Vous êtes sur la page 1sur 27

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

DIABETES DAN ANTIDIABETES

KELOMPOK : 2 SENIN PAGI

Di susun oleh:
Name NPM Tugas
NURAMALINA 260110103006 DATA PENGAMATAN &
ZAHARI PERHITUNGAN
VIDHYA 260110103007 PEMBAHASAN,ALAT &
ROHINEE A/P BAHAN,PROSEDUR,KESIMPULAN
MURUGAN , COMPILE,COVER PAGE
FARRA NADIEA 260110103009 TUJUAN,PRINSIP,THEORY &
DAFTAR PUSTAKA

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Paraf Nilai

PENGUJIAN DIABETES DAN ANTIDIABETES

I. TUJUAN

1. Mengetahui secara lebih baik peran insulin dalam tubuh dan pengaruhnya pada
penyakit diabetes
2. Mengenal teknik untuk mengevaluasi penyakit diabetes dengan cara
konvensional dan komputerisasi

II. PRINSIP

1. Penyakit diabetes merupakan gangguan metabolisme yang salah satu


symptomnya berupa kadar glukosa dalam darah di atas batas normal yang
disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolute.
2. Obat hipoglikemik adalah obat yang merangsang sekresi insulin oleh sel
pancreas dan meningkatkan pengikatan insulin pada jaringan target dan
reseptor sehingga menurunkan kadar glukosa dalam darah.
3. Pengujian diabetes dan antidiabetes dapat dilakukan dengan cara komputerisasi
(dry lab) atau konvensional (wet lab).

II. TEORI
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya
gangguan pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan
sekresi insulin dari sel-sel beta. Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar pankreas
sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah. Kadar glukosa
darah normal pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan
dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kualitas
maupun kuantitas, keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa
darah cenderung naik (hiperglikemia) (Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro,
1998).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia dan glukosuria yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan kurangnya insulin
yang diproduksi oleh sel pulau Langerhans kelenjar Pankreas baik absolut
maupun relatif (Herman, 1993; Adam, 2000; Sukandar, 2008). Kelainan
metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme karbohidrat. Oleh
karena itu, diagnosis diabetes melitus selalu berdasarkan kadar glukosa dalam
plasma darah (Herman, 1993; Adam, 2000).
Diabetes melitus merupakan salah satu jenis penyakit yang ditandai
dengan meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari
rendahnya sekresi insulin, gangguan efek insulin, atau keduanya. Diabetes
mellitus bukan merupakan patogen melainkan secara etiologi adalah kerusakan
atau gangguan metabolisme. Gejala umum diabetes adalah hiperglikemia,
poliuria, polidipsia, kekurangan berat badan, pandangan mata kabur, dan
kekurangan insulin sampai pada infeksi. Hiperglikemia akut dapat menyebabkan
sindrom hiperosmolar dan kekurangan insulin dan ketoasidosis. Hiperglikemia
kronik menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan
metabolisme sel, jaringan dan organ. Komplikasi jangka panjang diabetes adalah
macroangiopathy, microangiopathy, neuropathy, katarak, diabetes kaki dan
diabetes jantung (Reinauer et al, 2002).
Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lainnya
tidak selalu sama. Gejala yang disebutkan dibawah ini adalah gejala yang
umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala
lain. Ada pula penderita diabetes melitus yang tidak menunjukkan gejala apa pun
sampai pada saat tertentu (Tjoktoprawiro, 1998).
1. Pada permulaan, gejala yang ditunjukkan meliputi tiga P yaitu:
a. Polifagia (meningkatnya nafsu makan, banyak makan)

b. Polidipsia (meningkatnya rasa haus, banyak minum)

c. Poliuria (meningkatnya keluaran urin, banyak kencing)

Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus
meningkat, bertambah gemuk, mungkin sampai terjadi kegemukan. Pada keadaan
ini jumlah insulin masih dapat mengimbangi kadar glukosa dalam darah (Kee dan
Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).
2. Bila keadaan diatas tidak segera diobati, kemudian akan timbul gejala
yang disebabkan oleh kurangnya insulin, yaitu :

a. Banyak minum

b. Banyak kencing

c. Berat badan menurun dengan cepat (dapat turun 5-10 kg dalam waktu
2-4 minggu)

d. Mudah lelah

e. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual jika kadar glukosa
darah melebihi 500 mg/dl, bahkan penderita akan jatuh koma (tidak
sadarkan diri) dan disebut koma diabetik.

Koma diabetik adalah koma pada penderita diabetes melitus akibat kadar
glukosa darah terlalu tinggi, biasanya 600 mg/dl atau lebih. Dalam praktik,
gejala dan penurunan berat badan inilah yang paling sering menjadi keluhan
utama penderita untuk berobat ke dokter (Tjokroprawiro, 1998).

Kadang-kadang penderita diabetes melitus tidak menunjukkan gejala akut


(mendadak), tetapi penderita tersebut baru menunjukkan gejala setelah beberapa
bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes melitus. Gejala ini dikenal
dengan gejala kronik atau menahun (Katzung, 2002).
Gejala kronik yang sering timbul pada penderita diabetes adalah seperti
yang disebut dibawah ini :
1. Kesemutan

2. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum

3. Rasa tebal pada kulit telapak kaki, sehingga kalau berjalan seperti diatas
bantal atau kasur

4. Kram

5. Capai, pegal-pegal

6. Mudah mengantuk

7. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata

8. Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita

9. Gigi mudah goyah dan mudah lepas

10. Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten, dan

Para ibu hamil sering mengalami gangguan atau kematian janin dalam
kandungan, atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 3,5 kg.
(Tjokroprawiro, 1998).

