Vous êtes sur la page 1sur 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan Kebidanan Keluarga dikembangkan dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan ibu dan anak sehingga dapat mengurangi tingkat mortalitas dan morbiditas

ibu dan anak. Bidan yang melaksanakan tugas di keluarga dan kelompok masyarakat

perlu mengkaitkan upaya yang dilakukannya untuk mewujudkan Kesehatan untuk

semua (Syahlan, 1996).

Asuhan Kebidanan keluarga adalah aktifitas atau intervensi upaya yang dilaksanakan

oleh bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan masalah khususnya dalam bidang

KIA/KB disuatu komunitas. Selain itu peran bidan sebagai pendidik pemberi pelayanan

dan penelitian (Bapelkes, 2004).

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling

berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari seluruh segi yang ada

pengaruhnya terhadap masalah sehat sakit atau kesehatan tersebut.

Banyak factor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun

kesehatan masyarakat. Keempat factor tersebut (keturunan, lingkungan, perilaku dan

pelayanan kesehatan) disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling

berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal bilamana

keempat factor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula.

Salah satu factor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal) maka status

kesehatan akan tergeser ke arah dibawah optimal.

1
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih

jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang

sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan

perokok.

Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya

beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat yang

sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida, dsb.

Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker

di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin

pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat yang

dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan

raya yang macet.

Kebiasaan merokok di Indonesia sangat memprihatinkan. Setiap saat kita dapat menjumpai
anggota masyarakat dari berbagai usia, termasuk pelajar merokok di tempat-tempat umum. Padahal,
berbagai penelitian dan kajian yang telah dilakukan menujukkan bahwa rokok sangat membahayakan
kesehatan. Bukan hanya membahayakan para perokok, asap rokok juga sangat berbahaya apabila
dihirup oleh orang-orang yang berada di sekitarnya (perokok pasif). Bahkan sebagian penelitian
menunjukkan bahwa para perokok pasif memiliki resiko kesehatan yang lebih tinggi daripada para
perokok itu sendiri. Penyakit-penyakit mulai dari menderita batuk hingga kanker paru mengancam
para perokok, baik perokok aktif maupun pasif.

Kami menyadari bahwa informasi tentang bahaya rokok bagi kesehatan sangat penting untuk
diketahui oleh masyarakat luas, khususnya para pelajar. Hal inilah yang mendorong kami untuk
menyusun makalah tentang rokok ini. Kami berharap, dengan mengetahui informasi ini para pelajar
dapat mengurungkan niatnya untuk mengkonsumsi rokok, atau bahkan berhenti merokok.

A. LATAR BELAKANG

Bahan dasar rokok adalah tembakau. Tembakau terdiri dari berbagai bahan kimia yang
dapat membuat seseorang ketagiahan, walaupun sebenarnya mereka tidak ingain mencobanya
lagi. Sebenarnya seorang pelajar belum baik atau boleh merokok di kalangan sekolah, masyrakat

2
atau kalangan yang lainnya. Karena hal itu dapat berdampak buruk pada kesehatannya,
sekolahnya, dan lain-lain. Biasanya hal ini dilakukan oleh para pelajar karena kondisi emosi
mereka yang tidak stabil membuat mereka melakukan segala hal untuk melampiaskan emosinya.

Di kota-kota besar, terutama Jakarta populasi perokok pada usia dini sangatlah tinggi. Hal
ini disebabkan karena kurangnya penyuluhan tentang bahaaya rokok dikalangan sekolah /
masyarakat. Atau mungkin jugaa kurangnya kesadaran pada diri mereka sehingga mereka tidak
memperhatikan bahayanya dan juga nanti ke depannya. Oleh karena itu, kami sebagai

