Vous êtes sur la page 1sur 10

Jurnal Sains Komputer & Informatika (J-SAKTI)

Volume (1) No. 1 Maret 2017


ISSN:2548-9771/EISSN: 2549-7200
http://ejurnal.tunasbangsa.ac.id/index.php/jsakti

ANALISIS DAN PEMODELAN POSISI ACCESS POINT


PADA JARINGAN WI-FI MENGGUNAKAN METODE
SIMULATE ANNEALING

Anjar Wanto, Jaya T. Hardinata, Herlan F Silaban , Widodo Saputra


Mahasiswa Magister Fasilkom TI USU, Fasilkom TI USU
Jalan Dr. T. Mansur No. 9, Kampus Padang Bulan, Medan, 20155, Sumatera Utara
anjarwanto@gmail.com , jayatatahardinata@gmail.com , herlan76ban@gmail.com ,
widodosaputra01@gmail.com

Abstract
Laying the position of the access point on the Wi-Fi network in a room is needed to
optimize the signal strength received from the transmitter to the receiver. The
parameters that determine the performance of the access point is the value of the
signal strength. Strong or weak a signal access point will be affected by distance and
barriers that exist between the access point and a client that accesses the access
point. This study has been performed several simulations in multiple rooms are
placed the access point to the receiver. The parameters used to measure the signal
strength using inSSIDer applications that generate value RSSI (Received Signal
Strength Indication) of a transmitter to the receiver and barriers (barriers) that may
influence the strength of the signal. From this research strength of the signal received
by the receiver not only in pengaruhui by the distance between accespoint to the
recipient, but rather influenced by barriers (barriers) which is in a room. From the
results of the research are expected to be able to obtain appropriate modeling to
optimize access point placement position using the Simulate annealing method.

Keyword: WI-FI, converage Area, Signals, Simulate Annealing

Abstrak
Peletakan posisi access point pada jaringan WI-FI dalam suatu ruangan sangat
diperlukan untuk mengoptimalkan kekuatan sinyal yang diterima dari transmitter
terhadap receiver. Parameter yang menentukan performa access point adalah nilai
kekuatan sinyal. Kuat atau lemahnya sebuah sinyal access point akan dipengaruhi
jarak dan penghalang yang ada antara access point dan client yang mengakses
access point tersebut. Pada penelitian ini telah dilakukan beberapa simulasi di
beberapa ruangan yang diletakan access point terhadap receiver. Parameter yang di
gunakan untuk pengukuran kekuatan sinyal menggunakan aplikasi inSSIDer yang
menghasilkan nilai RSSI (Received Signal Strength Indication) dari sebuah
transmitter terhadap receiver dan penghalang (hambatan) yang dapat
mempengarui kekuatan sinyal tersebut. Dari penelitian ini kekuatan sinyal yang di
terima oleh receiver tidak hanya di pengaruhui oleh jarak antara accespoint
terhadap penerima, melainkan di pengaruhi oleh penghalang(hambatan) yang ada
pada suatu ruangan. Dari hasil penelitain ini diharapkan dapat memperoleh

Analisis Dan Pemodelan Access Point Pada Jaringan Wifi (Anjar Wanto) | 134
Jurnal Sains Komputer & Informatika (J-SAKTI)
Volume (1) No. 1 Maret 2017
ISSN:2548-9771/EISSN: 2549-7200
http://ejurnal.tunasbangsa.ac.id/index.php/jsakti

pemodelan yang sesuai untuk mengoptimalkan peletakan posisi acces point


dengan menggunakan metode simulate annealing.

