Vous êtes sur la page 1sur 10

Aset takberwujud

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Aset takberwujud (Inggris: intangible asset) adalah aset nonmoneter teridentifikasi tanpa wujud
fisik.[1] Yaitu hak-hak istimewa, atau posisi yang menguntungkan guna menghasilkan
pendapatan. Jenis utama aset tidak berwujud adalah hak cipta, hak eksplorasi dan
eksploatasi, paten, merek dagang, rahasia dagang, dan goodwill. Aset jenis ini mempunyai umur
lebih dari satu tahun (aset tidak lancar) dan dapat diamortisasi selama periode pemanfaatannya,
yang biasanya tidak lebih dari 40 tahun.

MEMAHAMI AKUNTANSI ASET TAK


BERWUJUD

MEMAHAMI AKUNTANSI ASET TAK BERWUJUD


Aset tak berwujud adalah harta tak terlihat/tak berwujud yang memberikan manfaat.
Contoh aset tak berwujud dalam kehidupan sehari-hari dapat dicontohkan sebagai berikut :
(1) Kesehatan. Dengan kesehatan dapat membuat manusia beraktivitas dengan baik; (2)
Kecerdasan. Dengan kecerdasan dapat membuat manusia berfikir dengan baik; (3) Keimanan.
Dengan keimanan dapat membuat manusia berperilaku dengan baik.
Adapun contoh aset tak berwujud dalam bisnis/perusahaan adalah dapat dicontohkan sebagai
berikut: (1) Hak cipta, seperti dalam bentuk karangan buku; (2) Seorang musisi yang
memiliki hak cipta terhadap suatu lagu yang di ciptakan; (3) desain mesin dari suatu pabrik
mobil yang bisa menghasilkan keuntungan bagi perusahaan (paten); (4) obat-obatan dari
perusahaan farmasi, untuk jangka waktu tertentu dapat menghasilkan keuntungan yang besar
bagi perusahaan (Paten); (5) individu/perusahaan berkeinginan/mau membeli suatu aset
dengan nilai yang lebih tinggi dari nilai buku (Goodwill); (6) Merk dagang yang merupakan
hak suatu perusahaan dalam memasarkan produk yang mereka produksi dan jual.

Hal-hal yang demikian itu, menurut Kieso disebut sebagai aset tak berwujud. Kieso (2010)
aset tak berwujud adalah aset teridentifikasi non-moneter yang tidak dapat disentuh/diukur
secara fisik. Intangible asset are defined as indentifiable non-monetary asset that can not be seen, touch
or physically measured.
Definisi aset tak berwujud menurut para ahli adalah sebagai berikut:

Menurut Menurut Obaidullah Jan, CPA, aset tak berwujud adalah aset jangka panjang
perusahaan yang teridentifikasi namun tidak hadir secara fisik. Indentifiable long term assets of
a company having non physical existence are called intangible assets. Menurut Steven Bragg, CPA,
aset tak berwujud adalah aset non fisik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun. An intangible asset is a non-physical asset having a useful life greater than one year. Menurut
Harold Averkamp, CPA, MBA, aset tak berwujud adalah aset yang tidak dapat disentuh. An
intangible asset is an asset that you cannot touch. Menurut para ahli yang tergabung dalam
WebFinance, Inc, aset tak berwujud adalah sumber daya jangka panjang yang dimiliki semua
entitas namun tidak nampak secara fisik. Intangible assets are the long-term resources of an entity,
but have no physical existence.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa aset tak berwujud adalah harta tak terlihat
yang memberikan manfaat.
Secara akuntansi, perlakuan aset tak berwujud adalah sebagai berikut:

Pengakuan Aset Tak Berwujud


Aset tak berwujud diakui pada saat diperoleh, dengan ketentuan:

Individu/Perusahaan berpotensi akan mendapatkan manfaat ekonomi di masa yang akan datang
dari aset tersebut.
Biaya-biaya dalam perolehannya bisa diukur dengan handal.
Penilaian/Pengukuran Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud dinilai/diukur sesuai dengan harga perolehannya. Biaya perolehan aset
tidak berwujud terdiri dari:

