Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
*********************************************************************
30 menit berlalu.
Dan Nadine, masih berjalan sendiri dalam keramaian.. sepi kian menggerogoti,
hatinya hujan dan abu-abu.
*******************************************
@Stasiun Caf
Punten kang, liat cewek yang duduk di nomor 12 nggak? dahi barista itu
mengernyit, seolah sedang berpikir keras.
Nadine jawab lelaki itu mantap seolah kali ini dia mendapat sebuah
pencerahan. Sang barista mulai mengotak-atikan laptop nya, dilihatnya daftar
nama dari atas sampai bawah
Nggak ada yang namanya Nadine kang, nih liat dilihatnya layar laptop
dimulai dari daftar pukul 11 siang
Kini matanya tertuju pada angka 12 atas nama Senja. Senja? Nadine? Itu pasti
Nadine, aku tahu betul kalau lai sangat menyukai senja. Ya ampun! Dia
menungguku 4 jam? Selama itu?
MEET UP
8.12 am @Rumah Nadine
Hallo
Hallo Nadine, apa kabar? suara disana terdengar gugup dan parau.
Baik, tapi ini siapa? aku mulai penasaran dengan suara lawan telepon nya.
Jantungku kini berdetak lebih cepat. Rasanya ingin kukatakan Hei! semudah
itu meminta maaf? Bagaimana hatiku yang kau diamkan selama 3 tahun?
Bagaimana rindu yang mengikis habis selama 3 tahun ini? Kamu terlalu egois,
waktu! namun kalimat yang keluar hanya.
I..iya, nggak apa-apa ko, aku seneng kamu ngabarin aku sepagi ini.
Hm ada waktu luang? Kita bertemu di tempat kemarin ya, aku bawa oleh-
oleh nih buat kamu.
Tuuut.
Tuuut
Belum sempat aku menjawab, waktu sudah mematikan handphone nya. Tak
apa, yang penting hari ini kita akan bertemu. Aku jadi ingat waktu 3 tahun yang
lalu, saat masa-masa SMA, dia sangat jutek dan dingin pada semua orang,
tapi tidak padaku. Malah omongan nya terkesan sarkas, tapi entah kenapa aku
malah betah bersahabat dengan nya.sampai kemudian rasa itu muncul tiba-
tiba. Kini, aku semakin menyadari bahwa takkan ada persahabatan antara laki-
laki dan perempuan yang keduanya tak terjadi apa-apa. Perasaan itu tumbuh
seiring waktu yang kita lalui bersama. Hm, Waktu bagaimana kamu
sekarang? Apa kamu semakin tinggi? Atau semakin gemuk? Atau mungkin.
semakin dingin? Aku senyum-senyum sendiri membayangkan nya.
Flashback
Nad! aku berlari, dan waktu mengejarku di trotoar, sudah pukul 7 lewat apa
lagi yang ditunggu? Bisa-bisa dimarahin bu diah. Lariku bertambah cepat
ketika mendapati satpam sekolah mulai menutup gerbang. Pak! Tunggu pak!
berkat tubuhku yang langsing, gerbang pun berhasil dilalui. Tapi, dimana
waktu? Ekor mataku mendapati dia berjalan gontai menuju gerbang, matanya
menyipit dan nafas nya tersengal. Cepetan kadal! aku berteriak. Dia berlari
dan menghampiri pak satpam. Pak, bukain dong pak hari ini saya ujian
praktek. Waktu mulai memelas meski wajahnya tetap dingin. Iya pak, kasian
liat muka nya sampek jelek gitu gara-gara kecapean. Sergahku, waktu melotot
protes. Sudah telat banget ini neng. Coba neng ke guru piket ambil izin pak
satpam menyuruhku, namun kebetulan ada Dika lewat sambil menenteng
beberapa map. Saat itu, Dika adalah ketua osis. Nad? Lagi ngapain? dia
berjalan ke arahku Dik, tolongin dong! Itu si waktu mau masuk susah. Kini
giliran aku yang memelas. Dika tertawa kecil sambil menggelengkan
kepalanya Pak suruh masuk aja, bu Diah udah kasih izin kok. Dika mulai
menjual nama wakasek yang galak itu. Pak satpam langsung mengangguk
dan menggeser gerbang sekolah Yasudah, masuk dek. makasih pak
jawabnya. makasih ya Dik. Aku melempar senyum terbaikku pada Dika,
Santai aja, apa sih yang engga buat kamu Nad. Katanya sambil bergegas
memasuki ruang guru. Ih, apa sih! Gombal! Seneng digombalins? Waktu
menyengol lenganku dan u8meninggalkanku sendirian Bilang makasih kek!
