Vous êtes sur la page 1sur 15

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENGARUH PERGAULAN BEBAS TERHADAP MARAKNYA


KASUS ABORSI DI KALANGAN REMAJA

OLEH :

NAMA : DEWI FITRI YULIA

NIM : 4153240004

PRODI : FISIKA

JURUSAN : FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERII MEDAN

2017
PENGARUH PERGAULAN BEBAS TERHADAP
MARAKNYA KASUS ABORSI DI KALANGAN REMAJA

DEWI FITRI YULIA

JURUSAN FISIKA, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

dewifitri.df98@gmail.com

ABSTRACT
Abortion case is a social phenomenon yahy ever solve its solution. Factors
causing abortion are economy,career/school,postponement of marriage
age,knowledge,attitude,incest,menarche, and rape. Until now, abortion remains a
controversial issue in Indonesian society, especially for adolescents. In Southeast
Asia, the WHO estimates that 4.2 million abortions performed each year, of which
2,500 of which ended in death. Abortion rate in Indonesia is estimated at 2.3
million per year. Around 750,000 of them committed by juveniles. Of that
number, 70,000 carried by unmarried girls. The lack of knowledge about
reproduction and the dangers often age abortion known, can lead teens try to do
things that have not been previously known. Where their activity is often a risk
activity, such as sexual activity in aadolescentsrelationship that causing pregnant
can lead to acts of abortion.
The purpose of this research is to know the influence of promiscuity to the
rise of abortion that occurs especially among teenagers. This rsearch is done by
doing literature review through other journals. The result obtained are so many
free associations bring negative among teenagers, one form of promiscuity
became the main causee of the abortion is pregnant out of wedlock, mostly caused
by dating.
Keywords: Free assosoations, abortion, teenage