pelajar akan mensosialisasikan tentang bahaya rokok serta akibat untuk masa ke
depannya lewat makalah ini.
Kanker serviks atau kanker leher rahim atau disebut juga kanker mulut rahim
merupakan salah satu penyakit keganasan di bidang kebidanan dan penyakit kandungan
yang masih menempati posisi tertinggi sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum
perempuan. Kanker serviks adalah kanker leher rahim/kanker mulut rahim yang di
sebabkan oleh virus Human Papiloma Virus (HPV). Hanya beberapa saja dari ratusan
varian HPV yang dapat menyebabkan kanker. Penularan virus HPV yang dapat
menyebabkan Kanker leher rahim ini dapat menular melalui seorang penderita kepada
orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung
dan karena hubungan seks. Gejala yang mungkin timbul (Umumnya pada stadium
lanjut) adalah perdarahan di luar masa haid, jumlah darah haid tidak normal, perdarahan
pada masa menopause (setelah berhenti haid), keputihan yang bercampur darah atau
nanah serta berbau, perdarahan sesudah senggama, rasa nyeri dan sakit di panggul,
gangguan buang air kecil sampai tidak bisa buang air kecil.
Berdasarkan hasil survey kesehatan oleh Word Health Organitation (WHO),
dilaporkan kejadian kanker serviks sebesar 500.000 kasus baru di Dunia. Kejadian
kanker servik di Indonesia, dilaporkan sebesar 20-24 kasus kanker serviks baru setiap
harinya. Kejadian kanker servik di Bali dilaporkan telah menyerang sebesar 553.000
wanita usia subur pada tahun 2010 atau 43/100.000 penduduk WUS. Berdasarkan
AOGIN (2010) Angka ini mengalami peningkatan sebesar 0,89% sejak tahun 2008.
Saat ini, tidak ada pengobatan untuk infeksi HPV. Setelah terinfeksi, seseorang
sangat mungkin terinfeksi seumur hidupnya. Dalam banyak kasus, infeksi aktif
dikendalikan oleh system kekebalan tubuh dan menjadi tidak aktif selama beberapa
waktu. Namun demikian, tidak mungkin memprediksi apakah atau kapan virus tersebut
akan aktif kembali. Sebuah penelitian terkini yang diikuti oleh lebih dari 600 mahasiswi
untuk menguji adanya HPV selama 6 bulan. Setelah 3 tahun berlalu, infeksi HPV baru

3
muncul pada lebih dari 40% perempuan tersebut. Sebagian besar infeksi berlangsung
sekitar 8 bulan kemudian tidak aktif. Tetapi setelah 2 tahun, sekitar 10% perempuan
tersebut masih membawa virus tersebut dalam vagina dan leher rahim. Dalam penelitian
tersebut, infeksi yang berlanjut sebagian besar biasanya terkait dengan jenis HPV yang
ganas dan terkait dengan kanker.
Saat ini program pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim berupa pemeriksaan IVA,
pap smear, bahkan krioterapi sudah mulai diterapkan. Namun deteksi dini kanker serviks
dengan metoda IVA memang belum semua puskesmas di kabupaten maupun kota di
Indonesia yang merealisasikannya. Salah satu kota yang telah merealisasikannya adalah
UPT. Puskesmas Pangkalan Balai.
Masalah inilah yang menjadi dasar penyusun untuk memberikan Asuhan Komunitas
pada Keluarga Tuan M di Kelurahan Kayuara Kuning Kecamatan Banyuasin III
Kabupaten Banyuasin dengan masalah kurangnya pengetahuan tentang IVA.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah ditemukan maka rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah bagaimana cara pemeriksaan IVA dan manfaat dilakukannya
pemeriksaan IVA.

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mampu memberikan Asuhan kebidanan pada keluarga yang memiliki
masalah kesehatan khususnya pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2. Tujuan Khusus
Dengan dilakukannya praktek Asuhan Kebidanan Komunitas, diharapkan mampu
dalam:
1. Melakukan pengkajian data pada Keluarga M.
2. Mengidentifikasi masalah pada Keluarga M.
3. Mengembangkan rencana tindakan pada Keluarga M.
4. Melaksanakan tindakan sesuai rencana pada Keluarga M.
5. Melakukan evaluasi pada Keluarga M.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kanker Serviks


2.1.1 Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di
daerah skuamomuskular junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa
kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau
leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk
kearah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. Kanker
leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.