1. harga beli termasuk bea masuk (import), dan pajak pembelian yang tidak dapat dikembalikan,
setelah dikurangkan diskon dan rabat;
2. segala biaya yang dapat dikaitkan secara langsung dalam mempersiapkan aset tersebut sehingga
siap untuk digunakan.
Pencatatan Aset Tak Berwujud
Pencatatan akuntansi untuk pembelian dan amortisasi aset tak berwujud secara sederhana
adalah sebagai berikut:

Pembelian Amortisasi

(D) Aset Tak Berwujud (D) Biaya Amortisasi

(K) Kas (K) Aset Tak Berwujud


Pelaporan Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud disajikan dalam neraca pada kolom aktiva, dan dicatat sesuai dengan nilai
bersih setelah dikurangi oleh akumulasi amortisasi.
Jadi dapat dikatakan akuntansi aset tak berwujud adalah proses pencatatan, pengakuan,
pengukuran dan pelaporan atas harta tak berwujud/tak terterlihat yang memberikan
manfaat.

By : MY

ASET BERWUJUD
Pengertian Aset Tetap Berwujud dan Tidak
Berwujud
Sponsors Link

Aset merupakan hal terpenting dalam sebuah perusahaan. Aset adalah salah satu akun dalam
sebuah laporan keuangan. Aset terbagi menjadi dua yaitu aset lancar dan aset tetap. Pembagian
aset ini tergantung dari likuiditas aset tersebut. Saya akan membahas sedikit tentang likuiditas, disini
disebutkan likuiditas sangat penting bagi sebuah perusahaan. Sehingga aset terbagi berdasarkan
likuiditas tersebut.
ads

Likuiditas disini memiliki arti estimasi kelancaran aset menurut perusahaan. Jadi aset yang dimiliki
perusahaan dibagi berdasarkan mudah atau sulitnya di cairkan. Kembali ke pembagian aset tadi,
untuk aset lancar dapat diartikan jika aset-aset tersebut memiliki likuiditas tinggi. Seperti contoh
misalnya kas, akun bank, persediaan barng dagang dan lain sebagainya. Untuk aset tetap akan saya
jelaskan dalam beberapa bab di bawah ini. (Baca juga : transaksi bisnis perusahaan)

Pengertian aset tetap dalam akuntansi


Menurut beberapa ahli dan standar akuntansi aset tetap adalah:

Sofyan safri

Aset tetap adalah aset suatu entitas yang menjadi hak milik perusahaan yang digunakan untuk
memproduksi (menghasilkan) barang atau jasa entitas bisnis. Dan digunakan secara teru menerus.
(baca juga: pengertian kas kecil)

Gatot supriyanto

Aset tetap adalah harta kekayaan atau sumber daya entitas (perusahaan yang didapatkan dan
dikuasai dari hasil kegiatan ekonomi pada masa lalu. Biasanya aset tetap digunakan dalam
menjalankan aktifitas operasional usaha perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa. (baca juga
: jenis-jenis akuntansi)

PSAK

Aktiva tetap (aset tetap adalah aset yang berwujud yang didapatkan/ diperoleh dengan kondisi siap
pakai maupun dibangun terlebih dahulu dan digunakan dalam aktifitas operasional perusahaan, tidak
ditujukan dijual kembali dalam rangka aktivitas normal perusahaan serta memiliki manfaat ekonomi
lebih dari satu tahun buku. (baca juga: pengelolaan kas kecil perusahaan)

Dari ketiga pengertian tersebut dapat di rumuskan menjadi beberapa karakteristik yang melekat pada
aset tetap yaitu:

Digunakan untuk memproduksi


Ada wujud fisiknya
Memiliki manfaat ekonomi lebih dari satu tahun
Tidak untuk di perjual-belikan
Dikuasai dari hasil kegiatan ekonomi pada masalalu
Digunakan terus menerus
Di dapatkan / diperoleh dengan kondisi siap pakai maupun dibangun terlebih dahulu

Jadi kesimpulannya aset tetap adalah semua aset yang masuk kriteria tersebut. Contoh aset tetap
yaitu tanah dan bangunan yang bukan merupakan barang dagangan perusahaan, mesin pabrik yang
bukan barang dagangan juga tentunya. Kenapa saya disini menuliskan bukan barang dagangan?
Ingat! Aset tetap memiliki karakteristik dapat memproduksi barang dan jasa namun tidak untuk
diperjual belikan.