ABSTRAK
Kasus aborsi adalah fenomena sosial yang tak kunjung ada solusi
pemecahan masalahnya. Faktor penyebab terjadinya aborsi adalah ekonomi,
karir/Sekolah, penundaan usia perkawinan, pengetahuan, sikap, incest, menarche,
dan pemerkosaan. Sampai saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial
di masyarakat Indonesia, terutama bagi para remaja puteri. Diwilayah Asia
Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun, dimana
2.500 di antaranya berakhir dengan kematian. Angka aborsi di Indonesia
diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun. Sekitar 750.000 diantaranya dilakukan
oleh remaja. Dari jumlah itu, 70.000 dilakukan oleh remaja putri yang belum
menikah. Kurangnya kontrol orangtua, pengaruh lingkungan,dan minimnya
pengetahuan remaja tentang reproduksi dan bahaya dari aborsi, dapat
mengakibatkan remaja mencoba-coba untuk melakukan hal-hal yang belum
diketahui sebelumnya. Dimana aktivitas mereka seringkali merupakan aktivitas
yang beresiko, misalnya aktivitas seksual dalam berpacaran yang dilakukan
remaja dapat menyebabkan terjadinya hamil sampai melakukan tindakan aborsi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pergaulan bebas
terhadap maraknya tindakan aborsi yang terjadi khususnya di kalangan remaja.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan tinjauan pustaka melalui jurnal
jurnal dan sumber lainnya. Hasil yang diperoleh adalah pergaulan bebas sangat
banyak membawa pengaruh negatif dikalangan remaja, salah satu bentuk
pergaulan bebas yang menjadi penyebab utama terjadinya aborsi adalah hamil
diluar nikah yang kebanyakan disebabkan oleh pacaran.
Kata kunci : Pergaulan bebas, aborsi, remaja
PENDAHULUAN
Remaja adalah masa dimana pencarian jati diri merupakan hal yang
penting sehingga menimbulkan rasa ingin tahu yang tinggi, ingin tampil
menonjol, dan diakui eksistensinya. Namun disisi lain, remaja mengalami
ketidakstabilan emosi sehingga mudah untuk dipengaruhi dan lebih
mengutamakan solidaritas kelompoknya. Banyak remaja yang terjebak dalam
pergaulan bebas dan seks pranikah karena ajakan teman-temannya dan pengaruh
lingkungan secara umum. Bahkan remaja yang mulanya tidak tergoda dengan
pergaulan bebas apabila terus menerus dipengaruhi oleh lingkungannya, maka
suatu saat akan tergoda untuk ikut ke dalam pergaulan bebas juga.
Pergaulan bebas dan seks bebas yang dilakukan oleh para remaja
membawa dampak-dampak yang merugikan bagi pelakunya, baik dari segi
jasmani maupun rohani. Sehubungan dengan itu, maka perlu diciptakan batasan,
agar seks dapat diintegrasikan secara harmonis dalam sosialitas kehidupan yang
sehat. Dampak pergaulan bebas menyebabkan kegiatan menyimpang seperti seks
pranikah, aborsi, tindak kriminal, narkoba, dan berkembangnya penyakit menular
seksual (PMS). Ada beberapa hal yang membuat remaja mudah terpengaruh ke
dalam perilaku seks pranikah, antara lain pengaruh lingkungan pergaulan,
pornografi, sulit membedakan antara cinta dan nafsu, dan lain sebagainya.
Meningkatnya perilaku seksual di luar nikah tidak hanya terjadi di negara-
negara maju dan berkembang, bahkan di Indonesia hal ini bukanlah sesuatu yang
harus di rahasiakan lagi, karena seringkali remaja berpacaran di tempat-tempat
umum seperti pusat perbelanjaan, gedung film, dan kafe-kafe yang menjadi
tempat nongkrong bagi para mahasiswa serta di tempat-tempat khusus seperti
rumah kos-kosan. Lingkungan dan tempat yang nyaman merupakan faktor
pendukung terjadinya seksual pranikah (Suryoputro, 2006).
Pergaulan bebas yang pada akhirnya mengarah kepada perilaku seks
pranikah sudah banyak dijumpai di kota-kota besar, hal tersebut menimbulkan
adanya kehamilan di luar nikah. Remaja yang belum siap untuk menerima
kehamilan tersebut akhirnya memilih jalan pintas agar kehamilannya tersebut
tidak menimbulkan aib dan tidak menimbulkan rasa malu terhadap dirinya. Jalan
pintas yang banyak diambil oleh para remaja adalah aborsi ilegal. Aborsi ilegal
yang dilakukan dapat berupa bermacam-macam cara mulai dari bantuan medis,
jamu, obat-obatan, dukun, dan lain sebagainya.
Berdasarkan data tersebut, penulis tertarik untuk meneliti tentang
pengaruh pergaulan bebas terhadap maraknya kasus aborsi yang terjadi khususnya
dikalangan remaja. Masalah aborsi pada remaja perlu mendapatkan penanganan
serius, karena masalah tersebut paling banyak muncul di negara-negara
berkembang seperti Indonesia karena kurang tersedianya akses untuk mendapat
informasi mengenai aborsi. Hal itu terbukti dari banyaknya penelitian yang
menyatakan tingginya angka aborsi yang tidak aman sehingga menyebabkan
kematian oleh karena pergaulan bebas yang terjadi di kalangan remaja.

PEMBAHASAN
A. Pergaulan Bebas

Pergaulan adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab
manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang
lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal
relationship). Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus
dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan,
apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi
pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum,
norma agama, norma budaya, serta norma bermasyarakat. Jadi, kalau secara medis
kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan norma-
norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan akses-akses seperti saat
ini. Pergaulan bebas didefinisikan sebagai melencengnya pergaulan seseorang dari
pergaulan yang benar. Pergaulan bebas diidentikkan sebagai bentuk dari
pergaulan diluar batas atau bisa juga disebut pergaulan liar. Padahal sebenarnya
suatu pergaulan bebas bisa membawa pengaruh positif atau pun pegaruh negatif
tergantung pada individu itu sendiri. Positif yang dimaksud disini adalah bebas
bisa berteman atau menjalin hubungan tanpa membeda bedakan satu sama lain.
Misalnya orang kulit putih berteman dengan orang kulit hitam,orang Indonesia
berteman dengan orang Malaysia, dan lain lain. Dikategorikan negatif jika
pergaulan bebas tersebut telah menjerumus menjadi salah satu bentuk perilaku
menyimpang, yang mana bebas yang dimaksud adalah melewati batas-batas
norma yang ada.