Klasifikasi dan Etiologi Diabetes Mellitus


1. Diabetes Mellitus tergantung Insulin (DMTI, tipe 1)

Diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI atau IDDM)


merupakan istilah yang digunakan untuk kelompok pasien diabetes
mellitus yang tidak dapat bertahan hidup tanpa pengobatan insulin.
Penyebab yang paling umum dari IDDM ini adalah terjadinya kerusakan
otoimun sel-sel beta () dari pulau-pulau Langerhans (Katzung, 2002).
Kebanyakan penderita IDDM berusia masih muda, dan usia
puncak terjadinya serangan adalah 12 tahun. Namun demikian, 10%
pasien diabetes diatas 65 tahun merupakan pengidap IDDM (Katzung,
2002).
IDDM dapat juga disebabkan adanya interaksi antara faktor-faktor
lingkungan dengan kecenderungan sebagai pewaris penyakit diabetes
mellitus. Hal ini menunjukkan bahwa IDDM dapat timbul karena adanya
hubungan dengan gen-gen pasien dan dapat pula dipicu oleh faktor
lingkungan yang ada, termasuk bermacam-macam virus (Jones and Gill,
1998; Tunbridge and Home, 1991).

2. Diabetes mellitus tidak tergantung Insulin (DMTTI ,Tipe II)

Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI atau NIDDM)


merupakan istilah yang digunakan untuk kelompok diabetes mellitus yang
tidak memerlukan pengobatan dengan insulin supaya dapat bertahan
hidup, meskipun hampir 20% pasien menerima insulin dengan tujuan
untuk membantu mengontrol kadar glukosa darah. NIDDM biasanya
ditunjukkan oleh adanya kombinasi yang beragam dari tahanan insulin dan
kekurangan insulin (Tunbridge and Home, 1991).

Obat Antidiabetes

Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel pulau Langerhans dalam
pankreas. Berbagai stimulus melepaskan insulin dari granula penyimpanan dalam
sel , tetapi stimulus yang paling kuat adalah peningkatan glukosa plasma
(hiperglikemia). Insulin terikat pada reseptor spesifik dalam membran sel dan
memulai sejumlah aksi, termasuk peningkatan ambilan glukosa oleh hati, otot,
dan jaringan adipose (Katzung, 2002).
Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun
dalam dua rantai (A dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Suatu
prekursor, yang disebut proinsulin, dihidrolisis dalam granula penyimpan untuk
membentuk insulin dan peptida C residual. Granula menyimpan insulin sebagai
kristal yang mengandung zink dan insulin.
Glukosa merupakan stimulus paling kuat untuk pelepasan insulin dari sel-sel
pulau Langerhans. Terdapat sekresi basal yang kontinu dengan lonjakan pada
waktu makan. Sel-sel memiliki kanal K + yang diatur oleh adenosin trifosfat
(ATP) intraselular. Saat glukosa darah meningkat, lebih banyak glukosa memasuki
sel dan metabolismenya menyebabkan peningkatan ATP intraselular yang
menutup kanalATP. Depolarisasi sel Depolarisasi sel yang diakibatkannya
mengawali influks ion Ca 2+ melalui kanal Ca2+ yang sensitif tegangan dan ini
memicu pelepasan insulin (Katzung, 2002).
Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang terdiri dari
dua subunit dan dua subunit yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida.
Setelah insulin terikat pada subunit , kompleks insulin-reseptor memasuki sel,
dimana insulin dihancurkan oleh enzim lisosom. Internalisasi dari kompleks
insulin-reseptor mendasari down-regulation reseptor yang dihasilkan olh kadar
insulin tinggi (misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor
mengaktivasi aktivitas tirosin kinase subunit dan memulai suatu rantai kompleks
reaksi-reaksi yang menyebabkan efek insulin (Neal, 2006).
Perawatan diabetes mellitus diambil dari empat faktor fundamental :
pengajaran pasien tentang penyakit; latihan fisik; diet dan agen-agen
hipoglikemia. Agen-agen yang baru digunakan sebagai kontrol diabetes mellitus
adalah obat-obat dari golongan sulfonilurea, biguanida, turunan thiazolidinedione,
dan insulin (diberikan secara injeksi). Meskipun obat-obat ini telah digunakan
secara intensif karena efek yang baik dalam kontrol hiperglikemia, agen-agen ini
tidak dapat memenuhi kontrol yang baik pada diabetes mellitus, tidak dapat
menekan komplikasi akut maupun kronis (Galacia et.al, 2002).

A. Sekretagok Insulin
Sekretagok insulin mempunyai efek hipoglikemik dengan cara stimulasi
sekresi insulin oleh sel pankreas. Golongan ini meliputi:
1. Golongan sulfonilurea
Obat ini hanya efektif pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak
begitu berat, yang sel-sel masih bekerja cukup baik. Mekanisme
kerja dari golongan sulfonilurea antara lain:
a. Merangsang fungsi sel-sel pulau Langerhans pankreas agar dapat
menghasilkan insulin.
b. Mencegah (inhibisi) konversi glikogen hati kembali ke glukosa.
c. Meningkatkan penggunaan glukosa darah
Sulfonilurea dibagi dalam dua golongan/generasi yaitu:
a. Generasi pertama meliputi: Tolbutamide, Acetohexamide,
Tolazamide, Chlorpropamide
b. Generasi kedua meliputi: Glibenclamide, Gliclazide, Glipizide,
Gliquidon, Glibonuride.
2. Golongan glinida
Sekretagok insulin baru, yang kerjanya melalui reseptor sulfonilurea
dan mempunyai struktur yang mirip dengan sulfonilurea. Repaglinid
dan nateglinid kedua-duanya diabsorpsi dengan cepat setelah
pemberian secara oral. Repaglinid mempunyai masa paruh yang
singkat dan dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa. Sedangkan
nateglinid mempunyai masa tinggal yang lebih singkat dan tidak dapat
menurunkan kadar glukosa darah puasa (Soegondo, 2006).

