Vous êtes sur la page 1sur 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada allah swt atas anugrah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah tentang Konsep psikologi kepribadian. Adapun maksud
dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya
bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami. Terlepas dari
semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Mojokerto, Maret 2017

Penulis
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar belakang ......................................................................................................... 1


1.2 Rumusan masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan makalah ...................................................................................................... 2
1.4 Manfaat makalah ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

2.1 Pengertian Radikalisme............................................................................................ 3

2.2 Faktor-faktor radikalisme......................................................................................... 3

2.3 Fakta-fakta aksi kekerasan dan amplikasinya dalam masyarakat............................ 5

2.4 Membentengi pemuda dari radikalisme ................................................................. 6

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 9

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 9

3.2 Saran ............................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi. Psikologi
kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna memahami ilmu psikologi.
Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki
kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan yang lainnya. Watak digunakan untuk
memberikan penafsiran kepada benda-benda maupun manusia.
Secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian (personality) merupakan ciri-ciri
dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup pola - pola
pemikiran dan perasaan, konsep diri, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan
umum. Dari situ lah timbul yang namanya pengetahuan, Pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui yang tersusun secara logis dan sistematis dengan memperhitungkan sebab
akibat dan dapat untuk menerangkan gejala gejala tertentu. Unsur-unsur yang mengisi akal
dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya.
Seiring dengan perkembangan zaman dan berkembangnya rasa keingintahuan dalam
memahami manusia. Salah satu teori yang dijadikan pembelajaran dalam memahami
kepribadian dan watak manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa teori teori kepribadian?
2. Bagaimana pembentukan kepribadian?
3. Apa saja faktor-faktor yang bisa membentuk kepribadian seseorang?

1.3 Tujuan Makalah


Untuk memahami mengenai teori pembentukan kepribadian seseorang dan faktor
yang bisa membentuk kepribadian setiap individu.

1.4 Manfaat Makalah


Dengan adanya makalah ini membuat penulis tahu dan para pembaca faham mengenai
konsep psikologi kepribadian dan dapat membuat kita mengetahui isi dan apa-apa saja dalam
Ilmu psikologi.
1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikologi kepribadian

Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi


dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa
diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam
memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang
dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan
hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang
dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap
lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri
individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan
diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri.
Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai suatu proses respons individu baik
yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari
dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan
antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.

2.2 Teori-teori kepribadian Menurut Para Ahli

Teori (Perkembangan) Kepribadian berdasarkan pendapat para ahli, yaitu sebagai berikut:

1. Sigmund Freud (Psikoanalisis Klasik) (1856 1939)

Struktur Kepribadian, Kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar
(Conscious), Pra sadar (Preconscious), dan tidak sadar /bawah sadar (Unconscious mind).
Id, ego, superego. Id adalah berkaitan dengan prinsip kesenangan, ego berkaitan dengan
prinsip kenyataan, sedangkan superego merupakan penjaga moral atau kata hati.
Tahap perkembangan psikoseksual, yaitu oral, anal, phalik, laten, genital.

2. Alfred Adler (Psikologi Individual) (1870 1937)


Struktur Kepribadian, Manusia adalah mahluk social dan makhluk individual.
Pokok-Pokok Teori Adler, Individualitas sebagai pokok persoalan, Pandangan Teleologis:
Finalisme Semu, Dua Dorongan Pokok, yaitu dorongan kemasyarakatan, dorongan keakuan,
Rasa Rendah Diri dan Kompensasi pendorong bagi segala perbaikan dalam kehidupan
manusia, Gaya Hidup adalah prinsip yang dipakai landasan untuk memahami tingkah laku
seseorang, Diri yang Kreatif adalah penggerak utama, pegangan filsafat, sebab pertama bagi
semua tingkah laku.

3. Karen Horney (1885-1952)

Teori Kepribadian, Dasar kepribadian terbentuk pada tahun-tahun pertama kehidupan


anak. Faktor sosial (hubungan antara orang tua dan anak) sangat mempengaruhi
perkembangan kepribadian (bukan dorongan biologis). Horney menekankan faktor budaya
dibanding faktor biologis dalam perkembangan manusia, terutama yang terkait dengan
perbedaan gender.Anak-anak memulai hidupnya dengan basic anxiety, tapi hal itu dapat
diatasi dengan pengasuhan yang memadai dari orang tua maupun orang lain.

