Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Di susun oleh:
Name NPM Tugas
NURAMALINA 260110103006 DATA PENGAMATAN &
ZAHARI PERHITUNGAN
VIDHYA 260110103007 PEMBAHASAN,ALAT &
ROHINEE A/P BAHAN,PROSEDUR,KESIMPULAN
MURUGAN , COMPILE,COVER PAGE
FARRA NADIEA 260110103009 TUJUAN,PRINSIP,THEORY &
DAFTAR PUSTAKA
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Paraf Nilai
I. TUJUAN
1. Mengetahui secara lebih baik peran insulin dalam tubuh dan pengaruhnya pada
penyakit diabetes
2. Mengenal teknik untuk mengevaluasi penyakit diabetes dengan cara
konvensional dan komputerisasi
II. PRINSIP
II. TEORI
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
gangguan pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan
sekresi insulin dari sel-sel beta. Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar pankreas
sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah. Kadar glukosa
darah normal pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan
dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kualitas
maupun kuantitas, keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa
darah cenderung naik (hiperglikemia) (Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro,
1998).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia dan glukosuria yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan kurangnya insulin
yang diproduksi oleh sel pulau Langerhans kelenjar Pankreas baik absolut
maupun relatif (Herman, 1993; Adam, 2000; Sukandar, 2008). Kelainan
metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme karbohidrat. Oleh
karena itu, diagnosis diabetes melitus selalu berdasarkan kadar glukosa dalam
plasma darah (Herman, 1993; Adam, 2000).
Diabetes melitus merupakan salah satu jenis penyakit yang ditandai
dengan meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari
rendahnya sekresi insulin, gangguan efek insulin, atau keduanya. Diabetes
mellitus bukan merupakan patogen melainkan secara etiologi adalah kerusakan
atau gangguan metabolisme. Gejala umum diabetes adalah hiperglikemia,
poliuria, polidipsia, kekurangan berat badan, pandangan mata kabur, dan
kekurangan insulin sampai pada infeksi. Hiperglikemia akut dapat menyebabkan
sindrom hiperosmolar dan kekurangan insulin dan ketoasidosis. Hiperglikemia
kronik menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan
metabolisme sel, jaringan dan organ. Komplikasi jangka panjang diabetes adalah
macroangiopathy, microangiopathy, neuropathy, katarak, diabetes kaki dan
diabetes jantung (Reinauer et al, 2002).
Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lainnya
tidak selalu sama. Gejala yang disebutkan dibawah ini adalah gejala yang
umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala
lain. Ada pula penderita diabetes melitus yang tidak menunjukkan gejala apa pun
sampai pada saat tertentu (Tjoktoprawiro, 1998).
1. Pada permulaan, gejala yang ditunjukkan meliputi tiga P yaitu:
a. Polifagia (meningkatnya nafsu makan, banyak makan)
Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus
meningkat, bertambah gemuk, mungkin sampai terjadi kegemukan. Pada keadaan
ini jumlah insulin masih dapat mengimbangi kadar glukosa dalam darah (Kee dan
Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).
2. Bila keadaan diatas tidak segera diobati, kemudian akan timbul gejala
yang disebabkan oleh kurangnya insulin, yaitu :
a. Banyak minum
b. Banyak kencing
c. Berat badan menurun dengan cepat (dapat turun 5-10 kg dalam waktu
2-4 minggu)
d. Mudah lelah
e. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual jika kadar glukosa
darah melebihi 500 mg/dl, bahkan penderita akan jatuh koma (tidak
sadarkan diri) dan disebut koma diabetik.
Koma diabetik adalah koma pada penderita diabetes melitus akibat kadar
glukosa darah terlalu tinggi, biasanya 600 mg/dl atau lebih. Dalam praktik,
gejala dan penurunan berat badan inilah yang paling sering menjadi keluhan
utama penderita untuk berobat ke dokter (Tjokroprawiro, 1998).
3. Rasa tebal pada kulit telapak kaki, sehingga kalau berjalan seperti diatas
bantal atau kasur
4. Kram
5. Capai, pegal-pegal
6. Mudah mengantuk
Para ibu hamil sering mengalami gangguan atau kematian janin dalam
kandungan, atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 3,5 kg.
(Tjokroprawiro, 1998).
Obat Antidiabetes
Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel pulau Langerhans dalam
pankreas. Berbagai stimulus melepaskan insulin dari granula penyimpanan dalam
sel , tetapi stimulus yang paling kuat adalah peningkatan glukosa plasma
(hiperglikemia). Insulin terikat pada reseptor spesifik dalam membran sel dan
memulai sejumlah aksi, termasuk peningkatan ambilan glukosa oleh hati, otot,
dan jaringan adipose (Katzung, 2002).
Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun
dalam dua rantai (A dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Suatu
prekursor, yang disebut proinsulin, dihidrolisis dalam granula penyimpan untuk
membentuk insulin dan peptida C residual. Granula menyimpan insulin sebagai
kristal yang mengandung zink dan insulin.
Glukosa merupakan stimulus paling kuat untuk pelepasan insulin dari sel-sel
pulau Langerhans. Terdapat sekresi basal yang kontinu dengan lonjakan pada
waktu makan. Sel-sel memiliki kanal K + yang diatur oleh adenosin trifosfat
(ATP) intraselular. Saat glukosa darah meningkat, lebih banyak glukosa memasuki
sel dan metabolismenya menyebabkan peningkatan ATP intraselular yang
menutup kanalATP. Depolarisasi sel Depolarisasi sel yang diakibatkannya
mengawali influks ion Ca 2+ melalui kanal Ca2+ yang sensitif tegangan dan ini
memicu pelepasan insulin (Katzung, 2002).
Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang terdiri dari
dua subunit dan dua subunit yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida.
Setelah insulin terikat pada subunit , kompleks insulin-reseptor memasuki sel,
dimana insulin dihancurkan oleh enzim lisosom. Internalisasi dari kompleks
insulin-reseptor mendasari down-regulation reseptor yang dihasilkan olh kadar
insulin tinggi (misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor
mengaktivasi aktivitas tirosin kinase subunit dan memulai suatu rantai kompleks
reaksi-reaksi yang menyebabkan efek insulin (Neal, 2006).
Perawatan diabetes mellitus diambil dari empat faktor fundamental :
pengajaran pasien tentang penyakit; latihan fisik; diet dan agen-agen
hipoglikemia. Agen-agen yang baru digunakan sebagai kontrol diabetes mellitus
adalah obat-obat dari golongan sulfonilurea, biguanida, turunan thiazolidinedione,
dan insulin (diberikan secara injeksi). Meskipun obat-obat ini telah digunakan
secara intensif karena efek yang baik dalam kontrol hiperglikemia, agen-agen ini
tidak dapat memenuhi kontrol yang baik pada diabetes mellitus, tidak dapat
menekan komplikasi akut maupun kronis (Galacia et.al, 2002).
A. Sekretagok Insulin
Sekretagok insulin mempunyai efek hipoglikemik dengan cara stimulasi
sekresi insulin oleh sel pankreas. Golongan ini meliputi:
1. Golongan sulfonilurea
Obat ini hanya efektif pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak
begitu berat, yang sel-sel masih bekerja cukup baik. Mekanisme
kerja dari golongan sulfonilurea antara lain:
a. Merangsang fungsi sel-sel pulau Langerhans pankreas agar dapat
menghasilkan insulin.
b. Mencegah (inhibisi) konversi glikogen hati kembali ke glukosa.
c. Meningkatkan penggunaan glukosa darah
Sulfonilurea dibagi dalam dua golongan/generasi yaitu:
a. Generasi pertama meliputi: Tolbutamide, Acetohexamide,
Tolazamide, Chlorpropamide
b. Generasi kedua meliputi: Glibenclamide, Gliclazide, Glipizide,
Gliquidon, Glibonuride.
2. Golongan glinida
Sekretagok insulin baru, yang kerjanya melalui reseptor sulfonilurea
dan mempunyai struktur yang mirip dengan sulfonilurea. Repaglinid
dan nateglinid kedua-duanya diabsorpsi dengan cepat setelah
pemberian secara oral. Repaglinid mempunyai masa paruh yang
singkat dan dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa. Sedangkan
nateglinid mempunyai masa tinggal yang lebih singkat dan tidak dapat
menurunkan kadar glukosa darah puasa (Soegondo, 2006).
B. Sensitizer Insulin
Golongan obat ini meliputi obat hipoglikemik golongan biguanida dan
thiazolidinedione, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan
insulin secara lebih efektif (Depkes RI, 2005).
1. Golongan Biguanida
Saat ini golongan biguanid yang banyak dipakai adalah metformin.
Mekanisme kerja golongan biguanid (metformin):
a. Meningkatkan glikolisis anaerobik hati.
b. Meningkatkan uptake glukosa di jaringan perifer atau mengurangi
glukoneogenesis.
c. Menghambat absorpsi glukosa dari usus (Herman, 1993;
Soegondo, 2006)
2. Golongan Thiazolidinedione atau Glitazon
Golongan obat ini mempunyai efek farmakologis untuk meningkatkan
sensitivitas insulin. Glitazon merupakan agonist peroxisome
proliferator-activated receptor gamma (PPAR) yang sangat selektif dan
poten. Reseptor PPAR gamma terdapat di jaringan target kerja insulin
yaitu jaringan adiposa, otot skelet dan hati, sedang reseptor pada organ
tersebut merupakan regulator homeostasis lipid, diferensiasi adiposit,
dan kerja insulin. Glitazon dapat merangsang ekspresi beberapa
protein yang dapat memperbaiki sensitivitas insulin dan memperbaiki
glikemia, seperti GLUT 1, GLUT 4, p85alphaPI-3K dan uncoupling
protein-2 (UCP) (Soegondo, 2006).