B. Sensitizer Insulin
Golongan obat ini meliputi obat hipoglikemik golongan biguanida dan
thiazolidinedione, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan
insulin secara lebih efektif (Depkes RI, 2005).
1. Golongan Biguanida
Saat ini golongan biguanid yang banyak dipakai adalah metformin.
Mekanisme kerja golongan biguanid (metformin):
a. Meningkatkan glikolisis anaerobik hati.
b. Meningkatkan uptake glukosa di jaringan perifer atau mengurangi
glukoneogenesis.
c. Menghambat absorpsi glukosa dari usus (Herman, 1993;
Soegondo, 2006)
2. Golongan Thiazolidinedione atau Glitazon
Golongan obat ini mempunyai efek farmakologis untuk meningkatkan
sensitivitas insulin. Glitazon merupakan agonist peroxisome
proliferator-activated receptor gamma (PPAR) yang sangat selektif dan
poten. Reseptor PPAR gamma terdapat di jaringan target kerja insulin
yaitu jaringan adiposa, otot skelet dan hati, sedang reseptor pada organ
tersebut merupakan regulator homeostasis lipid, diferensiasi adiposit,
dan kerja insulin. Glitazon dapat merangsang ekspresi beberapa
protein yang dapat memperbaiki sensitivitas insulin dan memperbaiki
glikemia, seperti GLUT 1, GLUT 4, p85alphaPI-3K dan uncoupling
protein-2 (UCP) (Soegondo, 2006).

Aloksan
CAS number : 50-71-5 50-71-5
Rumus molekul : C4H2N2O4
Masa molar : 142.07 g/mol
titik leleh : 256 C
Kelarutan dalam air : Mudah larut dalam air

Aloksan (2,4,5,6-tetraoksipirimidin; 2,4,5,6-pirimidintetron) adalah suatu


senyawa yang sering digunakan untuk penelitian diabetes menggunakan hewan
coba. Aloksan dapat menghasilkan radikal hidroksil yang sangat reaktif dan dapat
menyebabkan diabetes pada hewan coba. Efek diabetogenik aloksan ini dapat
dicegah oleh senyawa penangkap radikal hidroksil (Studiawan dan Santosa,
2005).

Glibenklamid
Sinonim : Gliburid
Indikasi : NIDDM ringan - sedang
Kontraindikasi : wanita menyusui, profiria, dan ketoasidosis
Peringatan : Penggunaan harus hati-hati pada pasien usia lanjut,
gangguan fingsi hati dan ginjal.
Efek samping gejala saluran cerna dan sakit kepala. Gejala
hematologik termasuk trombositopenia,
agranulositosis, dan anemia aplastik dapat terjadi walau
jarang sekali.
Interaksi : Dengan penghambat ACE dapat menambah efek
hipoglikemik. alkohol meningkatkan efek hipoglikemik,
analgesik meningkatkan efek sulfonilurea
(glibenklamid).
Dosis : Dosis awal 2,5 mg bersama sarapan, maksimal 15 mg.
(Depkes RI, 2000).

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Percobaan Uji Diabetes Secara Konvensional (Wet Lab)
Hewan Percobaan :
1. Mencit putih
Alat Percobaan :
1. Glukometer
2. Pisau cutter
3. Sonde Oral
Bahan percobaan :
1. Glibenklamid
2. Glukosa
3. PGA 2%

b. Percobaan Uji Diabetes Menggunakan Komputerisasi (Dry Lab)