Seperti contoh misalnya sebuah tanah dan bangunan jika itu diperdagangakan seperti
perusahaan real estate itu bukan aset tetap. Karena aset tersebut adalah barang dagangan. Namun
bukannya tidak diperbolehkan menjual aset tetap, jika perusahaan memerlukan aset tetap sendiri
bisa diperjual belikan seperti aset lainnya. Tapi pada saat pembelian niat dari pihak manajemen
sangat berpengaruh pada penetapan status aset tersebut menjadi aset tetap atau lancar. (baca
juga: cara membuat neraca keuangan)
Sponsors Link
Akun-akun yang tergolong aset tetap
Aset tetap yang memenuhi kriteria aset tetap itu sendiri sebenarnya tiap perusahaan memiliki
beberapa prosedur untuk menentukan aset tetap. Dan memiliki klasifikasi sendiri untuk memasukkan
akun tersebut menjadi akun aset tetap atau tidak. Berikut saya share klasifikasi aset tetap menurut
standart yang sudah biasa digunakan. Saya sengaja membagi menjadi 2 agar lebih mudah dipahami.
(baca juga: jenis-jenis piutang dalam akuntansi)

1. Berwujud
Aset tetap berwujud merupakan aset yang lumrah kita lihat dibeberapa perusahaan. Karena
beberapa aset ini juga sudah dimiliki dan semua perusahaan sepertinya memang harus memiliki
beberapa aset ini. karena memang aset ini sangat dibutuhkan oleh beberapa perusahaan. Berikut
beberapa aset tetap berwujud. (baca juga: fungsi buku besar dalam akuntansi)

Peralatan kantor : Contoh dari akun ini yaitu komputer, alat hitung dan lain-lain. Yang memiliki nilai
ekonomi satu tahun.
Alat pengangkutan : Contoh dari akun ini yaitu mobil yang biasa digunakan untuk bertransaksi
barang ataupun jasa.
Gedung : Biasanya beberapa perusahaan mengklasifikasikan gedung kantor untuk aset ini.
Tanah : Karena tanah dan bangunan berbeda klasifikasinya. Maka tanah dan bangunan tidak
digabung menjadi satu Karena tanah tidak dapat disusutkan sedangkan tanah dapat disusutkan
Mesin : Mesin pabrik yang dibeli dan beberapa ongkos pemeliharaannya di masukkan dalam satu
akun ini.

2. Tidak berwujud
Berbeda dengan aset berwujud yang dapat dilihat dengan kasat mata. Aset tidak berwujud ini tidak
dapat dilihat dengan kasat mata. Untuk melihatnya diperluka survey kepada para calon pelanggan.

Nama baik perusahaan : Nama baik perusahaan sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan
perusahaan tersebut. Maka dari itu nama baik perusahaan dimasukkan sebagai aset tak berwujud.
Hak paten : Hak paten merupakan pokok dari keberlangsungan produksi perusahaan itu sendiri dan
modal itu dapat di akui sebagai aset perusahaan.
Hak cipta : Izin yang paling diwajibkan dalam perusahaan yaitu hak cipta. Karna jika tidak ada hak
cipta maka inovasi produk kita tidak aman. Ada kemungkinan untuk di plagiasi oleh pihak pesaing.
Merk dagang : Seperti halnya aset tetap tidak berwujud lainnya merk dagang di tempatkan sebagai
aset tetap karna sangat penting bagi proses produksi barang dalam perusahaan.