jawabku sebal
************************************************
10 AM @StasiunCafe
Suara flat shoes ku gaduh di atas keramik caf,kali ini sepertinya aku takkan
menunggu lama lagi, karena seseorang yang kunanti sedang duduk bersender
sambil memainkan daftar menu caf. Itu waktu!
Hai aku menyapa nya pelan. Waktu terkesiap lalu berdiri dengan
sigap.
Nad jangan marah dong, lai cantik deh waktu mulai mengeluarkan jurus
membujuk.
Iya! Aku marah, kadal! aku berseru sambil memeluk waktu erat, air mataku
turun deras membasahi dada nya yang bidang. Waktu tertawa, membalas
pelukan sambil mengusap rambutku pelan. Ah, rasanya tak pernah sedamai
ini. Rindu yang ku pendam selama 3 tahun seolah terlampiaskan sampai
habis.
Alhamdulillah sih, setaun lagi beres deh. Aku sibuk di organisasi persatuan
pelajar Indonesia gitu, jadi jarang buka laptop atau ngabarin siapapun kecuali
mama. Jarang ngabarin kamu juga. Im so sorry
Kamu pikir enak apa digantung 3 tahun, ga dikasih kabar, sekalinya dikasih
kabar akunya udah tidur. Aku menggerutu nggak jelas di depan waktu.
Iya, iya maaf ya waktu indo sama aussie kan beda waktu. Kuliah kamu
gimana?
Sama, setahun lagi beres tapi aku sambil magang juga di Radio sini.
Yeee sialan. Gimana di sana? Udah dapet pacar? Akhirnya aku menanyakan
ini dengan berani. Waktu terhenyak, lalu tersenyum.
Ada deh, kamu ga perlu tau. Waktu tersenyum. Namun keadaan nya bukan
malah membaik, setelah perasaan bahagia ku datang, kini muncul lagi
pertanyaan-pertanyaan baru.
Oh, udah mulai rahasia-rahasiaan yaaaa. Ok, ok, nggak apa-apa. Jawabku
sok sinis.
Bukan gitu, aku belum siap aja ngasih tau kamu. Yang jelas dia baik. Its
enough.
Nad, kan setahun lagiabis itu kan aku pindah lagi kesini. Waktu
menenangkan.
Jadi,waktu menyuruhku menunggu lagi? Setelah ia pulang dan membawa
seseorang yang ditunggu nya itu. Lalu aku yang menunggu 4 tahun hanya jadi
bayangan Antara mereka? Isnt funny dear.
Heem.. tapi selama seminggu ini kamu harus abisin waktu bareng aku!
jawabku memaksa
Rumah.
Kosong.
Sudah lama, ingin dihuni
Adalah
Teman bicara
Siapa saja atau apa
Siapa saja atau apa
Jendela,
Kursi,
Atau bunga di Meja,
Sunyi.
Menyayat seperti belati.
Alunan music Banda Neira bertajuk Rindu menggema di seisi caf, seolah
mengerti tentang perasaanku saat ini, berdampingan dengan manusia yang
selalu berhasil membuat jantungku hampir meloncat keluar. Waktu bercerita
dan berbicara sangat banyak dari biasanya. Meskipun kamu telah menemukan
sosok pilihan, tapi aku akan berdoa pada tuhan semoga itu keliru dan yang
tepat adalah aku.