4. Harry Stack Sulivan

Faktor sosial (Proses akulturasi) menentukan perkembangan psikologis. Juga faktor-


faktor fisiologis. Pengalaman-pengalaman terdiri dari :
1. Pengalaman prototasik
2. Pengalaman parataksik
3. Pengalaman sintaksik.
Ada tujuh tahapan perkembangan yaitu :
1. Infancy (masa kelahiran sampai mampu berbicara),
2. Childhood (masa kanak-kanak),
3. Juvenile (usia 5-11 tahun),
4. Preadolescence (masa pradewasa),
5. Early adolescence (masa dewasa awal),
6. Late adolescence (masa dewasa akhir),
7. Adulthood (masa dewasa / sebagai orang tua).
5. Erich Fromm (1900-1980)
Manusia melarikan diri dari kebebasan, karena Manusia tidak dapat dipisahkan dari alam
dan orang lain, Semakin bebas manusia semakin ia merasa kesepian, tidak berarti dan
terasing, Manusia menemukan rasa aman jika bersatu & bekerjasama dengan orang lain.
Ada dua cara untuk memperoleh makna dari kebersamaan dalam kehidupan, yaitu: Mencapai
kebebasan positif tanpa mengorbankan kebebasan dan integritas pribadi dan Memperoleh
rasa aman dengan meninggalkan kebebasan. Tiga mekanisme pelarian yang terpenting yaitu :
Authoritarianism terdiri dari masochistic dan sadistic, Destructiveness, dan Automation
conformity. Kebutuhan Manusia, yaitu: Relatedness (berelasi/berhubungan), Rootedness
(berikatan), Unity (bersatu), Identity (indetitas). Ada 4 kebutuhan lain yang berhubungan
dengan pemahaman dan aktivitas, yaitu:
1. Need for a frame of orientation
2. Need for a frame of devotion
3. Need for excitationstimulation
4. Need for effectiveness.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut manusia membentuk 2 tipe karakter
yaitu:
1. Nonproduktif dan
2. Produktif

6. Adolf Meyer

Teori psychobiology (atau alternatifnya, ergasiology, istilah yang diciptakan dari kata
Yunani untuk bekerja dan melakukan), dimana Meyer melakukan pendekatan untuk pasien
penyakit jiwa yang mencakup, meneliti dan mencatat semuanya,baik psikologis biologis, dan
sosial yang relevan dengan faktor kasus sehingga penekanannya pada pengumpulan sejarah
kasus rinci untuk pasien, memberikan perhatian khusus terhadap latar belakang sosial dan
lingkungan yang membesarkan pasien. Meyer percaya bahwa penyakit mental hasil dari
disfungsi kepribadian, bukan patologi otak.

7. Carl Gustav Jung (1875-1961)

Konsep-konsep Kepribadian Menurut Carl Gustav Jung ada tiga macam, yaitu Personality
Function, Psyche adalah merupakan gabungan atau jumlah dari keseluruhan isi mental,
emosional dan spiritual seseorang, dan Self adalah Kepribadian Total (total personality) baik
Kesadaran maupun Bawah Sadar. Ia memandang manusia sangatlah unik karena mempunyai
begitu banyak Kepribadian yang beragam antara individu satu dengan individu lainnya. Jung
membedakan istilah antara Ambang Sadar (Subconscious) dan Bawah Sadar (Unconscious).

8. Gordon W Allport (1897-1967)

Kepribadian adalah:sebuah organisasi dinamis di dalam sistem psikis dan fisik individu
yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya.
Teori trait oleh Gordon W. Allport. Central trait, yaitu kumpulan kata-kata yang biasanya
digunakan oleh orang untuk mendeskripsikan individu. Unit dasar dari kepribadian adalah
trait yang keberadaannya bersumber pada sistem saraf. Allport percaya bahwa trait
menyatukan dan mengintegrasikan perilaku seseorang dengan mengakibatkan seseorang
melakukan pendekatan yang serupa (baik tujuan ataupun rencananya) terhadap situasi-situasi
yang berbeda. Walaupun demikian, dua orang yang memiliki trait yang sama tidak selalu
menampilkan tindakan yang sama. Faktor genetik dan lingkungan sama-sama berpengaruh
dalam menentukan perilaku manusia.