Penilaian aset tetap


Seperti yang saya sebutkan diatas aset tetap memiliki sumber dari pembangunan sendiri, pembelian
dan lain-lain. Sebetulnya penilaian aset tetap cukup mudah, dengan menambah beberapa biaya
perolehan aset tetap itu sendiri. Namun aset tetap memiliki karakter memiliki nilai manfaat lebih dari
satu tahun buku ini yang menyebabkan aset tetap haru di hitung penyusutannya. Maka dari itu untuk
penilaian aset tetap saya golongkan menjadi dua golongan. (baca juga : sistem pencatatan kas kecil)

Penilaian aset tetap pada awal tahun perolehan


Pada awal tahun perolehan perusahaan harus memasukkan semua unsur biaya yang melekat pada
aset tetap tersebut pada saat perolehan. Untuk memudahkan pembaca sumber-sumber aset tetap
saya golongkan menjadi lima berikut penggolongannya dan penjelasannya. (baca juga: hakikat
akuntansi)

Aset tetap yang diperoleh dalam bentuk siap pakai (pembelian)

Aset tetap yang diperoleh dalam bentuk siap pakai ini dapat dikatakan diperoleh dengan cara
pembelian. Aset yang diperoleh dengan cara dibeli ini sangat mudah menentukan nilai yang
terkandung dalam aset tersebut. Yaitu dengan menambahkan semua biaya yang melekat pada aset
tersebut. Contohnya jika kita membeli mobil untuk aset tetap perusahaan pada saat pembelian pasti
kita dikenakan harga pembelian ditambahn ppn dan biaya baliknama. Nah dalam nilai buku aset kita
diwajibkan untuk memasukkan ketiga unsur biaya tersebut. Bukan hanya memasukkan harga aset
tetap itu sendiri. Hal ini dilakukan agar nilai dari aset tetap tersebut bersifat real, bukan hanya harga
pasar saja yang dapat membingungkan dalam pelaporan keuangan. (baca juga: dasar-dasar
akuntansi)

Aset tetap yang dibangun sendiri

Seperti halnya aset tetap yang dibeli, aset yang di peroleh dengan cara membangun sendiri ini juga
harus memasukkan semua biaya dalam aktivitas pembangunan tersebut. Mulai dari pembelian bahan
material, upah pekerja sampai biaya-biaya lain yang diwajibkan untuk di bayar. Seperti biaya
pengurusan Ijin Mendirikan Bangunan, biaya transportasi material maupun pekerja, dan lain-lain.
Pokoknya semua biaya yang ditujukan untuk aktivitas pembangunan harus dimasukkan sebagai
biaya material. (baca juga : harga pokok produksi)

Aset tetap yang berasal dari sumbangan

Jika aset tetap berasal dari sumbangan maka pencatatan nilainya tidak langsung di tulis nihil. Untuk
memenuhi kriteria aset tetap yang memiliki nilai yang materiil maka aset yang diperoleh dari
sumbangan harus tetap di catat nilai dari aset tetap tersebut. Meskipun pihak manajemen tidak
mengeluarkan biaya apapun. Untuk aset tetap yang diperoleh dari sumbangan dapat mencatat harga
pasar aset tersebut. Nantinya harga pasar tersebut sebagai dasar pencatatan pendapatan lain-lain
perusahaan yang berwujud aset tetap. (baca juga: unsur-unsur laporan keuangan)

Aset tetap yang diperoleh dari pertukaran aktiva non tunai

Aktiva non tunai ini dapat dicontohkan sebagai piutang. Dalam beberapa kasus perusahaan yang
tidak dapat membayarkan hutangnya biasanya menjaminkan aset tetap yang ia miliki. Jika aset tetap
tersebut sudah milik perusahaan debitur maka perusahaan debitur secara otomatis memasukkan
beberapa biaya yang melekat pada aset tetap tersebut menjadi nilai perolehan ditambah piutang
yang dihapus dari adanya transaksi pertukaran aktiva non tunai tersebut.

