Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Afektif
b. Fungsi Sosialisasi
c. Fungsi Reproduksi
d. Fungsi Ekonomi
e. Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan
5. Tugas keluarga di bidang Kesehatan
Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu
dipahami dan dilakukan, meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
c. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
d. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan keluarga
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya
KONSEP DASAR GOUT ARTRITIS
DEFINISI
Arthritis gout adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peningkatan kronis konsentrasi
asam urat di dalam plasma (Stepan, 2012). Arthritis gout muncul sebagai serangan
keradangan sendi yang timbul berulang.
Arthrtis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambran khusus, yaitu
arthritis akut, artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita, pada pria
seringkali mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa
menopouse (Mansjoer 2009).
ETIOLOGI
Hal yang menyebabkan arthritis gout antara lain, ialah :
a. Belum diketahui (ideopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi factor genetik dan
factor hormonal.
b. Pembentukan asam urat yang berlebihan : Gout primer metabolik, disebakan sintesis
langsung yang bertambah, sedangkan gout sekunder metabolik, disebabkan
pembentukan asam urat berlebihan karena penyakit lain (Mansjoer, 2009).
c. Nutrisi Karena mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Secara alamiah,
purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan yakni sayur, buah,
dan kacang-kacangan ataupun daging, ikan, sarden dan lainnya.
d. Hambatan dari pembuangan asam urat karena penyakit tertentu, terutama gangguan
ginjal
e. Obat-obatan
f. Alkohol
TANDA DAN GEJALA, KLASIFIKASI
Artritis Gout akut Artritis Gout kronis
Biasanya timbul tiba-tiba, Timbul dalam jangka waktu
tanda-tanda awitan serangan gout adalah rasa beberapa tahun - ditandai dengan
sakit yang hebat dan peradangan lokal. rasa nyeri, kaku, dan pegal.
Kulit diatasnya mengkilat dengan reaksi Akibat adanya kristal-kristal urat
sistemik berupa demam, menggigil, malaise maka terjadi peradangan kronik.
dan sakit kepala. Sendi yang bengkak akibat gout
Yang paling sering terserang mula-mula kronik sering besar dan berbentuk
adalah ibu jari kaki (sendi noduler.
metatarsofalangeal) tapi sendi lainnya juga
dapat terserang.
Serangan ini cenderung sembuh
PATHWAY
Persepsi nyeri
Perubahan bentuk tubuh pd
tulang& sendi
Nyeri
Resiko jatuh
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan serum asam urat
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah (>
8 mg% ). Kadar asam urat normal dalam serum pada pria 8 mg% dan pada wanita 7mg%.
pemeriksaan ini mengindikasikan hiperurisemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau
gangguan ekskresi. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah diperlukan untuk mengetahui
apakah kadar asam urat dalam darah berlebih (hiperusemia) dan juga untuk memantau hasil
pengobatan.pemeriksaan kadar asam urat dalam darah biasanya juga diminta pada pasien-
pasien yang mendapatkan kemoterapi tertentu. Penurunan berat badan yang cepat yang
mungkin terjadi pada kemoterapi tersebut dapat meningkatkan jumlah asam urat dalam
darah. Nilai normal pemeriksaan kadar asam urat dalam darah antara 3,0 sampai 7,0 mg/dL.
Tapi nilai normal tiap rumah sakit berbeda. Angka leukosit, menunjukkan peningkatan yang
signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka
leukosit masih dalam batas normal yaitu 5000-10.000/mm3 .
b. Urine specimen 24 jam
Urine dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan asam
urat. Jumlah normal seseorang mengekskresikan 250-750 mg/24 jam asam urat di dalam
urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar
kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan
peningkatan serum asam urat. Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan
feses atau tissue toilet selama waktu pengumpulan biasanya diet purin normal
direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada waktu itu
diindikasikan.
c. USG
Pemeriksaan ini penting untuk menilai ginjal pasien-pasien dengan hiperusemia dan
penyakit ginjal. Pemeriksaan ini untuk mengetahui ada tidak batu asam urat.
d. pemiriksaan cairan tofi
pemeriksaan cairan tofi, juga penting untuk mengakkan diagnosis, cairan tofi adalah
cairan berwarna putih seperti susu dan kental sekali sehingga sukar diaspirisasi, diagnosis
dapat dipastikan bila ditemukan gambaran kristal asam urat (bentuk lidi) pada pemeriksaan
mikroskopik (Mansjoer, 2009, hal 543)
PENATALAKSANAAN
a. Penatakasanaan farmaklogi
Analgesik Diberikan bila rasa nyeri sangat hebat. Jangan diberikan aspirin karena dalam
dosis rendah akan menghambat ekskresi asam urat dari ginjal dan memperberat
hiperurisemia.
