Vous êtes sur la page 1sur 41

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada pabrik kimia, proses pemanasan dan pendinginan bahan,
penguapan maupun pengembunan selalu dilakukan. Prinsip proses-proses
tersebut adalah menambahkan atau mengambil panas dari suatu bahan.
Medium pemberi panas adalah bahan yang suhunya lebih tinggi (pemanas)
sedang medium pengambil panas adalah bahan yang suhunya lebih rendah
(pendingin). Dalam hal ini panas berpindah dari tempat yang suhunya lebih
tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah. Alat yang umum dipakai untuk
penambahan atau pengambilan panas disebut alat penukar panas atau heat
exchanger (Tim penyusun, 2016).
Alat penukar kalor adalah suatu alat yang memungkinkan
perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai
pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai uap lewat panas(super
heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar
panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat
berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak,
baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya
yang bercampur secara langsung begitu saja.
Heat exchanger atau penukar panas adalah alat yang digunakan untuk
menukarkan panas secara kontinyu dari suatu medium ke medium lainnya
dengan membawa energi panas. Heat exchanger memiliki peranan yang
sangat penting dalam industri terhadap keberhasilan keseluruhan rangkaian
proses pada suatu unit, karena kegagalan pada operasi heat exchanger dapat
menyebabkan berhentinya operasi unit.
Maka heat exchanger dituntut untuk memiliki kinerja yang baik agar
dapat diperoleh hasil yang maksimal serta dapat menunjang penuh
terhadap operasi suatu unit tersebut agar operasinya dapat berjalan dengan
baik dan benar sehingga hasilnyapun juga dapat di pelajari.Perhitungan
2

koefisien perpindahan panas merupakan salah satu hal terpenting pada alat
tersebut.
1.2 Tujuan Percobaan
Mengevaluasi nilai koefisien perpindahan panas permukaan pada shell
dan tube heat exchanger.

1.3 Batasan Masalah


Menganalisa kinerja alat penukar panas yang dilakukan pada suhu
operasi pertemuan fluida (Tw) 450C dan 45 0C dengan jenis aliran co-current
dan counter current.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perpindahan Panas


Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai perpindahannya energi
dari suatu daerah lainya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah
tersebut. Pada dasarnya perpindahan panas terjadi akibat adanya
ketidakseimbangan (adanya perbedaan temperatur) termal. Perpindahan
kalor tidak akan terjadi pada sistem yang memiliki temperatur sama.
Perbedaan temperatur menjadi daya penggerak untuk terjadinya
perpindahan kalor. Proses perpindahan kalor terjadi dari suatu sistem yang
memiliki temperatur lebih tinggi ke temperatur yang lebih rendah.
Keseimbangan pada masingmasing sistem terjadi ketika sistem memiliki
temperatur yang sama. Dalam proses perpindahan panas tersebut tentu ada
kecepatan perpindahan panas yang terjadi, atau yang lebih dikenal dengan
laju perpindahan panas. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas
yang diketahui, yaitu konduksi(conduction, juga dikenal dengan istilah
hantaran), konveksi(convection), juga dikenal dengan istilah aliran, radiasi
(radiation) (Mufarida, 2016).
1. Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi adalah pengangkutan kalor
melalui suatu jenis zat. Yang biasa terjadi pada fase padat, karena pada
fase padat itu dapat menghantarkan panas dengan baik, misalnya pada
besi yang yang dipanaskan, yaitu dapat menghantarkan panas dengan
cukup baik. Jadi, dapat menghantarkan panas dengan baik. Sehingga
perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan suatu proses
pendalaman karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam
bahan. Misalnya panas yang berpindah di dalam sebuah batang logam
akibat pemanasan salah satu ujungnya seperti terlihat pada gambar
4

ujung A menjadi naik temperaturnya walaupun yang dipanasi adalah


pada ujung B (Budiman, 2014).

Gambar 2.1 Konduksi pada Batang Logam (Rokhimi, 2015).

Pada perpindahan kalor secara konduksi tidak ada bahan dari


logam yang berpindah. Yang terjadi adalah molekul-molekul logam
yang diletakkan di atas nyala api membentur molekul-molekul yang
berada di dekatnya dan memberikan sebagian panasnya. Molekul-
molekul terdekat kembali membentur molekul molekul terdekat lainnya
dan memberikan sebagian panasnya, dan begitu seterusnya di sepanjang
bahan sehingga suhu logam naik. Jika padatan adalah logam, maka
perpindahan energi kalor dibantu oleh elektron-elektron bebas, yang
bergerak diseluruh logam, sambil menerima dan memberi energi kalor
ketika bertumbukan dengan atom-atom logam. Dalam gas, kalor
dikonduksikan oleh tumbukan langsung molekul- molekul gas. Molekul
di bagian yang lebih panas dari gas mempunyai energi rata-rata yang
lebih tinggi bertumbukan dengan molekul berenergi rendah, maka
sebagian energi molekul berenergi tinggi ditransfer ke molekul
berenergi rendah (Rokhimi, 2015).
Joseph Fourier adalah salah seorang yang mempelajari proses
perpindahan panas secara konduksi. Pada tahun 1822, Joseph Fourier
telah merumuskan hukumnya yang berkenaan dengan konduksi.
Banyak faktor yang mempengaruhi peristiwa konduksi. Diantaranya
pengaruh luas penampang yang berbeda, pengaruh geomerti, pengaruh
permukaan kontak, pengaruh adanya insulasi dan lain-lainnya. Dalam
5

proses perpindahan kalor secara konduksi terdapat laju hantaran kalor.


Laju hantaran kalor menyatakan seberapa cepat kalor dihantarkan
melalui medium itu. Terdapat besaran yang mempengaruhi dalam laju
hantaran kalor yaitu luas permukaan benda, panjang atau tebal benda,
perbedaan suhu antar ujung benda dan juga dipengaruhi oleh suatu
besaran k yang disebut konduktivitas termal (Rokhimi, 2015).
Laju perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas
konduksi adalah berbanding dengan gradien suhu normal sesuai dengan
persamaan berikut ini yang disebut dengan hokum Fourier dan
merupakan persamaan dasar konduksi. Persamaan dasar konduksi :

...(2.1)

dimana q sebagai laju perpindahan panas konduksi, dT/dx sebagai


gradien suhu menuju ke arah perpindahan panas, k sebagai
konduktivitas atau kehantaran termal benda dengan tanda minus
menunjukkan aliran kalor ke tempat yang bertemperatur lebih 1rendah,
dan A sebagai luas permukaan yang mengalami perpindahan panas
tersebut. Tanda minus diselipkan agar memenuhi hukum ke-2
termodinamika,yaitu kalormengalir ke temperatur yang lebih rendah
(Buchori, 2014).
Sudah diketahui bahwa tidak semua bahan dapat menghantar
kalor sama sempurnanya. Dengan demikian, umpamanya seorang
tukang hembus kaca dapat memegang suatu barang kaca, yang beberapa
cm lebih jauh dari tempat pegangan itu adalah demikian panasnya,
sehingga bentuknya dapat berubah. Akan tetapi, seorang pandai tempa
harus memegang benda yang akan ditempa dengan sebuah tang. Bahan
yang dapat menghantar ka1or dengan baik dinamakan konduktor.
Penghantar yang buruk disebut isolator. Sifat bahan yang digunakan
untuk menyatakan bahwa bahan tersebut merupakan suatu isolator atau
konduktor ialah koefisien konduksi termal. Apabila nilai koefisien ini
tinggi, maka bahan mempunyai kemampuan mengalirkan kalor dengan
6