Salah satu contoh negatif dari pergaulan bebas adalah seksual pranikah
(seks bebas). Pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang,
yang mana bebas yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang ada.
Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh
pengendalian diri yang benar. Kurangnya keimanan, masalah keluarga,
kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul
bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam
kemajuan bangsa. Padahal Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang
diharapkan di masa depan mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan
bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan generasi muda juga sangat
tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni dengan keberadaan budayanya.
Sedangkan remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahlii
pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 16 tahun
sampai dengan 24 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai
kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa.
Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering
dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan.
Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang
tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya. Sedangkan mahasiswa
sudah bisa dikatakan cukup dewasa. Pada umumnya remaja dan mahasiswa
terjerat dengan kasus seksual pranikah melalui hubungan pacaran, karna
kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa pacar adalah calon suami yang
berhak mendapatkan segalanya.

Pacaran adalah sebagian dari pergaulan bebas. Saat ini pacaran sudah
menjadi hal yang biasa bahkan sudah menjadi kode etik dalam memilih calon
pendamping. Fakta menyatakan bahwa sebagian besar perzinahan dimulai dengan
pacaran. Bila ditimjau kebelakang tentang kebudayaan Indonesia sebelumnya,
pacaran (berduaan dengan non muhrim) merupakan hal yang tabu. Dari sini kita
dapat menyimpulkan bahwa pacaran memang tidak dibenarkan dan tidak sesuai
dengan budaya Indonesia. Selain disebabkan oleh pacaran, seksual pranikah juga
didominani oleh para remaja dan mahasiswa yang ingin mencari uang tambahan.
Padahal untuk mencari uang masih banyak lagi jalan halal yang dapat dilakukan,
pada dasarnya meraka melakukan seksual pranikah dengan alasan mencari uang
adalah alasan sampingan, itu semua karena merekapun menyukai hal tersebut
tanpa berfikir akibat buruk yang akan mereka tanggung. Pengertian pacaran dalam
era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran
jaman dulu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena
hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan
tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa
kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu
menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan
masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya. Dengan
adanya kesadaran bahwa pacar bukanlah hak milik selamanya maka seorang
remaja akan lebih berfikir ulang untuk melakukan pergaulan bebas.

B. Aborsi

Aborsi merupakan semua upaya atau tindakan yang dimaksudkan untuk


menghentikan kehamilan baik dilakukan melalui pertolongan orang lain sepeti
dokter, dukun bayi, dukun pijat dan sebagainya, maupun dilakukan sendiri dengan
cara meminum obat-obatan atau ramuan tradisional. Aborsi adalah terminasi
(penghentian) kehamilan yang disengaja (abortus provokatus) yakni kehamilan
yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran.
Akibat dorongan yang mendesak untuk mengakhiri kehamilan tersebut sejumlah
remaja tanpa memikirkan risiko yang ditimbulkan, memilih aborsi sebagai pilihan
terakhirnya (Dianawati, 2003). Namun tindakan aborsi tersebut mengandung
risiko yang cukup tinggi. Apalagi bila dilakukan tidak sesuai dengan standar
profesi medis (Munajat N,2000). Aborsi seperti itu dapatmenyebabkan infeksi
disertai dengan perdarahan bahkan kematian. Risiko tersebut akan lebih tinggi
bila terjadi pada usia remaja dan juga akan berdampak pada kesehatan
reproduksinya. Aborsi pada usia remaja terjadi antara lain karena kehamilan diluar
nikah atau kehamilan yang tidak diinginkan (KTD).

Fakta di lapangan menunjukan bahwa aborsi banyak sekali terjadi


terutama karena kehamilan pranikah. Tetapi hal tersebut jarang terungkap
sehingga terkesan seperti realitas gunung es yang masih harus digali lebih
dalam lagi karena kasus aborsi yang terungkap dan dilaporkan hanya sebagian
kecil saja. Hal ini terjadi karena adanya ketakutan pihak pelaku aborsi tentang
aborsi yang dilakukan bila aibnya diketahui oleh orang lain, adanya ancaman
pidana tentang aborsi yang dilakukannya, karena tidak sesuai dengan norma-
norma masyarakat yang berlaku.

