Vous êtes sur la page 1sur 21

BAB 1

PENDAHULUAN

Pengertian Aset Tetap

Menurut PSAK 16 aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk
tujuan administratif; dandiharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Selain
itu definisi dalam aset tetap lainnya yaitu:

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar
dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan
atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada
saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain,
misalnya PSAK 53 (revisi 2010): Pembayaran Berbasis Saham.
Jumlah tercatat adalah nilai aset yang diakui setelah dikurangi akumulasi penyusutan
dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Jumlah terpulihkan adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual dan nilai pakainya.
Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan
pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya.
Nilai spesifik entitas adalah nilai kini dari arus kas entitas yang diharapkan timbul
dari penggunaan aset secara berkelanjutan dan dari pelepasan aset tersebut pada akhir
umur manfaatnya atau yang diharapkan terjadi saat penyelesaian liabilitas.
Nilai residu aset adalah jumlah estimasian yang dapat diperoleh entitas saat ini dari
pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan, jika aset telah mencapai
umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara
pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu
transaksi dengan wajar.
Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset
selama umur manfaatnya.
Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah
tercatat suatu aset atas jumlah terpulihkannya.
Umur manfaat adalah:
a) periode suatu aset yang diharapkan dapat digunakan oleh entitas, atau
b) jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari suatu
aset oleh entitas.

Berdasarkan uraian di atas, Aset tetap memiliki karakteristik seperti berikut ini:

a) Aset itu diperoleh perusahaan untuk digunakan dalam operasi dalam arti tidak
diperjual berlikan).
b) Aset itu berumur lebih dari satu tahun/satu periode akuntansi dan disusutkan pada
akhir periode.
c) Aset memiliki substansi fisik dan mempunyai manfaat ekonomi di masa depan.

Pengakuan

Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:

a) kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset
tersebut; dan
b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

Biaya perolehan aset tetap meliputi:

a) Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain;
b) Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi
dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi
manajemen;
c) Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi
aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena
entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk
menghasilkan persediaan.

Pengukuran Biaya Perolehan

Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat
terjadinya. Jika pembayaran suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit
normal, perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga
selama periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 26 (revisi 2008): Biaya
Pinjaman.
Satu atau lebih aset tetap mungkin diperoleh dalam pertukaran aset nonmoneter, atau
kombinasi aset moneter dan nonmoneter. Pembahasan berikut mengacu pada pertukaran satu
aset nonmoneter dengan aset nonmoneter lainnya, tetapi hal ini juga berlaku untuk semua
pertukaran yang dijelaskan dalam kalimat sebelumnya. Biaya perolehan dari suatu aset tetap
diukur pada nilai wajar kecuali:

a) transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau


b) nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal.

Aset yang diperoleh diukur dengan cara seperti di atas bahkan jika entitas tidak dapat
dengan segera menghentikan pengakuan aset yang diserahkan. Jika aset yang diperoleh tidak
dapat diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari
aset yang diserahkan.

Pengukuran Aset Tetap

1. Model Biaya
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
2. Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal
harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi
setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup
reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari
jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode
pelaporan.

Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi
diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini:

a) Disajikan kembali secara porposional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto
aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah
revaluasiannya. Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara
memberi indeks untuk menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan.
b) Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah
eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini
sering digunakan untuk bangunan.

Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, maka kenaikan tersebut diakui dalam
pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi.
Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan
nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laba rugi. Jika jumlah
tercatat aset turun akibat revaluasi, maka penurunan tersebut diakui dalam laba rugi. Namun,
penurunan nilai tercatat diakui dalam pendapatan komprehensif lain selama penurunan
tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut. Penurunan nilai
yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain mengurangi akumulasi dalam ekuitas pada
bagian surplus revaluasi.