cepat. Untuk bahan isolator, koefisien ini bernilai kecil. Pada


umumnya, bahan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan
sempurna (logam) merupakan penghantar yang baik juga untuk kalor
dan sebaliknya. Selanjutnya bila diandaikan sebatang besi atau
sembarang jenis logam dan salah satu ujungnya diulurkan ke dalam
nyala api. Dapat diperhatikan bagaimana kalor dipindahkan dari ujung
yang panas ke ujung yang dingin. Apabila ujung batang logam tadi
menerima energi kalor dari api, energi ini akan memindahkan sebagian
energi kepada molekul dan elektron yang membangun bahan tersebut.
Molekul dan elektron merupakan alat pengangkut kalor di dalam bahan
menurut proses perpindahan kalor konduksi. Dengan demikian, dalam
proses pengangkutan kalor di dalam bahan, aliran elektron akan
memainkan peranan penting. Persoalan yang patut diajukan pada
pengamatan ini ialah mengapa kadar alir energi kalor adalah berbeda.
Hal ini disebabkan karena susunan molekul dan juga atom di dalam
setiap bahan adalah berbeda. Untuk satu bahan berfasa padat
molekulnya tersusun rapat, berbeda dengan satu bahan berfasa gas
seperti udara. Molekul udara adalalah renggang sekali. Tetapi
dibandingkan dengan bahan padat seperti kayu, dan besi, maka molekul
besi lebih rapat susunannya daripada molekul kayu (Budiman , 2014).
2. Konveksi
Yang dimaksud dengan konveksi ialah pengangkutan kalor oleh
gerak dari zat yang dipanaskan. Proses perpindahan kalor secara
aliran/konveksi merupakan satu fenomena permukaan. Proses konveksi
hanya terjadi di permukaan bahan. Jadi dalam proses ini struktur bagian
dalam bahan kurang penting. Keadaan permukaan dan keadaan
sekelilingnya serta kedudukan permukaan itu adalah yang utama.
Lazimnya,keadaan keseimbangan termodinamika di dalam bahan akibat
proses konduksi, suhu permukaan bahan akan berbeda dari suhu
sekelilingnya Dalam hal ini dikatakan suhu permukaan adalah T1 dan
suhu udara sekeliling adalah T2 dengan T1>T2. Kini terdapat keadaan
7

suhu tidak seimbang diantara bahan dengan sekelilingnya. Perpindahan


kalor dengan jalan aliran dalam industri kimia merupakan cara
pengangkutan kalor yang paling banyak dipakai. Oleh karena konveksi
hanya dapat terjadi melalui zat yang mengalir,maka bentuk
pengangkutan kalor ini hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada
pemanasan zat ini terjadi aliran, karena masa yang akan dipanaskan
tidak sekaligus dibawa ke suhu yang sama tinggi. Misalnya dinding
pipa logam yang menjadi panas atau dengan akibat fluida panas atau
dingin yang mengalir di dalamnya.

Gambar 2.2 Konveksi pada Pipa Logam (Buchori, 2014).

Jenis Perpindahan Panas Konveksi menurut keadaan alirannya


perpindahan panas secara konveksi dikategorikan menjadi dua yaitu :
a. Konveksi bebas yang mana aliran fluida disebabkan oleh adanya
variasi masa jenis yang selalu diikuti dengan adanya perbedaan
temperatur dalam fluida.
b. Konveksi paksa yang mana aliran disebabkan oleh beberapa cara
yang berasal dari luar. Misalnya dari fan, pompa, ataupun tiupan
angin. Konveksi paksa adalah perpindahan panas yang mana
dialirannya tersebut berasal dari luar, seperti dari blower atau kran
dan pompa. Konveksi paksa dalam pipa merupakan persolaan
perpindahan konveksi untuk aliran dalam atau yang disebut dengan
8

internal flow. Adapun aliran yang terjadi dalam pipa adalah fluida
yang dibatasi oleh suatu permukaan. Sehingga lapisan batas tidak
dapat berkembang secara bebas seperti halnya pada aliran luar
(Budiman , 2014).
Laju perpindahan kalor dihubungkan dengan beda suhu

menyeluruh antara dinding dan fluida, dan kuas permukaan A.

Besar h disebut koefisien perpindahan-kalor konveksi(convection


heat-transfer coefficient) Rumus dasar yang digunakan adalah

Aq = h A ..................................................................................(2.2)

Adapun koefisien perpindahan panas tergantung pada geometri


permukaan, cara dari pergerakan fluida dan sejumlah dari sifat
termodinamika dan transport dari fluida (Budiman, 2014).
3. Radiasi
Yang dimaksud dengan pancaran (radiasi) ialah perpindahan kalor
melalui gelombang dari suatu zat ke zat yang lain. Semua benda
memancarkan kalor. Keadaan ini baru terbukti setelah suhunya
meningkat. Pada hakekatnya proses perpindahan kalor radiasi terjadi
dengan perantaraan foton dan juga gelombang elektromagnet. Terdapat
dua teori yang berbeda untuk menerangkan bagaimana proses radiasi itu
terjadi. Semua bahan pada suhu mutlak tertentu akan menyinari
sejumlah energi kalor tertentu. Semakin tinggi suhu bahan tadi maka
semakin tinggi pula energi kalor yang disinarkan.
Proses radiasi adalah fenomena permukaan. Proses radiasi tidak
terjadi pada bagian dalam suatu bahan. Tetapi pada suatu bahan apabila
telah menerima sinar, maka banyak hal yang boleh terjadi. Apabila
sejumlah energi pada kalor menimpa suatu permukaan, maka sebagian
akan dipantulkan, sebagian akan diserap ke dalam bahan, dan sebagian
akan menembusi bahan dan terus ke luar. Jadi dalam mempelajari
perpindahan kalor radiasi akan dilibatkan suatu fisik permukaan
(Mufarida, 2016).
Perpindahan panas radiasi adalah proses perpindahan panas
9

terjadi di antara dua permukaan yang terjadi tanpa adanya perantara


yakni proses perpindahan panas melalui gelombang elektromagnet atau
paket-paket energi (photon) yang dapat dibawa sampai jarak yang
sangat jauh tanpa memerlukan interaksi dengan medium (ini yang
menyebabkan mengapa perpindahan panas radisi sangat penting pada
ruang vakum), selain itu jumlah energi yang dipancarkan sebanding
dengan temperatur benda tersebut. Kedua hal tesebut yang
membedakan antara peristiwa perpindahan panas konduksi- konveksi
dengan perpindahan panas radiasi. Sedangkan perpindahan panas
radiasi ialah distribusi energi berupa panas yang terjadi melalui
pancaran gelombang cahaya dari suatu zat ke zat yang lain tanpa zat
perantara, besar kecilnya radiasi suatu benda tergantung pada suhu
benda dan jaraknya. Semakin tinggi suhunya semakin besarradiasi yang
dikeluarkan, dan semakin jauh jaraknya semakin kecil pancaran
panasnya. Persamaan dasar perpindahan panas radiasi adalah:
Q = e AT4 (Joule)...........(2.3)
Bahan yang dianggap mempunyai ciri yang sempurna ada1ah
benda hitam. Disamping itu, sama seperti cahaya lampu, adakalanya
tidak semua sinar mengenai permukaan yang dituju. Jadi da1am
masalah ini kita mengenal satu faktor pandangan yang lazimnya
dinamakan faktor bentuk. Maka jumlah kalor yang diterima dari satu
sumber akan berbanding langsung sebagiannya terhadap faktor bentuk
ini. Dalam pada itu, sifat termal permukaan bahan juga penting.
Berbeda dengan proses konveksi, medan aliran fluida di sekeliling
permukaan tidak penting, yang penting ialah sifat termal saja. Dengan
demikian, untuk memahami proses radiasi dari satu permukaan kita
perlu memahami juga keadaan fisik permukaan bahan yang terlibat
dengan proses radiasi yang berlaku. Proses perpindahan kalor sering
terjadi secara serentak. Misa1nya sekeping plat yang dicat hitam. Lalu
dikenakan dengan sinar matahari. Plat akan menyerap sebagian energi
matahari. Suhu plat akan naik ke satu tahap tertentu. Oleh karena suhu
10

permukaan atas naik maka kalor akan berkonduksi dari permukaan atas
ke permukaan bawah. Da1am hal itu, permukaan bagian atas kini
mempunyai suhu yang lebih tinggi dari suhu udara sekeliling, maka
jumlah kalor akan disebarkan secara konveksi. Tetapi energi kalor juga
disebarkan secara radiasi. Dalam hal ini dua hal terjadi, ada kalor yang
dipantulkan dan ada kalor yang dipindahkan ke sekeliling. Dalam hal
itu, permukaan bagian atas kini mempunyai suhu yang lebih tinggi dari
suhu udara sekeliling, maka jumlah kalor akan disebarkan secara
konveksi. Tetapi energi kalor juga disebarkan secara radiasi. Dalam hal
ini dua hal terjadi, ada kalor yang dipantulkan dan ada kalor yang
dipindahkan ke sekeliling (Mufarida, 2016).

Gambar 2.3 Perpindahan Panas Radiasi (A) pada Permukaan (B)


antara Permukaan dan Lingkungan (Mufarida, 2016).

Selanjutnya, hal yang juga penting untuk diketahui bahwa kalor


atau panas radiasi merambat lurus dan untuk perambatan itu tidak
diperlukan medium (misalnya zat cair atau gas).

