuk
melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik. Sikap malu dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu malu kepada Allah swt.., malu kepada diri sendiri, dan malu kepada orang lain. Malu
adalah suatu refleksi iman. Malu dan iman selalu hadir bersama-sama. Apabila salah satu
hilang yang lainnya juga ikutan hilang.
Rasa malu berfungsi mengontrol dan mengendalikan seseorang darisegala sikap dan
perbuatan yang dilarang oleh agama. Malu,amanah,rahmah, dan Islam, adala empat hal yang
saling berkaitan. Konsekuensi dari hilangnya amanah. Bila amanah hilang, akan hilanglah
rahmah,dan apabila rahmah hilang, hilanglah Islam.

Sabar, secara etimologis adalah Ash-shabr : menahan dan mengekang (al-habs wa al-
kuf). Secara terminologis sabar adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai
karena mengharap ridha Allah. Macam-Macam Sabar menurut Yusuf al-Qardhawi dalam
bukunya Ash-Shabr fi Al-Quran, sabar dapat dibagi kepada enam macam yakni sabar
Menerima Cobaan Hidup, sabar dari keinginan hawa nafsu, sabar dalam berdakwah, sabar
dalam taat kepada Allah swt.., sabar dalam perang, dan sabar dalam pergaulan. Sifat sabar
dalam Islam menempati posisi yang istimewa. Tentunya orang-orang yang sabar juga
menempati posisi yang istimewa seperti mendapat surga dan keridhaan Allah SWT., serta
ditempatkan dalam urutan pertama sebelum yang lainnya. Jazau merupakan lawan dari sifat
sabar yakni gelisah, sedih, keluh kesah, cemas, dan putus asa.

Pemaaf merupakan sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada
sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Dalam bahasa Arab adalah Al-afwu
yang artinya kelebihan atau yang berlebih. Dalam konteks bahasa adalah menghapus luka
atau bekas-bekas luka yang ada di dalam hati. Selain itu ada pula lapang dada yang dalam
bahasa Arab : Ash-shafhu (lapang). Tindakan memberi maaf sebaiknya diikuti dengan
tindakan berlapang dada. Dendam merupakan lawan dari sifat lapang dada. Dendam adalah
menahan rasa permusuhan di dalam hati dan menunggu kesempatan untuk membalas. Sifat
pendendam akan merusak pergaulan bermasyarakat dan juga merugikan diri sendiri. Selain
itu energi juga akan terkuras dalam memelihara dan berusaha untuk melampiaskan
dendamnya. Jika seseorang tidak mampu menguasai marahnya segera terhadap orang lain
yang menyakiti perasaannya, maka dia boleh menghindar untuk menenangkan dan menguasai
nafsu amarahnya. Rasulullah memberi waktu tiga hari, karena tiga hari dirasa cukup untuk
meredakan kemarahan. Setelah itu wajib menyambung tali persaudaraan kembali.

Akhlaq dalam keluarga diantaranya Birrul Walidain yang berasal dari kata Birru yaitu
kebajikan, dan Al-Walidain yaitu dua orangtua atau ibu bapak. Alasan yang membuktikan
birrul walidain menempati kedudukan yang istimewa yakni Rasulullah saw meletakkan birrul
walidain sebagai amalan nomor dua terbaik sesudah shalat tepat pada waktunya, Rasulullah
saw meletakkan uququl walidain (durhaka kepada ibu bapak) sebagai dosa besar nomor dua
sesudah syirik, Rasulullah saw. mengaitkan keridhaan dan kemarahan Allah swt. dengan
keridhaan dan kemarahan orangtua. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain dapat berupa mengikuti
keinginan dan saran orangtua, menghormati dan memuliakan kedua orangtua dengan penuh
rasa terima kasih dan kasih sayang atas jasa-jasa keduanya yang tidak mungkin bisa dinilai
dengan apapun. Uququl Walidain merupakan lawan dari sifat Birrul Walidain yang artinya
mendurhakai orang tua. Allah SWT. menempatkan uququl walidain sebagai dosa besar kedua
sesudah syirik. Azab orang yang durhaka kepada orangtua akan disegerakan Allah di dunia
ini. Bentuk pendurhakaan kepada orangtua bermacam-macam, mulai dari mendurhaka di
dalam hati, mengomel, mengatakan ah (uffin), berkata kasar, menghardik, tidak
menghiraukan panggilannya, tidak pamit, tidak patuh, dan lain-lain.

Kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak terdiri dari hubungan
tanggung jawab dimana anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT. kepada
orangtua untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat,dan dididik dengan sebaik-baiknya. Kemudian
hubungan kasih sayang karena anak adalah tempat orangtua mencurahkan kasih sayang.
Selanjutnya hubungan masa depan sebab anak adalah investasi masadepan diakhirat bagi
orangtua. Ada empat tipologi anak yakni anak sebagai perhiasan hidup dunia, anak sebagai
ujian, anak sebagai musuh, dan anak sebagai cahaya mata. Anak shaleh atau qurratu ayun
tidak dilahirkan tetapi dibentuk dan dibina lewat pedidikan. Rasulullah saw mengajarkan
bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapaknya yang berperan mengubah
fitrah itu menjadi dalam bahasa rasul yahudi, nashrani atau masuji. Pendidikan yang
seimbang artinya memperhatikan seluruh aspek yang ada pada diri manusia. Seperti hati, akal
dan fisik. Seorang orang pendidik harus menyantuni ketiganya, masing-masing unsur ketiga
itu tidak dapat berdiri sendiri. Ketiganya harus seimbang dan harmonis. Berikut adalah
metode pendidikan Luqman Al hakim yakni pendidikan aqidah, pendidikan ibadah,
pendidikan dakwah, dan pendidikan akhlaq

Hak kewajiban kasih sayang suami istri. Salah satutujuan perkawinan dalam islam
adalah untuk mencari ketenteraman atau sakinah dan yang berperan membuat keluarga
menjadi sakinah ada 2 faktor yang pertama mawadah yang kedua rahmah. Dalam interaksi
yang terjadi antara suami istri , kedua faktor itu sangat berperan. Hak-hak bersama suami istri
diantaranya hak tamatu badani (dapat saling menikmati hubungan seksual yang halal, bahkan
berpahala), hak saling mewarisi (hubungan saling mewarisi terjadi karena dua sebab ;
pertama, karena hubungan darah; kedua karena hubungan perkawinan), hak nasab anak (anak
yang dilahirkan dalam hubungan perkawinan adalah anak berdua, walaupun secara formal
islam mengajarkan supaya anak dinisbahkan kepada bapaknya).

Kewajiban suami terhadap istri diantaranya mahar (pemberian wajib dari suami unuk
istri, suami tidak boleh memanfaatkannya kecuali seizin dan serela istri), nafkah
(menyediakan segala keperluan istri berupa makanan,minumaan, pakaian, rumah, dll), Ihsan
al-asyarah (bergaul dengan istri dengan cara yang sebaik-baiknya), membimbing dan
mendidik keagamaan istri. Sedangkan kewajiban istri terhadap suami diantaranya patuh
kepada suami, Ihsan al-asyarah (menerima pemberian suami, lahir dan batin dengan rasa
puas dan terima kasih, serta tidak menuntut hal hal yang tidak mungkin).

Silahturahmi dengan kerabat dekat atau istilahnya adalah sebuah simbol dari
hubungan baik penuh kasih sayang antara sesama karib kerabat yang asal usulnya yang
berasal dari satu rahim dimana hubungan kasih sayang harus dijaga dan dibina sebaik-
baiknya dengan seluruh anggota keluarga besar itu dengan cara memelihara hubungan baik
sesama anggota keluarga atau menjaga silaturrahim dimasukkan oleh Allah SWT. menjadi
salah satu sifat orang-orang yang mempunyai amal mulia. Bentuk-bentuk silahturahmi dapat
berupa berbuat baik, memberikan sebagian harta warisan kita kepada karib kerabat yang
hadir pada waktu pembagian, dan meningkatkan dan memelihara rasa kasih sayang.
Meningkatkan hubungan persaudaraan antara sesam karib kerabat, silaturrahim juga
memberikan manfaat lain yang besar baik didunia maupun diakhirat, antara lain adalah
mendapatkan rahmat, nikmat dan ihsan dari Allah swt., masuk surga dan jauh dari neraka,
serta lapang rezeki dan panjang umur.
ALIRAN SESAT