Alat Percobaan :
1. Komputer
2. Software untuk uji diabetes

c. Gambar alat
Komputer

V. PROSEDUR

A. Percobaan Uji Diabetes Secara Konvensional (Wet Lab)


Pada percobaan ini dilakukan pengukuran glukosa darah menggunakan
glucose meter dan glucose test scripts. Bagian ujung ekor mencit dipotong,
kemudian darah diteteskan ke bagian ujung strips dan setelah 20 detik kadar
glukosa darah akan terlihat pada monitor glucosemeter. Sebelum percobaan
hewan dipuasakan, tidak diberi makan teteapi tetap diberikan minum. Mencit
ditimbang, dan diamati sebelum pemberian obat. Mencit dikelompokkan menjadi
2 kelompok :
a. Kelompok control negative
c. Kelompok uji
Kelompok control negative diberikan PGA 2%, kelompok uji diberikan
Gliben-klamid. Sebelum pemberian glukosa dilakukan pengambilan darah pada
semua mencit (t=0). Kemudian semua mencit diberikan glukosa setelah t=30
menit.Dilakukan pengambilan darah pada semua mencit pada menit 15,30, 60
setelah diberikan glukosa. Pengukuran glukosa darah dilakukan menggunakan
glucose meter dan glucose test strips. Bagian ujung ekor mencit dipotong,
kemudian darah diteteskan ke bagian ujung strip dan setelah 20 detik kadar
glukosa darah akan terlihat pada monitor glucose meter. Data yang diperoleh
diananlisis secara statistik berdasarkan analisis variansi dan kebermakna
perbedaan kadar glukosa antara kelompok control negative, dan kelompok uji
kemudian dianalisis dengan students test. Data disajikan dalam bentuk tabel atau
grafik.
B. Percobaan Uji Diabetes Menggunakan Komputerisasi (Dry Lab)
Percobaan I : Pembuatan Kurva Standard dan Glukosa
Tube 1-5 disiapkan, dengan cara diklik dan didrag tabung kedalam slot
incubator sesuai nomor yang telah disediakan. Diklik dan ditahan mouse pada
pipet tetes botol Glucose Standard, kemudian didrag dan diteteskan pada tabung
no.1 denga melepaskan tombol mouse. Langkah tadi diulangi untuk tabung no.2-
5. Tiap tabung otomatis akan mendapat larutan standar glukosa satu tetes lebih
banyak (Tabung no.2 mendapat 2 tetes, no.3 mendapat 3 tetes, no.4 mendapat 4
tetes, dan no.5 mendapat 5 tetes). Diklik dan ditahan mouse pada pipet tetes botol
Deionized Water, kemudian didrag dan diteteskan pada tabung no.1 dengan
melepaskan tombol mouse, otomatis akan memberikan 4 tetes pada tabung no 1.
Langkah tadi diulangi untuk tabung no.2-4. Tiap tabung otomatis akan mendapat
larutan standar glukosa satu tetes lebih sedikit (tabung no.2 mendapat 3 tetes, no.3
mendapat 2 tetes, no. 4 mendapat 1 tetes). Tombol Mix diklik pada incubator yang
mencampur bahan dalam tabung. Diklik tombol Centrifuge, maka tabung akan
turun kedalam incubator dan disentrifugasi sehingga partikel yang mengendap di
bagian bawah tabung yang disebut pellet. Diklik tombol Remove Pellet untuk
menghilangkan endapan yang terbentuk . Diklik dan tahan mouse pada pipet tetes
botol Enzyme-Colour Reagent, kemudian drag dan teteskan pada tabung no.1
dengan melepaskan tombol mouse, otomatis akan memberikan 5 tetes. Diulangi
langkah tadi untuk tabung no.2-5. Diklik tombol incubate, tabung akan masuk
kedalam incubator untuk diinkubasi. Tombol Set Up diklik pada spektrofotometer
yang memanaskan alat dan mengkalibrasinya sehingga siap digunakan dalam
pengukuran. Klik dan drag tabung no.1 ke dalam spektrofotometer kemudian
lepaskan tombol mouse, tabung akan terkunci pada tempatnya. Diklik tombol
Analyze, akan terlihat pada layer nilai Optical Density dan Glucose. Diklik
tombol Record Data. Diklik dan Didrag kedalam pencuci tabung. Ulangi langkah
13-16 untuk tabung yang lainnya. Setelah semua tabung dianalisis, klik tombol
Graph sehingga terbentuk kurva yang dapat digunakan pada percobaan tahap II.

Percobaan II : Membandingkan kadar glukosa sebelum dan sesudah injeksi


insulin
Alat suntik Saline pada tikus control diklik dan didrag kemudian dilepaskan
tombol untuk menginjeksi hewan tersebut. Diklik dan Didrag alat suntik Alloxan
pada tikus percobaan dan lepaskan tombol mouse untuk menginjeksi hewan
tersebut. Diklik dan Didrag tabung baru pada tikus control dan lepaskan tombol,
sehingga 3 tetes darah dari ekor tikus akan masuk ke dalam tabung, kemudian
diklik dan didrag tabung ke tempat no.1 pada inkubator. Diklik dan didrag tabung
baru pada ekor tikus percobaan dan dilepaskan tombol, sehingga 3 tetes darah dari
ekor akan masuk ke dalam tabung, kemudian diklik dan didrag tabung ke tempat
no.2 pada incubator. Diklik dan didrag alat suntik Insulin pada tikus control dan
dilepaskan tombol mouse untuk menginjeksi hewan tersebut. Diulangi langkah
tersebut untuk hewan percobaan. Diulangi langkah ke 3 dan 4 untuk memperoleh
sample darah dari tiap tikus dan disimpan ditempat no.3 dan 4 pada incubator.
Diklik tombol Obtainreagent pada cabinet sehingga alat sunti dan tikus akan
hilang dan muncul 3 botol tetes pada layar. Diklik dan tahan mouse pada pipet
tetes botol Deionized Water, kemudian didrag dan diteteskan pada tabung no.1
dengan melepaskan tombol mouse, otomatis akan memberikan 5 tetes pada tabung
no.1. Diulangi langkah tadi untuk tabung yang lainnya. Diklik dan ditahan mouse
pada pipet tetes tombol Barium Hydroxide (untuk menghilangkan protein)
kemudian didrag dan diteteskan pada tabung no.1 dengan melepaskan tombol
mouse, otomatis akan memberikan 5 tetes pada tabung no.1. Diulangi langkah tadi
untuk tabung yang lainnya. Diklik dan Ditahan mouse pada pipet tetes botol
Heprin (sebagai antikoagulan sehingga darah tidak menggumpal selama
pengujian) kemudian didrag dan diteteskan pada tabung no.1 dengan melepaskan
tombol mouse. Diulangi langkah tadi untuk tabung yang lainnya . Diklik tombol
Mix pada incubator untuk mencampur bahan dalam tabung. Diklik tombol
Centrifuge, maka tabung akan turun ke dalam incubator dan disentrifugasi. Diklik
tombol Remove Pellet untuk menghilangkan endapan yang terbentu. Diklik dan
ditahan mouse pada pipet tetes botol Enzyme-Colour Reagent, kemudian didrag
dan diteteskan pada tabung no.1 dengan melepaskan tombol mouse. Diulangi
langkah tadi untuk tabung yang lainnya. Diklik tombol Incubate, tabung akan
masuk ke dalam incubator untuk inkubasi. Diklik tombol Set Up pada
spektrofotometer untuk memanaskan alat dan mengkalibrasinya sehingga siap
digunakan pada pengukuran. Diklik tombol Graph Glucose Standard untuk
memunculkan grafik dari percobaan 1. Diklik dan drag tabung no.1 ke dalam
spektrofotometer kemudian lepaskan tombol mouse, tabung akan terkunci pada
tempatnya. Diklik tombol Analyze, akan terlihat pada layar garis horizontal dan
nilai Optical Density. Drag moveable rule (garis vertical merah pada bagian kanan
monitor spektrofotometer) melewati garis horizontal melewati garis glukosa
standar. Lihatlah apa yang terjadi pada layar glukosa ketika memindahkan garis
tersebut ke kiriBacalah kadar glukosa ketika garis horizontal melewati garis
standar glukosa
Tabung test no.1 : 86 mg/desiliter glukosa
Klik tombol Record Data. Klik dan drag tabung dari spektrofotometer ke
dalam pencuci tabung, kemudian klik Clear. Ulangi langkah 22-27 untuk tabung
yang lainnya dan catatlah kadar glukosanya
Tabung test no.2 : 129 mg/desiliter glukosa
Tabung test no.3 : 86 mg/desiliter glukosa
Tabung test no.4 : 97 mg/desiliter glukosa

