Istilah bioplastik berarti plastik yang dihasilkan dari sumber biologis (siklus karbon pendek), sedangkan biodegradable merujuk bahan yang dapat terdegradasi relatif cepat oleh mikroba di lingkungan yang sesuai [1]. Beberapa bioplastik yang dikenal paling umum di dunia saat ini adalah poly lactyt acid (PLA), poly hidroksi alkanoat (PHA), bioplastik berbahan dasar pati dan lain-lain [Pilia, 2011]. Bioplastik berbahan dasar pati paling menguasai hingga 66% pasar bioplastik, diikuti 27% PLA dan PHA, dan 7% dengan bahan lain-lain [2]. Beberapa penelitian terbaru yang telah dilakukan untuk menghasilkan bioplastik dengan bahan baku pati, seperti : singkong [3], kentang [4], talas [5],dan jagung [4]. Pati yang digunakan untuk penelitian ini adalah pati yang berasal dari biji alpukat. Alpukat merupakan salah satu komoditas buah yang digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Namun, kebanyakan masyarakat hanya memanfaatkan daging buahnya saja, sedangkan biji alpukat dibuang dan menjadi limbah begitu saja. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2013, produksi buah alpukat di Indonesia cukup tinggi yaitu mencapai 276318 ton per tahun. Produksi alpukat mengalami peningkatan pada tahun 2014 hingga mencapai 307326 ton [6]. Kandungan pati dalam biji alpukat cukup besar, yaitu 29.6% dalam basis kering [7]. Kandungan pati inilah yang menjadi bahan baku untuk pembuatan bioplastik. Masalah utama dalam ekstraksi pati biji alpukat adalah apabila biji alpukat dihancurkan menghasilkan warna cokelat sehingga pati yang dihasilkan juga agak cokelat. [8]. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Fauzi dan Annisa (2015) [9] pati yang digunakan masi berwarna cokelat atau belum melakukan proses pemutihan sehingga mengurangi nilai estetika dari bioplastik yang dihasilkan. Untuk itu perlu dilakukan proses pemutihan pada pati biji alpukad. Penyebab warna cokelat pada pati biji alpukat tersebut adalah akibat dari teroksidasinya pati selama proses ekstraksi, Proses oksidasi ini menghasilkan zat melanoidin yang menimbulkan warna cokelat. Proses perendaman pati dengan larutan natrium metabisulfit (Na2S2O5) dapat mengikat zat melanoidin pada pati sehingga menghilangkan warna cokelat pada pati [8]. Kitosan merupakan polimer alam, hasil derivatif deasetilasi dari kitin. Material ini dapat diperoleh dari isolasi limbah kulit udang dan kepiting. Kulit udang dan kepiting merupakan limbah pengolahan yang jumlahnya mencapai 50-60% berat utuh dengan kandungan kitin sebesar 20-30%. Berdasarkan penelitian sebelumnya, film yang dihasilkan dari kitosan memiliki kekuatan mekanis yang baik karena kitosan memiliki gugus hidroksil (OH) yang bermuatan negative dan gugus amin (NH2) yang bermuatan positif sehingga kitosan mampu berikatan secara ionic dengan sangat kuat [10] Film kitosan juga memiliki nilai permeabilitas uap air menengah dan dapat dipakai untuk meningkatkan umur simpan produk segar dan pangan dengan aktivasi air tinggi. Film kitosan yang dihasilkan bersifat, dapat memanjang, fleksibel dan tidak mudah robek. Kebanyakan sifat mekanisnya adalah sebanding dengan polimer komersial berkekuatan sedang [11]. asam format dan asam asetat dengan konsentrasi setiap 0.2- 1.0% dan 1-2% merupakan pelarut yang baik untuk kitosan. Kitosan merupakan suatu polikation yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam organik seperti asam format,asetat, tartat, dan sitrat[12] Keuntungan kitosan antara lain karena ketersediaannya, biaya yang tidak mahal, biokompatibilitas yang tinggi, biodegrabilitas yang baik, dan modifikasi kimia yang cukup mudah. Sifat biokompatibilitas yang dimiliki kitosan disebabkan karena strukturnya yang mirip dengan glukosamin pada matriks ekstra selular. [13] Tabel 1.1 kelarutan kitosan pada berbagai pelarut asam organik [14] Konsentrasi asam Konsentrasi asam organik (%) organik 10 50 >50 Asam asetat + Asam sitrat + Asam format + + + Asam laktat + Asam piruvat + + Asam oksalat + Keterangan : + larut - tidak larut larut sebagian Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Fauzi dan Annisa (2015) [9], digunakan plasticizer gliserol dan pelarut untuk kitosannya adalah asam asetat sedangkan pada penelitian ini akan digunakan plasticizer