Aloksan
CAS number : 50-71-5 50-71-5
Rumus molekul : C4H2N2O4
Masa molar : 142.07 g/mol
titik leleh : 256 C
Kelarutan dalam air : Mudah larut dalam air
Glibenklamid
Sinonim : Gliburid
Indikasi : NIDDM ringan - sedang
Kontraindikasi : wanita menyusui, profiria, dan ketoasidosis
Peringatan : Penggunaan harus hati-hati pada pasien usia lanjut,
gangguan fingsi hati dan ginjal.
Efek samping gejala saluran cerna dan sakit kepala. Gejala
hematologik termasuk trombositopenia,
agranulositosis, dan anemia aplastik dapat terjadi walau
jarang sekali.
Interaksi : Dengan penghambat ACE dapat menambah efek
hipoglikemik. alkohol meningkatkan efek hipoglikemik,
analgesik meningkatkan efek sulfonilurea
(glibenklamid).
Dosis : Dosis awal 2,5 mg bersama sarapan, maksimal 15 mg.
(Depkes RI, 2000).
c. Gambar alat
Komputer
V. PROSEDUR
Wet Lab
PERHITUNGAN
ANALISIS VARIAN
HIPOTESIS
H0: Tidak ada pengaruh pemberian obat sebagai penurun kadar gula darah
H1: Ada pengaruh pemberian obat sebagai penurun kadar gula darah
TARAF NYATA
= 0.05
PERHITUNGAN ANAVA
Tabel ANAVA
Derajat Bebas
Faktor Koreksi
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
Karena Fhit<Ftab maka terima H0, yang artinya tidak ada pengaruh
pemberian obat sebagai penurun kadar gula darah. Oleh karena itu tidak
perlu dilakukan uji perbandingan pengaruh perlakuan karena H0 ditolak,
sehingga students t-test tidak dapat dilakukan
Grafik
Kontrol Ct45 :
Kontrol Ct60 :
Uji Ct45 :
Uji Ct60 :
% P t 45 =
% P t 60 =
VII. PEMBAHASAN
Percobaan pengujian Diabetes dan antidiabetes dengan tujuan untuk
mengetahui peran insulin dalam tubuh dan pengaruhnya pada penyakit diabetes
serta mengenal teknik untuk mengevaluasi penyakit diabetes dengan cara
konvensional (wet lab) dan komputerisasi (dry lab). Percobaan dry lab dilakukan
untuk mengetahui pengaruh insulin pada diabetes tipe I. Diabetes tipe I disebut
juga Insulin Depent Diabetes Mellitus (IDDM). Penderita IDDM ini senantiasa
membutuhkan insulin disebabkan karena terjadi destruksi sel beta pancreas,
sehingga tidak dihasilkan insulin akibatnya sel-sel tidak bisa menyerap glukosa
dari darah.
A. Dry lab
Percobaan pertama adalah uji diabetes komputerisasi (dry lab) dimana uji
ini menggunakan software yang telah disediakan. Percobaan dry lab secara
komputerisasi ini terbagi menjadi dua bagian. Langkah pertama yang dilakukan
adalah dibuat kurva baku dari standar glukosa yang bertujuan untuk perhitungan
kadar glukosa sebelum dan sesudah injeksi insulin pada mencit. Pertama-tama
disiapkan tabung 1 5, yaitu dengan cara klik dan drag tabung ke dalam slot
inkubator sesuai nomor yang telah disediakan. Tabung ini digunakan sebagai
wadah untuk mencampurkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk
mengetahui kadar glukosa. Kemudian tambahkan larutan glukosa pada tabung 1 -
5. Tiap tabung otomatis akan mendapat larutan standar glukosa satu tetes lebih
banyak, maka tube 1 (1 tetes), tube 2 (2 tetes), tube 3 (3 tetes), tube 4 (4 tetes),
tube 5 (5 tetes) glukosa. Ini dilakukan karena untuk membuat kurva standar harus
digunakan variasi konsentrasi glukosa minimal 5 buah konsentrasi. Lalu
tambahkan Deionized Water (air deionisasi) untuk mengencerkan larutan glukosa
pada tabung 1 5 yang otomatis akan mendapat satu tetes lebih sedikit sehingga
jumlah keseluruhannya sama. Air deionisasi adalah air murni dimana ion
mineralnya telah dihilangkan. Ion-ion mineral tersebut adalah Na, K, Fe, Cu, Cl
dan Br. Air deionisasi dibuat dengan cara mengikat dan menghilangkan ionnya
menggunakan muatan listrik dimana ion akan tertarik dan berikatan dengan garam
yang kemudian dihilangkan dari air. Pada air biasa terdapat banyak mineral
sedangkan pada air deionisasi adalah murni tidak mengandung ion mineral, tetapi
masih mengandung sejumlah bakteri dan virus, dimana bakteri dan virus ini tidak
bermuatan sehingga tidak tertarik oleh listrik.
