Vous êtes sur la page 1sur 10

SILABUS NOMOR 14

A. Pengertian SPAP
Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi
berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa
bagi Akuntan Publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI). Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah merupakan hasil pengembangan
berkelanjutan standar profesional akuntan publik yang dimulai sejak tahun 1973. Pada
tahap awal perkembangannya, standar ini disusun oleh suatu komite dalam organisasi
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diberi nama Komite Norma Pemeriksaan
Akuntan.
Standar yang dihasilkan oleh komite tersebut diberi nama Norma Pemeriksaan
Akuntan. Sebagaimana tercermin dari nama yang diberikan, standar yang
dikembangkan pada saat itu lebih berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan
historis. Perubahan pesat yang terjadi di lingkungan bisnis di awal dekade tahun
sembilan puluhan kemudian menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan
mutu jasa audit atas laporan keuangan historis, jasa atestasi, dan jasa akuntansi dan
review. Di samping itu, tuntutan kebutuhan untuk menjadikan organisasi profesi
akuntan publik lebih mandiri dalam mengelola mutu jasa yang dihasilkan bagi
masyarakat juga terus meningkat. Respon profesi akuntan publik terhadap berbagai
tuntutan tersebut diwujudkan dalam dua keputusan penting yang dibuat oleh IAI pada
pertengahan tahun 1994 : (1) perubahan nama dari Komite Norma Pemeriksaan
Akuntan ke Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan (2) perubahan nama
standar yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional
Akuntan Publik.
SPAP merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis dan aturan
etika. Pernyataan standar teknis yang dikodifikasi dalam buku SPAP ini terdiri dari:
1. Pernyataan Standar Auditing
2. Pernyataan Standar Atestasi
3. Pernyataan Jasa Akuntansi dan Review
4. Pernyataan Jasa Konsultansi
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu
B. Tipe Standar Profesional
1. Standar Auditing
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar
pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar
auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar
auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut
masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing. Di Amerika
Serikat, standar auditing semacam ini disebut Generally Accepted Auditing
Standards (GAAS) yang dikeluarkan oleh the American Institute of Certified
Public Accountants (AICPA).
Pernyataan Standar Auditing (PSA)
PSA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar
yang tercantum didalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-
ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh Akuntan Publik
dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang
diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI.
Termasuk didalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar
Auditng (IPSA), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan
oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI
dalam PSA. Dengan demikian, IPSA memberikan jawaban atas
pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang
dimuat dalam PSA sehingga merupakan perlausan lebih lanjut berbagai
ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi
seluruh anggota IAPI, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.
Standar umum
o Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor.
o Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
o Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama.
2. Standar Atestasi
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan
yang diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan
apakah asersi (assertion) suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Asersi adalah suatu pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang
dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain, contoh asersi dalam laporan
keuangan historis adalah adanya pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan
(examination), (2) review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-upon
procedures).
Standar umum
o Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih
yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup dalam
fungsi atestasi
o Perikatan harus dilaksanakan oleh seorang praktisi atau lebih
yang memiliki pengetahuan cukup dalam bidang yang
bersangkutan dengan asersi
o Praktisi harus melaksanakan perikatan hanya jika ia memiliki
alasan untuk meyakinkan dirinya bahwa kedua kondisi berikut
ini ada:
Asersi dapat dinilai dengan kritera rasional, baik yang telah
ditetapkan oleh badan yang diakui atau yang dinyatakan dalam
penyajian asersi tersebut dengan cara cukup jelas dan
komprehensif bagi pembaca yang diketahui mampu
memahaminya. Asersi tersebut dapat diestimasi atau diukur
secara konsisten dan rasional dengan menggunakan kriteria
tersebut.
o Dalam semua hal yang bersangkutan dengan perikatan, sikap
mental independen harus dipertahankan oleh praktisi
o Kemahiran profesional harus selalu digunakan oleh praktisi
dalam melaksanakan perikatan, mulai dari tahap perencanaan
sampai dengan pelaksanaan perikatan tersebut
Standar pekerjaan lapangan
o Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya
o Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar
rasional bagi simpulan yang dinyatakan dalam laporan
Standar pelaporan
o Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan
menyatakan sifat perikatan atestasi yang bersangkutan
o Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah
asersi disajikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
atau kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur
o Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang
signifikan tentang perikatan dan penyajian asersi
o Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang
disusun berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan
suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur yang disepakati
harus berisi suatu pernyataan tentang keterbatasan pemakaian
laporan hanya oleh pihak-pihak yang menyepakati kriteria atau
prosedur tersebut