Kata Kunci : WI-FI, Converage Area, Sinyal, Simulate Annealing

1. PENDAHULUAN
Dalam mengakses layanan internet, sering kali diperoleh adanya sinyal-
sinyal yang bertumpukan pada suatu area, sementara itu di lain area tidak
terdapat sinyal sama sekali (area blankspot). Oleh karena itu, penempatan access
point yang tepat agar bisa optimal semua pengguna di area tersebut bisa
menikmati layanan internet. Penempatan access point merupakan salah satu
permasalahan di bidang infrastrukturjaringan, di karenakan penempatan access
point secara optimal diperlukan pertimbangan dan analisa teoritis sebelum
diimplementasikan. Beragam faktor antara lain kekuatan sinyal access point,
desain dan infrastruktur ruangan, sebaran pengguna access point yang
berkelompok, terjadinya interferensi gelombang radio, hambatan sinyal seperti
frekuensi radio, dan penghalang yang dapat menimbulkan gangguan terhadap
penerimaan sinyal dari access point (transmitter) terhadap perangkat penerima
(receiver). Posisi access point sangat berpengaruh terhadap area tercoveruntuk
penerima pada sebuah jaringan Wi-Fi. Semakin optimal penempatan posisi access
point, semakin optimal juga area tercover untuk penerima.
Oleh karena itu, menempatkan access point dengan cara manual tentunya
akan membutuhkan tenaga yang lebih untuk melakukan survey pengukuran di
lapangan, waktu yang lama dan biaya yang tidak murah. Untuk itu dibutuhkan
penanganan dan mekanisme yang baik dalam meminimalisir tenaga, biaya dan
waktu seorang perencana jaringan Wi-Fi dalam menempatkan access pointpada
tempat yang optimal sehingga cakupan area yang dihasilkan lebih optimal serta
dapat menentukan jumlah access point yang ideal untuk suatu lokasi dengan
berbagai ukuran yang ada yang dapat ditentukan melalui perhitungan tanpa
melakukan survei lapangan yang aktual.
Ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian ini disebabkan karena
peneliti bermaksud akan melakukan optimisasi terhadap access point pada
jaringan Wi-Fi. Hasil penelitian memperlihatkan cara untuk menentukan coverage
area maksimum dengan metode Simulate Annealing berdasarkan fungsi jarak dari
hasil pengukuran di lapangan. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan hasil pengukuran dapat diketahui bahwa level daya terima
berbanding terbalik dengan jarak antara pemancar (Tx) dan penerima (Rx),
semakin jauh jarak antara pemancar (Tx) dan penerima (Rx) maka level daya
terima semakin kecil. Penelitian memperlihatkan cara untuk menentukan coverage
area maksimum dengan algoritma genetika melalui perhitungan parameter yang
dicari untuk menentukan fungsi fitness dari algoritma genetika berdasarkan fungsi
jarak dari hasil pengukuran di lapangan. Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa level daya terima berbanding terbalik dengan jarak antara
pemancar (Tx) dengan penerima (Rx); semakin jauh jarak antar pemancar (Tx)
dan penerima (Rx) maka level daya terima semakin kecil. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa alokasi fungsi obyektif didasarkan pada rata-rata minimal

Analisis Dan Pemodelan Access Point Pada Jaringan Wifi (Anjar Wanto) | 135
Jurnal Sains Komputer & Informatika (J-SAKTI)
Volume (1) No. 1 Maret 2017
ISSN:2548-9771/EISSN: 2549-7200
http://ejurnal.tunasbangsa.ac.id/index.php/jsakti

pathlost yang diterima dari seluruh desain area dan maksimum pathloss yang
diterima kepada penerima. Model yang dijelaskan tersebut dapat digunakan untuk
mencari penempatan optimal access point yang mengcover pengguna sebanyak
mungkin, dengan pendekatan Simulasi Annealing. Dalam penelitian tersebut
dibahas salah satu penerapan dari simulasi bersyarat (conditional simulation).
Hasil penelitian adalah tentang kinerja algoritma simulate annealing pada
peletakan lokasi (lokalisasi) peletakan posisi access point Wi-Fi. Pada penelitian ini,
parameter yang digunakan adalah fungsi jarak dan RSS (Received Signal Strength).
Oleh karena itu, sebuah pendekatan alternatif yang diusulkan peneliti
adalah membuat pemodelan menggunakan perangkat lunak menggunakan metode
optimisasi yang memberikan solusi yang lebih bagus tanpa melebihi batasan
waktu yang disediakan. Solusi yang bagus belum tentu yang paling optimum
(global optimum) tetapi sudah dapat diterima oleh user. Metode optimisasi yang
akan digunakan pada penelitian ini adalah Simulated Annealing yang merupakan
metode optimisasi yang mensimulasikan proses annealing pada penempatan
posisi access point untuk menghasilkan area tercover optimal dengan
menggunakan energi seminimal mungkin.