Data BKKBN menunjukkan, Survei Kesehatan Reproduksi Remaja


Indonesia 2002-2003 menyebutkan, remaja yang mengaku memiliki teman yang
pernah berhubungan seksual sebelum menikah pada usia 14-19 tahun mencapai
34,7 persen untuk perempuan dan 30,9 persen untuk laki-laki. Mereka yang
berumur 20-24 tahun yang pernah melakukan hal serupa ada 48,6 persen untuk
perempuan dan 46,5 persen untuk laki-laki. Hal serupa didapat dari data Komisi
Nasional Perlindungan Anak tahun 2008. Dari 4.726 responden siswa SMP dan
SMA di 17 kota besar diperoleh hasil, 97 persen remaja pernah menonton film
porno serta 93,7 persen pernah melakukan ciuman, meraba kemaluan, ataupun
melakukan seks oral. Sebanyak 62,7 persen remaja SMP tidak perawan dan 21,2
persen remaja mengaku pernah aborsi. Menurut Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SKDI) 2004 tentang aborsi atau pengguguran kandungan, tingkat
aborsi di Indonesia sekitar 2 sampai 2,6 juta kasus pertahun, yang 30% dari aborsi
tersebut dilakukan oleh mereka di usia 15-24 tahun.

World Health Organization (WHO) memperkirakan ada 22 juta kejadian


aborsi tidak aman (unsafe abortion) di dunia,69,5 % (19 dari 20 juta tindakan
aborsi tidak aman) diantaranya terjadi di negara berkembang. Sekitar 13 % dari
total perempuan yang melakukan aborsi tidak aman berakhir dengan kematian.
Diwilayah Asia Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap
tahun, dan sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia, dimana 2.500 di
antaranya berakhir dengan kematian. Angka aborsi di Indonesia diperkirakan
mencapai 2,3 juta pertahun. Sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja.
Dari data yang didapatkan, menyatakan bahwa jumlah aborsi di Indonesia
dilakukan oleh 2 juta orang tiap tahun, dari jumlah itu, 70.000 dilakukan oleh
remaja putri yang belum menikah.

Adanya pro dan kontra yang terdapat dalam pasal-pasal dalam UU


terkesan memperbolehkan aborsi di Indonesia mengakibatkan masyarakat tidak
dapat mengerti apa alasan sebenarnya dalam pelegalan aborsi. Padahal aborsi
legal hanya boleh dilakukan apabila ada alasan medis yaitu apabila janin yang
dikandung dapat mengancam nyawa ibu dan atau janin itu sendiri. Ancaman dapat
berupa penyakit genetika berat atau cacat bawaan yang menyulitkan bayi untuk
hidup di luar kandungan. Selain itu, korban perkosaan yang hamil juga dapat
melakukan aborsi karena ditakutkan akan terjadi trauma psikologis pada korban.

Namun lain halnya dengan aborsi ilegal yang dilakukan apabila dalam
keadaan janin yang sehat dan bukan karena perilaku perkosaan melainkan karena
hubungan seksual yang dilakukan oleh remaja. Hal tersebut termasuk perilaku
pembunuhan karena aborsi adalah upaya unuk menghilangkan nyawa bayi. Aborsi
yang disengaja dilakukan secara paksa dengan mencabut janin dari rahim ibu.
Dalam bebrapa kasus, aborsi ini dilakukan dengan cara menyedot dan cara lainnya
dengan menggunakan tang. Rahim direntangkan dan embrio dikeluarkan melalui
vagina sesudah dinding uterine dihancurkan dengan pisau yang disebut kuret
(Djiwandono, 2008). Untuk memutuskan perilaku aborsi tentu tidak semudah
membalikkan telapak tangan, ada beberapa alasan yang melatarbelakangi perilaku
aborsi ilegal tersebut. Diantaranya adalah perasaan malu dengan lingkungan
sekitarnya karena mengandung bayi di luar hubungan pernikahan.

C. Faktor faktor penyebab aborsi

Faktor penyebab aborsi buatan menurut Tirthahusada (1993) antara lain yaitu:

1) Alasan medis atau alasan kedokteran.


Disini keputusan diambil karena kesehatan ibu atau ancaman nyawa ibu yang
sedang menderita suatu penyakit.
2) Alasan non medis
Biasanya alasan sosial, ekonomi seperti kehamilan sebelum atau diluar nikah,
sudah terlalu banyak anak, kesulitan dalam hal biaya hidup dan lainnya.