Contohnya PT. A memiliki hutang pada PT. B dan menjaminkan tanah dan bangunan gudangnya.
Pada waktu berjalan PT. A tidak dapat membayar dan PT. B berhak atas tanah dan bangunan
gudang tersebut. Terjadilah transaksi penyerahan yang harus membayar notaris dan membayar
BPHTB yang di tanggung PT. B. Maka nilai dari tanah dan bangunan gedung tersebut ialah nilai
hutang PT. A ditambah biaya notaris dan BPHTB. (baca juga: pengelolaan kas kecil)

Aset tetap yang diperoleh dari patungan

Untuk kasus yang satu ini sangat langka terjadi. Yaitu aset tersebut diperoleh dengan cara patungan
dan digunakannya juga bersama-sama. Biasanya kedua pihak yang bekerjasama tersebut memiliki
kepastian rasio pemakaian yang nantinya digunakan sebagai dasar penghitungan biaya yang harus
dibayarkan. Dan nilai tersebut dituangkan dalam butir-butir perjanjian yang dapat digunakan sebagai
dasar penghitungan nilai aset tetap. (baca juga: manfaat akuntansi manajemen)

Penghitungan aset tetap pada tahun berjalan


Aset tetap yang memproduksi barang atau jasa pasti semakin tahun semakin menurun nilainya.
Namun tidak semua aset tetap mengalami hal tersebut. Contohnya tanah, tanah tidak akan
mengalami penurunan nilai. Penurunan nilai yang biasa disebut penyusutan ini di hitung berdasarkan
manfaat ekonomi yang di tentukan perusahaan tersebut. Untuk memudahkan penghitungan biasanya
perusahaan melakukan penyusutan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Nantinya
penyusutan ini dimasukkan sebagai biaya yang dibebankan pada perusahaan. Penyusutan sendiri
dibagi menjadi 2 metode penghitungan. (baca juga: pengertian akuntansi piutang)

Penyusutan saldo menurun

Metode penghitungan penyusutan saldo menurun dengan menghitung rasio sebagai dasar
penyusutan. Lalu rasio tersebut di kalikan dengan nilai buku aset tetap pada tahun sebelumnya.
(baca juga: metode pencatatan kas kecil)

Contoh:

Pada tahun 2000 PT. A membeli mobil seharga Rp. 100.000.000 dengan taksiran umur ekonomis 4
tahun. Maka penghitungan penyusutannya dengan cara saldo menurun yaitu:

Rasio : 1/4=0,25

Penyusutan pada tahun pertama : 100.000.000 0,25 = 25.000.000

Nilai buku aset pada tahun 2001 : 100.000.000 25.000.000 = 75.000.000

Penyusutan pada tahun kedua : 75.000.000 0,25 = 18.750.000

Nilai buku aset pada tahun 2002 : 75.000.000 18.750.000 = 56.250.000

Untuk penyusutan ditahun ke tiga dan ke empat sama dengan cara penghitungan penyusutan pada
tahun ke dua namun dasar penghitungan penyusutannya di ambil dari tahun sebelumnya. (baca
juga: prinsip-prinsip akuntansi)

Penyusut garis lurus

Untuk penghitungan pada metode garis lurus sangat berbeda dangan metode saldo menurun.
Perbedaannya hanya terletak pada unsur pengalian persentase yang dilakukan pada penghitungan
penyusutan. (baca juga: pengertian akuntansi biaya)

Contoh:

Pada tahun 2000 PT. A membeli mobil seharga Rp. 100.000.000 dengan taksiran umur ekonomis 4
tahun. Maka penghitungan penyusutannya dengan cara garis lurus yaitu:

Rasio : 1/4=0,25

Penyusutan pada tahun pertama : 100.000.000 0,25 = 25.000.000

Nilai buku aset pada tahun 2001 : 100.000.000 25.000.000 = 75.000.000

Penyusutan pada tahun kedua : 100.000.000 0,25 = 25.000.000

Nilai buku aset pada tahun 2002 : 75.000.000 25.000.000 = 50.000.000

Sangat berbeda kan untuk penghitungan penyusutan pada saldo menurun dan garis lurus. Nantinya
penghitungan pada tahun ke 3 dan ke 4 tetap menggunakan cara yang sama dengan tahun-tahun
sebelumnya. (baca juga: jenis-jenis laporan keuangan)
Sponsors Link
Penentuan harga pokok berbagai jenis aset tetap dengan cara membeli
Harga pokok berbagai jenis aset dapat dihitung dengan cara memasukkan semua pos biaya yang
dikorbankan untuk aset tersebut dimasukkan dalam akumulasi biaya perolehan aset. Khususnya jika
aset itu di beli perusahaan, jika perusahaan tersebut membeli aset dengan cara kredit maka otomatis
ada bunga yang harus dimasukkan dalam biaya. Dan nantinya biaya tersebut masuk menjadi harga
pokok aset.