VI. DATA PENGAMATAN & PERHITUNGAN


Data Pengamatan
Dry Lab
Percobaan I

Tube Optical Density Glucose (mg/dL)


1 0,3 30
2 0,5 60
3 0,6 90
4 0,8 120
5 1 150
Percobaan II

Tube Optical Glucose Insulin Salin Aloxan


Densty (mg/dL)
1 0 86
2 0 129 - -
3 0 87 -
4 0 97 -

Wet Lab

Kelompok Mencit t=0 t=30 t=45 t=60 Total


(mg/dL) (mg/dL) (mg/dL)
Kontrol (-) 1 109 145 115
PGA 2 130 Gluk- 169 191
3 130 osa 68 154
123 127,3 153,3 403,6
Kontrol uji 1 157 Glu- 139 169
Glibenkla- 2 134 kosa - -
mid 3 135 143 134
142 141 151,5 434,5

PERHITUNGAN
ANALISIS VARIAN
HIPOTESIS
H0: Tidak ada pengaruh pemberian obat sebagai penurun kadar gula darah
H1: Ada pengaruh pemberian obat sebagai penurun kadar gula darah
TARAF NYATA
= 0.05
PERHITUNGAN ANAVA
Tabel ANAVA
Derajat Bebas

Faktor Koreksi

Jumlah Kuadrat Total

Jumlah Kuadrat Perlakuan

Jumlah Kuadrat Galat

Kuadrat Tengah Perlakuan

Kuadrat Tengah Galat

Fhitung

Ftabel

Kesimpulan
Karena Fhit<Ftab maka terima H0, yang artinya tidak ada pengaruh
pemberian obat sebagai penurun kadar gula darah. Oleh karena itu tidak
perlu dilakukan uji perbandingan pengaruh perlakuan karena H0 ditolak,
sehingga students t-test tidak dapat dilakukan
Grafik

Kontrol Ct45 :

Kontrol Ct60 :

Uji Ct45 :

Uji Ct60 :