Remaja yang hamil di luar nikah melakukan aborsi dikarenakan oleh


perasaan malu akibat kehamilan yang terjadi sebelum menikah yang dapat
menimbulkan aib bagi keluarga (Purwadianto, 1982). Selain itu remaja yang
hamil di luar nikah menghindari kritikan yang akan diberikan oleh orang lain
terhadap dirinya, memiliki kecenderungan merasa tidak disenangi sehingga tidak
dapat menciptakan kehangatan persahabatan, bersikap pesimis dengan keadaan
dirinya jika melanjutkan kehamilan, mengeluh dengan keadaan dirinya dan takut
jika dirinya tidak menerima pujian dari orang lain. Dengan alasan tersebut, dapat
dikatakan remaja yang hamil di luar nikah dan melakukan aborsi cenderung
memiliki konsep diri negatif, sesuai dengan teori konsep diri negatifyang
dikemukakan oleh Calhoun dan Acocella (1990).
Menurut Calhoun dan Acocella (1990) konsep diri dibagi menjadi
konsep diri negatif dan konsep diri positif.
1. Konsep Diri Negatif
Seseorang individu yangmemiliki konsep diri negatif ditandai dengan lima
hal, yaitu:
a) Peka terhadap kritik
Individu yang memiliki konsep diri yang negatif sangat tidak tahan terhadap
kritik yang diterimanya dan mudah marah. Bagi individu ini koreksi atau kritik
seringkali dipersepsikan sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya.
Berdasarkan observasi, subjek tidak memberikan respon yang berlebihan dan
bersikap biasa saja pada saat SO dan pacar subjek memberikan kritik.
b) Responsif terhadap pujian
Meskipun bersikap pura-pura menghin dari pujian, ia tidak dapat
menyembunyikan antusiasmenya saat menerima pujian. Dalam hal ini subjek
bersikap wajar ketika observer memuji dirinya dan mengucapkan terima kasih,
dan subjek tidak merasa malu mendapatkan pujian.
c) Hiperkritis terhadap orang lain
Bersamaan dengan kesenangan terhadap pujian individu dengan konsep diri
negatif bersikap hiperkritis terhadap orang lain. Mereka selalu mengeluh,
mencela, atau meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak
sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan atas kelebihan orang lain.
Berdasarkan observasi, subjek memperhatikan SO dan pacar subjek secara wajar,
akan tetapi subjek terlihat mencela warna baju SO pada saat SO mencoba baju
yang baru saja dibeli.
d) Memiliki kecendrungan merasa tidak disenangi orang lain
Individu yang konsep dirinya negatif merasa dirinya tidak diperhatikan. Ia
bereaksi bahwa orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan
kehangatan dan persahabatan. Berdasarkan observasi, subjek mendapatkan
perhatian dari keuarga dan teman subjek, terlihat pada saat subjek menerima
telepon dari ibu subjek yang menanyakan kabar subjek, SO dsan pacar subjek
yang menanyakan tentang keadaan subjek. Pada saat observasi dilakukan tidak
terlihat bahwa subjek memiliki musuh, dan tidak terlihat subjek dijauhi oleh orang
lain, terlihat pada saat subjek diajak berbincang-bincang oleh ibu Kost dan
pembantu SO, selain itu subjek terlihat sedang diajari bermain gitar oleh adik
pacar subjek.
e) Bersikap pesimis terhadap kompetisi
Hal ini terungakap dalam keengganannya dalam bersaing dengan orang lain
dalam membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan
yang merugikan dirinya. Dalam hal ini, subjek terlihat tidak ingin bersaing dengan
SO pada saat subjek dan SO sedang membicarakan tentang siapa yang lebih
menarik dan subjek terlihat menyerah pada saat diajarkan bermain gitar oleh adik
pacar subjek.
2. Konsep Diri Positif
Tanda-tanda orang yang mempunyai konsep diri positif adalah:
a) Yakin akan kemampuannya mengatasi masalah.
Berdasarkan observasi, subjek dapat menyelesaikan masalah yangterjadi pada
saat pacar subjek pulang dari luar kota, selain itu subjek membutuhkan bantuan
orang lain untuk mengatasi masalah, terlihat pada saat subjek meminta saran
dengan SO tentang masalah subjek dengan pacar subjek.
b) Merasa setara dengan orang lain.
Dalam hal ini, subjek tidak mempunyai perbedaan dengan orang lain secara
fisik, akan tetapi subjek meremehkan orang lain dengan mencela SO.
c) Menerima pujian tanpa rasa malu.
Berdasarkan hasil observasi, subjek merasa senang menerima pujian tanpa
rasa malu, dan terlihat senang menerima pujian dari orang lain, karena subjek
sering menerima pujian dari orang lain mengenai kecantikan subjek.
d) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan
perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
Berdasarkan hasil observasi, subjek tidak dapat menerima perlakuan kasar
dari orang lain, terlihat pada saat subjek membalas makian yang dilontarkan oleh
pacar subjek akan tetapi tidak terlihat subjek memiliki dendam dengan orang lain
dan ingin mengahancurkan orang lain.
e) Mampu memperbaiki diri karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yangtidak di senanginya dan berusaha mengubahnya.
Dalam hal ini, subjek terlihat meminta maaf kepada pacarnya karena telah
membuat pacar subjek marah dan dapat memperbaiki kesalahan dengan cara
menyiapkan makan untuk pacar subjek.
Konsep diri subjek dipengaruhi oleh usia kematangan, penampilan
diri,kepatutan seks, hubungan keluarga,teman-teman sebaya, kreativitas dan cita-
cita.