Bumi Purwakarta semakin istimewa karena hadirnya, sinar matahari
menyengat, namun terasa hangat. Waktu merangkulku, seperti 3 tahun yang
lalu. Kami berjalan-jalan di sekitar Alun-alun dan mengambil foto sebanyak-
banyaknya.
Dika ketua osis itu? waktu melepas rangkulan nya. Aku mengangguk.
Waktu ya? Apa kabar bro! wih udah jadi bule nih sekarang. Dika memeluk
waktu akrab.
Oh iya, waktu dika ini sekarang partner kerja aku di Radio, aku juga dapet
kerjaan berkat dia. Dika tersenyum sambil menaikkan alis nya.
Santai aja, selama ada gue Nadine aman. Jawab Dika mantap, namun
senyum nya sedikit aneh.
Siap bos! kataku sambil hormat. Waktu malah tertawa sambil merangkulku
kembali kemudian kami bertiga pergi sambil berbincang kenangan masa-masa
SMA.
RADIO
@Radio Pop Purwakarta
(On air)
Hello good people balik lagi nih sama gue Nadine dan dika yang pastinya
bakal nemenin kalian selama 1 jam kedepan di Radio Pop Purwakarta Fm
010276.
Iyap! Bener banget dan malem ini kita bakal bahas tema. Tema apa coba?
Kira-kira lu tau ga nad temanya apa?
Gimana? Gimana?
Oh! Sahabat jadi cinta ya? Wah asik juga tuh dik, sambil kita nunggu curhatan
dari kalian mending kita play dulu Glenn fredly ft. Yura yunita cinta dan rahasia.
Check it out!
Now Playing Glenn Fredly Ft. Yura Yunita Cinta dan Rahasia
Ya, itu tadi lagu opening untuk tema kita malam ini. Dan kita lihaaaat adakah
sms atau mention twitter yang masuk?
Aku tersipu. Demi ketoprak bang somad, ini buatan siapa? Dika
memandangiku sambil tersenyum
8.15 PM
Off air.
Nad, tadi puisi nya keren juga Dika menoleh padaku, tangan nya dilipat
wajahnya serius, namun tetap tampan.
Heeh. Dari siapa ya? aku mulai merubah posisi dudukku seenak mungkin.
Lah kaga tau, tapi kalo misalkan dari Waktu gimana? Wusshh! Pipiku
memerah. Nggak mungkin lah!!!
Emang kalian pacaran ya? Tanya nya lagi, aku merasa diinterogasi.
Engga, kita sahabatan aja. Kenapa? lu suka sama waktu? jawabku ngasal.
Idih, amit-amit masih normal kali. Gua jitak juga lu! dan ternyata memang
beneran dijitak.
Jalanan hening.
Kepalaku masih terganggu dengan pemilik akun @kelincikecil, dan puisi nya
yang memang biasa saja, tapi tak mau pergi dalam ingatan.
Lai? Kayaknya mau hujan nih, pantesan tadi siang panas banget.
Iya, mulai gerimis. Gimana dong dik? kepalaku mulai basah oleh air hujan
Iya sama kamu juga atuh hehehe jawab Dika sambil nyengir.
Kami berteduh di salah satu supermarket, kebetulan disitu ada tempat untuk
duduk. Celana jeans ku basah kuyup, rambut apalagi.
Nad? tumben ngga pake jaket?
Iya pake aja nih, ngga bau ko. Jangan geer ya, gue cuma takut lu sakit, kalo
lu sakit ntar gue siaran ditemenin si jurig jupri. Najis tralala.
Iya ih siapa yang geer? Huh! aku merekatkan jaketnya lebih rapat. Hangat.