asam stearate dan pelarut kitosannya adalah asam formiat dengan treatmant pemutihan pati terlebih dahulu dengan menggunakan natrium metabisulfit (Na2S2O5). Menurut penelitian Hillan, et.al. (2013), penambahan asam stearat sebagai plasticizer berpotensi sebagai barrier terhadap air. Asam stearate yang bersifat hidrofobik mampu menahan permeabilitas terhadap air [15]. Penggunaan asam stearat meningkatkan % swelling dan nilai stress bioplastik yang mengindikasikan sifat mekanik bioplastik lebih baik [16]. Plasticizer adalah kelas penting dari bahan yang berat molekulnya rendah dan merupakan senyawa non-volatile yang banyak digunakan dalam industri polimer sebagai aditif. Peran utama zat tersebut adalah untuk meningkatkan fleksibilitas dan processability polimer dengan menurunkan transisi urutan kedua suhu, suhu transisi gelas (Tg) [17]. Tabel 1.2 Rangkuman Hasil Penelitian Pembuatan Bioplastik Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian (Tahun) Alexander Jones, Thermal, mechanical, and - Moisture content losing an Mark Ashton moisture absorption properties of average between 15% and 17% Zeller and Suraj egg white protein bioplastics - Tensile strength : 40 MPa Sharma (2013) with natural rubber and glycerol - Modulus Young : 12 Mpa Jurnal University of Georgia, Athens, GA 30602, USA J. Gonzalez - Development of highly - Tensile strength: 0.52 to 0.64 Gutierrez, P. transparent protein/starch-based MPa Partal, M.Garcia- bioplastics - Elongation at break 235.1 Morales, C. Jurnal Bioresource Technology 14.1% Gallegos (2013) 101 (2010) 20072013 Qiu-Ping Zhong Plasticizer effect on the - Moisture content losing an and Wen-Shui properties of biodegradable average between 20% to 60% Xia (2008) blend film from rice starch- - Tensile strength: 8.2 to 26 MPa chitosan - Elongation at break 7.36 to Jurnal Science Teknologi. Jurnal 67.22% (suppl.1): 149-165 (2008) - Modulus Young : 12 Mpa Dari uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh variasi konsentrasi asam formiat sebagai pelarut kitosan terhadap karakteristik bioplastik dari biji alpukat (Persea americana mill).
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana karakterisasi dari biji alpukat 2. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi asam formiat sebagai pelarut kitosan terhadap karakteristik bioplastik dari biji alpukat (Persea americana mill).meliputi sifat kekuatan tarik, pemanjangan pada saat putus, morfologi permukaan gugus fungsi dan ketahanan terhadap air.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui karakterisasi biji alpukat 2. Untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam formiat sebagai pelarut kitosan terhadap karakteristik bioplastik dari biji alpukat (Persea americana mill).meliputi sifat kekuatan tarik, pemanjangan pada saat putus, morfologi permukaan gugus fungsi dan ketahanan terhadap air.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Meningkatkan nilai ekonomis biji alpukat (Persea americana mill) sebagai bahan baku pembuatan bioplastik. 2. Menambah informasi bagi peneliti selanjutnya mengenai bioplastik.
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Penelitian, Laboratorium Kimia Fisika, dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini memiliki ruang lingkup atau batasan sebagai berikut: 1. Sampel yang digunakan adalah limbah biji alpukat (Persea americana mill) yang diperoleh dari penjual Alpukat Kocok di Jalan Gaharu . 2. Massa pati biji alpukat (Persea americana mill) dan kitosan = 30 gram [8] 3. Katalis yang digunakan adalah asam formiat 3%, 7%,10%, 25% dan 30% [14] 4. Perbandingan pati : aquadest (w/v) = 1 : 20 [19] 5. Ukuran pati biji alpukat = 100 mesh [20] 6. Variabel penelitian adalah komposisi sampel sebagai berikut: Volume asam stearat = 3%, 4%, 5% [15] Variasi asam Formiat = 3%, 7%,10%, 25% dan 30% [14] 7. Analisa hasil penelitian yaitu : a. Karakterisasi Pati Biji Alpukat, meliputi : Kadar Pati Kadar Amilosa Kadar Amilopektin Kadar Air Kadar Abu Kadar Lemak Kadar Protein Bentuk Morfologi Permukaan Gugus Fungsi Temperatur Gelatinisasi b. Karakterisasi Bioplastik, meliputi : Densitas (Density) Sifat Kekuatan Tarik (Tensile strength) Pemanjangan pada saat Putus (Elongation at break)