Penyusutan Aset Tetap

Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap
total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. Beban penyusutan untuk
setiap periode harus diakui dalam laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam
jumlah tercatat aset lainnya. Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis
sepanjang umur manfaatnya. Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap di-review
minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi
sebelumnya maka perbedaan tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi
sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi
dan Kesalahan. Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan,
misalnya pada saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset
siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen. Penyusutan aset dihentikan lebih awal
ketika aset tersebut diklasifi kasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual (atau aset tersebut
termasuk dalam kelompok aset lepasan yang diklasifi kasikan sebagai dimiliki untuk dijual)
sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan
Operasi yang Dihentikan dan pada saat aset tersebut dilepaskan. Oleh sebab itu depresiasi
tidak dihentikan pengakuannya ketika aset tidak digunakan atau dihentikan penggunaannya
kecuali telah habis disusutkan. Namun, apabila metode penyusutan yang digunakan adalah
usage method (seperti unit of production method) maka beban penyusutan menjadi nol bila
tidak ada produksi.
Manfaat ekonomi masa depan melekat pada aset yang dikonsumsi oleh entitas terutama
melalui penggunaan aset itu sendiri. Namun, beberapa faktor lain seperti keusangan teknis,
keusangan komersial dan keausan selama aset tersebut tidak terpakai, sering mengakibatkan
menurunnya manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari aset tersebut. Berkaitan dengan hal-
hal tersebut di atas, seluruh faktor berikut ini diperhitungkan dalam menentukan umur
manfaat dari setiap aset:

a) Ekspektasi daya pakai dari aset. Daya pakai atau daya guna tersebut dinilai dengan
merujuk pada ekspektasi kapasitas aset atau keluaran fi sik dari aset;
b) Ekspektasi tingkat keausan fisik, yang tergantung pada faktor pengoperasian aset
tersebut seperti jumlah penggiliran (shift) penggunaan aset dan program pemeliharaan
aset dan perawatannya, serta perawatan dan pemeliharaan aset pada saat aset tersebut
tidak digunakan(menganggur);
c) Keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakibatkan oleh perubahan atau
peningkatan produksi, atau karena perubahan permintaan pasar atas produk atau jasa
yang dihasilkan oleh aset tersebut; dan
d) Pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum atau peraturan tertentu, seperti
berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan sewa.

Metode Penyusutan

Metode penyusutan yang digunakan mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat


ekonomik masa depan dari aset oleh entitas. Metode penyusutan yang digunakan untuk aset
di-review minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan
dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka
metode penyusutan diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode
penyusutan diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25
(revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.

Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan
secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya. Metode tersebut antara lain metode
garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing balance method), dan
metode jumlah unit (sum of the unit method). Metode garis lurus menghasilkan pembebanan
yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah. Metode saldo
menurun menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset. Metode
jumlah unit menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang
diharapkan dari suatu aset. Metode penyusutan aset dipilih berdasarkan ekspektasi pola
konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset dan diterapkan secara konsisten dari
periode ke periode kecuali ada perubahan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik
masa depan dari aset tersebut.

Penurunan Nilai

Penurunan Nilai Aset menjelaskan bagaimana entitas me-review jumlah tercatat


asetnya, bagaimana menentukan jumlah terpulihkan dari aset dan kapan mengakui atau
membalik rugi penurunan nilai.

Kompensasi untuk Penurunan Nilai

Kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang
atau dihentikan dimasukkan dalam laba rugi pada saat kompensasi diakui menjadi piutang.
Penurunan nilai atau kerugian aset tetap, klaim atas atau pembayaran kompensasi dari pihak
ketiga dan pembelian atau kontruksi selanjutnya atas penggantian aset adalah peristiwa
ekonomi yang terpisah dan dicatat terpisah dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Penurunan nilai aset tetap diakui sesuai dengan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset
b) Penghentian pengakuan aset tetap yang usang atau dilepas ditentukan sesuai dengan
Pernyataan ini;
c) Kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai,
hilang atau dihentikan harus dimasukkan dalam penentuan laba rugi pada saat
kompensasi diakui pada saat menjadi piutang.

PENGHENTIAN PENGAKUAN

Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat:

a) Dilepas; atau
b) ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap
dimasukkan dalam laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya (kecuali PSAK
30: Sewa mengharuskan perlakuan yang berbeda dalam hal transaksi jual dan sewa-balik).
Keuntungan tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.