Hahaha tak apalah, kapan lagi kau berkorban untukku, raden aji. Aku
membalasnya tak kalah gila. Kami berdua tertawa di depan supermarket,
menarik perhatian para karyawan.
Dika terus saja mengoceh, mengeluarkan apa yang ada dalam kepalanya,
membuatku tak bisa berhenti tertawa.
Seolah dia adalah tokoh utama untukku, dan aku adalah sang pemeran
pembantu. Dika selalu tersenyum jika melihatku tertawa, aku mendapatinya
ketika mata kami tak sengaja saling bertatapan. Malam ini bahagia, hujan
seolah mengerti bahwa aku tak ingin tawa ini cepat terhenti.
Radika
Nad, andai kamu tau, malam ini kamu cantik. Kamu cantik kedua setelah
mama ku, adikku yang ketiga, yang ke empat siapa ya? Ceu popon.. ngga apa-
apa kan Nad aku kasih ke ceu popon? Nad, andai aku ini pawang hujan, aku
takkan membiarkan hujan ini berhenti sampai besok, sampai kamu tertidur di
kursi Alfamart, dan aku disebelahmu, menyaksikan ukiran tuhan yang begitu
sempurna. Surga adalah ketika kamu tertawa dan penyebab nya adalah aku.
Nadine, harus berapa lama lagi kamu menunggu Waktu sialan itu? Dan harus
berapa lama lagi aku menunggu mu?
Nad, terimakasih sudah mau-maunya pakai jaketku, jujur itu jaket
kesayanganku, prestasi rasanya kalau dipakai kamu. Habis dari sini, aku mau
syukuran ya?
Nad, maaf ya gara-gara aku kamu jadi sakit perut, ketawa terus sih.. pulang
dari sini, marahin aku aja ya, jangan meringis apalagi mengeluh.
Nad, Dika sayang Nadine tapi nggak berani. sekarang aku jadi pengecut
dulu. Tapi,kapanpun masa nya, mesti nya kamu mengerti, dan mengangguk
sambil bilang iya.
Kutunggu Nad
Kutunggu.
Mama mulai ngomel nggak jelas. Setelah tadi malam aku pulang jam 10
dengan keadaan basah kuyup, mama belum tidur karena cemas, lalu
mengajak dika untuk mampir. Mama pasti senang kalau ada dika, katanya dika
pinter bikin orang ketawa.
Iya ma aku beringsut menuruni ranjang sambil mengucek mata yang masih
suntuk. Lalu meraih handuk dan bergegas mandi.
Dek! Mandi nya jangan sambil nyanyi! Pamali! mama meneriaki dari luar.
Hari ini, aku berencana mengajak Waktu makan ramen, sambil menarik
kembali kenangan beberapa tahun silam. Barangkali dia punya banyak waktu.
Mumpung masih di Indonesia.
Harusnya enggak kesini, harusnya enggak perlu nunggu kamu. Lagi, mata
sayu ku berair, membasahi meja.
Nadine? panggilnya.
Dika?
Kamu kok?
Iya juga sih, tapi kok dika bisa tau aku disini? Apa jangan-jangan dia
membuntutiku, atau punya mata-mata pribadi?
Jangan mikir aneh-aneh dulu, gue disini emang udah makan sama temen,
reunian SMP kebetulan liat lo jadi deh nyamperin. Emang lagi nunggu siapa
sih? Waktu? dika menyelidiki.
Aku tersenyum hambar, ingin mengiyakan tapi yang diharapkan malah
menyia-nyiakan. Kuberi dika jawaban dengan anggukan kecil.
Aku mengangguk pelan, Dika sepertinya kesal. Entah apa alasan nya, padahal
yang menunggu lama aku, bukan dia.
Yaudah yuk! Dika beranjak dari tempat duduknya dan meraih tanganku.
Aku pasrah. Dika memegang lenganku saat erat, seolah aku akan meletus,
padahal aku bukan balon.