2.2. Alat Penukar Panas (Heat Exchanger)


Alat penukar panas merupakan suatu peralatan dimana terjadi
perpindahan panas dari suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi kepada
fluida lain yang temperaturnya lebih rendah yang berfungsi untuk
mengakomodasikan perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin
11

dengan adanya perbedaan temperatur, karena panas yang dipertukarkan


terjadi dalam suatu sistem maka kehilangan panas dari suatu benda akan
sama dengan panas yang diterima benda lain.Alat penukar kalor memiliki
tujuan untuk mengontrol suatu sistem (temperatur) dengan menambahkan
atau menghilangkan energi termal dari suatu fluida ke fluida lainnya.
Walaupun ada banyak perbedaan ukuran, tingkat kesempurnaan, dan
perbedaan jenis alat penukar kalor, semua alat penukar kalor menggunakan
elemenelemen konduksi termal yang pada umumnya berupa tabung tube
atau plat untuk memisahkan dua fluida. Salah satu dari elemen terebut,
memindahkan energi kalor ke elemen yang lainnya. Alat penukar panas
banyak digunakan pada berbagai instalasi industri, antara lain pada : boiler,
kondensor,cooler, cooling tower. Sedangkan pada kendaraan kita dapat
menjumpai radiator yang fungsinya pada dasarnya adalah sebagai alat
penukar panas.
Tujuan perpindahan panas tersebut di dalam proses industri
diantaranya adalah:
1. Memanaskan atau mendinginkan fluida hingga mencapai temperature
tertentu yang dapat memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya,
seperti pemanasan reaktan atau pendinginan produk dan lain-lain.
2. Mengubah keadaan (fase) fluida : destilasi, evaporasi, kondensasi dan
lain-lain.
Dikarenakan banyaknya jenis dari alat penukar kalor, maka dalam
pembahasan akan dibatasi pada alat penukar kalor jenis heat exchanger
yang banyak dijumpai dalam industri perminyakan..Perlu juga diketahui
bahwa untuk alat-alat ini, yang terdapat pada suatu terminologi yang telah
distandarkan untuk menamai alat dan bagian-bagian alat tersebut yang
dikeluarkan oleh Asosiasi pembuat Heat Exchanger yang dikenal dengan
Tublar Exchanger Manufactures Association (TEMA).Standarisasi tersebut
bertujuan untuk melindungi para pemakai dari suatu bahaya kerusakan atau
kegagalan alat, karena alat ini beroperasi pada temperatur dan tekanan
yang tinggi.
12

Didalam standar mekanik TEMA, terdapat dua macam kelas heat


Exchanger, yaitu:
1. Kelas R, yaitu untuk peraalatan yang bekerja dengan kondisi berat,
misalnya untuk industri minyak dan kimia berat.
2. Kelas C, yaitu yang dibuat untuk general purpose, dengan didasarkan
pada segi ekonomis dan ukuran kecil, digunakan untuk proses-proses
umum industri.
Efektivitas alat penukarpanas adalah pada suatu perbandingan antara
laju di perpindahan panas sebenarnya dengan laju perpindahan panas yang
maksimum inilah yang disebut dengan efektifitas alat penukar panas. Panas
yang sebenarnya merupakan kemampuan alat untuk menghasilkan panas,
sedangkan panas maksimum merupakan panas yang dihasilkan dari hasil
pembakaran bahan bakar.
Panas yang sebenarnya merupakan kemampuan alat untuk
menghasilkan panas, sedangkan panas maksimum merupakan panas yang
dihasilkan dari hasil pembakaran bahan bakar.
Besarnya laju perpindahan panas dapat dihitung dengan rumus :
Q= U.A.Tm ............................................................................................(2.4)
Sehingga besarnya laju perpindahan panas (Q) dipengaruhi oleh :
1. Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh (U)
Semakin besar koefisien perpindahan panas menyeluruh(U),
maka laji perpindahan panas yang terjadi antara dua fluida juga semakin
besar.
2. Luas Permukaan (A)
Semakin luas permukaan Heat Exchanger maka semakin besar
pula laju perpindahan panas dan juga tergantung pada diameter dalam
pipa.
3. Beda suhu rata-rata (Tm)
Semakin besar beda suhu rata-rata antara fluida maka semakin
besar pula laju perpindahan panasnya. Dalam perpindahan panas
perbedaan suhu mengendalikan laju pemindahan panas. Suhu fluida
13

dalam alat sering tidak tetap. Untuk perhitungan digunakan perbedaan


suhu rata-rata.

.......(2.5)

Perbedaan suhu ini disebut perbedaan suhu rata-rata


logaritma(log mean temperature diffrence) disingkat LMTD (Tim
penyusun, 2016).
Q = U * A *( T) LMTD ......... (2.6)
Pendekatan LMTD dalam analisis penukar kalor berguna jika
temperatur masuk dan keluar diketahui sehingga LMTD dapat dihitung,
aliran kalor, luas permukaan dan koefisien perpindahan kalor
menyeluruh. Metode efektifitas mempunyai beberapa keuntungan
dalam menganalisis serta memilihh jenis yang terbaik. Efektivitas
penukar kalor (Heat Exchanger Effectivities) didefinisikan sebagai :

.....(2.7)

LMTD (Log Mean Temperature Difference)


Pada aliran sejajar, dua fluida masuk dalam alat penukar kalor,
bergerak dalam arah yang sama dan keluar bersama-sama pula.
Sedangkan pada aliran berlawanan, dua fluida bergerak dengan arah
yang berlawanan, dan pada aliran menyilang, dua fluida saling
menyilang/bergerak saling tegak lurus. Seperti ditunjukkan pada
gambar menunjukkan bahwa beda temperatur antara fluida panas dan
fluida dingin pada waktu masuk dan pada waktu keluar tidaklah
sama,dan kita perlu menentukan nilai rata - rata untuk menentukan
jumlah kalor yang dipindahkan dari fluida pada alat penukar kalor.
Sehingga untuk aliran searah

........(2.8)

Untuk aliran berlawanan


14

... (2.9)

Untuk heat exchanger tipe 2 pass ataupun multiple pass maka nilai
LMTD sebenarnya akan didapatkan dengan mengalikannya dengan
correction factor (F). Nilai F dapat dicari dengan menentukan nilai
temperature efficiency (P) dan heat capacity rate ratio (R).

dan .. (2.10)

Alat penukar panas (Heat Exchanger) dapat dikelompokkan menjadi


beberapa bagian yakni berdasarkan:
1. Proses perpindahan panasnya
a. Direct heat exchanger, dimana kedua medium penukar panas saling
kontak satu sama lain. Tipe kontak langsung adalah tipe alat
penukar kalor dimana antara dua zat yang dipertukarkan energinya
dicampur atau dikontakkan secara langsung. Dengan demikian ciri
khas dari penukar kalorseperti ini (kontaklangsung) adalah bahwa
kedua zat yang dipertukarkan energinya saling berkontak secara
langsung (bercampur) dan biasanya kapasitas energi yang
dipertukarkan relatif kecil. Yang tergolong direct heat exchanger
adalah cooling tower dimana operasi perpindahan panasnya terjadi
akibat adanya pengontakan langsung antara air dan udara.
b. Indirect heat exchanger, dimana kedua media penukar panas
dipisahkan oleh sekat/ dinding dan panas yang berpindah juga
melewatinya. Untuk meningkatkan efektivitas pertukaran energi,
biasanya bahan permukaan pemisah dipilih dari bahan-bahan yang
memiliki konduktivitas termal. Dengan bahan pemisah yang
memiliki konduktivitas termal yang tinggi diharapkan tahanan
termal bahan tersebut akan rendah sehingga seolah-olah antara
15

kedua zat yang saling dipertukarkan energinya seperti kontak


langsung (Egeten, Sappu, & Maluegha, 2014).

2.3 Macam-macam alat penukar panas


a. Chiller, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan fluida
sampai pada temperaturyang rendah. Temperatur fluida hasil
pendinginan didalam chiller yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan fluida pendinginan yang dilakukan dengan pendingin air.
Untuk chiller ini media pendingin biasanya digunakan amoniak atau
Freon.
b. Kondensor, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap
atau campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media
pendingin yang dipakai biasanya air atau udara. Uap atau campuran
uap akan melepaskan panas latent kepada pendingin, misalnya pada
pembangkit listrik tenaga uap yang mempergunakan condensing
turbine, maka uap bekas dari turbin akan dimasukkan kedalam
kondensor, lalu diembunkan menjadi kondensat.
c. Cooler, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan cairan
atau gas dengan mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini
tidak terjadi perubahan fasa, dengan perkembangan teknologi dewasa
ini maka pendingin cooler mempergunakan media pendingin berupa
udara dengan bantuan fan (kipas) (Prasetiani, 2014).
d. Heater merupakan salah satu alat penukar kalor yang berfungsi
memanaskan fluida proses, dan sebagai bahan pemanas dengan
menggunakan steam.
e. Evaporator, adalah alat penukar kalor yang ini digunakan untuk
penguapan cairan menjadi uap. Dimana pada alat ini menjadiproses
evaporasi (penguapan) suatu zat dari fasa cair menjadi uap. Yang
dimanfaatkan alat ini adalah panas latent dan zat yang digunakan
adalah air atau refrigerant cair.
f. Reboiler, adalah alat penukar kalor yang ini berfungsi mendidihkan
kembali (reboil) serta menguapkan pada sebagian cairan yang
16

diproses. Adapun media pemanas yang sering digunakan adalah suatu


uap atau zat panas yang sedang diproses itu sendiri. Hal ini juga dapat
dilihat pada penyulingan minyak pada gambar 2.4, yang diperlihatkan

yaitu pada sebuah reboiler dengan mempergunakan minyak (665 )

sebagai media penguap, minyak tersebut juga akan keluar dari boiler
dan mengalir didalam tube.

