Vous êtes sur la page 1sur 9

1

WARFARIN

Dosen Pengampu: Sri Rahayu, M.Farm., Apt

Oleh:

Kelompok VIII

Ahmad Khairani Naja (NPM. 1648201110003)


Aulivia Febrian (NPM. 1648201110007)
Fauziah (NPM. 1648201110014)
Muhammad Faisal Firdaus (NPM. 1648201110029)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

BANJARMASIN

2017
2.1. Karakter
Antikoagulan adalah golongan obat yang dipakai untuk menghambat
pembekuan darah. Obat-obat ini tidak melarutkan bekuan darah seperti
trombolotik, tetapi bekerja sebagai pencegah pembentukan bekuan baru.
Antikoagulan digunakan pada orang yang memiliki gangguan pembuluh
arteri dan vena yang membuat orang tersebut berisiko tinggi untuk
pembentukan bekuan darah. Gangguan pada vena mencakup trombosis
vena dalam dan emboli paru, dan gangguan arteri mencakup trombosis
koronaria, (infark miokardium), adanya katup jantung buatan, dan
serangan pembuluh darah otak (stroke). Untuk gangguan arteri,
antipletelet seperti aspirin, dipiridamol, dan sulfinpirazon dianggap
sebagai obat pilihan. Saat ini, antikoagulan oral juga tersedia. Beberapa
antikoagulan digunakan dalam peralatan medis seperti tabung reaksi,
kantong transfusi darah, dan peralatan dialisis ginjal. (Joyce L. Kee.1996)
Antikoagulan berkaitan erat dengan antiplatelet dan obat trombolitik
dengan memanipulasi berbagai jalur pembekuan darah. Secara khusus,
antikoagulan bekerja sebagai pencegah pembentukan bekuan baru. (Joyce
L. Kee.1996)
Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan
jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa
faktor pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk
mencegah terbentuk dan meluasnya thrombus dan emboli, maupun untuk
mencegah bekunya darah in vitro. Pada trombus yang sudah terbentuk,
antikoagulan hanya mencegah membesarnya thrombus dan mengurangi
kemungkinan terjadinya emboli, tetapi tidak memperkecil trombus.
(Alaydrus, Husein. 2015)
Warfarin merupakan anti koagulan oral yang mempengaruhi sintesa
vitamin K yang berperan dalam pembekuan darah sehingga terjadi deplesi
faktor II, VII, IX dan X. Warfarin bekerja di hati dengan menghambat
karboksilasi vitamin K dari protein prekursornya. Karena waktu paruh dari
masing-masing faktor pembekuan darah tersebut, maka bila terjadi

3
4

deplesi faktor Vll waktu protrombin sudah memanjang. Tetapi efek anti
trombotik baru mencapai puncak setelah terjadi deplesi keempat faktor
tersebut. Jadi efek anti koagulan dari warfarin membutuhkan waktu
beberapa hari karena efeknya terhadap faktor pembekuan darah yang baru
dibentuk bukan terhadap faktor yang sudah ada di sirkulasi. (Alaydrus,
Husein. 2015)
Warfarin tidak mempunyai efek langsung terhadap trombus yang
sudah terbentuk, tetapi dapat mencegah perluasan trombus. Warfarin telah
terbukti efektif untuk pencegahan stroke kardioembolik. Karena
meningkatnya resiko pendarahan, penderita yang diberi warfarin harus
dimonitor waktu protrombinnya secara berkala. (Alaydrus, Husein. 2015)
2.2. Sturktur Kimia Warfarin

2.3. Mekanisme Kerja


Penggunaan klinis dari antikoagulan coumarin dapat dilacak pada
penemuan suatu substansi antikoagulan yang dibentuk dalam pakan ternak
semanggi manis yang telah busuk (spoilet sweet clover silage). Ia
menghasilkan suatu defisiensi prothrombin plasma dan penyakit
perdarahan sebagai konsekuensinya pada binatang ternak. Agen toksik
tersebut diidentifikasi sebagai hidroxsycoumarin dan disintesis sebagai
dicumarol. Obat ini dan kongoner-kongonernya, khususnya warfarin,
secara luas digunakan sebagai rodentisida selain aplikasinya sebagai agen-
agen antitrombotik pada manusia. Obat-obat ini sering disebut sebagai
antikoagolan oral karena tidak seperti heparin, obat-obat ini diberikan
secara oral. Warfarin merupakan anggota dalam kelompok ini yang paling
5

dapat diandalkan, dan coumarin antikoagulan lainnya hampir tidak pernah


digunakan di Amerika Serikat. (Katzung, B. G. 2012).
Warfarin secara umum diberikan sebagai garam natrium dan
mempunyai bioavaibilitas 100% lebih dari 90% dari warfarin rasemik
terikat pada albumin plasma, yang mungkin menjadi penyebab kenapa
volume distribusinya kecil (ruang albumin). Waktu paruh pada plasma (36
jam), dan tidak adanya ekskresi obat yang tidak berubah melalui urine.
Warfarin yang digunakan secara klinis merupakan suatu campuran
rasemik yang tersusun dari dua enansiomorf dengan jumlah yang sama.
Levorotatory S-Warfarin (Warfarin dengan putaran ke kiri) empat kali
lebih kuat daripada dextrorotatory R-Warfarin (Warfarin dengan putaran
ke kanan). Pengamatan ini berguna dalam memahami sifat-sifat
stereoselektif dari beberapa interaksi obat yang melibatkan warfarin.
(Katzung, B. G. 2012).
Antikogulansia oral sering berinteraksi dengan obat-obat lain dan
dengan keadaan-keadaan penyakit. Inget aksi q interaksi ini dapat secara
besar dibagi menjadi efek-efek Farmakokinetika dan Farmakodinamika.
Mekanisme farmakokinetika untuk interaksi obat-obat dengan
antikoagulansia oral sebagian besar merupakan induksi enzi,
penghambatan enzim dan penurunan ikatan protein plasma. Mekanisme q
mekanisme farmakodinamika untuk interaksi-interaksi dengan warfarin
adalah sinergisme (kegagalan hemostatis, penurunan sintesis faktor
pembekuan, seperti pada penyakit hati), antagonisme kompetitip (vitamin
K) dan sebuah perubahan fisiologis lingkaran kendali untuk vitamin K
(resistensi herediter pada antikoagulansia oral). (Katzung, B. G. 2012).
Warfarin per oral diabsorpsi dengan cepat dan sempurna dari saluran
cerna. Dalam plasma, warfarin diikat dengan erat oleh albumin plasma.
Kadar puncak dalam darah dicapai dalam waktu 1 jam setelah diminum,
tetapi puncak efek antikoagulannya dicapai setelah 36-48 jam kemudian.
Efek antikoagulan warfarin mulai terlihat setelah 12-16 jam dan
berlangsung selama 4-5 hari. Warfarin dimetabolisme dalam hati dengan
6