Pengungkapan
Laporan keuangan mengungkapkan untuk setiap kelas aset tetap:

a) Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto;


b) Metode penyusutan yang digunakan;
c) Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
d) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi
penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; dan
e) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
f) Penambahan;
g) Aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau termasukdalam
kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan
PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan dan Pelepasan Lain;
h) Perolehan melalui kombinasi bisnis;
i) Peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai dengan paragraf 31, 39, dan
40 serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dibalik dalam penghasilan
komprehensif lain sesuai dengan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset;
j) Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai dengan PSAK 48;
k) Pembalikan rugi penurunan nilai dalam laba rugi sesuai dengan PSAK 48;
l) Penyusutan;
m) Selisih kurs neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata uang
fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari
kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor; dll
n) Perubahan lain

Laporan keuangan juga mengungkapkan:

a) Keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik dan aset tetap yang dijaminkan
untuk liabilitas
b) Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam
kontruksi
c) Jumlah komitmen kontraktual untuk memperoleh aset tetap
d) Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan
nilai, hilang, atau dihentikan yang termasuk dalam laba rugi, jika tidak diungkapkan
secara terpisah dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Perubahan Kebijakan Akuntansi

Ketika suatu PSAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi, peristiwa atau
kondisi lain, kebijakan akuntansi yang diterapkan pos tersebut menggunakan PSAK tersebut.

Dalam hal tidak ada PSAK yang secara spesifik berlaku untuk transaksi, peristiwa atau
kondisi lain, maka manajemen menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan dan
menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang relevan dan andal.

Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten untuk


transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang serupa, kecuali suatu PSAK secara spesifik
mengatur atau mengizinkan pengelompokkan pos-pos dengan kebijakan akuntansi yang
berbeda adalah hal yang tepat. Jika suatu PSAK mengatur atau mengizinkan
pengelompokkan tersebut, maka kebijakan akuntansi yang tepat dipilih dan diterapkan secara
konsisten untuk setiap kelompok.

Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut:

Dipersyaratkan oleh suatu PSAK; atau


Menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal dan lebih
relevan tentang dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi
keuangan, kinerja keuangan atau arus kas entitas.

Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi:

Entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal suatu
PSAK sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisi dalam PSAK tersebut, jika
ada; dan
Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi untuk penerapan awal suatu PSAK yang
tidak mengatur ketentuan transisi untuk perubahan tersebut, atau perubahan kebijakan
akuntansi secara sukarela, maka entitas menerapkan perubahan tersebut secara
retrospektif.

Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif, maka entitas


menyesuaikan saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian
paling awal dan jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-
olah kebijakan akuntansi baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya.

Pendekatan Pelaporan Perubahan Kebijakan Akuntansi (Kieso et al.)


a) Entitas melaporkan dampak komulatif atas perubahan kebijakan pada laporan
keuangan tahun berjalan. Entitas tidak melakukan perubahan pada laporan keuangan
tahun sebelumnya.
b) Entitas melakukan perubahan secara retrospektif. Entitas melakukan penyesuaian
laporan keuangan tahun sebelumnya dan menunjukkan dampak kumulatif sebagai
penyesuaian pada laba ditahan awal tahun berjalan.
c) Entitas melakukan perubahan secara prospektif (dimasa depan). Entitas tidak
melakukan penyesuaian pada neraca awal untuk merefleksikan perubahan kebijakan.

Penerapan retrospektif adalah penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi,


peristiwa, dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan.

Penerapan prospektif suatu perubahan kebijakan akuntansi dan pengakuan dampak


perubahan estimasi akuntansi, masing-masing adalah:

penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang
terjadi setelah tanggal perubahan kebijakan tersebut; dan
pengakuan dampak perubahan estimasi akuntansi pada periode berjalan dan periode
mendatang yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut.

Penyajian kembali retrospektif adalah koreksi pengakuan, pengukuran, dan


pengungkapan jumlah unsur-unsur laporan keuangan seolah-olah kesalahan periode
sebelumnya tidak pernah terjadi.

PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI

Dampak perubahan estimasi akuntansi diakui secara prospektif dalam laporan laba rugi pada:

Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada
keduanya.

Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan laibilitas,


atau terkait dengan suatu pos ekuitas, perubahan estimasi akuntansi tersebut diakui dengan
menyesuaikan jumlah tercatat pos aset, liabilitas, atau ekuitas yang terkait pada periode
perubahan.