D. Akibat aborsi

Tindakan-tindakan Aborsi dapat mengakibatkan hal-hal yang negatif pada


tubuh kita, yang meliputi dimensi jasmani dan psikologis. Akibat-akibatnya
yakni:
1) Segi Jasmani
Tindakan kuret pada Aborsi bisa menimbulkan efek-efek pendarahan
atau infeksi, dan apabila dikerjakan bukan oleh dokter ahlinya maka alat-
alat kuret yang dipakai mungkin tembus sampai ke perut dan dapat
mendatangkan kematian.
Infeksi di rahim dapat menutup saluran tuba dan menyebabkan
kemandulan.
Penyumbatan pembuluh darah yang terbuka oleh gelembung udara,
karena banyak pembuluh darah yang terbuka pada luka selaput lendir
rahim dan gelembung udara bisa masuk ikut beredar bersama aliran
darah dan apabila tiba pada pembuluh darah yang lebih kecil, yaitu pada
jantung, paru-paru, otak atau ginjal, maka bisa mengakibatkan kematian.
Perobekan dinding rahim oleh alat-alat yang dimasukkan ke dalamnya
akan mengakibatkan penumpukan darah dalam rongga perut yang makin
lama makin banyak yang menyebabkan kematian.
Penanganan Aborsi yang tidak steril bisa mengakibatkan keracunan yang
membawa kepada kematian.
Menstruasi menjadi tidak teratur.
Tubuh menjadi lemah dan sering keguguran
2) Segi Psikologis
Pihak wanita: Setelah seorang wanita melakukan tindakan Aborsi ini,
maka ia akan tertindih perasaan bersalah yang dapat membahayakan
jiwanya. Kalau tidak secepatnya ditolong, maka ia akan mengalami
depresi berat, frustrasi dan kekosongan jiwa.
Pihak pria: Rasa tanggung jawab dari si pria yang menganjurkan Aborsi
akan berkurang, pandangannya tentang nilai hidup sangat rendah;
penghargaannya terhadap anugerah Allah menjadi merosot.
3) Segi Hukum
KUHP di Indonesia yang diberlakukan sejak 1918 tidak membenarkan
tindakan Aborsi dengan dalih apapun. Aborsi dianggap tindak pidana yang dapat
dikenakan hukuman, yang diatur dalam pasal 283, 299, 346 hingga 349 dan 535).
Selain hal yang disebutkan di atas, ada akibat yang lebih buruk dan biasa disebut
dengan PAS (Post Abortion Syndrome). Post Abortion Syndrome adalah istilah
yang dipakai untuk menggambarkan sekumpulan gejala fisik dan psikis yang
terjadi paska terjadinya aborsi. PAS merupakan gangguan stress dan traumatik
yang biasanya terjadi ketika seorang perempuan yang post-abortive tidak dapat
menghadapi respon emosional yang dihasilkan akibat trauma aborsi. PAS terjadi
berbeda-beda pada setiap orang tergantung berat atau tidaknya gejala yang terjadi,
PAS dianggap telah berat ketika kondisi seorang perempuan post-abortive sudah
mengarah pada gejala yang dapat mengganggu kelangsungan hidupnya ataupun
keselamatan dirinya.
PAS dapat terjadi tidak lama setelah aborsi atau bisa saja baru muncul ke
permukaan beberapa bulan hingga bertahun-tahun kemudian. Banyak perempuan
yang takut untuk membicarakannya karena merasa malu telah melakukan aborsi.
Hal inilah yang kemudian membuat trauma tersebut terpendam di bawah alam
sadar mereka hingga mereka tidak menyadari bahwa hal tersebut dapat
mempengaruhi mereka dalam berpikir, berperilaku dan bahkan mempengaruhi
kesehatan reproduksi mereka di kemudian hari.
Post Abortion Syndrome tidak hanya terjadi pada perempuan post-
abortive, namun juga pada laki-laki post-abortive, dalam arti pasangan perempuan
post-abortive yang juga berperan penting dalam membuat pilihan aborsi. Namun
pada lelaki post-abortive biasanya gejalanya ringan berupa gangguan emosi
ringan seperti rasa malu, perasaan bersalah, bersedih dan menyesal. Perempuan
post-abortive bisa mengalami gejala lebih berat karena mereka secara langsung
baik itu fisik ataupun emosi langsung berhubungan dengan trauma aborsi.
Dr. Anne Speckhard, Ph.D. Pada studinya mengenai Post Abortion
Syndrome menemukan beberapa fakta seputar efek aborsi terhadap perempuan:
Kejadian yang berhubungan dengan Aborsi:
- 23% berhalusinansi yang berhubungan dengan aborsi
- 35% merasa di datangi/melihat bayi yang telah di aborsi
- 54% bermimpi buruk yang berhubungan dengan aborsi
- 69% merasakan kegilaan
- 73% mengalami flash back memori ketika terjadi aborsi
- 81% mengalami perasaan seakan bayi tersebut masih ada
Masalah perilaku yang sering terjadi pasca Aborsi:
- 61% meningkatkan penggunaan alcohol
- 65% memiliki dorongan untuk bunuh diri
- 69% mengalami gangguan seksual
- 73% mengalami flash back memori ketika terjadi aborsi
- 77% mengalami kesulitan untuk berkomunikasi
- 81% sering menangis
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami
hal-hal seperti berikut ini:
- Kehilangan harga diri (82%)
- Berteriak-teriak histeris (51%)
- Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
- Ingin melakukan bunuh diri (28%)
- Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
- Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