9. Kurt Lewin (1890- 1947)

Teori medan (life space) merupakan sekumpulan konsep dimana seseorang dapat
menggambarkan kenyataan psikologis yang dapat diterapkan dalam semua bentuk tingkah
laku, dan sekaligus juga cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu dalam suatu
situasi konkret.Struktur Kepribadian terdiri atas:
a. Ruang Hidup,
b.Lingkungan Psikologis
c. Pribadid. Lingkungan Non-Psikologis
Dinamika Kepribadian terdiri atas : energi psikis (psychic energy), tegangan , kebutuhan
(need), tindakan (action) meliputi vector (kekuatan yang mendorong terjadinya tingkah laku)
dan valensi (nilai region dari lingkungan psikologis bagi pribadi) serta lokomosi (
perpindahan lingkaran pribadi).Perkembangan Kepribadian , terdiri dari:
a) Diferensiasi,
b) Perubahan dalam variasi tingkah lakunya,
c) Perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah lakunya lebih kompleks,
d) Bertambah luasnya arena aktivitas individu.
10. Abraham H. Maslow (1908-1970)

Teori Kebutuhan Maslow:


1. Kebutuhan Fisiologis/Biologis
2. Kebutuhan Keamanan
3. Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan
4. Kebutuhan Esteem
5.Kebutuhan Aktualisasi Diri. Hirarki kebutuhan manusia, harus dipenuhi untuk
mengembangkan potensi dalam diri manusia.

11. Ivan Pavlov (1849-1936)

Teori pelaziman klasik adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang
terkondisi dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku
tertentu. Setelah pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan
respons terkondisikan. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk
mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar
dikendalikan oleh stimulus dari luar.Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam
belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah
belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.

12. John B Watson (1878-1958)

Menurut John Watson, perilaku yang terbentuk merupakan hasil suatu pengondisian.
Hubungan berantai sederhana antara stimulus dan respon yang membentuk rangkaian
kompleks perilaku. Rangkaian kompleks perilaku meliputi; pemikiran, motivasi, kepribadian,
emosi dan pembelajaran.

13. Burrhus Frederick Skinner (Psikologi Behaviorisme ) (1904-1990)

Struktur kepribadian, Tehnik mengontrol perilaku adalah sebagai berikut:


1. Pengekangan Fisik ( physical restraints )
2. Bantuan Fisik (physical aids)
3. Mengubah Kondisi Stimulus (changing the stimulus conditions)
4. Manipulasi Kondisi Emosional (manipulating emotional conditions)
5. Melakukan Respons-respons Lain (performing alternative responses)
6. Menguatkan Diri Secara Positif (positive self-reinforcement).
7. Menghukum Diri Sendiri (self punishment).
Selanjutnya Skinner membedakan perilaku atas:

1) Perilaku yang alami (innate behavior)


2) Perilaku Operan (operant behavior)
Dinamika Kepribadian, terdiri dari Kepribadian dan Belajar, Tingkah laku Kontrol
Diri, Stimulan Aversif. Dua jenis pengkondisian, yaitu: Kondisioning Klasik
(Classical Conditioning) dan Kondisioning Operan (Operant Conditioning)

14. Erik Erikson (1902-1994)

Teori Erik Erikson (Tahapan Pembangunan Psikososial) tentang delapan tahap


perkembangan manusia adalah salah satu teori terbaik yang dikenal dalam psikologi.
Sementara teori didasarkan pada tahapan Freud tentang perkembangan psikoseksual, Erikson
memilih untuk fokus pada pentingnya hubungan sosial pada pengembangan kepribadian.
Teori ini juga melampaui masa kanak-kanak untuk melihat perkembangan di seluruh umur.
Perkembangan kepribadian dalam teori psikoanalisis Erickson
1. Trust VS Mistrust (0-1/1,5 tahun).
2. Otonomi VS Rasa Malu dan Ragu ( early chilhood : 1/1,5-3 tahun).
3. Inisiatif VS Rasa Bersalah (late chilhood:3-6th).
4. Industri VS Inferiority ( usia sekolah:6-12 tahun).
5. Identitas dan Penolakan VS difusi Identitas ( masa remaja: 12-20 tahun).
6. Intimasi dan Solidaritas VS Isolasi (Early adulthood : 20-35 th). Perkembangan
7. Generativitas VS Stagnasi/ mandeg ( middle adulthood : 35-65 th ).
8. Integritas VS Keputusasaan (later years: diatas 65 th).