KESALAHAN
Entitas mengoreksi kesalahan material periode sebelumnya secara retrospektif pada
laporan keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya kesalahan dengan:

Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode sebelumnya yang disajikan


dimana kesalahan terjadi; atau
Jika kesalahan terjadi sebelum periode sajian paling awal, maka menyajikan kembali
saldo awal aset, laibilitas, dan ekuitas untuk periode sebelumnya sajian paling awal.
BAB 2

PROFIL PERUSAHAAN

PT Tunas Baru Lampung Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan Akta No. 23 tanggal 22
Desember 1973 dari Halim Kurniawan, S.H., notaris di Teluk Betung. Akta pendirian ini
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.
Y.A.5/233/25 tanggal 10 Juli 1975 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No. 44 tanggal 1 Juni 1999, Tambahan No. 3194. Anggaran Dasar Perusahaan
telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat
No. 3 tanggal 3 Desember 2015 dari Antoni Halim, S.H., notaris di Jakarta, mengenai
perubahan Pasal 3 Anggaran Dasar tentang maksud dan tujuan serta kegiatan usaha
Perusahaan. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-0947369.AH.01.02.
Tahun 2015 tanggal 7 Desember 2015, dan sampai tanggal penyelesaian laporan keuangan
konsolidasi, publikasi dalam Berita Negara Republik Indonesia masih dalam proses.Sesuai
dengan pasal 3 Anggaran Dasar, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama meliputi bidang
pertanian, industri, perdagangan, pembangunan, jasa dan pengangkutan.Perusahaan dan
entitas anak (selanjutnya disebut Grup) tergabung dalam kelompok usaha Sungai Budi.
Perusahaan bergerak dalam bidang produksi minyak goreng sawit, gula, minyak sawit (Crude
Palm Oil atau CPO) dan sabun, serta bidang perkebunan kelapa sawit, dan tebu.

Perusahaan memulai usahanya secara komersial pada tahun 1974. Perusahaan berdomisili di
Jakarta, kantor pusat Perusahaan terletak di Wisma Budi, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-6,
Jakarta. Pabrik Perusahaan berlokasi di Lampung, Sidoarjo, Tangerang, Palembang, Riau dan
Kuala Enok, dengan perkebunan dan pabrik yang terletak di Terbanggi Besar Lampung
Tengah dan Banyuasin Sumatera Selatan, serta Ogan Komering hilir sedangkan perkebunan
dan pabrik entitas anak terletak di Lampung Tengah, Lampung Utara, Bengkulu dan
Kalimantan Barat dengan jumlah lahan perkebunan kurang lebih seluas 113 ribu hektar.
Adapun jumlah luas lahanyang ditanami kurang lebih seluas 63 ribuhektar.

Kasus

Pada tahun 2015 PT Tunas Baru Lampung Grup mengubah kebijakan akuntansi untuk
mesin dari metode biaya ke metode revaluasi. Mesin dinyatakan berdasarkan nilai wajar pada
tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang
terjadi setelah tanggal revaluasi, jika ada. Kenaikan nilai wajar akibat revaluasi dikreditkan
ke akun Selisih revaluasi aset tetap sebagai bagian dari ekuitas pada laporan posisi
keuangan konsolidasian dan laporan perubahan ekuitas konsolidasian. Penurunan nilai yang
menghapuskan kenaikan nilai sebelumnya atas aset yang sama diakui dalam penghasilan
komprehensif lain, sedangkan penurunan nilai lainnya langsung dibebankan ke laba rugi.
Saldo selisih revaluasi aset tetap akan dipindahkan ke saldo laba pada saat pelepasan aset
yang bersangkutan.

Latar belakang terjadi perubahan

Perusahaan mengubah metode pencatatan akuntansi untuk aset tetap dari model biaya
ke model revaluasi disebabkan adanya standar yang baru. Maksudnya standar yang berlaku
sebelumnya, yaitu PSAK 16 revisi 1994, tidak memperbolehkan adanya revaluasi sedangkan
standar yang baru, yaitu PSAK 16 revisi 2007, memperbolehkan adanya model revaluasi.Di
dalam PSAK 16 sendiri telah disebutkan mengenai aturan tentang perubahan model ini.
Paragraf 43 PSAK 16 revisi 2007 menyebutkanJika entitas mengubah kebijakan akuntansi
dari model biaya ke model revaluasi dalam pengukuran aset tetap, maka perubahan tersebut
berlaku prospektif.Sedangkan paragraf 44 menyatakanParagraf 43 juga berlaku untuk
ketentuan transisi.

Hal tersebut berarti perubahan dalam pengukuran aset tetap setelah adanya PSAK 16
revisi 2007 adalah perubahan yang bersifat prospektif. Secara sederhana perubahan yang
bersifat prospektif adalah perubahan yang terjadi tersebut tidak berpengaruh terhadap
transaksi masa lalu. Perubahan akibat transaksi tersebut hanya berpengaruh pada periode-
periode dan transaksi-transaksi yang terjadi setelah perubahan tersebut. Sedangkan dalam
paragraf 48 PSAK 25 Reformat 2007 dikatakanPerubahan kebijakan akuntansi harus
diterapkan secara prospektif jika jumlah penyesuaian terhadap saldo laba awal periode
(retained earnings) yang dijelaskan dalam paragraf 45 tidak dapat ditentukan secara wajar.
Ketika aset segera dilepas, maka nilai tercatat dan akumulasi penyusutan dikeluarkan
dari laporan keuangan konsolidasian dan keuntungan atau kerugian yang dihasilkan diakui
dalam laporan laba rugi. Akumulasi biaya kontruksi bangunan, pabrik dan pemasangan mesin
dikapitalisasi sebagai aset dalam penyelesaian. Biaya tersebut direklasifikasi ke akun aset
tetap pada saat proses kontruksi atau pemasangan selesai. Penyusutan dimulai pada saat aset
tersebut siap untuk digunakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan manajemen

Biaya bunga dan biaya pinjaman lainnya, seperti biaya diskonto pinjaman baik yang
secara langsung atau tidak langsung digunakan untuk pendanaan konstruksi aset
kualifikasian, dikapitalisasi hingga aset tersebut selesai dikonstruksi. Untuk biaya pinjaman
yang dapat diatribusikan secara langsung pada aset kualifikasian jumlah yang dikapitalisasi
ditentukan dari biaya pinjaman aktual yang terjadi selama periode berjalan, dikurangi
penghasilan yang diperoleh dari investasi sementara atas dana hasil pinjaman tersebut. untuk
pinjaman yang tidak dapat diatribusikan secara langsung pada suatu aset kualifikasian,
jumlah yang dikapitalisasi ditentukan dengan mengalikan tingkat kapitalisasi terhadap jumlah
yang dikeluarkan untuk memperoleh aset kualifikasian. Tingkat kapitalisasi dihitung
berdasarkan rata-rata tertimbang biaya pinjaman yang dibagi dengan jumlah pinjaman yang
tersedia selama periode, selain pinjaman yang secara spesifik diambil untuk tujuan
memperoleh suatu aset kualifikaisan.

Prospektif dalam hal ini diartikan yaitu pada saat penetapan perubahan model yang
digunakan untuk akuntansi aset tetap, dalam hal ini dari model biaya ke model revaluasi,
maka nilai buku tercatat dari aset dianggap sebagai harga perolehan untuk metode revaluasi.
Nilai buku tercatat berarti nilai perolehan total dari aset dikurangi dengan akumulasi
depresiasi dan akumulasi penurunan nilai sampai tanggal penetapan perubahan tersebut.
Selanjutnya nilai yang telah ditetapkan sebagai nilai perolehan dengan metode revaluasi
tersebut akan dibawa ke periode berikutnya.

Perlakuan Akuntansi

Penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus, kecuali penyusutan mesin


pengolahan gula dihitung berdasarkan metode unit produksi sebesar 2.160.000 ton sejak 1
Januari 2015. Perubahan metode penyusutan tersebut adalah perubahan estimasi akuntansi
dan dampaknya disajikan pada laporan keuangan konsolidasian tahun 2015.Nilai tercatat aset
tetap ditelaah kembali dan dilakukan penurunan nilai apabila terdapat peristiwa atau
perubahan kondisi tertentu yang mengindikasikan nilai tercatat tersebut tidak dapat
dipulihkan sepenuhnya.

Dalam setiap inspeksi yang signifikan, biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat
aset tetap sebagai suatu penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Biaya inspeksi
signifikan yang dikapitalisasi tersebut diamortisasi selama periode sampai dengan saat
inspeksi signifikan berikutnya. Aset tetap yang dijual atau dilepaskan, dikeluarkan dari
kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutan serta akumulasi penurunan nilai yang
terkait dengan aset tetap tersebut. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada
saat dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian
pengakuan aset tetap diakui dalam laba rugi pada tahun terjadinya penghentian pengakuan.
Nilai residu, umur manfaat, serta metode penyusutan ditelaah setiap akhir tahun dan
dilakukan penyesuaian apabila hasil telaah berbeda dengan estimasi sebelumnya.