% P t 45 =

% P t 60 =
VII. PEMBAHASAN
Percobaan pengujian Diabetes dan antidiabetes dengan tujuan untuk
mengetahui peran insulin dalam tubuh dan pengaruhnya pada penyakit diabetes
serta mengenal teknik untuk mengevaluasi penyakit diabetes dengan cara
konvensional (wet lab) dan komputerisasi (dry lab). Percobaan dry lab dilakukan
untuk mengetahui pengaruh insulin pada diabetes tipe I. Diabetes tipe I disebut
juga Insulin Depent Diabetes Mellitus (IDDM). Penderita IDDM ini senantiasa
membutuhkan insulin disebabkan karena terjadi destruksi sel beta pancreas,
sehingga tidak dihasilkan insulin akibatnya sel-sel tidak bisa menyerap glukosa
dari darah.
A. Dry lab
Percobaan pertama adalah uji diabetes komputerisasi (dry lab) dimana uji
ini menggunakan software yang telah disediakan. Percobaan dry lab secara
komputerisasi ini terbagi menjadi dua bagian. Langkah pertama yang dilakukan
adalah dibuat kurva baku dari standar glukosa yang bertujuan untuk perhitungan
kadar glukosa sebelum dan sesudah injeksi insulin pada mencit. Pertama-tama
disiapkan tabung 1 5, yaitu dengan cara klik dan drag tabung ke dalam slot
inkubator sesuai nomor yang telah disediakan. Tabung ini digunakan sebagai
wadah untuk mencampurkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk
mengetahui kadar glukosa. Kemudian tambahkan larutan glukosa pada tabung 1 -
5. Tiap tabung otomatis akan mendapat larutan standar glukosa satu tetes lebih
banyak, maka tube 1 (1 tetes), tube 2 (2 tetes), tube 3 (3 tetes), tube 4 (4 tetes),
tube 5 (5 tetes) glukosa. Ini dilakukan karena untuk membuat kurva standar harus
digunakan variasi konsentrasi glukosa minimal 5 buah konsentrasi. Lalu
tambahkan Deionized Water (air deionisasi) untuk mengencerkan larutan glukosa
pada tabung 1 5 yang otomatis akan mendapat satu tetes lebih sedikit sehingga
jumlah keseluruhannya sama. Air deionisasi adalah air murni dimana ion
mineralnya telah dihilangkan. Ion-ion mineral tersebut adalah Na, K, Fe, Cu, Cl
dan Br. Air deionisasi dibuat dengan cara mengikat dan menghilangkan ionnya
menggunakan muatan listrik dimana ion akan tertarik dan berikatan dengan garam
yang kemudian dihilangkan dari air. Pada air biasa terdapat banyak mineral
sedangkan pada air deionisasi adalah murni tidak mengandung ion mineral, tetapi
masih mengandung sejumlah bakteri dan virus, dimana bakteri dan virus ini tidak
bermuatan sehingga tidak tertarik oleh listrik.
Kemudian larutan glukosa standar dan air deionisasi dicampurkan sampai
homogen dalam inkubator. Lalu disentrifugasi yang bertujuan untuk memisahkan
partikel dari fluida oleh gaya sentrifugasi yang dikenakan pada partikel, sehingga
partikel akan mengendap di bagian bawah tabung yang disebut pellet. Prinsip
sentrifugasi ini adalah dimana objek diputar secara horizontal pada jarak radial
dari titik dimana titik tersebut dikenakan gaya. Objek yang diputar secara
horizontal dan konstan merubah arah dan percepatan walaupun kecepatan rotasi
konstan. Gaya sentrifugal ini bekerja menuju pusat dari rotasi. Adanya gaya
sentrifugal yang ditimbulkan akibat sentrifugasi menyebabkan campuran terpisah
antara bagian yang padat (pelet) dan bagian yang cair (plasma). Pellet yang
terbentuk dibuang. Kemudian masing-masing tabung yang berisi larutan hasil
sentrifugasi diteteskan Enzyme-Color Reagent dan diinkubasikan. Tekan Set Up
pada spektrofotometer untuk memanaskan alat dan mengkalibrasinya sehingga
siap digunakan dalam pengukuran. Setelah itu dianalisis dengan cara melihat nilai
Optical Density dan Glukosa. Optical Density (OD) adalah ukuran dari sejumlah
cahaya yang diabsorpsi oleh suatu larutan molekul organik dengan menggunakan
kolorimeter atau spektrofotometer. OD ini dapat digunakan untuk memperkirakan
konsentrasi molekul seperti protein. OD selalu ditunjukkan sebagai negatif
logaritma dari transmisi. Setelah itu klik tombol Graph dan akan diperoleh kurva
yang dapat digunakan untuk percobaan II.
No Tabung Optical Density Kadar Glukosa
1 0.3 30
2 0.5 60
3 0.6 90
4 0.8 120
5 1 150
Dari data di atas dibuat kurva,dihasilkan kurva garis lurus.

Kadar glukosa semakin meningkat sejalan dengan penambahan glukosa


pada tiap tabung, sehingga di dapat garis yang semakin menanjak dari kiri ke
kanan.
Langkah kedua yang dilakukan adalah uji untuk membandingkan kadar
glukosa dalam hewan percobaan sebelum dan sesudah injeksi insulin. Disiapkan 2
ekor tikus, dimana tikus 1 adalah tikus kontrol dan tikus 2 adalah tikus percobaan.
Pada tikus uji diinjeksikan alloxan sedangkan pada tikus kontrol diinjeksikan
saline. Alloxan merupakan suatu zat yang memiliki efek destruksi pada sel beta
pankreas, sehingga hal ini menyebabkan insulin yang dikeluarkan sel beta
pankreas menjadi lebih sedikit dan dapat menyebabkan terjadinya hiperglikemi
pada tikus. Sedangkan saline yaitu suatu zat yang berfungsi atau menyerupai dari
cairan fisiologis tubuh tikus. Saline merupakan larutan steril dari NaCl dalam air
yang digunakan untuk infus intravena, mencuci contact lense dan irigasi nasal.
Pada manusia, jumlah infus saline normal tergantung dari yang dibutuhkan oleh
pasien, tetapi biasanya antara 1,5 dan 3 liter sehari untuk orang dewasa.
Konsentrasi lainnya sering digunakan untuk tujuan medis lainnya seperti
mensuplai air berlebih untuk pasien dehidrasi atau mensuplai garam dan air setiap
hari untuk pasien yang tidak bisa minum melalui mulut. Larutan infus memiliki
osmolalitas rendah sehingga bisa menyebabkan masalah, maka untuk larutan
intravena, saline biasanya ditambahkan dekstrosa (glukosa) untuk menjaga agar
osmolalitasnya aman selama persediaan NaCl berkurang. Karena berat molekul
glukosa lebih besar, sehingga saline ini memiliki osmolalitas seperti saline normal
walaupun kekurangan NaCl.
Setelah itu diambil 3 tetes darah dari kontrol dan dimasukkan ke dalam
tabung yang terpisah, masing-masing untuk hewan uji dan hewan kontrol. Setelah
itu kepada tiap-tiap tikus diinjeksikan insulin dan kemudian dari tiap-tiap tikus
diambil sampel darah melalui ekor dan ditempatkan pada tabung yang terpisah.
Kemudian ke dalam masing-masing tube ditambahkan 5 tetes air deionisasi dan 5
tetes larutan barium hidroksida yang berfungsi untuk menghilangkan protein yang
terkandung di dalam darah. Perlakuan sama ke dalam masing-masing tube
ditambahkan heprin yang berfungsi sebagai antikoagulan sehingga dapat
mencegah terjadinya penggumpalan darah selama pengujian. Kemudian larutan
darah dicampurkan dan disentrifugasi. Sebelum penambahan color reagent
dipastikan endapan yang terbentuk dibuang. Tiap-tiap tube ditambahkan enzim
color reagent dan diinkubasikan. Setelah itu masing-masing cairan darah dari
tiap-tiap tube ke-1 sampai ke-4 dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer.
Kadar glukosa untuk masing-masing tube didapat ketika moveable ruler yang
timbul saat pembacaan cairan oleh spektrofotometer digeser sehingga garis ini
memotong garis pada kurva kalibrasi yang ada. Setelah ditemukan titik potong
antara kedua garis tersebut kemudian klik tombol record data dan data yang
dihasilkan dicatat.
Hasil percobaan secara dry lab menunjukkan kadar glukosa darah tertinggi
dimiliki oleh tikus yang hanya diberi saline dan alloxan, yaitu 129 mg/dL.
Sedangkan jika tikus diberi insulin dan alloxan, maka kadar glukosa darahnya
adalah 97 mg/dL. Hal ini terjadi karena pemberian alloxan pada kedua tikus
tersebut akan merusak sel-sel beta pankreas pada tikus sehingga sel-sel beta
pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali, maka dapat dikatakan
kedua tikus tersebut telah mengalami diabetes tipe I (tidak adanya insulin yang
dapat menurunkan kadar glukosa darah). Pemberian insulin dari luar pada tikus
penderita diabetes akan menurunkan kadar glukosa darah tikus, sedangkan
pemberian saline pada tikus penderita diabetes tidak akan memberikan efek pada
glukosa darah tikus.
Tikus normal yang hanya diberi saline; dan tikus normal yang diberi insulin
dan saline akan menunjukkan kadar glukosa darah yang sama, yaitu 87 mg/dL.
Hal ini terjadi karena tikus yang tidak diberi alloxan tidak mengalami diabetes
tipe I sehingga sel-sel beta pankreas pada tikus dapat menghasilkan insulin yang
dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus secara alami. Pemberian insulin dari
luar tidak akan berpengaruh pada kadar glukosa darah tikus normal karena pada
tikus normal sistem keseimbangan glukosa darah masih dalam kondisi baik,
sehingga tidak akan mengalami hiperglikemia (karena ada insulin yang dapat
menurunkan kadar glukosa darah) dan tidak akan mengalami hipoglikemia
(karena ada hormon glukagon yang dapat menaikkan kadar glukosa darah).