15. Jean Piaget (1896 1980)

Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif tetap salah satu yang paling sering
dikutip dalam psikologi, meskipun menjadi subjek kritik yang cukup. Sementara banyak
aspek teori tidak teruji oleh waktu, namun ide intinya tetap penting hari ini: anak-anak
berpikir berbeda daripada orang dewasa.

16. Lawrence Kohlberg

Lawrence Kohlberg mengembangkan teori pengembangan kepribadian yang berfokus


pada pertumbuhan pemikiran moral. Bangunan pada proses dua-tahap yang diusulkan oleh
Piaget, Kohlberg memperluas teori untuk meliputi enam tahapan yang berbeda. Sementara
teori tersebut telah dikritik karena beberapa alasan yang berbeda, termasuk kemungkinan
bahwa ia tidak mengakomodasi jenis kelamin yang berbeda dan budaya yang sama, teori
Kohlberg tetap penting dalam pemahaman kita tentang pengembangan kepribadian.

17. James W. Fowler (1940-sekarang)

James Fowler perkembangan konsep kepribadian religious/kepercayaan. Indiduating-


reflexive faith adalah tahap yang dikemukakan Fawler, muncul pada masa remaja akhir yang
merupakan masa yang penting dalam perkembangan identitas keagamaan. Untuk pertama
kalinya dalam hidup mereka, individu memiliki tanggung jawab penuh atas keyakinan
religius mereka. Sebelumnya mereka mengandalkan semuanya pada keyakinan orang tuanya.
Adapun tingkat perkembangan iman atau rohani yakni iman intuitif-projektif; iman mitis-
literal; iman sintetik-konvensional; iman individuatif-reflektif; iman konjuktif; dan iman
universal.Tahap-tahap iman tersebut menurut Fowler dipengaruhi oleh aspek kepercayaan. Di
mana kepercayaan memiliki sifat ilmiah yang mengandung unsur empiris dalam diri manusia.

2.3 Pembentukan Kepribadian

Seseorang belajar menjadi anggota keluarga atau masyarakat melalui proses


sosialisasi. Dalam sosialiasi orang menerima dan menyesuakan diri dengan unsurunsur dari
faktor lingkungan sosial. Sosialisasi bermula dari lingkungan keluarga kemudian meluas,
lambat-laun membuat seseorang merasa menjadi bagian masyarakat. Perasaan menjadi
bagian terjadi setelah dia berhasil menerima dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan
unsur-unsur kebudayaan di sekitarnya.
Apabila masyarakat berubah, dia pun akan menyerap dan menyesuaikan diri dengan nilai-
nilai baru yang muncul bersama perubahan itu. Sosialisasi berlangsung seumur hidup
manusia, secara bertahap, bukan seketika. Sedikit demi sedikit pengalaman seseorang
bertambah, nilai-nilai dan norma-norma sosial mengalami proses internalisasi. Sejak dari
kelahirannya hingga dewasa, seseorang mengalami proses sosialisasi melalui tahapan-
tahapan berikut ini.