Hal ini berlaku bagi aset tetap berwujud ataupun aset tetap tidak berwujud. Aset tetap tidak berwujud
biasanya ada yang menjual dengan hasil risetnya juga. Maka pembelian tesebut yang dapat diakui
sebagai harga pokok aset tetap tidak berwujud.

Penentuan harga pokok aset tetap dengan cara membangun sendiri


Sebetulnya tidak ada bedanya antara aset tetap yang dibeli atau di bangun sendiri. Namun jika aset
tetap dibangun sendiri seringkali para pemilik perusahaan lupa untuk memasukkan biaya tenaga
kerja pada biaya perolehan. Dan akhirnya biaya tenaga kerja tersebut tidak masuk menjadi biaya
perolehan dan tidak tercatat dalam laporan keuangan. Untuk aset tetap yang dibangun sendiri lebih
banyak pos biaya yang akan muncul. Karna menurut dosen akuntansi membeli merupakan pengganti
pos yang sudah tertata rapi dalam suatu harga. Sehingga perusahaan pemilik aset tidak harus
memperinci beberpa pos biaya untuk membangun aset tersebut.

Hal ini sama halnya dengan aset tetap tidak berwujud dalam IFRS disebutkan bahwa aset tetap tidak
berwujud cara penghitungan harga perolehannya berdasarkan Research and Development (R&D).
Biasanya perusahaan berbasis teknologi sangat erat ikatannya dengan riset dan pembangunan
nama. Dan biaya yang dikeluarkan juga sangat banyak, maka dari itu semua biaya yang dikeluarkan
untuk riset di catat dalam sebuah pos untuk menghindari kerugian perusahaan. Riset disini bukan
hanya riset yang dilakukan pada saat sebelum aset tersebut terbangun, tapi juga riset yang dilakukan
pada saat aset tersebut sudah ada.

Penyajian aset tetap di laporan keuangan


Dalam laporan keuangan aset tetap di tulis dalam neraca keuangan. Untuk melihat balance atau
tidaknya laporan neraca wajib mencatatkan beberapa aset dan juga penyusutannya pada periode
tersebut. hal ini dimaksutkan agar beberapa aset dapat di lihat oleh para pemilik modal dan pihak
manajemen. Karna aset tetap ini sesungguhnya adalah modal paling pokok dari sebuah perusahaan.
Dengan karakteristik yang dapat digolongkan sebuah barang yang mahal sangat lumrah untuk di
cermati para pemilik kepentingan di perusahaan.

Demikian beberapa pengertian aset tetap. Mulai dari pengertian, cara penyusutan, beberapa akun
aset tetap, cara menghitung harga pokok aset tetap dan penyajian aset tetap di laporan keuangan.
Semoga dengan adanya penjelasan aset tetap ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

https://dosenakuntansi.com/pengertian-aset-tetap

General Electric
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

General Electric Company, atau GE, NYSE: GE adalah sebuah perusahaan


multinasional teknologi dan jasa Amerika Serikat yang bermarkas di New
York.[3]Perusahaan ini didirikan pada tahun 1890 oleh Thomas Edison.
Tahun 2011, GE menempati posisi ke-26 sebagai perusahaan
dengan pendapatan kotorterbesar di Amerika Serikat menurut Fortune
500,[4] dan berada di posisi ke-14 sebagai perusahaan paling
manguntungkan.[5] Meski begitu, perusahaan ini menempati keempat terebsar
di dunia menurut Forbes Global 2000.[6] Peringkat lain per 2011/2012 antara
lain perusahaan bagi pemimpin no.7 (Fortune), merk global terbaik no.5
(Interbrand), perusahaan hijau no.63 (Newsweek), perusahaan paling
dibanggakan no.15 (Fortune), dan perusahaan paling inovatif no.19 (Fast
Company).[7]
Penghargaan Nobel telah diberikan 2 kali pada karyawan General Electric
yaitu Irving Langmuir (1932) dan Ivar Giaever (1973).[8]