Kemudian larutan glukosa standar dan air deionisasi dicampurkan sampai
homogen dalam inkubator. Lalu disentrifugasi yang bertujuan untuk memisahkan
partikel dari fluida oleh gaya sentrifugasi yang dikenakan pada partikel, sehingga
partikel akan mengendap di bagian bawah tabung yang disebut pellet. Prinsip
sentrifugasi ini adalah dimana objek diputar secara horizontal pada jarak radial
dari titik dimana titik tersebut dikenakan gaya. Objek yang diputar secara
horizontal dan konstan merubah arah dan percepatan walaupun kecepatan rotasi
konstan. Gaya sentrifugal ini bekerja menuju pusat dari rotasi. Adanya gaya
sentrifugal yang ditimbulkan akibat sentrifugasi menyebabkan campuran terpisah
antara bagian yang padat (pelet) dan bagian yang cair (plasma). Pellet yang
terbentuk dibuang. Kemudian masing-masing tabung yang berisi larutan hasil
sentrifugasi diteteskan Enzyme-Color Reagent dan diinkubasikan. Tekan Set Up
pada spektrofotometer untuk memanaskan alat dan mengkalibrasinya sehingga
siap digunakan dalam pengukuran. Setelah itu dianalisis dengan cara melihat nilai
Optical Density dan Glukosa. Optical Density (OD) adalah ukuran dari sejumlah
cahaya yang diabsorpsi oleh suatu larutan molekul organik dengan menggunakan
kolorimeter atau spektrofotometer. OD ini dapat digunakan untuk memperkirakan
konsentrasi molekul seperti protein. OD selalu ditunjukkan sebagai negatif
logaritma dari transmisi. Setelah itu klik tombol Graph dan akan diperoleh kurva
yang dapat digunakan untuk percobaan II.
No Tabung Optical Density Kadar Glukosa
1 0.3 30
2 0.5 60
3 0.6 90
4 0.8 120
5 1 150
Dari data di atas dibuat kurva,dihasilkan kurva garis lurus.
Adam, J.M.F. 2000. Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes melitus yang baru.
Cermin Dunia Kedokteran No. 127.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Informatorium Obat Nasional
Indonesia. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Diabetes Mellitus. Dirktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.
Jakarta.
Galacia, E. H., A. A. Contreras, L. A. Santamaria, R. R. Ramos, A. A. C. Miranda,
L. M. G. Vega, J. L. F. Saenz, F. J. A. Aguilar.2002. Studies on
hypoglycemic activity of mexican medicinal plants. Proc. West. Pharmacol.
Soc. 45: 118-124
Herman, F. 1993. Penggunaan obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes
melitus. Pharos Bulletin No.1.
Jones, D.B. and Gill, G.V. 1998. Insulin-Dependent Diabetes Mellitus : An
Overview . In J. Pickup and G. Williams (Eds): Textbook of Diabetes. Vol.1.
second Edition. Blackwell Science. United Kingdom.
Katzung, G. Bertram. 2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Buku 2. Penerbit
Salemba Medika. Jakarta.
Kee, J.L. dan Hayes E. R. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan.
Alih Bahasa : Dr. Peter Anugrah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .
Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Reinauer, H., P. D. Home, A. S. Kanagasabapathy, C. C. Heuck. 2002. Laboratory
Diagnosis and Monitoring of Diabetes Mellitus. World Health Organization.
Geneva.
Soegondo, S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Farmakoterapi pada
pengendalian glikemia diabetes melitus tipe 2. Editor Aru W. Sudoyo et al.
Jilid ke-3. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Studiawan. H., M. H. Santosa. 2005. Uji aktivitas penurun kadar glukosa darah
ekstrak daun Eugenia polyantha pada mencit yang diinduksi aloksan. Media
Kedokteran Hewan 21(2):62-65
Sukandar, E. Y., J. I. Sigit, I. K. Adnyana, A. A. P. Setiadi, Kusnandar. 2008. ISO
Farmakoterapi. Penerbit PT. ISFI Penerbitan. Jakarta.
Tjokroprawiro, A. 1998. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta .
Tunbridge, W. M. and Home, P.D. 1991. Diabetes and Endocrinology: In
Clinical Practice.
Edward Arnold a Division of Hadder and Stoughton. Great Britain,
London.