E. Upaya Penanganan Pergaulan Bebas dan Aborsi di Kalangan Remaja


Membendung pergaulan bebas dan perilaku aborsi tidaklah semudah
membalikkan kedua telapak tangan. Hal ini diperlukan kerjasama lintas sektoral
secara komprehensif dan berkelanjutan. Tentu saja dimulai dari hal terkecil yang
bersifat pencegahan hingga pertolongan pasca aborsi. Upaya-upaya dan pelayanan
tersebut dapat dirangkum dalam penjelasan berikut ini:
1. Memberikan edukasi seks di kalangan remaja. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya para remaja kita yang mempelajari fungsi reproduksi para sudut
kenikmatan nya saja tanpa memandang efek-efek negatif di kemudian hari.
Maka harapannya dengan pemahaman yang tepat dan lengkap, maka remaja
akan dapat membuat keputusan yang tepat untuk menjaga kesucian dirinya
masing-masing.
2. Menanamkan kembali nilai-nilai moral sosial dan juga keagamaan akan
penting dan mulianya untuk menjaga kehormatan diri. Kebanyakan, para
remaja ini karena memang semenjak kecil sudah dijauhkan oleh norma-norma
yang mengatur hubungan antar laki-laki dan perempuan sedangkan media
gencar mempromosikan tayangan-tayangan yang berbau seksualitas dengan
mengedepankan nafsu semata. Ditambah lagi akses pornografi yang dapat
dengan mudah didapatkan melalui internet via komputer maupun handphone.
3. Menguatkan kembali kontrol sosial di masyarakat. Tidak dipungkiri yang
menjadikan remaja bebas melakukan apa saja adalah karena semakin
melemahnya kontrol sosial dari lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Misalkan saja ada sepasang pelaku pacaran yang diperbolehkan orang
tuanya berdua-duaan di dalam kamar. Meskipun tidak terjadi perzinahan di
sana, namun itu dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan yang
lebih untuk dilakukan pada lain kesempatan dan lain tempat. Begitu juga
kontrol dari masyarakat itu penting ketika melihat ada pasangan muda-mudi
yang menginap di kamar kostan dan bahkan terjadi berhari-hari. Hal ini sudah
barang tentu dapat semakin mendorong terjadinya penyimpangan perilaku
dalam artian melakukan tindakan-tindakan yang seharusnya baru boleh
dilakukan oleh pasangan suami isteri yang resmi.
4. Para pelaku yang telah melakukan aborsi juga tak dapat dipandang sebelah
mata. Mereka mempunyai hak untuk dapat kita tolong karena bisa saja hal
telah mereka lakukan tersebut adalah suatu kekhilafan yang tak ingin
diulanginya lagi. Maka, bagi para penyandang PAS, dapat kita tolong dengan
memberikan pelayanan konseling serta dukungan sosial untuk dapat bangkit
kembali menjalani kehidupan secara normal dengan diiringi taubat yang
sebenar-benarnya (taubat nasukha).