Pengertian aliran sesat menurut MUI diantarnya; mengingkari salah 1 rukun iman
ataupun Islam, meyakini atau mengikuti aqidah yg tidak sesuai dengan Al Quran dan Hadits,
meyakini turunnya wahyu setelah Al Quran, mengingkari otentisitas dan atau kebenaran Al
Quran, melakukan penafsiran Al Quran yang tidak berdasarkan kaedah-kaedah tafsir,
mengingkari kedudukan Hadits nabi sbg sumber ajaran islam, menghina, melecehkan atau
merendahkan para Nabi & Rosul, mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan
Rosul terakhir, merubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yg telah
ditetapkan oleh syariah, dan mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syari

Ada atau timbulnya berbagai macam aliran sesat yang ada di Indonesia khusunya
disebabkan oleh beberapa hal yakni; kurang efektifnya dakwah atau lemahnya pembinaan
umat beragama secara internal, adanya pihak eksternal yang memicu (dalam Al Quran surat
Al Baqarah ayat 109 dan 120), pengaruh globalisasi dan informasi yang membawa paham-
paham yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, rasa frustasi umat akibat kondisi
keterpurukan ekonomi yang lemah sehingga membuat seseorang kurang mendalami ajaran
agamanya dan dapat dikatakan bahwa kefakiran itu menyebabkan kekafiran

Beberapa contoh organisasi atau kelompok aliran sesat yang berkembang di Indonesia
antara lain;

Salamullah/Lia Eden yang dimana poin-poin kesesatannya yakni; mengaku sebagai


malaikat jibril, mengaku mendapatkan wahyu dari Tuhan dalam bentuk Bahasa Indonesia,
yang kemudian diketik oleh penulis wahyu, membuat agama baru, yaitu salamullah,
mengatakan bahwa semua agama itu benar, mengaku dirinya Imam Mahdi dan Putranya
Ahmad Mukti diangkatnya menjadi nabi Isa, mengaku dirinya adalah reinkarnasi dari roh
maryam, dan kemudian Berganti nama menjadi Lia Eden yang bersuamikan Malaikat Jibril
yang tinggal di Surga Eden dan senantiasa berhubungan suami istri (seperti manusia) dengan
Malaikat Jibril di rumahnya di Bungur Jakarta

Inkar Sunnah yang bentuk kesesatan antara lain; menolak semua Hadits Nabi saw.,
menganggap Imam Al-Bukhari (ahli hadits) itu adalah seorang komunis Rusia yang pura-
pura masuk Islam untuk membuat hadits yang sebanyak-banyaknya untuk menyesatkan umat
Islam, Syahadat mereka adalah: Isyhaduu bi annaa muslimuun.
Saksikanlah oleh kalian bahwa kami adalah orang-orang muslim. Yang terdapat dalamQS.
Ali Imran [03]: 64, shalat serta rakaat shalat mereka bermacam-macam, ketika shalatpun
diperbolehkan tidak menutup aurat, puasa Ramadhan diwajibkan bagi siapa saja yang melihat
hilal bulan Ramadhan (yang tidak melihat hilal bulan Ramadhan tidak wajib puasa), dan
kalau ada seseorang yang meninggal dunia tidak perlu dimandikan, dikafankan dan
dishalatkan karena tidak ada perintahnya dalam Al-Qur`an

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dimana pokok-pokok kesesatannya antara