3. Standar Jasa Akuntansi dan Review


Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi non-
atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Sifat
pekerjaan non-atestasi tidak menyatakan pendapat, hal ini sangat berbeda dengan
tujuan audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan standar
auditing. Tujuan audit adalah untuk memberikan dasar memadai untuk
menyatakan suatu pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan,
sedangkan dalam pekerjaan non-atestasi tidak dapat dijadikan dasar untuk
menyatakan pendapat akuntan.
Jasa akuntansi yang diatur dalam standar ini antara lain:
Kompilasi laporan keuangan penyajian informasi-informasi yang
merupakan pernyataan manajemen (pemilik) dalam bentuk laporan
keuangan
Review atas laporan keuangan - pelaksanaan prosedur permintaan
keterangan dan analisis yang menghasilkan dasar memadai bagi
akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas, bahwa tidak terdapat
modifikasi material yagn harus dilakukan atas laporan keuangan agar
laporan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia
Laporan keuangan komparatif penyajian informasi dalam bentuk
laporan keuangan dua periode atau lebih yang disajikan dalam bentuk
berkolom.

4. Standar Jasa Konsultansi


Standar Jasa Konsultansi merupakan panduan bagi praktisi (akuntan publik)
yang menyediakan jasa konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik.
Dalam jasa konsultansi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan
rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh
perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi
dilaksanakan untuk kepentingan klien.
Jasa konsultansi dapat berupa:
Konsultasi (consultation) memberikan konsultasi atau saran
profesional (profesional advise) berdasarkan pada kesepakatan
bersama dengan klien. Contoh jenis jasa ini adalah review dan
komentar terhadap rencana bisnis buatan klien
Jasa pemberian saran profesional (advisory services) -
mengembangkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi untuk
dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien. Contoh jenis jasa ini
adalah pemberian bantuan dalam proses perencanaan strategik
Jasa implementasi - mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan.
Sumber daya dan personel klien digabung dengan sumber daya dan
personel praktisi untuk mencapai tujuan implementasi. Contoh jenis
jasa ini adalah penyediaan jasa instalasi sistem komputer dan jasa
pendukung yang berkaitan.
Jasa transaksi - menyediakan jasa yang berhubungan dengan beberapa
transaksi khusus klien yang umumnya dengan pihak ketiga. Contoh
jenis jasa adalah jasa pengurusan kepailitan.
Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya - menyediakan staf
yang memadai (dalam hal kompetensi dan jumlah) dan kemungkinan
jasa pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh
klien. Staf tersebut akan bekerja di bawah pengarahan klien sepanjang
keadaan mengharuskan demikian. Contoh jenis jasa ini adalah
menajemen fasilitas pemrosesan data
Jasa produk - menyediakan bagi klien suatu produk dan jasa
profesional sebagai pendukung atas instalasi, penggunaan, atau
pemeliharaan produk tertentu. Contoh jenis jasa ini adalah penjualan
dan penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan implementasi
perangkat lunak komputer

SILABUS NOMOR 15
C. Auditing Internal
1. Definisi Auditing Internal
Auditing internal adalah aktivitas pemberian keyakinan serta konsultasi yang
independent dan objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki
operasi organisasi. Auditing internal membantu organisasi mencapai tujuannya
dengan memperkenalkanpendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk
mengevaluasi serta meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko,
pengendalian, dan pengelolaan.
2. Evolusi Auditing Internal
Auditing internal dimulai sebagai fungsi klerikal yang dilakukan oleh satu
orang, yang terutama terdiri dari pelaksanaan verifikasi tagihan secara
independent sebelum melakukan pembayaran. Setelah bertahun-tahun, auditing
internal berevolusi menjadi aktivitas yang sangat professional yang mencakup
penilaian atas efisiensi dan efektivitas semua tahap operasi perusahaan, baik yang
bersifat keuangan maupun non keuangan.
3. Standar-Standar Praktik
IIA telah menetapkan standar praktik yang mengikat para anggotanya. Standar
umum yang berkaitan dengan masalah-masalah berikut ini:
Indepenensi
Keahlian professional
Ruang lingkup pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan audit
Pengelolaan departemen auditing internal
4. Hubungan dengan Auditor Eksternal
Biasanya terdapat hubungan yang erat antara auditor internal dan auditor
independent dari luar entitas. Pekerjaan auditor internal bisa menjadi pelengkap,
tetapi bukan pengganti, pekerjaan auditor independen dalam suatu audit atas
laporan keuangan. Salah satu tanggung jawab direktur auditing internal adalah
mengkoordinasikan pekerjaan auditor internal dengan pekerjaan auditor eksternal.