Gambar 2.4Thermosiphon Reboiler (Prasetiani, 2014).

g. Vaporizer, alat ini secara umum digunakan untuk menguapkan cairan.


Uap yang dihasilkan digunakan untuk proses kimia, bukan sebagai
sumber panas seperti halnya steam dan menggunakan elemen panas
listrik. Ada dua jenis vaporizer yaitu :
1) Vaporizer dengan sirkulasi paksa dimana cairan diumpankan
kedalam vaporizer dengan menggunakan pompa.
2) Vaporizer dengan sirkulasi alamiah dimana cairan umpan dapat
mengalir sendiri dalam vaporizer dengan bantuan gaya gravitasi.
Prinsip kerja cairan yang diumpankan kedalam vaporizer
kemudian dipanaskan dengan suatu media pemanas (umpan tidak
kontak langsung dengan media pemanas). Biasanya tidak semua
umpan teruapkam dengan sempurna. Produk yang dihasilkan (uap dan
cairan) dipisahkan dalam suatu tangki pemisah.Prinsip kerja cairan
yang diumpankan kedalam vaporizer kemudian dipanaskan dengan
suatu media pemanas (umpan tidak kontak langsung dengan media
17

pemanas). Biasanya tidak semua umpan teruapkam dengan sempurna.


Produk yang dihasilkan (uap dan cairan) dipisahkan dalam suatu
tangki pemisah. Uap yang dihasilka digunakan untuk proses
selanjutnya, cairan yang tidak menguap di recycle kembali.
h. Heat Exchanger, alat penukar kalor ini bertujuan untuk memanfaatkan
panas suatu aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi
sekaligus, yaitu:
1) Memanaskan fluida
2) Mendinginkan fluida yang panas
Alat penukar kalor ini bertujuan untuk memanfaatkan panas suatu
aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi sekaligus,Suhu
yang masuk dan keluar kedua jenis fluida diatur sesuai dengan
kebutuhannya. Pada gambar diperlihatkan sebuah heat exchanger,
dimana fluida yang berada didalam tube adalah air, disebelah luar dari
tube fluida yang mengalir adalah kerosene yang semuanya berada
didalam shell.

Gambar 2.5 Konstruksi Heat Exchanger (Prasetiani, 2014).

3. Arah Aliran berdasarkan Susunan Aliran Fluida


a. Penukar kalor tipe aliran searah (co-current/parallel flow)
Penukar kalor tipe aliran sejajar yaitu bila arah aliran dari
kedua fluida di dalam penukar kalor adalah sejajar. Kedua fluida
masuk pada sisi yang satu dan keluar dari sisi yang lain. Artinya
kedua fluida masuk pada sisi yang satu dan keluar dari sisi yang
18

lain mengalir dengan arah yang sama. Karakter penukar panas jenis
ini temperatur fluida yang memberikan energi akan selalu lebih
tinggi dibanding yang menerima energi sejak mulai memasuki
penukar kalor hingga keluar.
Pada jenis ini temperatur fluida yang memberikan energi
akan selalu lebih tinggi dibanding yang menerima energi sejak
mulai memasuki penukar kalor hingga keluar. Dengan demikian
temperatur fluida yang menerima kalor tidak akan pernah mencapai
temperatur fluida yang memberikan kalor saat keluar dari penukar
kalor. Jenis ini merupakan penukar kalor yang paling tidak efektif.

Gambar 2.6 Aliran Parallel Flow dan Profil Pengatur (Prasetiani,


2014).

b. Penukar kalor tipe aliran berlawanan (counter current /flow)


Penukar kalor tipe aliran berlawanan yaitu bila kedua fluida
mengalir dengan arah yang saling berlawanan. Pada tipe ini masih
mungkin terjadi bahwa temperatur fluida yang menerima panas
(temperatur fluida dingin) saat keluar penukar kalor (T4) lebih
tinggi dibanding temperatur fluida yang memberikan kalor
(temperatur fluida panas) saat meninggalkan penukar panas.
Masih mungkin terjadi bahwa temperatur fluida yang
menerima kalor saat keluar penukar kalor lebih tinggi dibanding
19

temperatur fluida yang memberikan kalor saat meninggalkan


penukar kalor. Bahkan idealnya apabila luas permukaan
perpindahan kalor adalah tak berhingga dan tidak terjadi rugi-rugi
kalor ke lingkungan, maka temperatur fluida yang menerima kalor
saat keluar dari penukar kalor bisa menyamai temperatur fluida
yang memberikan kalor saat memasuki penukar kalor. Dengan teori
seperti ini jenis penukar kalor berlawanan arah merupakan penukar
kalor yang paling efektif.

Gambar 2.7 Aliran Counter Flow dan Profil Pengatur


(Prasetiani, 2014).

c. Penukar kalor dengan aliran silang (cross flow)


Penukar kalor dengan aliran silang yaitu bila arah aliran
kedua fluida saling bersilangan. Apabila ditinjau dari efektivitas
pertukaran energi, penukar kalor jenis ini berada diantara kedua
jenis di atas. Contoh yang sering ditemui dalam kehidupan sehari
hari adalah radiator mobil dimana arah aliran air pendingin mesin
12 yang memberikan energinya ke udara saling bersilangan.
Contoh yang sering kita lihat adalah radiator mobil dimana arah
aliran air pendingin mesin yang memberikan energinya ke udara
saling bersilangan. Apabila ditinjau dari efektivitas pertukaran
20

energi, penukar panas jenis ini berada diantara kedua jenis di atas.
Dalam kasus radiator mobil, udara melewati radiator dengan
temperatur rata-rata yang hampir sama dengan temperatur udara
lingkungan kemudian memperoleh panas dengan laju yang berbeda
di setiap posisi yang berbeda untuk kemudian bercampur lagi
setelah meninggalkan radiator sehingga akan mempunyai
temperatur yang hampir seragam.

Gambar 2.8Aliran Cross Flow dan Profil Pengatur (Prasetiani, 2014).

4. Bentuknya
a. Penukar panas pipa rangkap (double pipe heat exchanger )
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda.
Dalam jenis penukar panas dapat digunakan berlawanan arah aliran
atau arah aliran, baik dengan cairan panas atau dingin cairan yang
terkandung dalam ruang annular dan cairan lainnya dalam pipa.
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam
standar yang dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau
dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida yang satu mengalir di
dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang
anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas
jenis ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan
tekanan operasi yang tinggi.
Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa mempunyai shell
sendiri sendiri. Untuk menghindari tempat yang terlalu panjang
21

maka Heat Exchanger ini dibentuk menjadi U. Pada beberapa


keperluan khusus untuk meningkatkan kemampuan memindahkan
panas bagian luar diberi sirip. Keistimewaan jenis ini adalah
mampu beroperasi pada tekanan yang tinggi dan karena tidak ada
sambungan resiko tercampurnya fluida sangat kecil (Bizzy, 2013).
Kelemahannya adalah kapasitas perpindahan panasnya relatif
kecil. Alat penukar kalor pipa ganda dalah a1at perpindahan kalor
yang terdiri dari dua pipa konsentris (pipa kecil sebagai sentra1,
yang dibungkus oleh pipa yang lebih besar). Dimana satu fluida
menga1ir lewat pipa da1am sedangkan fluida yang lain mengalir
lewat anulus, antara dinding pipa da1am dan dinding pipa luar. Alat
ini digunakan da1am industri skala kecil. Dan umumnya digunakan
dalam skala laboratorium.
b. Penukar Panas Plate and Frame ( plate and frame heat exchanger )
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat-
pelat tegak lurus,bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara
pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak ( biasanya terbuat dari
karet ). Pelat -pelat dan sekat disatukan oleh suatu perangkat
penekan yang pada setiap sudut pelat 10 (kebanyakan segiempat)
terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida
dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida
yang lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya
karena ada sekat.
Heat exchanger tipe plat adalah jenis penukar panas yang
menggunakan pelat logam untuk mentransfer panas antara dua
cairan. Ini memiliki keuntungan besar atas suatu penukar panas
konvensional dalam bahwa cairan yang terkena luas permukaan
jauh lebih besar karena cairan menyebar di plat. Ini memfasilitasi
transfer panas, dan sangat meningkatkan kecepatan perubahan
suhu. Plat penukar panas yang sekarang umum dan versi dibrazing
sangat kecil yang digunakan dalam air panas bagian dari jutaan
22