Tube Optical Glucose Insulin Salin Aloxan


B. Wet
Density (mg/dL)
lab 1 0 86
2 0 129 - - Pada
3 0 87 -
4 0 97 -
prosedur kali ini kami melakukan uji coba terhadap 2 kelompok mencit uji.
Mencit yang pertama yaitu mencit kontrol, mencit kontrol negatif ini diberikan
larutan PGA 2%, sedangkan mencit uji yang kedua adalah mencit uji yang
diberikan larutan Glibensilamid sebagai antidiabetes dengan dosis 2,6 mg/kg BB.
Larutan PGA2% dijadikan sebagai larutan kontrol negatif karena larutan ini tidak
memberikan efek farmakologis terhadap hewan percobaan, sedangkan larutan
Glibensilamid memberikan efek farmakologis, yaitu dengan menurunkan kadar
gula darah pada hewan percobaan. Dalam percobaan kali ini, mencit tidak dibuat
menjadi diabetes, tetapi hanya dinaikkan saja kadar gula darahnya dengan
memberikan larutan glukosa sebanyak 1g/kg BB. Artinya, percobaan ini hanya
dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif larutan uji Glibensilamid dalam
menurunkan kadar gula darah pada hewan percobaan. Pertama-tama kedua
kelompok mencit diberi perlakuan yang sama, yaitu ditimbang. Penimbangan
dilakukan untuk mengetahui berapa banyak larutan uji dan kontrol diberikan
kepada mencit sehingga efek yang dihasilkan bisa dianggap sama pada kedua
mencit.
Setelah ditimbang, kelompok kontrol diberi PGA 2% dan kelompok uji
diberi glibensilamid sebagai obat hipoglikemia. Hewan uji kemudian diukur kadar
glukosa normalnya (t=0). Pengukuran kadar glukosa normal dapat dilakukan
setelah pemberian obat karena obat hipoglikemia ini tidak mempengaruhi kadar
glukosa normal dalam darah, tetapi bekerja saat kadar glukosa darah tinggi.
Pengukuran kadar gula darah normal dilakukan dengan cara meletakkan mencit
pada alat yang memungkinkan pengambilan darah melalui ekor dengan mudah,
yaitu tanpa adanya perlawanan dari mencit. Bagian ekor mencit diiris dengan
pisau cutter, kemudian darah yang keluar diteteskan ke dalam glucose test strips.
Darah diambil pada bagian ekor tujuannya yaitu agar lebih mudah membuat luka
tanpa terlalu menyakiti hewan percobaan. Di samping itu, akan lebih mudah
membuat beberapa luka, karena darahnya diambil dalam rentang waktu tertentu.
Alat ini akan mengidentifikasi nilai glukosa darah hewan percobaan dalam mg per
desiliter. Kadar gula darah normal ini selanjutnya akan dijadikan pembanding
terhadap kadar gula darah yang akan diukur setelah pemberian glukosa.
Setelah pengukuran kadar gula darah normal dilakukan, kemudian masing-masing
mencit diberikan larutan glukosa 1g / kg BB. Larutan glukosa diberikan setelah 30
menit, tujuannya yaitu agar obat yang diberikan sudah terabsorpsi ke dalam tubuh
mencit. Pengukuran kadar gula darah dilakukan yaitu pada t=15, t=30 dan t=60
setelah pemberian larutan glukosa. Prosedur yang dilakukan pun sama dengan
pengukuran kadar gula darah normal sebelumnya. Kemudian data yang didapat
dicatat pada tabel pengamatan untuk kemudian dievaluasi.. Artinya didapatkan 4
data kadar gula darah pada masing-masing mencit, yaitu t=0, t=30, t=45, dan
t=60. Rata-rata nilai kadar gula darah pada mencit kontrol negatif pada t=0 yaitu
122 mg/dL, t=30 127,3 mg/dL , pada t=45 153,3 mg/dL ,dan pada t=60 150,3
mg/dL. Sedangkan rata-rata nilai kadar gula darah pada mencit uji pada t=0 yaitu
142 mg/dL , pada t=30 141 mg/dL , pada t=45 151,5 mg/dL , dan pada t=60 161,5
mg/dL. Dari data tersebut terlihat bahwa mencit uji yang diberikan larutan
Glibensilamid menghasilkan penurunan kadar gula darah mulai t=0 sampai t=30
namun naik kembali pada t=45 sampai t=60. Sedangkan pada mencit kontrol
kadar gula darahnya hanya mengalami penurunan pada t=60, sedangkan dari t=0
sampai t=45 mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan larutan Glibensilamid
memberikan efek farmakologis berupa stimulasi sel -pankreas untuk
menghasilkan insulin lebih banyak. Insulin yang dihasilkan akan mengubah
glukosa dalam darah menjadi bentuk nutrien dalam tubuh berupa glikogen, yang
selanjutnya glikogen ini bias dimanfaatkan lagi oleh tubuh mencit jika kekurangan
glukosa darah. Glikogen ini akan diubah kembali menjadi glukosa oleh glukagon
yang dihasilkan oleh sel -pankreas.
Kedua mencit mengalami penurunan kadar gula darah, hal ini bukan
dikarenakan larutan PGA juga memberikan efek farmakologis, tetapi karena
mencit yang digunakan tidak mengidap diabetes, sehingga pada penambahan
larutan glukosa pun kedua mencit sebenarnya mampu menghasilkan insulin dan
mengubah glukosa berlebih tersebut menjadi glikogen. Namun sangat sulit untuk
dapat membandingkan dari kedua hasil tersebut karena data yang didapat tidak
sesuai dengan yang seharusnya. Kemungkinan jika pengukuran terus dilakukan,
kadar gula darahnya akan meningkat lagi sampai mencapai kadar gula darah
normal. Pada kedua kelompok mencit percobaan ini, sel-sel pankreasnya tidak
rusak, ataupun tidak resisten. Maka, insulin maupun glukagon masih bisa
dihasilkan untuk menyeimbangkan kadar gula darah dalam tubuh mencit.
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian obat sebagai
penurun kadar glukosa darah sehingga tidak perlu dilakukan uji perbandingan
pengaruh karena H0 ditolak, dan student test tidak dapat dilakukan.
Pada grafik kadar gula darah hasil praktikum, pada pemberian kontrol negatif atau
PGA 2% tidak terjadi penurunan kadar gula darah yang signifikan. Pada
pemberian glibensilamid, tidak terjadi penurunan kadar gula darah sehingga
glinbensilamid tidak menunjukkan bahwa zat uji tersebut mampu menurunkan
kadar gula darah.
VII. KESIMPULAN
Glinbensilamid tidak menunjukkan bahwa obat tersebut mmemiliki
aktivitas untuk menurunkan kadar gula darah. Karena pada grafik terlihat letaknya
lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol
DAFTAR PUSTAKA