2. METODE PENELITIAN
2.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan gedung AMIK Tunas Bangsa
Pematangsiantar. Pengambilan titik sample di gedung I Lantai 4 AMIK Tunas
Bangsa meliputi 5 Ruangan belajar mengajar yang masing-masing ruangan di
batasin dengan dinding yang terbuat dari kayu.

Gambar 1. Pengambilan sampel di Gedung I lantai 4 AMIK Tunas Bangsa


Pematangsiantar
2.2. Alat dan Bahan
2.2.1. Alat
a. Access Point
Alat ini berfungsi sebagai transmitter yang memancarkan sinyal
gelombang radio.

Analisis Dan Pemodelan Access Point Pada Jaringan Wifi (Anjar Wanto) | 136
Jurnal Sains Komputer & Informatika (J-SAKTI)
Volume (1) No. 1 Maret 2017
ISSN:2548-9771/EISSN: 2549-7200
http://ejurnal.tunasbangsa.ac.id/index.php/jsakti

b. Netbook/Handphone
Alat ini berfungsi sebagai receiver yang menerima pancaran sinyal
gelombang radio darisebuah atau beberapa access point.

2.2.2. Bahan
a. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
InSSIDER. InSSIDER berfungsi sebagai software aplikasi gratis yang
digunakan untuk scanning jaringan Wi-Fi dengan parameter utama SSID
dan dapat melacak kekuatan sinyal dari waktu ke waktu serta
menentukan pengaturan keamanan, yang dipasang pada Netbook ASUS
Eee PC dengan Sistem Operasi Windows 7.
b. Kabel UTP
Digunakan untuk menghubungkan antara repeater dan access point.
c. Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur ketinggian access point yang
terpasang dan ketinggian receiver.

2.3. Prosedur dan Pengumpulan Data


2.3.1. Prosedur
Prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah:
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Melakukan verifikasi perangkat Wi-Fi (Access Point) dengan cara
melakukan setting IP address receiver dan pastikan IP address satu
jaringan dengan IP address access point.
c. Cek koneksi terhadap access point dengan receiver.
d. Menginstal aplikasi InSSIDER berbasis Sistem Operasi Windows 8 yang
digunakan untuk mengukur kekuatan sinyal Wi-Fi.
e. Menjalankan aplikasi InSSIDER untuk melakukan scanning Wi-Fi secara
otomatis untuk melihat operasi access point yang berada di sekitarnya
sehingga menghasilkan nilai RSSI (Received Signal Strength Indication).

2.3.2. Teknik Pengumpulan Data


a. Melakukan perencanaan penelitian yang membahas mengenai data yang
akan diambil pada saat penelitian meliputi denah, tinggi access point,
koordinat, jarak, RSSI dan propagasi.
b. Menentukan koordinat posisi Access Point dan posisi receiver pada
propagasi LOS (Line Of Sight) dan NLOS (Non Line Of Sight).
c. Aplikasi inSSIDER yang telah dijalankan akan melaporkan data terhadap
nilai RSSI yang diterima oleh receiver.
d. Pengumpulan data selesai.

3. HASIl DAN PEMBAHASAN


3.1. Metode
Metode yang digunakan adalah simulate annealing. Penghitungan terhadap
parameter-parameter yang dicari yaitu menentukan fungsi evaluasi atau fungsi
objektif dari simulate annealing yang dihasilkan dari fungsi jarak, penghalang,
ketinggian transmitter, pengguna, tipe dan merk access point dari hasil
Analisis Dan Pemodelan Access Point Pada Jaringan Wifi (Anjar Wanto) | 137
Jurnal Sains Komputer & Informatika (J-SAKTI)
Volume (1) No. 1 Maret 2017
ISSN:2548-9771/EISSN: 2549-7200
http://ejurnal.tunasbangsa.ac.id/index.php/jsakti

pengukuran di lapangan dan melakukan pengujian terhadap 1 (dua) buah


perangkat access point yang diletakkan dalam ruang 1 (satu) dimensi dengan
sistem propagasi Line OfSight (LOS) dan Non Line Of Sight (NLOS).

3.2. Pemodelan Sistem Berdasarkan Kondisi Access Point Sebenarnya


Pada pemodelan yang berdasarkan posisi access point sebenarnya,
pemodelan dikelompokkan berdasarkan propagasinya yaitu Line OfSight (LOS) dan
Non Line Of Sight (NLOS). Pemodelan posisi access pointnya adalah membagi
ruangan sesuai dengan gambar yang ruangan tersebut, dimana :
a. Menentukan perhitungan koordinat yang diawali dari bagian kiri atas ruang
1 (0,0). Selanjutnya pertambahan nilai koordinat sumbu X adalah ke kanan
dan pertambahan koordinat sumbu Y adalah ke bawah.
b. Menentukan ketinggian transmitter yang dibagi kedalam tiga jenis ukuran
ketinggian yaituketinggian 50 cm, 120 cm dan 330 cm.
c. Menentukan titik koordinat transmitter ke-1 dengan posisi sebenarnya yang
berada pada ruangan.
d. Mengukur besarnya RSSI (Received Signal Strength Indication) dari sesuai
bertambahnya jauhnya jarak antara koordinat kedua transmitter dan
koordinat receiver dengan bantuan aplikasi inSSIDER dengan propagasi
LOS (Line Of Sight) dan NLOS (Non Line Of Sight).
e. Menghitung jarak antara titik koordinat transmitter dengan titik koordinat
receiver menggunakan rumus matematis pada persamaan (1), yaitu metode
Euclidean:

f. Menentukan batasan nilai range dimana range adalah batasan sinyal yang
menjadi ukuran sebuah area dalam skala yang dinyatakan tercover atau
tidak tercover oleh sinyal yang dipancarkan access point (transmitter).
Untuk menghitung nilai range diperoleh rumus pada persamaan (2):

Dimana Range memiliki satuan pixel, S adalah jarak threshold dan skala
ruang = 30 cm, jarak threshold diperoleh dari persamaan rumus (3):

Dimana Th adalah threshold level daya = -30 dBm, Smax merupakan jarak
maksimal hasil pengukuran (dalam satuan m) dan Pmin adalah daya
minimum hasil pengukuran. Sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan
data-data sebagai berikut :

Analisis Dan Pemodelan Access Point Pada Jaringan Wifi (Anjar Wanto) | 138
Jurnal Sains Komputer & Informatika (J-SAKTI)
Volume (1) No. 1 Maret 2017
ISSN:2548-9771/EISSN: 2549-7200
http://ejurnal.tunasbangsa.ac.id/index.php/jsakti

Gambar 2. Hasil Yang di dapat pada client 1 pada ruangan 1


Pada gambar 2. Dihasilkan radio signal yang di hasilkan oleh inssider rata-
rata menghasilkan RSSI -50 dBm, jumlah penghambat (Overlapping Count)
4.

Gambar 3. Hasil Yang di dapat pada client 2 pada ruangan 2


Pada gambar 3. Dihasilkan radio signal yang di hasilkan oleh inssider rata-
rata menghasilkan RSSI -60 dBm di karenakan jarak antara accesPoint dan
receiver lebih jauh dari client 1 walaupun jumlah penghambat (Overlapping
Count) 4.

Gambar 4. Hasil Yang di dapat pada client 3 pada ruangan 3


Pada gambar 4. Dihasilkan radio signal yang di hasilkan oleh inssider rata-
rata menghasilkan RSSI -60 dBm di karenakan jarak antara acces point dan
receiver lebih dekat dari client 2 tetapi jumlah penghambat (Overlapping
Count) 6, tenyata hambatan mempengharui kekuatan sinyal.

Gambar 5. Hasil Yang di dapat pada client 4 pada ruangan 4

Analisis Dan Pemodelan Access Point Pada Jaringan Wifi (Anjar Wanto) | 139
Jurnal Sains Komputer & Informatika (J-SAKTI)
Volume (1) No. 1 Maret 2017
ISSN:2548-9771/EISSN: 2549-7200
http://ejurnal.tunasbangsa.ac.id/index.php/jsakti

Pada gambar 5. Dihasilkan radio signal yang di hasilkan oleh inssider rata-
rata menghasilkan RSSI -60 dBm jarak antara acces point dan receiver lebih
jauh dari client 3 tetapi jumlah penghambat (Overlapping Count) 5, sehingga
kekuatan sinyal yang dihasilkan sama dengan client 3 dan client 2.

Gambar 6. Hasil Yang di dapat pada client 5 pada ruangan


Pada gambar 6. Dihasilkan radio signal yang di hasilkan oleh inssider rata-
rata menghasilkan RSSI -60 dBm di jarak antara acces point dan receiver
lebih jauh dari client 1 tetapi jumlah penghambat (Overlapping Count) 4,
tetapi menghasilkan kekuatan sinyal yang lebih rendah dari client 1 di
karekan pada client 5 batas dinding menggunakan beton.

3.3. Pemodelan Sistem Berdasarkan Metode Simulated Annealing


Pada pemodelan menggunakan Simulated Annealing, akan dikembangkan
sebuah model implementasi metode simulate annealing untuk penempatan 2 (dua)
posisi access point menggunakan interferensi. Ada beberapa hal yang harus
dirancang dalam menerapkan metode simulatedannealing yaitu fungsi objectif
(costfunction), mekanisme inisialisasi solusi awal dan pembuatan solusi baru,
skema pendinginan (cooling schedule) dan penetapan balasan terhadap output
yang dikehendaki. Tiap hal tersebut akan diuraikan pada bagian-bagian berikut ini:
a. Inisialisasi Awal dan Mekanisme Pembuatan Solusi Baru
Pada penelitian ini, solusi awal untuk formasi penempatan access point
diinisialisasi secara acak dengan cara membagi access point secara acak
kedalam koordinat-koordinat yang terdapat pada area penelitian, koordinat
ini didapat berdasarkan jumlah ubin dalam ruang penelitian dimana
koordinat panjang (koordinat x) dan koordinat lebar (koordinat y) dan
setiap access point akan mengalokasikan kepada receiver nilai RSSI yang
baru pada koordinat tertentu yang telah ditetapkan sehingga diperoleh
perubahan jarak antara acess point dan receiver, kemudian akan dihitung
nilai range yang baru untuk menghasilkan nilai area tercover optimal.
Mekanisme yang digunakan untuk membangkitkan solusi baru adalah pilih
access point secara acak terhadap koordinat sebagai tempat posisi access
pointyang baru, yang bukan merupakan koordinat yang ditempati
sebelumnya, kemudian setiap access point akan mengalokasikan kepada
receiver dengan nilai RSSI yang baru sesuai dengan perubahan jarak.
b. Proses Iterasi
Proses iterasi dilakukan untuk mencari nilai nilai area tercover paling
optimal dimana proses iterasinya dilakukan dengan metode pencarian acak
tanpa nilai target, pencarian dilakukan hingga diperoleh nilai tertinggi,
karena tanpa nilai target maka solusi saat ini selalu dibandingkan dengan

Analisis Dan Pemodelan Access Point Pada Jaringan Wifi (Anjar Wanto) | 140
Jurnal Sains Komputer & Informatika (J-SAKTI)
Volume (1) No. 1 Maret 2017
ISSN:2548-9771/EISSN: 2549-7200
http://ejurnal.tunasbangsa.ac.id/index.php/jsakti

nilai sebelumnya untuk menunjukkan tingkat akurasi dari nilai solusi.


Berdasarkan uraian di atas, akan dikembangkan sebuah pemodelan
menggunakan metode simulate annealing pada penempatan posisi access
point seperti ditunjukkan pada Gambar berikut :

Gambar 7. Flowchartpemodelan penempatan posisi Access Pointdengan


interferensi menggunakan Simulated Annealing

Analisis Dan Pemodelan Access Point Pada Jaringan Wifi (Anjar Wanto) | 141
Jurnal Sains Komputer & Informatika (J-SAKTI)
Volume (1) No. 1 Maret 2017
ISSN:2548-9771/EISSN: 2549-7200
http://ejurnal.tunasbangsa.ac.id/index.php/jsakti

3.4. Hasil
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai serangkaian pengujian dan
evaluasi terhadap metode yang digunakan. Pengujian dilakukan untuk mengetahui
kinerja terhadap metode yang dihasilkan dari proses implementasi. Kriteria sinyal
yang di hasilkan dapat di lihat pada tabel di bawah berikut.
Tabel 1. Kriteria Sinyal Yang Dihasilkan
Kualitas Range Kuat Sinyal (dBm)
Excellent > -61
Good -75 - -61
Fair -85 - -75
Poor -97 - -75
Very Poor < -97

Evaluasi dilakukan dengan cara menganalisis hasil pengujian tersebut,


untuk kemudian dilakukan

Gambar 8. Grafik Hasil Dari Inssider

Dari grafik di atas di dapatkan kesimpulan dan saran, Dalam penelitian ini
yaitu:
a. Pengujian transmitter berdasarkan parameter, tinggi dan propagasinya
terhadap receiver berdasarkan parameter jarak dan RSSI.
b. Membandingkan hasil pengujian berdasarkan parameter posisi access point
sebenarnyadengan posisi access point hasil optimisasi menggunakan
interferensi dengan metodesimulatedannealing.
c. Perubahan jarak access point dengan receiver memberikan pengaruh yang
besar terhadap nilai RSSI yang diterima oleh receiver.
d. Terjadi peningkatan kekuatan sinyal yang cukup signifikan terhadap
penempatan
posisi access point dengan kondisi receiver dan penghambat yang ada pada
ruangan.
e. Jarak dan hambatan memberikan pengaruh yang besar terhadap nilai RSSI
yang di hasilkan.

Analisis Dan Pemodelan Access Point Pada Jaringan Wifi (Anjar Wanto) | 142
Jurnal Sains Komputer & Informatika (J-SAKTI)
Volume (1) No. 1 Maret 2017
ISSN:2548-9771/EISSN: 2549-7200
http://ejurnal.tunasbangsa.ac.id/index.php/jsakti

4. SIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa Metode yang dikembangkan dalam penelitian ini memberikan hasil
optimisasi yang lebih baik pada propagasi LOS untuk gedung 1 lantai 4 AMIK
TUNAS BANGSA Pematangsiantar menghasilkan presentase coverage area terbaik.
Dengan hasil RSSI di antara -50dBm s/d -60dBm yang masuk dalam kategori
kekuatan sinyal Excellent.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Nila F.P., Optimasi Penempatan Posisi Access Point Pada Jaringan Wi-fi
Menggunakan Metode SimulatedAnnealing, Citec Jurnal, ISSN : 2354-
5771, 2015

[2]. Sari, I. P., Santoso, T., Siswandari, N. A., 2010. Optimisasi Penataan Sistem
Wi-Fi di PENSITS dengan Menggunakan Metode Monte Carlo, Seminar
Proyek Akhir Jurusan Telekomunikasi, Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya ITS, Surabaya.

[3]. Kartika, K. P., Santoso, T. B., Siswandari, N. A., 2010, Optimisasi Penataan
Sistem Wi-Fi di PENS-ITS dengan Menggunakan Metode Algoritma
Genetika, Seminar Proyek Akhir Jurusan Telekomunikasi, Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya ITS, Surabay

[4]. Sari, I. P., Santoso, T., Siswandari, N. A., Optimisasi Penataan Sistem Wi-Fi
di PENSITS dengan Menggunakan Metode Monte Carlo, Seminar Proyek
Akhir Jurusan Telekomunikasi, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS,
Surabaya, 2010.

[5]. Kouhbor, S., Ugon, J., Kruger, A., Rubinov, A., Optimal Placementof Access
Point in WLAN Basedon a New Algorithm, International Conferenceon
Mobile Business, ICMB 2005, Sydney, Australia, 11-13 Juli 2005.

[6]. Rizal, J., 2007, Optimisasi Pada TravelingSalesman Problem (TSP)


dengan Pendekatan Simulasi Annealing, Jurnal Gradien, Vol 3, No 2, Hal
286-290.

[7]. Zheng, X., Bao, G., Fu, R., Pahlavan, K., 2012, The performance of Simulated
Annealing Algorithmsfor WiFi Localization using Google Indoor Map,
Prosiding IEEE Vehicular Technology Conference, Quebec City, Canada, 3-6
September 2012.

[8]. Sandeep, A. R., Shreyas, Y., Seth, S., Agarwal, R., Sadashivappa, G., Wireless
Network VisualizationandIndoorEmpiricalPropagation Model for a
Campus WI-FI Network, World AcademyofScience, Engineering and
Technology, Vol 42, Hal 730-734.2008.

Analisis Dan Pemodelan Access Point Pada Jaringan Wifi (Anjar Wanto) | 143

Vous aimerez peut-être aussi