waktu paruh 40 jam. Obat antikoagulan oral dapat menembus plasenta dan
juga terdapat dalam ASI selama masa laktasi sehingga dapat
membahayakan janin ataupun bayi yang baru lahir. (Katzung, B. G. 2012).
2.4. Khasiat
Warfarin adalah antikoagulan (pengencer darah). Warfarin
mengurangi pembentukan bekuan darah. Warfarin digunakan untuk
mengobati atau mencegah penggumpalan darah pada pembuluh darah atau
arteri, yang dapat mengurangi risiko stroke, serangan jantung, atau kondisi
serius lainnya. Warfarin juga dapat digunakan untuk tujuan yang tidak
tercantum dalam panduan pengobatan ini. (Katzung, B. G. 2012).
2.5. Cara Pemberian dan Dosis
Pengobatan dengan warfarin harus didahului dengan dosis kecil
harian sebesar 5-10 mg daripada pemberian dosis besar yang sebelumnya
digunakan. Penyesuaian awal dari waktu prothrombin dibutuhkan kira kira
satu minggu, yang biasanya menghasilkan dosis pemeliharaan sebesar 5-7
mg/hari. Waktu prothrombin harus dinaikkan pada sebuah tingkat yang
menunjukkan 25 % dari aktivitas normal dan dipertahankan untuk terapi
jangka panjang. Jika aktivitasnya kurang dari 20 %, Dosis warfarin harus
dikurangi atau dihentikan sampai aktivitasnya meningkat menjadi di atas
20 %. (Katzung, B. G. 2012).
2.6. Toksisitas / Keamanan
Warfarin menembus plasenta secara langsung dan dapat
menyebabkan suatu gangguan pendarahan dalam janin. Lebih jauh lagi,
protein -protein janin dengan residu-residu y-carboxyglutamate yang
ditemukan dalam tulang dan darah dapat dipengaruhi oleh warfarin; obat
ini dapat menyebabkan suatu cacat lahir yang serius yang ditandai dengan
pembentukan tulang yang abnormal. Untuk itu, warfarin jangan pernah
diberikan selama kehamilan. Nekrosis kulit dengan penurunan aktivitas
protein C kandang kandang terjadi pada minggu pertama terapi. Kadang
kadang, suatu proses yang sama menyebabkan Infarktus yang nyata pada
dada, jaringan jaringan lemak, usus, dan ekstremitas. Lesi patologis yang
7

terkait dengan pendarahan Infarktus adalah trombosis vena, diisyaratkan


bahwa penyakit ini ditimbulkan oleh depresi sintesis protein C akibat
warfarin. (Katzung, B. G. 2012).
Anda seharusnya tidak mengambil warfarin jika Anda alergi terhadapnya,
atau jika:
Anda memiliki tekanan darah tinggi;
Anda baru saja menjalani operasi pembedahan di otak, tulang
belakang, atau mata Anda;
Anda menjalani keran tulang belakang atau anestesi spinal
(epidural); atau
Anda tidak bisa mengambil warfarin tepat waktu setiap hari.
Anda juga tidak boleh minum obat ini jika Anda rawan berdarah karena
kondisi medis, seperti:
kelainan sel darah (seperti sel darah merah rendah atau trombosit
rendah);
bisul atau perdarahan di perut, usus, paru-paru, atau saluran kemih;
aneurisma atau perdarahan di otak; atau
infeksi pada lapisan jantung Anda.
Warfarin bisa membuat Anda berdarah lebih mudah, terutama jika Anda
pernah memilikinya:
tekanan darah tinggi atau penyakit jantung yang serius;
penyakit ginjal;
kanker atau jumlah sel darah rendah;
kecelakaan atau operasi;
pendarahan di perut atau usus;
stroke; atau
jika Anda berusia 65 tahun atau lebih.
Untuk memastikan warfarin aman untuk Anda, beritahu dokter Anda jika
Anda pernah memilikinya:
diabetes;
8

gagal jantung kongestif;


penyakit hati, penyakit ginjal (atau jika Anda menjalani dialisis);
defisiensi penggandaan turun-temurun; atau
trombosit darah rendah setelah menerima heparin.
(Anonim, 2017)
9

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Warfarin. (2012). https://www.drugs.com/warfarin.html. Diakses
pada 30 Oktober 2017.
Alaydrus, Husein. (2015). Warfarin. [E-book]. Diakses pada 30 Oktober. 2017
Joyce L. Kee, Evelyn R. Hayes (1996). Farmakologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Basic & clinical
pharmacology. New York: McGraw-Hill Medical.

Vous aimerez peut-être aussi