lain; orang Islam di luar kelompok mereka adalah kafir dan najis, termasuk orang tua
sekalipun, mati dalam keadaan belum baiat kepada amir/imam LDII, maka akan mati
jahiliyah (mati kafir), Al-Quran dan Hadits yang boleh diterima adalah yang manqul (yang
keluar dari mulut imam atau amir mereka), haram mengaji al-Quran dan Hadits kecuali
kepada imam/amir mereka, dosa bisa ditebus kepada sang amir/imam, dan besarnya tebusan
tergantung besar-kecilnya dosa yang diperbuat, sedang yang menentukannya adalah
imam/amir, harus rajin membayar infaq, shadaqah dan zakat kepada amir/imam mereka, dan
haram mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah kepada orang lain, harta benda orang di luar
kelompok mereka dianggap halal untuk diambil atau dimiliki walaupun dengan cara
bagaimanapun memperolehnya seperti mencuri, merampok, korupsi, menipu, dan lain-lain,
asal tidak ketahuan/tertangkap dan jika berhasil menipu orang Islam di luar golongan mereka
maka dianggap berpahala besar, haram membagikan daging kurban atau zakat fitrah kepada
orang Islam di luar kelompok mereka, haram shalat di belakang imam yang bukan dari
kelompok mereka dan kalaupun terpaksa sekali, tidak usah berwudhu karena shalatnya harus
diulang lagi, perempuan LDII/Islam Jamaah kalau mau bertamu ke rumah orang yang bukan
kelompok mereka, maka mereka memilih waktu pada saat haid, karena badan dalam keadaan
kotor (lagi haid) sehingga ketika (kena najis) di rumah non LDII yang dianggap najis itu tidak
perlu dicuci lagi; sebab kotor dengan kotor, tidak apa-apa, haram nikah dengan orang di luar
kelompok.

NII (Negara Islam Indonesia), beberapa poin penyimpangan NII menurut Ketua Athian
Ali Dai sebagai berikut: setiap muslim yang berada di luar gerakan tersebut dituduh kafir
dan dinyatakan halal darahnya, dosa karena melakukan zina dan perbuatan maksiat lainnya
dapat ditebus dengan uang dalam jumlah yang telah ditetapkan, tidak ada kewajiban meng-
qadha saum Ramadan, tetapi cukup hanya dengan membayar uang dalam jumlah yang telah
ditetapkan, taubat hanya sah jika membayar apa yang mereka sebut Shodaqoh Istigfar
dalam jumlah yang ditetapkan, Qanun asasi (aturan dasar) gerakan tersebut dianggap lebih
tinggi derajatnya dibadingkan kitab suci Alquran, bahkan tidak berdosa bila menginjak
Mushaf Alquran, ayah kandung yang belum masuk ke dalam gerakan tersebut tidak sah
menikahkan putrinya, tidak wajib melaksanakan ibadah haji kecuali telah menjadi masul
atau pimpinan, apa yang mereka sebut shalat aktivitas, dalam pengertian melaksanakan
program gerakan dianggap lebih utama daripada shalat fardu

Ahmadiyah yang pokok-pokok ajarannya yakni Mirza Ghulam Ahmad mengaku dirinya
Nabi dan Rasul utusan Tuhan, mengaku menerima wahyu di India dan kitab suci mereka
bernama Tadzkirah yang isinya memutarbalikkan ayat-ayat suci Al Qur'an, ayat yang awal
diputar ke belakang, ayat yang satu disambung ayat lainnya sesuai dengan selera nabi India
tersebut, mengakui Kitab mereka sama sucinya dengan Al Qur'an, wahyu tetap turun sampai
hari kiamat begitu juga Nabi dan Rasul diutus sampai hari kiamat, mempunyai tempat suci
sendiri yaitu Qadian dan Rabwah tetapi Mirza tidak pernah naik haji ke Makkah, mereka
mempunyai surga sendiri yang letaknya di Qadian dan Rabwah dan sertifikat kapling surga
tersebut di jual kepada jama'ahnya dengan harga sangat mahal, wanita Ahmadiyah haram
nikah dengan laki-laki bukan Ahmadiyah tetapi sebaliknya boleh, tidak boleh bermakmum
dibelakang orang yang bukan Ahmadiyah, Ahmadiyah mempunyai tanggal, bulan dan tahun
sendiri yaitu Suluh, Tabliqh, Aman, Syahadah, Hijrah, Ikhsan, Wafa', Zuhur, Tabuk, Ikha',
Nubuwah, Fatah. Nama tahunnya adalah Hijri Syamsi (HS)

Tindakan proteksi yang dapat kita lakukan agar terhindar dari ajaran-ajaran sesat yang
bertentangan dengan perintah Allah diantaranya dapat melakukan Tajdidun Iman
(memperbaharui keimanan), Qiraah (membaca segala macam yang berkaitan dengan ajaran
agama yang sumber kebenarannya telah jelas), ummatan wastaha (bersifat Inklusif), dan
Syiddah (Eklusif)

Vous aimerez peut-être aussi