1. Tahap Persiapan (Preparatory Stage). Pada saat seseorang dilahirkan, dia sudah siap
mengenal dunia sosialnya, termasuk siap memahami dirinya sendiri. Pengenalan diri
dan lingkungan terjadi berkat kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir
memungkinkan seorang bayi meniru beberapa hal yang dia lihat atau dia dengar,
walaupun masih belum sempurna. Kemudian semakin berkembang, sehingga pada
tahap berikutnya seorang anak mampu meniru hampir semua perilaku orang dewasa
yang ada di dekatnya. Ciri penting tahap persiapan adalah interaksi seseorang terbatas
dengan anggota keluarga dekat. Karena keterbatasan ini, seorang anak belum
memiliki kesadaran diri.
2. Tahap Meniru (Play Stage). Pada tahap ini seorang anak dapat meniru berbagai
tingkah secara sempurna. Anak perempuan berusia 3 5 tahun mampu meniru
tingkah laku wanita dewasa dalam bentuk permainan pasar-pasaran, sedangkan anak
laki-laki dalam usia sama biasanya suka bermain perang-perangan. Dalam
permainan yang dilakukan, kesadaran diri anak mulai terbentuk. Mereka memahami
siapa dirinya, siapa orang tuanya, dan siapa saja saudarasaudaranya. Dia mulai
menyadari, bahwa dirinya mungkin anak kedua dalam keluarganya. Sebagai anak
kedua, dia menyadari bagaimana seharusnya bersikap kepada kakak atau adiknya.
Sebagai anak, dia mengharapkan kasih saying dari kedua orang tuanya. Dia pun
menyadari sikap-sikap yang seharusnya ditunjukkan kepada kedua orang tuanya. Pada
tahap ini anak mampu menempatkan diri sebagaimana seharusnya, dan mampu
menempatkan diri pada posisi orang lain.
3. Tahap Siap Bertindak (Game Stage). Memasuki tahap ini, seorang anak mulai
mengurangi proses peniruan. Mereka secara langsung mulai berani memainkan
peranan dirinya dengan penuh kesadaran. Kemampuannya dalam menempatkan diri
pada posisi orang lain pun meningkat. Peningkatan itu ditunjukkan dengan adanya
kemampuan untuk Permainan yang menunjukkan kerjasama dalam tim antara lain
permainan sepak bola, bola voli, dan lain-lain. Keterlibatan seseorang berperan dalam
tim meningkatkan kemampuan bekerja sama dan tumbuh rasa kebersamaan dalam
kelompok. Rasa kebersamaan akan tumbuh menjadi semangat membela keutuhan
keluarga atau kelompoknya. Dalam hidup berkelompok, seseorang memiliki banyak
pasangan interaksi. Semakin banyak teman berinteraksi, hubungannya dengan orang
lain semakin kompleks. Pada tahap ini, seseorang mengalami kemantapan diri
melebihi dua tahap sebelumnya. Norma-norma di luar keluarga atau kelompoknya
secara bertahap dapat dipahami. Misalnya, timbulnya kesadaran bahwa di rumah
orang lain terdapat tata krama yang harus dihormati. Dengan adanya kesadaran seperti
itu, anak telah siap berpartisipasi aktif dalam hidup bermasyarakat.
4. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Other). Pada tahap ini anak telah
memasuki jenjang orang dewasa. Selain dapat menempatkan diri sebagai orang lain,
juga harus dapat menempatkan diri sebagai anggota masyarakat luas. Untuk ini
diperlukan sikap tenggang rasa dengan sesama warga masyarakat. Di samping itu,
tumbuh sikap saling menghargai, kesediaan bekerjasama, dan menyadari sebagai
bagian dari warga masyarakat. Seseorang mulai memperhatikan hak-hak orang lain
atas dirinya, di samping hak-haknya sendiri yang dia harapkan dipenuhi oleh orang
lain. Untuk itu diperlukan kesadaran akan adanya berbagai norma untuk menjamin
pergaulan hidup bersama secara harmonis di masyarakat. Pada tahap ini pula seorang
manusia telah menjadi warga masyarakat secara penuh.