Auditor Internal Auditor Eksternal

Pemberi kerja Perusahaan dan unit-unit Kantor akuntan public


pemerintahan

Organisasi nasional Institute of Internal Auditors American Institute of


(IIA) Certified Public Accountants
(AICPA)

Gelar sertifikasi Certified Internal Auditor Certified Public Accountant


(CIA) (CPA)

Lisensi untuk praktik Tidak ada Ada

Tanggung jawab Kepada dewan komisaris Kepada pihak ketiga


utama

Ruang lingkung audit Semua aktivitas dalam suatu Terutama laporan keuangan
organisasi

D. Auditing Operasional
1. Definisi Auditing Operasional
Auditing operasional adalah suatu proses sistematis yang mengevaluasi
efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi organisasi yang berada dalam
pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang orang yang tepat hasil-
hasil evaluasi tersebut berserta rekomendasi perbaikan.
2. Tahap-tahap dalam Audit Operasional
Memilih auditee
Merencanakan audit
Melaksanakan audit
Melaporkan temuan
Melakukan tindak lanjut
3. Keterlibatan dan Standar Akuntan Publik Independen
Berdasarkan keahlian dan pengalamannya, akuntan public independent
memenuhi syarat untuk Melakukan audit operasional. Pada tahun 1982, AICPA
menunjuk komite spesifik untuk Auditing Operasiomal dan Manajemen guna
mempelajari keterlibatan akuntan independent dalam auditing operasional.

E. Auditing Pemerintahan
Jenis-jenis Audit Pemerintah:
- Audit keuangan
Audit atas laporan keuangan
Audit terkait yang bersifat keuangan
- Audit kinerja
Audit kehematan dan efisiensi
Audit program
1. Standar Auditing Pemerintah yang Berlaku Umum (GAGAS)
Standar umum
Kategori umum dari GAGAS terutama berkaitan dengan kualifikasi auditor
dan organisasi audit. Standar ini berlaku untuk audit pemerintah. Ada empat
standar dalam kategori ini, yaitu :
o Kualifikasi
o Independensi
o Kemahiran profesional
o Pengendalian mutu
Standar pekerjaan lapangan untuk audit keuangan
Standar pekerjaan lapangan GAGAS memasukkan ketiga standar pekerjaan
lapangan AICPA tanpa modifikasi. Melalui referensi, juga dimasukkan semua
SAS terkait yang dikeluarkan oleh AICPA yang dapat dianggap sebagai
interpretasi standar pekerjaan lapangan. Untuk melengkapi standar-standar ini,
GAGAS memasukkan lima standar pekerjaan lapangan tambahan sebagai
berikut :
o Komunikasi auditor
o Tindak lanjut audit
o Ketidaktaatan yang bukan tindakan ilegal
o Pendokumentasian penilaian risiko pengendalian untuk asersi-asersi
yang secara signifikan tergantung pada sistem informasi yang
terkomputerisasi
o Kertas kerja
Standar pelaporan untuk audit keuangan
Untuk melengkapi keempat standar pelaporan yang berlaku umum yang
dikeluarkan AICPA serta SAS terkait, yang semuanya dimasukksn ke dalam
GAGAS melalui referensi, yellow book mencantumkan lima standar
pelaporan tambahan berikut ini :
o Ketaatan pada GAGAS
o Ketaatan pada hukum dan peraturan serta pengendalian internal
o Informasi istimewa dan rahasia
o Pembagian laporan
Pelaporan mengenai Ketaatan pada Hukum dan Peraturan
Standar pelaporan yang kedua mensyaratkan bahwa laporan auditor mengenai
laporan keuangan, atau laporan terpisah yang diacu dalam laporan auditor itu,
harus mencakup informasi yang sama mengenai penyimpangan dan tindakan
illegal yang dilaporkan kepada komite audit menurut standar AICPA. Standar
ini juga mengharuskan auditor untuk melqporkan penyimpangan atau tindakan
illegal secara langsung kepada pihak-pihak eksternal dalam dua kondisi jika
auditee tidak melakukannya sesegera mungkin setelah auditor
mengkomunikasikannya kepda badan pengatur auditee.
Pelaporan mengenai Pengendalian Internal
GAGAS mengharuskan auditor untuk melaporkan kekurangan-kekurangan
dalam pengendalian internal yang mereka anggap sebagai kondisi yang dapat
dilaporkan. Contoh kondisi yang dapat dilaporkan mencakup :
o Tidak adanya pemisahan tugas yang bai dan konsisten dengan tujuan
pengendalian yang sesuai
o Bukti gagalnya menjaga aktiva dari kehilangan, kerusakan, atau
penyalahgunaan
o Tidak cukupnya tingkat kesadaran pengendalian dalam organisasi
o Kegagalan untuk menindaklanjuti dan mengoreksi kekurangan yang
sebelumnya teridentifikasi dalam pengendalian internal

Vous aimerez peut-être aussi