Dika membawaku dengan motor full-of-sticker nya, aku hanya diam seolah
pasrah dika akan membawaku kemana.
Aku termangu, merasakan hawa dingin mulai menembus kain baju ku. Dika
berjalan lebih dulu, lalu berhenti diantara pohon teh yang terhampar. Langit
sore berselimut kabut, bergandengan mesra bagai sepasang kekasih. Aku
mengikuti dari belakang dan berdiri di sampingnya.
Aku masih memejam, sementara Dika mulai menjatuhkan kalimat demi kalimat
yang ada di benaknya.
Terkadang, takdir gemar bercanda. Ketika senja warna nya mulai memudar,
selalu hadir lengkungan pelangi yang siap mewarnai. Tapi itu tak lama,
sebelum langit malam kembali merebutnya lagi.
Mataku terbuka, mencoba mencerna apa yang dikatakan Dika baru saja.
Hatiku bergerumuh, dingin menelisik hingga tanganku keriput.
Lo nggak perlu nyari arti apa yang gue bilang barusan. Nggak penting kok.
Senyum nya hambar.
Apaan sih? Sejak kapan seorang radika jadi mellow gini? aku menatapnya
heran sambil tertawa kecil.
Yah, ini anak ga bisa diajak kompromi emang ya. dasar perusak suasana.
Dika mengacak rambutku gemas.
Hahahaha. Btw, makasih ya dik. Kamu tau aja aku suka langit sore.
Makasih juga ya, Kamu nggak tau aja kalo aku suka kamu. Dika melirik jahil.
Sementara itu langit senja melihat keduanya sambil tersipu. Menyuruh dewa
angin untuk memainkan rambut sang gadis dengan manja. Awan mulai
berwarna keemasan, matahari bersembunyi malu-malu dibaliknya. Seolah
sore itu adalah pertunjukkan drama sepasang manusia yang saling jatuh hati.
Dan Sang lelaki, matanya tak pernah lelah untuk memandangi ukiran sang
pencipta yang kini berada di sampingnya.
Lost.
5 hari berlalu.
Itu artinya tersisa 2 hari lagi untuk waktu berada disini. Dan sampai saat
ini, dia menghilang tak ada kabar. Jika ditanya bagaimana suasana
hatiku saat ini, jawaban nya adalah resah.
Aku tak mengerti, bagaimana perasaan kamu saat ini padaku. Dan aku
selalu ingin berteriak padamu, coba rasakan jadi aku..sekali saja.
********************************************
Jadi, kamu lusa udah balik ke Aussie lagi? Tanya perempuan itu.
Ill be waiting for that moment, waktu. Nanti malem kita ketemu lagi
kan? Perempuan itu tersenyum, lalu mereka berjalan berdampingan.
***************************************************
Dengan cepat kuraih handuk dan ganti pakaian. Lalu berlari menuju
ruang tamu. Tapi langkahku terhenti setelah kudapati seseorang
sedang duduk di teras. Radika?
Yeee bukannya gitu, Line dulu kek, kan ga enak bikin nunggu lama.
Idih, siapa yang mau nunggu kamu, dika kangen mama ria. Hehehe
Ya tuhan, aku jijik lihat Dika sok manja sama mama, apalagi
ngomongnya mendadak jadi aku-kamu.
5 Menit perjalanan kita sampai pada suatu tempat, tapi bukan di stasiun
radio. Melainkan di sebuah caf.
Dasar pikun, jadwal kita hari ini kan diganti sama si jupri. Makanya liat
grup dong jangan jadi silent reader mulu. Udah duduk, laper kan?
Apalagi mama ga ada, lo pasti laper.. mending kalo bisa masak.
Udah syukur gue yang traktir, bawel lu. Dika beranjak mengambil
daftar menu.
Kulihat lagi isi chat di grup, dan memang benar. Ini pasti gara-gara tadi
ketiduran. Argghh!!!!!!
Waktu?