kombinasi boiler. Adapun pada yang pada suatu konsep di balik


penukar panas adalah yaitu pada penggunaan pipa atau pembuluh
penahanan lain untuk panas atau dingin satu cairan dengan
mentransfer suatu panas antara itu dan cairan lain .Dalam
kebanyakan kasus, penukar terdiri dari pipa melingkar berisi satu
fluida yang melewati ruang berisi cairan lain. Konsep di balik
penukar panas adalah penggunaan pipa atau pembuluh penahanan
lain untuk panas atau dingin satu cairan dengan mentransfer panas
antara itu dan cairan lain .
Penukar terdiri dari pipa melingkar berisi satu fluida yang
melewati ruang berisi cairan lain. Dinding pipa biasanya terbuat
dari logam, atau zat lain dengan konduktivitas panas yang tinggi,
untuk memfasilitasi pertukaran, sedangkan casing luar ruang yang
lebih besar adalah terbuat dari plastik atau dilapisi dengan isolasi
termal, untuk mencegah panas dari melarikan diri dari exchanger.
Kelebihan-kelebihan dan juga macam-macam kekurangan
dari Plate Heat Exchanger jika dibandingakan dengan heat
exchanger shell and tube yang secara konvensional adalah sebagai
berikut :
Kelebihan :
1) Pelat lebih banyak diminati karena mudah diperoleh
2) Heat exchangertipe plat mudah dirawat
3) Pendekatan temperature terendah yang masih bisa digunakan

hingga 1 dibandingkan dengan tipe heat exchangerShell and

tube yang sebesar 5-10


4) Heat exchanger tipe pelat lebih fleksibel, dapat dengan mudah
platnya ditambah
5) Heat exchanger tipe pelat lebih tepat digunakan untuk material
yang memiliki viskositas yang tinggi
6) Temperatur Correction Factor lebih tinggi karena alirannya
lebih mendekati aliran couter flow yang sesungguhnya.
23

7) Fouling cenderung lebih kecil kemungkinan terjadi.


Kerugian :
1) Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan
tekanan . Heat exchnger tipe pelat tidak sesuai digunakan
untuk tekanan lebih dari 30 bar.
2) Pemilihan pada material gasket yang ssangat sesuai sangatlah
penting
3) Maksimum temperature operasi terbatas hingga 250

dikarenakan material gasket yang sesuai.


c. Tipe spiral (spiral heat exchanger)
Penukar kalor tipe spiral arah aliran fluida menelusuri pipa
spiral dari luar menuju pusat spiral atau sebaliknya dari pusat spiral
menuju ke luar. Permukaan perpindahan kalor efektif adalah sama
dengan dinding spiral sehingga sangat tergantung pada lebar spiral
dan diameter serta berapa jumlah spiral yang ada dari pusat hingga
diameter terluar.
d. Tipe tabung dan pipa (shell and tube heat exchanger)
Penukar kalor pipa-tabung (shell and tube Heat Exchanger)
terdiri dari sebuah shell (tabung/silinder besar) dimana di dalamnya
terdapat satu pipa dengan diameter yang cukup kecil. Satu jenis
fluida mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya
mengalir di dalam pipa-pipa tetapi masih didalam shellnya.
Jenis ini terdiri dari suatu tabung dengan diameter cukup
besar yang di dalamnya berisi seberkas pipa dengan diameter relatif
kecil. Alat penukar panas ini terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara paralel dan ditempatkan dalam sebuah pipa
mantel (cangkang). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel
pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah
yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Untuk meningkatkan
effisiansi pertukaran panas, biasanya
pada alat penukar panas cangkang dan buluh dipasang
sekat(buffle). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida
dan menambah waktu tinggal (residence time), namun pemasangan
24

sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah


beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan
panasnya harus diatur.
Jenis ini dapat dioperasikan untuk perbedaan temperatur

sampai 200 , cocok untuk digunakan sebagai kondenser, cairan

dengan cairan, gas dengan gas, gas dengan cairan. Penukar kalor
pada pipa-tabung memiliki beberapa keuntungan dan juga
kekurangan diantaranya :
Keuntungan:
1) Bentuk dan desain mudah disesuaikan
2) Perawatan dan perbaikan mudah
3) Pabrik pembuat gampang ditemukan
4) Konfigurasi alat ini memberikan luas permukaan yang besar
dalam volume yang kecil.
5) Mempunyai bentuk yang baik untuk operasi bertekanan.
6) Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah baik.
7) Dapat dikonstruksi dari sejumlah besar material.
8) Mudah dibersihkan.
Kekurangan:
1) Kebutuhan akan ruang besar
2) Kondisi kerja terbatas
3) Penukar kalor pelat (plates heat exchanger)
Penukar kalor jenis pelat ini memiliki beberapa
keuntungan dan juga kekurangan diantaranya adalah.
Keuntungan :
a) Luas transfer panas besar dengan volume yang kecil
b) Tingkat fleksibilitasnya tinggi
c) Tahan korosi dan reaksi kimia
d) Mudah dibersihkan
Kekurangan :
a) Pressure drop tinggi
b) Mudah terjadi kerusakan karena perbedaan tekanan
c) Mudah tersumbat oleh partikel padat
d) Start up agak lama
e. Koil Pipa : pada koil pipa ini berbentuk koil yang dibenamkan di
25

dalam Heat Exchanger ini mempunyai pipa berbentuk koil yang


dibenamkan didalam sebuah box berisi air dingin yang mengalir
atau yang disemprotkan untuk mendinginkan fluida panas yang
mengalir didalam pipa. Jenis ini disebut juga sebagai box cooler,
jenis ini biasanya digunakan untuk pemindahan kalor yang relative
kecil dan fluida yang didalam shell yang akan diproses lanjut.
Penukar kalor pipa koil (coil pipe Heat Exchanger) ini
mempunyai pipa berbentuk koil yang dibenamkan di dalam sebuah
box berisi air dingin yang mengalir atau air yang disemprotkan
untuk mendinginkan fluida panas yang mengalir didalam pipa.
Jenis Pipa Terbuka (Open Tube Section)
Pada heat exchanger ini pipa - pipa tidak ditempatkan lagi
didalam shell, tetapi dibiarkan menguap diudara. Pendinginan
dilakukan dengan mengalirkan air atau udara pada bagian pipa.
Berkas pipa itu biasanya cukup panjang. Untuk pendinginan
dengan udara biasanya bagian luar pipa diberi sirip - sirip untuk
memperluas permukaan perpindahan panas. Seperti halnya jenis
coil pipa, perpindahan panas yang terjadi cukup lamban dengan
kapasitas yang lebih kecil.
f. Penukar Kalor Pendingin Udara (Air Cooled Heat Exchanger)
Penukar kalor pendingin udara umumnya digunakan dalam
aplikasi industri dimana sumber air yang dapat diandalkan tidak
tersedia sebagai media pendinginan. Bahkan jika air tersedia,
dalam beberapa kasus, udara Penukar kalor pendingin udara
digunakan untuk alasan ekonomi atau pun alasan operasional
karena memiliki berbagai macam kelebihan yaitu sirkuit pendingin
air, pompa, sistem air pendingin dan sistem air conditioning yang
menambah kompleksitas dan kebutuhan modal, serta biaya operasi
dan pemeliharaan. Cara kerjanya adalah proses cairan panas harus
didinginkan mengalir melalui tabung sedangkan pendingin udara
mengalir di permukaan luar untuk membuang panas. Khususnya
26

dirancang sirip yang melekat pada permukaan luar tabung untuk


membuat besar luas permukaan untuk pendinginan lebih efektif.
Desain mekanik penukar kalor harus mengakomodasi proses
kondisi termasuk tekanan dan temperatur yang selain itu tingkat
korosif dan kondensasinya. Kunci untuk kualitas dan umur penukar
kalor ini adalah dalam pemilihan material yang tepat dan teknologi
fabrikasi.

g. Penukar Kalor Kompak (Compact Heat Exchanger)

Jenis penukar kalor kompak mempunyai luas permukaan


yang sangat besar persatuan volume yaitu sekitar lebih dari 650 m 2
per meter kubik volume. Heat exchanger ini mempunyai pipa
berbentuk koil yang dibenamkan didalam sebuah box berisi air
dingin yang mengalir atau yang disemprotkan untuk mendinginkan
fluida panas yang mengalir di dalam pipa. Penukar kalor jenis ini
sangat cocok untuk penerapan dalam aliran gas dimana nilai
koefisien perpindahan panas menyeluruh (U) adalah rendah dan
diperlukan luas yang besar dalamvolume yang kecil agar penukar
kalor jenisnya cocok (Budiman, 2014).