Perubahan Paradigma Bisnis Inti Mencermati Kasus Lippo ENet


Wacana perdebatan kasus Lippo E-Net nampaknya sudah hampir mencapai babak akhir,
dimana terlihat sepertinya grup Lippo harus mengakui dan mengalah kepada tekanan-
tekanan berbagai kalangan yang cenderung menyalahkannya. Ditinjau dari hukum formal pun
terlihat adanya indikasi dan konotasi terjadinya sebuah pelanggaran peraturan oleh
perusahaan asuransi jiwa tersebut. Namun ada satu hal yang luput menjadi perhatian selama
kurang lebih satu bulan polemik terjadi, yaitu relevansi kasus Lippo E-Net dengan fenomena
pergeseran paradigma bisnis yang terjadi di dunia akibat kemajuan teknologi informasi.
Cermatilah kedua perumpamaan di bawah ini.
Katakanlah BCA sebagai sebuah bank retail terbesar di Indonesia ingin meningkatkan
pelayanan pelanggannya agar dapat bersaing dengan Citibank misalnya dengan cara
menyediakan fasilitas internet banking yang memudahkan nasabah dalam melakukan
transaksi perbankan kapan saja dan dimana saja. Namun karena infrastruktur telekomunikasi
dan teknologi informasi di Indonesia dinilai tidak memadai untuk mengimplementasikan
teknologi multimedia, maka pemilik dan manajemen BCA memutuskan untuk membangun
infrastruktur sendiri yang secara khusus hanya diperuntukkan bagi BCA dan cabang-
cabangnya di seluruh kota besar dan menengah di Indonesia. Ternyata kehadiran teknologi
internet banking berbasis multimedia tersebut dinilai berhasil, sehingga tidak saja sanggup
meningkatkan pendapatan perusahaan tersebut secara signifikan, namun lebih jauh lagi dapat
merampingkan perusahaan karena bangunan cabang bank BCA dapat digantikan oleh
sebuah ATM, televisi interaktif, atau komputer personal. Keberhasilan BCA ini kemudian
dilirik oleh para rekanan yang mengajak bekerja sama untuk menciptakan berbagai produk
dan jasa yang dipadu dengan produk dan jasa perbankan. Dengan kata lain, jika nasabah
datang ke ATM BCA atau login ke website BCA, segala hal dapat dilakukan mulai dengan
membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan harga khusus, sampai dengan bermain
saham di berbagai bursa ternama dunia. Semua dapat dilakukan oleh mereka yang merupakan
nasabah BCA.
Karena semakin banyak transaksi yang dapat dilakukan di ATM BCA atau di situs internet
BCA, maka lambat laun bangunan bank BCA mulai sepi pengunjung, sehingga hanya
tinggalah kantor-kantor cabang BCA yang besar-besar saja. Bahkan yang terjadi adalah
semakin tingginya traffic di situs portal BCA dimana para nasabah yang berjumlah jutaan
orang mulai melakukan transaksi bisnis ala e-commerce dengan para rekanan BCA. Tentu
saja BCA memperoleh keuntungan tertentu dari setiap transaksi yang terjadi di situs mereka.
Belum lagi terhitung perusahaan-perusahaan besar lain yang tidak ada hubungannya dengan
industri perbankan mulai melirik infrastruktur multimedia BCA yang canggih tersebut,
sehingga mereka menawarkan untuk menyewanya. Walhasil, berdasarkan laporan keuangan
tahunan, pendapatan terbesar BCA (lebih dari 75%) bukan berasal dari selisih antara kredit
yang disalurkan ke industri dengan dana masyarakat yang berhasil dikumpulkan, melainkan
dari pembagian profit transaksi e-commerce dan penyewaan infrastruktur multimedia.
Pertanyaannya adalah, apakah BCA masih dapat dipandang sebagai sebuah bank atau tidak?
Atau katakanlah Gramedia yang selama ini dikenal sebagai penerbit, percetakan, dan