Aset dalam Pembangunan


Aset tetap dalam pembangunan merupakan aset tetap dalam tahap konstruksi, yang
dinyatakan pada biaya perolehan dan tidak disusutkan. Akumulasi biaya akan
direklasifikasi ke akun aset tetap yang bersangkutan dan akan disusutkan pada saat
konstruksi selesai secara substansial dan aset tersebut telah siap digunakan sesuai
tujuannya.
Aset untuk Disewakan
Aset untuk disewakan yang terdiri dari kapal-kapal, dinyatakan berdasarkan biaya
perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Penyusutan dihitung dengan
menggunakan metode garis lurus (straightline method) berdasarkan taksiran masa
manfaat ekonomis selama lima belas (15) tahun. Pendapatan sewa disajikan bersih
setelah dikurangi beban-beban yang berhubungan dengan aset untuk disewakan,
termasuk beban penyusutan, dan disajikan dalam akun Penghasilan (Beban) Lain-lain
pada laba rugi.
Aset Tetap yang Tidak Digunakan
Aset tetap yang tidak digunakan disajikan dalam perkiraan Aset Lain-lain Tidak
Lancar. Aset tetap yang tidak digunakan dinyatakan berdasarkan nilai terendah antara
jumlah tercatat atau nilai realisasi bersih. Aset tetap yang tidak digunakan disusutkan
berdasarkan metode dan taksiran masa manfaat ekonomis yang sama dengan aset tetap
pemilikan langsung.
Metode penyusutan adalah sebagai berikut:
Tahun 2014
Tahun 2015
BAB 3
RASIO KEUANGAN ASET TETAP

REVALUASI ASET TETAP

Revaluasi Aset adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan
adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap
dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain,
sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak lagi . Berdasarkan PSAK 16 yang
baru, perusahaan dapat memilih model biaya atau model revaluasi sebagai dasar menilai aset
setelah dimiliki. Aturan ini konsisten dengan peraturan dalam IAS.

Revaluasi Aset Tetap menurut ketentuan PSAK 16 revisi 2007 :


Revaluasi merupakan salah satu metode penilaian aset tetap. Jika suatu entitas memilih
menggunakan metode revaluasi maka metode ini harus diterapkan secara konsisten oleh
perusahaan. Perusahaan tidak boleh hanya menggunakan metode revaluasi sesekali untuk
tujuan seperti yang disebutkan di atas, tetapi revaluasi harus dilakukan secara reguler.
Penerapan metode revaluasi dilakukan untuk aset tetap dalam kelompok yang sama. Tidak
ada penjelasan rinci pengertian kelompok yang sama, namun secara implisit dapat dikatakan
jika suatu entitas memiliki aset tetap yang disajikan dalam satu kelompok, maka model
penilaian yang digunakan harus sama. Sebagai contoh jika induk menggunakan metode
revaluasi maka konsekuensinya anak perusahaan untuk kelompok aset tanah harus
menggunakan metode revaluasi. Namun untuk peralatan, apakah dianggap satu kelompok
atau dapat menggunakan sub kelompok misal kendaraan, mesin, peralatan kantor, tidak ada
pedoman yang mengaturnya. Pada saat melakukan revaluasi, selisih antara nilai tercatat aset
dan nilai hasil revaluasi akan dibukukan sebagai surplus revaluasi.

Revaluasi tidak diakui dalam laporan laba rugi tahun berjalan tetapi merupakan
komponen dalam laba rugi komprehensif yang merupakan bagian dari ekuitas. Jika sebelum
revaluasi entitas telah melakukan penurunan nilai maka, akan dilakukan pembalikan
penurunan nilai sebelum diakui sebagai surplus revaluasi. Jika revaluasi menghasilkan nilai
yang lebih kecil dari nilai aset tercatat maka penurunan nilai ini, pertama akan mengurangi
surplus revaluasi (jika ada), setelah tidak ada lagi baru akan mengurangi saldo laba. Dengan
pencatatan seperti itu, maka entitas akan mengakui penurunan nilai (impairment), ketika
revaluasi menghasilkan nilai aset lebih kecil dari nilai terbawa (carrying value) dengan
menggunakan metode biaya. Surplus revaluasi yang telah disajikan ke saldo laba pada saat
aset tersebut dihentikan pengakuan atau disusutkan. Surplus revaluasi akan dipindahkan ke
saldo laba selama sisa masa manfaat aset tersebut, jika aset tersebut dihentikan pengakuan
pemindahannya dilakukan sekaligus dari sisa surplus revaluasi yang masih ada. Pemindahan
dilakukan langsung dengan mendebit surplus revaluasi dan kredit saldo laba tanpa melalui
laporan laba rugi.

Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler sehingga nilai
tercatat aset tidak berbeda secara signifikan dengan nilai wajarnya. Standar tidak
menyebutkan berapa tahun sekali, revaluasi dilakukan tergantung perkembangan nilai wajar
aset tetap. Jika harga tidak berubah signifikan mungkin revaluasi dapat dilakukan tiga atau
lima tahun sekali, namun jika harga signifkan berubah revaluasi mungkin dilakukan setiap
tahun. Nilai wajar adalah nilai di mana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu kewajiban
diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar
(arms length transaction). Berdasarkan konsep nilai wajar, harga pasar aktif merupakan nilai
wajar yang ideal dan memiliki keandalan yang tinggi, karena mudah diverifikasi. Namun jika
tidak ada harga pasar aktif, dapat digunakan nilai pasar terkini, harga pasar dari aset serupa,
menggunakan pendekatan nilai kini arus kas di masa depan atau dengan metode nilai opsi.
Khusus untuk menentukan nilai wajar dalam model revaluasi aset tetap, standar secara
eksplisit menyebutkan bahwa nilai tanah, bangunan dilakukan oleh penilai independen yang
profesional berdasarkan bukti pasar. Sedangkan nilai wajar pabrik dan peralatan
menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai. Nama penilai harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan. Apabila revaluasi dilakukan, akumulasi penyusutan
dapat diberlakukan dengan dengan dua cara yatu metode eliminasi dan proporsional. Pertama
dengan cara eliminasi, akumulasi penyusutan ditutup sehingga diperoleh nilai buku aset, nilai
ini kemudian ditambah atau dikurangi sehingga nilainya menjadi nilai hasil revaluasi aset
yang terbaru. Kedua dengan cara proporsional, dengan metode ini, nilai aset dan akumulasi
penyusutan akan dinaikkan nilainya sebesar rasio revaluasi (rasio nilai hasil revaluasi dengan
nilai buku).

Aset Perseroan terdiri dari 40% aset lancar dan 60% aset tidak lancar. Total aset pada
tahun 2016 adalah Rp 12,5 triliun. Aset tersebut telah meningkat menjadi 3,3 triliun pada
tahun 2016. Peningkatan yang terjadi adalah sebesar Rp 9,2 triliun atau 36%. Perubahan
metode pada aset tetap mempengaruhi kinerja keuangan pada peruahaan tersebut. Kinerja
keuangan dapat dilihat dalam perhitungan rasio perusahaan. Beberapa rasio yang dapat
mengukur dan berhubungan dengan aktiva tetap ialah:

+ (1 )
1. =


2. =


3. =

Keterangan 2015 2016 Arti


ROA 0.046 0.079 ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga
berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat
pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan.
Perubahan kebijakan menyebabkan kenaikan persentase
ROA yang signifikan pada tahun 2016 dibandingkan
dengan tahun 2015, yang berarti pengembalian aset yang
dimiliki semakin terjamin atau semakin besar.
PPE 1.46 1.31 Rasio ini menggambarkan perputaran aset tetap
perusahaan. Jika menggunakan perbandingan lebih dari
Turnover
satu periode, maka nilai fixed assets turn
over yang semakin besar akan semakin bagus, dalam
arti, perusahaan efektif dalam memanfaatkan fixed assets.
Pada perusahaan ini PPE turnovernya mengalami
penurunan, yang berarti perubahan kebijakan akuntansi
menyebabkan penurunan efektifitas perusahaan dalam
memanfaatkan fixed assets miliknya.
Total Assets 0.73 0.60 Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Jika
Turnover
menggunakan perbandingan lebih dari satu periode, maka
nilai total assets turn over yang semakin
besar akan semakin bagus, dalam arti, perusahaan efektif
dalam memanfaatkan asetnya.
Pada perusahaan ini total assets turnover tahun 2016 lebih
kecil daripada tahun 2015. Hal tersebut berarti bahwa
perubahan kebijakan akuntansi menyebabkan penurunan
kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan asetnya
secara efektif.

Sumber:

http://ekonomi.kabo.biz/2011/11/return-on-asset-roa.html
https://ringoflife.wordpress.com/2011/11/15/rasio-aktivitas/
PSAK 16

Vous aimerez peut-être aussi