Keunggulan:
1) Biaya perawatan lebih murah
2) Walaupun terjadi kegagalan heat exchanger masih dapat
beroperasi
3) Faktor fouling dapat diabaikan
4) Desain lebih sederhana
Kekurangan:
1) Suara lebih keras
2) Range kerja sangat terbatas, biasanya tidak bekerja pada suhu
ekstrim (Budiman , 2014).

2.4 Parameter Dalam Perhitungan Nilai Perpindahan Panas Penukar Kalor


Dalam alat penukar kalor diterapkan susunan tabung bersirip (finned
tube) untuk membuang kalor dari fluida panas. Namun dalam pembahasan
27

nilai-nilai parameter penting untuk perhitungan laju perpindahan panas


laporan ini tidak dibahas mengenai efektivitas sirip atau fin melainkan hanya
membahas mengenai perpindahan panas pasa tabung atau tube-nya saja,
sehingga persamaan yang dibahas adalah tentang tube dengan perhitungan
menggunakan persamaan konveksi yang secara umum digunakan pada
penukar kalor pipa ganda (double pipe) ataupun tabung-pipa (shell and tube).
Seringkali salah satu fluida dalam sebuah penukar-panas mengalir dalam pipa,
sedang fluida yang lain mengalir dalam ruang anulus sebuah pipa yang lebih
besar atau dalam ruang sebuah shell yang memuat banyak pipa, perpindahan
panas berlangsung secara radial terhadap pipa. Antara fluida di dalam pipa dan
permukaan dinding pipa sebelah dalam, panas dipertukarkan secara konveksi,
kemudian panas menjalar secara konduksi melalui logam dinding pipa
sedangkan di luar pipa terjadi lagi konveksi.
Nilai laju perpindahan panas dalam alat penukar kalor dapat dihitung
berdasarkan teori perpindahan panas secara konveksi. Selain laju
perpindahan panas, parameter penting yang mempengaruhi efektivitas suatu
alat penukar kalor adalah nilai koefisien perpindahan panasnya. Besarnya
koefisien pindah panas secara konveksi diperkirakan dari persamaan-
persamaan empiris. Untuk konveksi dalam pipa sudah tentu persamaan
empirisnya lain daripada untuk konveksi luar pipa. Banyak buku yang
memuat keterangan tentang koefisien pindah panas, baik dalam bentuk
persamaan, maupun dalam bentuk nomogram. Dalam mencari persamaan-
persamaan empiris itu harus diperhatikan sifat fluida, sifat aliran, jenis
perpindahan panas (pemanasan atau pendinginan), letak pipa dan lain
sebagainya.
Adapun alat perpindahan kalor menurut tipenya :

A. Alat Perpindahan kalor tipe shell and tube


Jenis shell and tube merupakan tipe yang paling banyak dipakai
dalam suatu industri industri dibanding jenis lainya. Yang dimana
dalam jenis shell and tube ini terdiri dari sebuah tabung yang berukuran
besar (shell) dengan sejumlah besar pipa pipa kecil (tubes) yang
28

terdapat didalamnya. Pipa ini terpasang pada tube shet (plate) dengan
cara di roll (Bizzy , 2013).
Tipe - tipe yang dikenal dari jenis heat Exchanger ini adalah :
1. Fixed Tube Shet
2. Floting Tube Shet
3. Tipe pipa U (Harpin)
4. Tipe fixed tube sheet dengan sambungan (bagian) dengan ekspansi
pada shellnya.
Dengan heat exchanger jenis ini dapat diperoleh luas bidang
perpindahan penas yang besar dengan volume alat ini yang relatif kecil.
Unutk pipa biasa dibuat dari berbagai jenis bahn konstruksi, disesuaikan
dengan alat alat yang memiliki sifat korosif fluida yang ditangani. Pada
alat heat exchanger ini dapat digunakan untuk pemanasan atau,
penguapan dan pendinginn atau kondensasi segala macamnya fluida
yang bisaterjadi yang disebabkan adanya perbedaan suhu.
1. Tubes
Pipa yang digunakan dalam heat exchanger bukanlah pipa biasa,
tetapi pipa pipa yang khusus dibuat untuk heat exchanger, dibuat
berbagai material. Umumnya dan biasanya digunakan pipa
berukuran diameter luar inch atau 1 inch. Tetapi tersedia juga pipa
pipa dengan ukuran luar 1/4 , 1.74, 1.50 inch.
Tebal pipa dinyatakan dengan kode BWG (Birmingham Wire
Gage). Makin besar bilangan BWG, maka semakin tipis pipa.
2. Shell
Biasanya digunakan baja karbon untuk ukuran kecil, dan dapat
dipergunakan pipa standar baja karbon untuk ukuran besar yang
dibuat dari pelat yang di roll atau di las untuk heat exchanger yang
tidak beroperasi pada di tekanan tinggi biasanya digunakan :
Tebal 3/8 inch untuk diameter 13 inch
Tebal 7/8 inch untuk diameter 31 inch
Sering diberi kelebihan 1/8 inch untuk mencegah terjadi korosi.
29

3. Baffle
Dipasang pada Tie-Rod dan Spacer, dimana dimasukan dan
digunakan untuk mengarahkan aliran dalam shell, dan hingga
seluruh bagian terkena aliran. Dengan adanya, buffle juga akan
memperbesar dan membuat aliran turbulen sehingga akan
didapatkan koefisien perpindahan panas yang besar.
Adapun beberapa keuntugan yang dimiliki oleh shell and tube yaitu :
a. Konfigurasi yang dibuat, akan memberikan suatu luas permukaan
yang besar dengan bentuk atau volume yang kecil
b. Mempuyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya baik untuk
operasi bertekanan.
c. Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih
jenis material yang dipergunakan sesuai dengan temperatur dan
tekanan operasinya.
d. Mudah membersihkanya.
e. Prosedur perencanaanya sudah mapan.
f. Prosedur mengoperasikannya tidak berbelit belit sangat mudah
diketahui oleh para operator yang berlatar belakang pendiidikan
yang rendah.
g. Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil,
Konstruksinya dapat dipisah pisah satu sama lain tidak merupakan
satu kesatuan yang utuh sehinggga pengangkutanya relatif gampang
Dalam shell and tube dikenal dengan aliran Multipass yang
mana Aliran fluida dalam tube sering dibuat beberapa kali melewati
shell. Dengan cara ini penampang aliran dalam tube menjadi besar,
sehingga diperoleh koefisien perpindahan panas yang besar.
B. Alat Perpindahan kalor tipe pelat
Tipe jenis ini terdiri dari sejumlah pelat tipis yang dipasang pada
suatu rangka yang ditekan satu sama lain. Antara pelat satu dengan yang
lain terdapat sela sela sempit pada cairan yang akan bertukaran panas
mengallir secara berselang seling. Pada sudut pelat terdapat lubang yang
30

apabila pelat pelat tersusun rapat akan memebentuk saluran tempat


masuk dan keluar cairan cairan. Sekeliling lubang dan tepi pelat
terdapat alur dimana ditempatkan gasket dan rongga diantara pelat dapat
tertutup rapat. Dengan demikian cairan yang menglir dalam sela sela
pelat tidak bocor keluar dan hanya keluar / masuk melalui saluran yang
disediakan dengan pelat yang telah di tetapkan.
C. Alat Perpindahan kalor tipe double pipe
Tipe double pipe terdiri dari dua pipa yang konsentris dimana
fluida mengalir lewat pipa dalam dan fulida lain yang dialirkan melalui
anulus. Dimana alat double pipe ini mempunyai kekurangan dan juga
kelebihan. Kelebihan dari alat ini yaitu mempunyai harga yang relatif
murah karena bahanya dibuat dari bahan yang ukuranya standar.
Sedangkan kekurangan dari alat ini adalah mempunyai luas perpindahan
panas yang kecil serta penyusunanya membutuhkan tempat yang besar.
Alat ini baik digunakan bila luas bidang perpindahan panas yang
diperlukan tiidak begitu besar yaitu 100 200 ft2.