distributor buku-buku berkualitas di Indonesia berusaha membuat terobosan baru. Karena
tidak setiap kota besar di Indonesia terdapat cabang toko buku Gramedia, maka manajemen
memutuskan untuk bekerja sama dengan anak perusahaan PT Pos atau PT Telkom untuk
memasarkan buku-buku Gramedia di seluruh penjuru tanah air. Alasan pemilihan kedua
rekanan di atas adalah karena mereka memiliki jaringan distribusi nasional sampai tingkat
kecamatan. Dengan kerja sama ini, Gramedia dapat melepaskan semua bangunan toko buku
tradisionalnya sehingga menghemat biaya. Pada saat yang sama, Gramedia memutuskan
untuk melakukan outsourcing percetakan buku-bukunya ke perusahaan lain, karena mereka
telah terbukti memiliki teknologi percetakan terbaru yang dipadu dengan sistem manajemen
inventori yang handal (seperti implementasi Just-In-Time Inventory System), sehingga
Gramedia tidak harus menghamburkan biaya besar untuk urusan percetakan dan
penyimpanan stok buku di gudang. Pada akhirnya, yang ada di Gramedia hanyalah 20 orang
yang terdiri dari 5 manajemen dan 15 staf, dengan tugas utama menerima dan menyeleksi
naskah-naskah yang dikirimkan oleh masyarakat melalui internet. Jika naskah buku dinilai
berkualitas, maka dengan fasilitas email attachment, naskah akan dikirimkan ke rekanan
bisnis untuk melakukan editing dan layout setting, dan selanjutnya dicetak oleh perusahaan
rekanan lain untuk kemudian didistribusikan oleh PT Pos atau PT Telkom. Bukankah dengan
format baru ini Gramedia telah menjadi sebuah perusahaan konsultan pustaka berkualitas
yang sama sekali tidak memerlukan aset dan infrastruktur yang besar dan tanpa harus takut
pendapatannya berkurang?
Yang ditawarkan oleh E-conomy dengan E-business dan E-commerce-nya bukanlah sekedar
bisnis di internet, melainkan lebih jauh dari itu, yaitu transformasi bisnis (Indrajit, 2000).
Bebagai pergeseran paradigma di beragam aspek bisnis telah membuat teori-teori bisnis
semacam market segmentation, product classification, industry focus, competitive advantage,
dan lain sebagainya menjadi sulit untuk diterapkan secara efektif sebagai bahan pegangan.
Semangat collaborative to compete yang diperkenalkan oleh para pakar manajemen telah
menjadi rule of the game bagi perusahaan yang ingin sukses di era ekonomi baru sehingga
banyak perusahaan-perusahaan yang sudah sulit diidentifikasikan bisnis inti-nya (core
business). Belum lagi fenomena perubahan lingkungan bisnis yang dinamis dan cepat
mengharuskan perusahaan untuk dapat fleksibel dalam melakukan respon dan adaptasi.
Peraturan-peraturan pemerintah dan pihak-pihak terkait sudah harus mengalami peremajaan
kalau tidak boleh dikatakan pembaharuan, karena tidak sesuai lagi dengan filosofi bisnis
dunia moderen. Dengan tidak membuat peraturan baru dan berkeras dengan kebijakan lama
tidak saja akan mengakibatkan terjadinya kasus-kasus yang kontra produktif, namun
merupakan sebuah usaha bunuh diri dunia bisnis di Indonesia. Jumlah kasus semacam
Lippo E-Net akan dapat meningkat secara eksponensial bukan karena adanya pihak-pihak
yang ingin melawan hukum, tetapi sebagai dampak logis dari gelombang paradigma berbisnis
baru di seluruh dunia. Bukankah Charles Darwin mengatakan bahwa bangsa yang akan
bertahan adalah bangsa yang dapat secara cepat beradaptasi dengan perubahan lingkungan
yang terjadi?
Advertisements

Vous aimerez peut-être aussi