******************************************
Nad.. gue tau lo sedih, dan suasana hati lo saat ini pasti kacau. Tapi
please, jangan sampek lo kehilangan Nadine yang dulu.
Iya nggak?
Serius?
Krubuk krubuk
Yeay! Aku langsung menyambar kebab yang ada di tangan dika dan
kami makan dengan lahap. Berdua saja.
Langit malam tak jadi turun hujan, tergantikan oleh taburan bintang yang
berserakan. Malam itu indah bagi si laki-laki, tapi idak untuk sang gadis.
Radika
Nad, malem ini kamu pasti sedih banget. Aku nyesel ngajak kamu ke
caf itu.. tapi bersyukur juga. Seenggaknya kamu jadi tau gimana
busuknya si waktu. Seharusnya mulai dari sekarang kamu ngerti dan
tau siapa yang pantas buat kamu.
Aku, nad.aku.
Nad, makan yang banyak ya. Jujur aku hancur pas liat kamu nangis,
apalagi penyebab nya adalah lelaki lain. Tapi, seperti yang kamu lihat..
aku bakal ada buat kamu.
*************************************************
Kamu ga coba susul dia? Siapa tau dia berhenti di jalan. Karina
mengusulkan.
Ada Dika,rin.
Motor yang dikendarai waktu melaju cepat, matanya melirik ke arah kiri
dan kanan. Takut-takut bertemu Nadine di jalan.
Sampai akhirnya motor yang dikendarai waktu berhenti di depan sebuah
taman. Stang motor nya ia genggam dengan kuat, setelah mendapati
Nadine sedang tertawa dengan Dika.
Harapan mulai memudar, hati nya beku. Hitam seperti langit malam.
Maaf, nad..
LAST
Hari ini sudah hari ke-7, itu artinya waktu akan kembali ke Aussie. Lalu
kembali lagi setahun kemudian.
Aku meraih bunga yang kini semakin layu, lalu membuangnya ke tong
sampah. Menjatuhkan diri di atas ranjang sambil berteriak dalam bantal.
Rasanya, aku tak pernah sekesal ini.
Masuk aja ma. Cepat-cepat aku menyeka air mata yang hampir jatuh.
Nih, ada surattadi waktu datang, tapi katanya Cuma nitip surat aja.
Pas mama mau manggil kamu, katanya dia buru-buru mau ke bandara.
Emang kuliahnya masih ya?
Mama mengangguk.
Nad, bilangin ke Dika kesini gitu, mama bikin kue.
Dingin.
Singkat.
Hallo Nadine,
Berdoa agar kamu baik-baik saja. Kukira, tuhan maha baik hati
Love,
Waktu
Aku menoleh cepat kea rah daun pintu dan ternyata ada Dika sedang
bersender di tembok. Tangan nya memegang kue dan mulutnya sibuk
mengunyah.
Sejak kapan disitu? Nggak sopan ya! aku melempar bantal ke arah
nya.
Mama tadi nelpon susruh dateng, kangen dika yang ganteng hehehe.
Idih amit-amit.
Jangan nangis mulu, jelek. Tuh ingus nya pada keluar ih.
6 Months later..
Waktu.
*****************************************
Nad. Maaf aku udah bohong ke kamu, aku lakuin ini karena
kemarin aku sibuk urusin persiapan wisuda aku, dan ini waktu
menunjukkan kotak yang berisi cincin berlian.
(suara handphone)
Tapi, posisi kamu sebagai sahabat nggak akan pernah ada yang bisa
gantiin. Soal karina, aku udah tau dan its ok, aku dan dia udah baikan.
Waktu menutup lagi kotak cincin nya, dan menatap Nadine tak
percaya.
Waktu, Dika kenalin ini bima, dokter yang magang di klinik dekat
rumah. Sekalian aku mau ngundang kalian ke acara pertunangan kami
3 hari lagi.
Langit mendung.
THE END