2.5 Analisa Kinerja Heat Exchanger


1. Koefisien overall perpindahan panas (U)
Menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida
panas ke fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh
sebagai gabungan proses konduksi dan konveksi.
2. Fouling factor (Rd)
a. Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak
dikehendaki di permukaan Heat Exchanger yang berkontak dengan
fluida kerja, termasuk permukaan Heat Transfer. Peristiwa tersebut
adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi dan proses
biologi.
b. Pada angka yang menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran
yang terbawa fluida yang mengalir di dalam heat exchanger dapat
dilihat pada angkat yang tertera di fluida.
c. Faktor pengotoran ini sangat mempengaruhi perpindahan panas
pada Heat Exchanger. Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari
31

fluida yang mengalir, juga disebabkan oleh korosi pada komponen


dari Heat Exchanger akibat pengaruh dari jenis fluida yang
dialirinya. Selama Heat Exchanger ini dioperasikan pengaruh
pengotoran pasti akan terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat
menganggu atau memperngaruhi temperatur fluida mengalir juga
dapat menurunkan ataau mempengaruhi koefisien perpindahan
panas menyeluruh dari fluida tersebut. Beberapa faktor yang
dipengaruhi akibat pengotoran antara lain :
1) Temperatur fluida
2) Temperatur dinding pelat
3) Kecepatan aliran fluida

2.6 Shell and Tube Heat Exchanger


Tipe Heat Exchanger yang paling umum digunakan dalam industri
adalah tipe shell and tube. Heat Exchanger tipe shell and tube terdiri dari
kumpulan tube didalam suatu shell. Satu fluida mengalir di dalam tube
sedang fluida yang lain mengalir di ruang antara bundle tube dan shell.Pada
penukar kalor ini salah satu fluida akan mengalir di dalam pipa-pipa
sedangkan fluida yang lainnya dialirkan melalui selongsong melintasi luar
pipa . Jadi pada akhirnya untuk pada penukar kalor ini salah satu fluida akan
mengalir di dalam yaitu adalah pipa-pipa sedangkan fluida yang lainnya
dialirkan melalui selongsong melintasi luar pipa.
32

Biasanya dalam selongsong dipasang sekat-sekat atau baffles untuk


menjamin fluida mengalir melalui selongsong dan melintasi tabung,
sehingga

perpindahan panas yang terjadi akan lebih tinggi.Alat penukar shell dan
tube terdiri atas suatu bundel pipa yang dihubungkan secara paralel dan
ditempatkan dalam sebuah pipa (cangkang). Fluida yang satu mengalir di
dalam suatu bundel pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa
pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Untuk meningkatkan
efisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas shell dan tube
dipasang sekat (baffle) (Budiman , 2014).

Gambar 2.9Shell and Tube Heat Exchanger (Budiman , 2014).

Keuntungan shell & tube Heat Exchanger:


1. Memiliki permukaan perpindahan panas persatuan volume yang lebih
besar
2. Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang cukup
baik untuk operasi bertekanan
3. Tersedia dalam berbagai bahan konstruksi
4. Prosedur pengopersian lebih mudah
5. Metode perancangan yang lebih baik telah tersedia
6. Pembersihan dapat dilakukan dengan mudah
Penentuan fluida dalam shell atau tube :
1. Fluida bertekanan tinggi dialirkan di dalam tube karena tube standar
cukup kuat menahan tekanan yang tinggi.
2. Fluida berpotensi fouling dialirkan di dalam tube agar pembersihan
lebih mudah dilakukan.
3. Fluida korosif dialirkan di dalam tube karena pengaliran di dalam shell
membutuhkan bahan konstruksi yang mahal yang lebih banyak.
33

4. Fluida bertemperatur tinggi dan diinginkan untuk memanfaatkan


panasnya dialirkan di dalam tube karena dengan ini kehilangan panas
dapat dihindarkan.
5. Fluida dengan viskositas yang lebih rendah dialirkan di dalam tube
karena pengaliran fluida dengan viskositas tinggi di dalam penampang
alir yang kecil membutuhkan energi yang lebih Fluida yang mempunyai
volume besar dilewatkan melalui tube, karena adanya cukup ruangan.
6. Fluida dengan viskositas tinggi ditempatkan di shell karena dapat
digunakan baffle untuk menambah laju perpindahan.
7. Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube. Diameter tube
yang kecil menyebabkan kecepatan linier fluida (velocity) masih cukup
tinggi, sehingga menghambat fouling dan mempercepat perpindahan
panas.
Jenis shell and tube yaitu:
1. U-Tube
Shell dan Tube (u-tube) adalah jenis yang paling umum dari
penukar panas yang digunakan dalam proses industri, minyak bumi,
kimia dan HVAC, berisi sejumlah tabung U paralel di dalam shell.
Penukar panas shell and tube yang digunakan ketika proses
membutuhkan sejumlah besar cairan yang akan dipanaskan atau
didinginkan. Karena desainnya, penukar panas shell and tube
menawarkan area perpindahan panas besar dan memberikan efisiensi
perpindahan panas tinggi.

Gambar 2.10 heat exchanger (U-Tube) (Bizzy, 2013).


34

2. Straight-Tube 1-pass
One pass berarti bahwa cairan masuk di satu sisi dan keluar di sisi
lain dari penukar panas.Terdapat baffles yang mengarahkan aliran
melalui sisi shell sehingga fluida tidak mengambil jalan pintas melalui
sisi shell yang dapat menyebabkan volume arus rendah yang tidak
efektif. Heat Exchanger arus berlawanan merupakan yang paling
efisien sebab memberikan perbedaan suhu rata-rata yang paling tinggi
antara arus dingin dengan arus panas (Bizzy et al., 2013).

Gambar 2.11Straight-Tube 1-Pass (Bizzy, 2013).

3. Straight-Tube 2-pass

Gambar 2.12Straight-Tube 2-Pass (Bizzy, 2013).

Two pass berarti bahwa cairan masuk dan keluar pada sisi yang
sama dari penukar panas.
Komponen penyusun Heat Exchanger jenis Shell and Tube adalah :
1. Shell
Merupakan bagian tempat untuk tube bundle. Antara shell and
tube bundle terdapat fluida yang menerima atau melepaskan panas,
yang dimaksud dengan lintasan shell adalah lintasan yang dilakukan
35

oleh fluida yang mengalir ke dalam melalui saluran masuk (inlet nozzle)
melewati bagian dalam shell dan mengelilingi tube kemudian keluar
melalui saluran keluar (outlet nozzle). Kontruksi shell sangat ditentukan
oleh keadaan tubes yang akan ditempatkan didalamnya. Shell ini dapat
dibuat dari pipa yang berukuran besar atau pelat logam yang di gulung.
Shell merupakan badan dari Heat exchanger, dimana didapat tube
bundle. Untuk temperatur yang sangart tinggi kadang - kadang shell
dibagi dua di sambungkan dengan sambungan ekspansi.
2. Tube
Tube atau pipa merupakan bidang pemisah antara kedua jenis
fluida yang mengalir didalamnya dan sekaligus sebagai bidang
perpindahan panas. Ketebalan dan bahan pipa harus dipilih pada
tekanan operasi fluida kerjanya. Selain itu bahan pipa tidak mudah
terkorosi oleh fluida kerja.
Diameter dalam tube merupakan diameter dalam aktual dalam
ukuran inch dengan toleransi yang sangat cepat. Tube dapat diubah dari
berbagai jenis logam, seperti besi, tembaga, perunggu, tembaga-nikel,
aluminium perunggu, aluminium dan stainless steel. Ukuran ketebalan
pipa berbeda-beda dan dinyatakan dalam bilangan yang disebut
Birmingham Wire Gage (BWG). Ukuran pipa yang secara umum
digunakan biasanya mengikuti ukuran-ukuran yang telah baku, semakin
besar bilangan Birmingham Wire Gage (BWG) , maka semakin tipis
tubenya. Ketebalan dan bahan pipa harus dipilih pada tekanan operasi
fluida kerjanya. Selain itu bahan pipa tidak mudah terkorosi oleh fluida
kerja. Susunan dari tube dibuat berdasarkan pertimbangan untuk
mendapatkan jumlah pipa yang banyak atau untuk kemudahan
perawatan (pembersihan permukaan pipa).Ukuran pipa yang secara
umum digunakan biasanya mengikuti ukuran-ukuran yang telah baku,
semakin besar bilangan BWG, maka semakin tipis tubenya. Ketebalan
dan bahan pipa harus dipilih pada tekanan operasi fluida kerjanya. Agar
ketebalannya dan bahan pipa harus dipilih pada tekanan operasi fluida
36

kerjanya. Agar kerjanya lebih baik lagi.


Jenis-jenis Tube Pitch yang utama adalah :
a. Square pitch
b. Triangular pitch
c. Square pitch rotated
d. Triangular pitch with cleaning lanes
3. Pass divider
Komponen ini berupa plat yang dipasang di dalam channels untuk
membagi aliran fluida tube bila diinginkan jumlah tubepass lebih dari
satu.
4. Baffle
Baffle digunakan untuk mengatur aliran lewat shell sehingga
turbulensi yang lebih tinggi akan diperoleh. Adanya baffle dalam shell
menyebabkan arah aliran fluida dalam shell akan memotong kumpulan
tubes secara tegak lurus, sehingga memungkinkan pengaturan arah
aliran dalam shell maka dapat meningkatkan kecepatan liniernya,
sehingga akan meningkatkan harga koefisien perpindahan panas lapisan
fluida di sisi shell. Baffle juga berfungsi untuk menahan tube bundle
dan untuk menahan getaran pada tube serta untuk mengontrol serta
mengarahkan aliran fluida yang mengalir di luar tube sehingga
turbulensi yang lebih tinggi akan diperoleh, dengan adanya turbulensi
aliran maka koefisien perpindahan panas juga akan meningkat.
Adapun fungsi dari pemasangan sekat (baffle) pada heat
exchanger ini antara lain adalah untuk :
a. Sebagai penahan dari tube bundle
b. Untuk mengurangi atau menambah terjadinya getaran.
c. Sebagai alat untuk mengarahkan aliran fluida yang berada di dalam
tubes.

2.7 Pompa
Berikut merupakan jenis jenis pompa yang biasa digunakan adalah
2.7.1 Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal secara prinsip terdiri dari casing pompa dan
impeller yang terpasang pada poros putar. Casing pompa berfungsi
37

sebagai pelindung, batas tekan dan juga terdiri dari saluran- saluran
yang untuk masukan (suction) dan keluaran (discharge). Casing ini
memiliki vent dan drain yang berguna untuk melepas udara atau gas
yang terjebak dalam casing selain untuk juga sangat berguna untuk
perawatannya.
Gambar ilustrasi di bawah ini merupakan diagram sederhana
daripada pompa sentrifugal yang menunjukkan lokasi dari suction
pompa, impeller, volute dan discharge. Casing pompa sentrifugal
menuntun aliran suatu cairan dari saluran suction menuju mata (eye)
impeller. Vanes dari impeller yang berputar meneruskan dan
memberikan gaya putar sentrifugal kepada cairan ini sehingga cairan
bergerak menuju keluar impeller dengan kecepatan tinggi. Cairan
tersebut kemudian sampai dan mengumpul pada bagian terluar
casing yaitu volute. Sehingga Cairan tersebut kemudian sampai dan
mengumpul pada bagian terluar casing yaitu volute. Volute ini
merupakan area atau saluran melengkung yang semakin lama
semakin membesar ukurannya, dan seperti halnya diffusor, volute
berperan besar dalam hal peningkatan tekanan cairan saat keluar dari
pompa, merubah energi kecepatan menjadi tekanan. Setelah itu
liquid keluar dari pompa melalui saluran discharge (sulis yulianto,
2014).

Gambar 2.13 Pompa Sentrifugal (sulis yulianto, 2014).

Pompa Sentrifugal juga bisa dibuat dengan menggunakan dua


volute. Pompa semacam ini biasa disebut double volute pumps, dimana
38

discharge-nya juga berbeda posisi 180. Untuk suatu aplikasinya bisa


juga meminimaliskan gaya radial yang dapat mengenai poros dan
bantalan pada sehubungan dengan ketidakseimbangan tekanan di
sekitar impeller.
2.7.2 Pompa Magnetik
Cara kerja pompa ini adalah tergantung dari kerja langsung
sebuah medan magnet padiedia ferromagnetic yang dialirkan, oleh
karena itu penggunaan dari pompa ini sangat terbatas pada cairan metal.
Pada pompa penggerak magnetik, rotor pompa terpasang secara
magnetik ke motor.
Keunggulan
a. Tidak ada kebocoran
b. Tidak ada liquid berharga yang hilang
c. Tingkat kebisingan yang sangat rendah
d. Dapat meng-handle liquid dengan toxity rating 0 s/d 4
e. Eksternal piping sangat sedikit
Kelemahan
a. Tidak dapat meng-handle liquid yang mengandung slurry/dirty
liquid
b. Servis temperatur relatif lebih rendah
c. Tidak dapat meng-handle liquid yang dapat mengeras
d. Viscous liquid harus lebih kecil daripada 200 Cp

2.8 H2O
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O. Satu molekul
air tersusun atas dua atom hidrogen yang terkait secara kovalen pada satu
atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau
pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 KPa (1 bar) dan temperatur
273,15 K (0C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang
memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti
garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul
organik. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan
banyak zat kimia.
39

Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di
bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat
dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen ( H+) yang berasosiasi
(berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-) Air dapat berupa air tawar
dan air asin (air laut) yang merupakan bagian terbesar di bumi ini. Di dalam
lingkungan alam proses, perubahan wujud, gerakan aliran air (di
permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan jenis air mengikuti
suatu siklus keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi
Air tawar adalah air dengan kadar garam dibawah 0,5 ppt. Menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengadilan Kualitas Air dan Pengadilan Kualitas Pencemaran. Ketentuan
Umum pasal 1, menyatakan bahwa : Air tawar adalah semua air yang
terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil,
sedangkan menurut Undang-Undang RI No.7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya.
Karakteristik pada kandungan sifat fisik dari air tawar juga dapat
tergantung dari tempat sumber air tersebut berasal dan pada teknik
pengolahan air tersebut apakah menghasilkan air yang baik dikonsumsi.
Jadi, air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan atau batas di bawah
permukaan tanah.
Bau pada air yang juga dapat disebabkan karena benda asing yang
masuk ke dalam air seperti bangkai binatang, bahan buangan, ataupun yang
disebabkan karena proses penguraian senyawa organik oleh bakteri. Jadi,
air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan atau batas di bawah
permukaan tanah. Pada peristiwa penguraian senyawa organik yang
dilakukan oleh bakteri tersebut dihasilkan gas gas berbau menyengat dan
bahkan ada yang beracun. Pada peristiwa untuk penguraian zat organik
berakibat meningkatkan penggunaan oksigen terlarut di air (BOD =
Biological Oxighen Demand) oleh bakteri dan juga mengurangi kuantitas
oksigen terlarut (DO = Disvolved Oxigen) di dalam air. Senyawa senyawa
organik tersebut pada umumnya tidak stabil dan itu juga sangat mudah
40

untuk dioksidasi pada secara biologis dan juga secara kimia menjadi
senyawa stabil biasa dikenal juga dengan sebuah suatu untuk istilah - istilah
BOD dan COD (Oktaria, 2015).

DAFTAR PUSTAKA

Bizzy, I., Setiadi, R., Mesin, J. T., Teknik, F., Sriwijaya, U., Raya, J., & Km, P.
(2013). STUDI PERHITUNGAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL
AND TUBE DENGAN PROGRAM HEAT TRANSFER, 13(1), 6777.

Buchori, L. (2014). ( HEAT TRANSFER ).

Budiman, A., Syarief, A., Isworo, H., Studi, P., Mesin, T., Teknik, F., Pada, F.
(2014). Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol . 03 No . 2 pp 76-82 , 2014
ISSN 2338-2236 ANALISIS PERPINDAHAN PANAS DAN EFISIENSI
EFEKTIF HIGH Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol . 03 No . 2 pp 76-82
, 2014 ISSN 2338-2236, 3(2), 7682.

Egeten, H. S. F., Sappu, F. P., & Maluegha, B. (2014). EFEKTIVITAS


PENUKAR KALOR TIPE PLATE P41 73TK. Manado: Universitas Sam
Ratulangi, 3.

Mufarida, N. A. (2016). Perpindahan panas & massa.

Oktaria, W. (2015). Definisi air, 2, 419.

Prasetiani, E. (2014). perpindahan panas.

Rokhimi, I. N. (2015). Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran Kalor Konduksi,


6, 270274.

Sulis yulianto. (2014). Efektifitas Alat Penukar Kalor Pada Sistem Pendingin
Generator PLTA, 1213.

Tim penyusun. (2016). Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia: II.


Makassar: Universis Muslim Indonesia, 130.
41

Vous aimerez peut-être aussi