OAINS OAINSyang paling sering digunakan adalah indometasin. Dosis awal 25-50 mg
setiap 8 jam, diteruskan sampai gejala menghilang (5-10 hari).
b. Penatakasanaan non farmakologi
Tirah baring Merupakan suatu keharusan dan diteruskan selama 24 jam setelah serangan
menghilang. Arthritis gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.
Diet Hindari alcohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging kambing,
dan sebagainya), termasuk roti manis. Meningkatkan asupan cairan (banyak minum).
5. Resiko jatuh
Riwayat jatuh,
Fisiologis : arthritis gout,
Penurunan kekuatan secara ekstrim,
Kesulitan berjalan,
Lemahnya mobilitas fisik,
Kesulitan visual (pandangan kabur)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut
b. Hambatan mobilitas fisik
c. Gangguan citra tubuh Resiko jatuh
d. Defisit pengetahuan
INTERVENSI
Kolaborasi :
14. Konsultasikan dengan fisioterapis
tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
4 Diagnosa : Gangguan citra tubuh 1. Citra Tubuh Body Image Enhancement
Definisi : Konfusi pada gambaran 2. Penghargaan Diri Observasi :
mental fisik diri seseorang
Batasan Karakteristik Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Memonitor seberpa sering pasien
Depersonalisasi bagian tubuh ....x .. jam diharapkan pasien mampu: memperhatikan perubahan struktur
Perasaan negatif tentang tubuh 1. Menunjukkan citra tubuh yang tubuh
Secara verbal menyertakan dibuktikan dengan indicator:
perubahan gaya hidup Ketidaksesuaian antara tubuh nyata, Mandiri :
Perubahan aktual struktur dan tubuh ideal dan tubuh yang 2. Memberikan petunjuk kepada
fungsi tubuh sekarang. pasien guna mengantisipasi
Bagian tubuh tidak berfungsi Kepuasan dengan tubuh yang ada. - perubahan yang dapat terjadi
Pengaturan tubuh yang berubah sehubungan dengan citra tubuh
karena injury. 3. Bantu pasien untuk menentukan
2. Memperlihatkan penghargaan diri, peruabahan actual tubuh atau level
yang fungsi tubuh.
dibuktikan dengan indicator: - 4. Bantu pasien untuk berdiskusi
Mengutarakan secara verbal, mengenai penyebab perubahan
tentang selama penyakit.
penerimaan diri. - Pemeliharaan, Self Esteem Enhancement
perawatan dan kebersihan. Observasi :
1. Monitor pernyataan pasien tentang
nilai diri
2. Memonitor freuens verbal
mengenai diri yang negative.
Mandiri :
3. Bantu pasien untuk lebiih percaya
drir dengan pandangan yang
diterima.
4. Mendorong pasien untuk menerima
peruubahan yang terjadi.
5. Penghargaan atau pujian jika
tercapianya tujuan yang telah
disepakati.
6. Membuat pernyataan yang positif
tetang pasien.
Health Education :
7. Menginstruksikan pasien atapun
keluarga untuk meberikan atau
menunjukkan konsep diri yang
positif.
Mandiri
8. Modifikasi lingkungan, dan
ciptakan lingkungan yang aman
bagi pasien.
9. Bantu pasien dalam berjalan atau
mobilisasi.
10. Berikan alat bantu jika diperlukan.
Health Education :
11. Diskusikan cara-cara pencegahan
jatuh pada pasien
12. Beri motivasi pada pasien dan
keluarga untuk mempraktekan cara
pencegahan
13. Beri pujian atas usaha yang
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk, (2009), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius
International NANDA. (2012).Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Nugroho Taufan, dkk, 2010. Kamus Pintar Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika