Vous êtes sur la page 1sur 3

Pemeriksaan Penunjang

Karena tumor sangat mudah berdarah, sebagai pemeriksaan penunjang diagnosis


dilakukan pemeriksaan radiologic konvensional CT Scan serta pemeriksaan arteriografi. Pada
pemeriksaan radiologic konvensional (foto kepala potongan antero-posterior, lateral dan posisi
Waters) akan terlihat gambaran klasik yang disebut sebagai tanda Holman Miller yaitu
pendorongan prosesus pterigoideus ke belakang, sehingga fisura pterigo-palatina melebar. Akan
terlihat juga adanya massa jaringan lunak di daerah nasofaring yang dapat mengerosi dinding
orbita, arkus zigoma dan tulang disekitar nasofaring. Pada pemeriksan CT scan dengan zat
kontras akan tampak secara tepat perluasan massa tumor serta destruksi tulang ke jaringan
sekitarnya (Soepardi, 2007).

Pemeriksaan magnetic resonansi imaging (MRI) dilakukan untuk menentukan batas


tumor terutama yang telah meluas ke intra cranial. Pada pemeriksaan arteriografi arteri karotis
eksterna akan memperlihatkan vaskularisasi tumor yang biasanya berasal dari cabang a. maksila
interna homolateral. Arteri maksilaris interna terdorong ke depan sebagai akibat dari
pertumbuhan tumor dari posterior ke anterior dan dari nasofaring ke arah fosa pterigimaksila.
Selain itu, masa tumor akan terisi oleh kontras pada fase kapiler dan akan mencapai maksimal
setelah 3-6 detik zat kontras disuntikkan (Soepardi, 2007).

Kadang-kadang juga sekaligus dilakukan embolisasi agar terjadi thrombosis


intravascular, sehingga vaskularisasi berkurang dan akan mempermudah pengangkatan tumor.
Pemeriksaan kadar hormonal dan pemeriksaan immunohistokimia terhadap reseptor estrogen,
progresteron dan androgen sebaiknya dilakukan untuk melihat adanya gangguan hormonal.
Pemeriksaan patologi anatomic tidak dapat dilakukan , karena biopsy merupakan kontraindikasi,
sebab akan mengakibatkan perdarahan yang massif (Soepardi, 2007).

Untuk menentukan derajat atau stadium tumor umumnya saat ini menggunakan
klasifikasi Session dan Fisch.

Klasifikasi menurut Session sebagai berikut:

Stadium IA : Tumoor terbatas di nares posterior dan atau nasofaringeal voult


Stadium IB : Tumor meliputi nares posterior dan atau nasofaringeal voult dengan
meluas sedikitnya 1 sinus paranasal.
Stadium IIA : Tumor meluas sedikit ke fossa pterigomaksila
Stadium IIB : Tumor memenuhi fossa pterigomaksila tanpa mengerosi tulang orbita
Stadium IIIA : Tumor telah mengerosi dasar tengkorak dan meluas sedikit ke
intracranial
Stadium IIIB : Tumor telah meluas ke intracranial dengan atau tanpa meluas ke sinus
kavernosus

Klasifikasi menurut Fisch sebagai berikut:

Stadium I : Tumor terbatas di rongga hidung, nasofaring tanpa mendestruksi tulang

Stadium II : Tumor menginvasi fossa pterigomaksila, sinus paranasal dengan destruksi tulang

Stadium III: Tumor menginvasi fossa infratemporal, orbita dengan atau region paraselar

Stadium IV: Tumor menginvasi sinus kafernosus, region chiasma optic dan atau fossa
pituitary

(Soepardi, 2007).

Pengobatan

Tindakan operasi merupakan pilihan utama selain terapi hormonal, radioterapi. Operasi
harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas cukup, karena risiko perdarahan yang hebat.
Berbagai pendekatan operasi dapat dilakukan sesuai dengan lokasi tumor dan perluasannya,
seperti melalui transpalatal, rinotomi lateral, rinotomi sublabial (sublabial mid-facial
degloving) atau kombinasi dengan kraniotomi frontotemporal bila sudah meluas ke
intracranial. Selain itu operasi melalui bedah endoskopi transnasal juga dapat dilakukan
dengan dipandu CT Scan 3 dimensi dan pengangkatan tumor dapat dibantu dengan laser.

Sebelum dilakukan operasi pengangkatan tumor selain embolisasi untuk mengurangi


pendarahan yang banyak dapat dilakukan ligasi arteri karotis eksterna dan anastesi dengan
teknik hipotensi. Pengobatan hormonal diberikan pada pasien dengan stadium I dan stadium
II dengan preparat testosterone reseptor bloker (flutamid).

Pengobatan radioterapi dapat dilakukan dengan stereotaktik radioterapi (Gama knife)


atau jika tumor meluas ke intracranial dengan radioterapi konformal 3 dimensi. Untuk tumor
yang sudah meluas ke jaringan sekitarnya dan mendestruksi dasar tengkorak sebaiknya
diberikan radioterapi prabedah atau dapat pula diberikan terapi hormonal dengan preparat
testosterone reseptor bloker (flutamid) 6 minggu sebelum operasi, meskipun hasilnya tidak
sebaik radioterapi ((Soepardi, 2007).

Vous aimerez peut-être aussi