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian

1. Faktor Biologis
Faktor biologis yaitu yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau sering kali
disebut faktor fisiologi. Dewasa ini ada kedua psikologi Sosial (dengan huruf S besar).. Ini
menunjukkan dua pendekatan dalam psikologi , sosial: ada yang menekankan faktor-faktor
psikologis dan ada yang menekankan faktor-faktor sosial; atau dengan istilah lain: faktor-
faktor yang timbul dari dalam diri individu (faktor personal), dan faktor-faktor berpengaruh
yang datang dari luar diri individu (faktor environmental). Manakah di antara dua pendapat
ini yang benar dengan menggunakan istilah Edward E. Sampson (1976) antara perspektif
yang berpusat pada personal (person-centered perspective) dengan perspektif yang berpusat
pada situasi (situation-centered perspective). Seperti juga konsepsi tentang manusia, yang
benar tampaknya interaksi di antara keduanya. Karena itu, kita akan membahasnya satu per
satu, dimulai dengan perspektif yang berpusat pada personal. Perspektif yang berpusat pada
personal mempertanyakan factor-faktor internal apakah, baik berupa sikap, instink, motif,
kepribadian, sistem, kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar ada dua
faktor: faktor biologis dan faktor sosiopsikologis.
Faktor Biologis Manusia adalah makhluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan
yang lainnya. Ia lapar kalau tidak makan selama dua puluh jam, kucing pun demikian. Ia
memerlukan lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya, begitu pula monyet ia melarikan diri
kalau melihat musuh yang menakutkan. Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan
manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Bahwa warisan biologis
manusia menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan
seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. Begitu besarnya
pengaruh warisan biologis ini sampai muncul aliran baru, yang memandang segala kegiatan
manusia, termasuk agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur biologinya. Aliran ini
menyebut dirinya sebagai aliran sosiobiologi (Wilson, 1975).
Kura-kura Galapagos yang hidup sejak sekian ribu tahun yang lalu bertingkah laku
yang sama sekarang ini. Tetapi, perilaku orang Jawa di zaman Diponegoro.sudah jauh
berbeda dengan perilaku mereka di zaman Suharto. Menurut Marvin Harris, antropolog
terkenal dari University of Florida, agak sukar kita menjelaskan perubahan kultural ini pada
sebab-sebab biologis (Rensberger, Dialogue, 1/1984:38). Ini hanya dapat dijelaskan dengan
melihat komponen-komponen lain dari manusia, yakni faktor-faktor sosiopsikologis.

2. Faktor Sosial
Yang dimaksud dengan faktor sosial ialah masyarakat; yakni manusia-manusia lain
disekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan. Faktor-faktor
Sosiopsikologis adalah proses sosial dimana ia memperoleh beberapa karakteristik yang
mempengarahi perilakunya, hal ini dapat kita mengklasifikasinya ke dalam tiga kamponen
yaitu komponen afektif, komponen kognitif, dan kornponen konatif. Komponen afektif
merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Komponen kognitif adalah aspek
intelektual, yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif adalah
aspek volisional, ymg berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
Motif Sosiogenesis yaitu sering juga disebut motif sekufider sebagai lawan motif
primer (motif biologis), sebetulnya bukan motif anak bawang. Tetapi peranannya dalam
membentuk perilaku sosial sangat menentukan. Berbagai klasifikasi motif sosiogenesis
disajikan berikut ini:
W . I. Thomas dan Florian Znaniecki menguraikan motif sosiogenesis adalah:
1. Keinginan memperoleh pengalaman baru
2. Keinginan untuk mendapat respons
3. Keinginan akan pengakuati
4. Keinginan akan rasa aman

David McCleiland mengemukakan bahwa motif sosiogenesis adalah:


1. Kebutuhan berprestasi (need for achieveinent)
2. Kebutuhan akan kasih sayang (need for afflliation)
3. Kebutuhan berkuasa (need for power)

Abraham Maslow berpendapat bahwa motif sosiogenesis adalah:


1. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs);
2. Kebutuhan akan keterikatan dan cinta (belongingness and love needs);
3. Kebutuhan akan Fengbortik(esteent needs)
4. Kebutuhan untuk pemenuban diri (Self actualization)

Melvin H. Marx berpendapat bahwa motif sosiogenesis adalah:


1. Kebutuhan organismis terdiri atas : motif ingin tau dan ingin mengerti,motif
kompetensi,motif cinta serta motif harga diri dan keinginan untuk mencari identitas.
2. Kebutuhan akan nilai, dambaan dan makna kehidupan.
3. Kebutuhan akan pemenuhan diri
4. Sikap yaitu kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi atau nilai.
5. Emosi

4. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing anak/orang
tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana anak itu dibesarkan. Seorang
anak Indonesia misalnya, jika sejak kecil dibawa ke London dan dibesarkan serta dipelihara
oleh orang Inggris dengan kebudayaan Inggris, jangan diharap bahwa keperibadian anak itu
akan sama atau mirip dengan kepribadian orang-orang Indonesia lainya. Pengaruh
kebudayaan terhadap kepribadian sangat erat pengaruhnya, kepribadiaan seseorang tidak
dapat diukur atau dinilai, tanpa menyelidiki latar belakang kebudayannya.
Beberapa aspek kebudayaan yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan
kepribadian, Yaitu:
a. Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh
manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Mentaati dan mematuhi nilai-nilai hidup
di dalam kebudayaan itu menjadi idaman dan kewajiban bagi setiap anggota masyarakat
kebudayaan itu.
b. Adat dan Tradisi
Di setiap daerah terdapat adat dan tradisi yang berlainan. Dalam hal perkawinan,
bagaimana hubungan bujang dan gadis di waktu remaja, bagaimana cara-cara melamar, cara
menentukan/memilih hari pernikahan, upacara-upacara pesta mempertemukan pengantin dan
sebagianya; hampir setiap daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing.
c. Pengetahuan dan Ketrampilan
Pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi sikap dan tindakannya.
Tiap orang memiliki pengetahuan yang barlain-lainan, dari pengetahuan yang sangat
elementer sampai kepada yang tinggi dan luas.
d. Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan
juga salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan.
e. Milik kebendaaan (material possessions)
Milik kebendaan juga merupakan yang termasuk juga kedalam kebudayaan seperti
milik yang berupa/berbentuk kekayaan dan kemakmuran maupun benda benda hasil dari
karya suatu masayarakat.

5. Faktor Lingkungan

a. Lingkungan Rumah
Lingkungan rumah terutama orang tua, memegang peranan penting serta menjadi guru
bagi anak dalam mengenal dunianya. Orang tua adalah pengasuh, pendidik dan membantu
proses sosialisasi anak. Utami Munandar (1999) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua, maka semakin baik prestasi anak. Termasuk juga sejauh mana keluarga
mampu menyediakan fasilitas tertentu untuk anak (televisi, internet, dan buku bacaan).
b. Lingkungan sekolah
Menurut Ormrod (2006) lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan yang
nyaman sehingga anak terdorong untuk belajar dan berprestasi. Ada beberapa karakteristik
lingkungan sekolah yang nyaman sebagai tempat belajar (Burstyn & Stevens dalam Ormrod,
2006), yaitu:
1. Sekolah mempunyai komitmen untuk mendukung semua usaha murid agar sukses
baik dalam bidang akademik maupun sosial.
2. Adanya kurikulum yang menantang dan terarah.
3. Adanya perhatian dan kepercayaan murid serta orang tua terhadap sekolah.
4. Adanya ketulusan dan keadilan bagi semua murid, baik untuk murid dengan latar
belakang keluarga yang berbeda, beda ras maupun etnik.
5. Adanya kebijakan dan peraturan sekolah yang jelas. Misalnya panduan perilaku yang
baik, konsekuensi yang konsisten, penjelasan yang jelas, kesempatan menjalin
interaksi sosial serta kemampuan menyelesaikan masalah.
6. Adanya partisipasi murid dalam pembuatan kebijakan sekolah.
7. Adanya mekanisme tertentu sehingga siswa dapat menyampaikan pendapatnya secara
terbuka tanpa rasa takut.
8. Mempunyai tujuan untuk meningkatkan perilaku prososial seperti berbagi informasi,
membantu dan bekerja sama.
9. Membangun kerja sama dengan komunitas keluarga dan masyarakat.
10. Mengadakan kegiatan untuk mendiskusikan isu-isu menarik dan spesial yang
berkaitan dengan murid.
Sedangkan di kelas, sebaiknya kelas cukup besar dengan jumlah murid yang tidak
terlalu banyak sehingga guru dapat memonitor setiap siswa. Kelas yang baik dan produktif
adalah kelas yang nyaman secara tata ruang, memunculkan motivasi internal siswa untuk
belajar, kegiatan guru yang terarah serta kegiatan monitor terhadap siswa (Gage & Berliner,
1992).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi
dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa
diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam
memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang
dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan
hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang
dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap
lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri
individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan
diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri.
Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai suatu proses respons individu baik
yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari
dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan
antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.

3.2 Saran

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang sangat saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Vous aimerez peut-être aussi