PENUTUP
Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa pergaulan bebas banyak
membawa dampak negatif khususnya dikalangan remaja. Salah satu bentuk
pergaulan bebas yang paling marak terjadi adalah pacaran. Pacaran yang saat ini
dianggap biasa telah merusak generasi muda baik dari sisi moral, akhlak,
pergaulan, bahkan agama. Memang tidak semua pacaran berakhir dengan
perzinaan ,namun sebagian besar perzinaan dimulai dengan pacaran. Salah satu
akibat negatif yang timbul dari pacaran adalah terjadinya hamil diluar nikah. Hal
ini menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang lainnya yaitu aborsi. Adanya
rasa malu pada diri pelaku karena hamil diluar nikah menyebabkan pelaku
mengambil jalan pintas agar aib yang ada tidak tersebar tanpa memikirkan
dampak dari tindakannya tersebut. Perilaku aborsi di kalangan remaja ini
senantiasa terus meningkat dan bervariasi untuk persebaran usianya. Hal ini tentu
menjadi suatu keprihatinan yang ujung-ujungnya menjadi sebuah momok yang
mengerikan bagi rupa generasi muda penerus bangsa Indonesia di kemudian
hari. Jika kondisi para pemuda-pemudi di Indonesia hidup bebas tanpa kontrol
yang signifikan dari berbagai pihak dan selanjutnya maka masa depan Indonesia
tidak dapat dijamin yang terjadi adalah penjajahan yang terus menerus abadi di
bumi Indonesia dalam bentuk bukan penjajahan fisik melainkan penjajahan di
bidang mode, ekonomi, pendidikan, keilmuan, hingga akhlak dan
moralitas.
DAFTAR PUSTAKA

Calhoun, J.F. & Acocella,J.R. (1990).Psikologi tentang penyesuaian & hubungan


kemanusiaan. Jakarta : Arcan.
Dianawati, Anjen. 2003.Pendidikan dan Seks untuk Remaja. Jakarta :Kawan
Pustaka
Djiwandono, Sri Esti W. 2008. Pendidikan Seks Keluarga. Jakarta: PT. Indeks
Munajat, N . 2000. Risiko Reproduksi Remaja, Tim Sahabat Remaja PKBI DIY.
Cetakan II. Yogyakarta: Lentera Sahaja
Purwadianto, A.1982. Aborsi Sebagai Tindakan Okupasional &Penyelesaiannya
Dari Segi Medis. Jakarta: PT. Fakultas Kedokteran UI.
Suryoputro A. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja
di jawa tengah: implikasinya terhadap kebijakan dan layanan
kesehatan seksual dan reproduksi. Semarang : UNDIP
Tirthahusada, K. 1993. Suatu Tinjauan Medis, Psikologis Dan Moral. Surabaya:
PT. Universitas Airlangga.

Vous aimerez peut-être aussi