Adam, J.M.F. 2000. Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes melitus yang baru.
Cermin Dunia Kedokteran No. 127.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Informatorium Obat Nasional
Indonesia. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Diabetes Mellitus. Dirktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.
Jakarta.
Galacia, E. H., A. A. Contreras, L. A. Santamaria, R. R. Ramos, A. A. C. Miranda,
L. M. G. Vega, J. L. F. Saenz, F. J. A. Aguilar.2002. Studies on
hypoglycemic activity of mexican medicinal plants. Proc. West. Pharmacol.
Soc. 45: 118-124
Herman, F. 1993. Penggunaan obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes
melitus. Pharos Bulletin No.1.
Jones, D.B. and Gill, G.V. 1998. Insulin-Dependent Diabetes Mellitus : An
Overview . In J. Pickup and G. Williams (Eds): Textbook of Diabetes. Vol.1.
second Edition. Blackwell Science. United Kingdom.
Katzung, G. Bertram. 2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Buku 2. Penerbit
Salemba Medika. Jakarta.
Kee, J.L. dan Hayes E. R. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan.
Alih Bahasa : Dr. Peter Anugrah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .
Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Reinauer, H., P. D. Home, A. S. Kanagasabapathy, C. C. Heuck. 2002. Laboratory
Diagnosis and Monitoring of Diabetes Mellitus. World Health Organization.
Geneva.
Soegondo, S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Farmakoterapi pada
pengendalian glikemia diabetes melitus tipe 2. Editor Aru W. Sudoyo et al.
Jilid ke-3. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Studiawan. H., M. H. Santosa. 2005. Uji aktivitas penurun kadar glukosa darah
ekstrak daun Eugenia polyantha pada mencit yang diinduksi aloksan. Media
Kedokteran Hewan 21(2):62-65
Sukandar, E. Y., J. I. Sigit, I. K. Adnyana, A. A. P. Setiadi, Kusnandar. 2008. ISO
Farmakoterapi. Penerbit PT. ISFI Penerbitan. Jakarta.
Tjokroprawiro, A. 1998. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta .
Tunbridge, W. M. and Home, P.D. 1991. Diabetes and Endocrinology: In
Clinical Practice.
Edward Arnold a Division of Hadder and Stoughton. Great Britain,
London.

Vous aimerez peut-être aussi