2.1.2 Faktor-faktor Risiko Kanker Leher Rahim


Faktor-faktor resiko kanker serviks antara lain:
1. Kegiatan Seksual (Usia <20 tahun)
Pola kegiatan seksual, khususnya pada remaja, merupakan faktor-faktor utama yang
menentukan apakah seseorang terinfeksi oleh HPV atau tidak. Akibat perilaku yang
santai terhadap seksualitas diantara remaja dalam banyak budaya, jumlah pasangan
seksual yang dimiliki remaja sebelum usia 20 bisa sangat banyak, dan masing-
masing pasangan mereka mungkin juga mempunyai banyak pasangan. Sehingga pola
kegiatan seksual tersebut meningkatkan risiko terpapar Infeksi Menular Seksual
(IMS), khususnya HPV.
2. Gonta-ganti pasangan seksual
Bergonta ganti pasangan seksual dapat meningkatkan resiko terpapar Infeksi
Menular Seksual (IMS), termasuk HPV.
3. Ibu ata saudara perempuan yang mengidap kanker leher rahim
Faktor risiko lain adalah adanya hubungan darah keluarga (ibu atau saudara
perempuan) yang menderita kanker leher rahim. Magnusson (1999) menemukan
adanya kluster yang signifikan dalam keluarga biologis, bukan adopsi. Pada ibu

5
biologis dibandingkan dengan kasus kontrol, risiko relatifnya adalah 1,8 sementara
pada adopsi risiko relatifnya tidak jauh berbeda dengan kontrol (1,1). Pada saudara
perempuan biologis, risiko relatifnya bahkan lebih tinggi (1,9), dibandingkan 1,1
pada saudara perempuan nonbiologis. Data tersebut memberikan bukti epidemiologi
yang kuat mengenai kaitan antara timbulnya kanker leher rahim dan penyebab
awalnya.
4. Tes pap sebelumnya yang abnormal
Tes pap yang abnormal bisa menjadi indikasi awal adanya sel pra kanker yang jika
diabaikan dapat berkembang menjadi sel kanker.
5. Merokok dan kurangnya kebersihan Vulva Hygiene
Para perempuan juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker bila menerapkan
beberapa perilaku yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Perilaku tersebut
antara lain penggunaan obat-obat rekreasional, alkohol dan rokok. Nikotin dan hasil
sampingan dari rokok dianggap dapat meningkatkan risiko relatif perempuan terkena
kanker leher rahim dengan berpusat pada mukosa leher rahim dan mengurangi daya
kekebalan sel-sel langerhans untuk melindungi jaringan ikat pada leher rahim dari
faktor onkogenik yang bersifat invasif, seperti infeksi HPV. Kebersihan vulva
hygiene juga perlu diperhatikan, untuk mencegah terinfeksi virus HPV misalnya
melalui toilet umum.

2.1.3 Pencegahan Kanker Leher Rahim


Sebagaimana telah disebutkan diatas, HPV adalah infeksi menular seksual yang
paling banyak terjadi di dunia. Walaupun kondom dan praktik-praktik seks yang aman
melindungi dari berbagai IMS, termasuk HIV/AIDS, alat-alat tersebut masih kurang
efektif dalam mencegah penularan HPV. Hal ini karena virus papiloma tinggal di sel-sel
kulit (pipih/squamous) yang menutupi daerah pubis (vulva atau penis) serta sel-sel
sebelah dalam sepanjang vagina dan leher rahim pada perempuan, serta uretra dan anus
pada kedua jenis kelamin. Kondom tidak menutupi seluruh batang penis, dan juga tidak
membatasi kontak dengan kulit pubis. Oleh karena itu, pada saat senggama bahkan
dengan memakai kondom, sel-sel kulit yang mengandung HPV bisa bersentuhan dengan
vulva atau vagina, sehingga memungkinkan virus dapat mencapai leher rahim. Lebih
dari itu, bahkan sel-sel mati yang terlepas saat berhubungan dapat mengandung HPV
dan tetap dapat menular sampai beberapa hari (Roben, Lowy and Schiller 1997).
a. Pencegahan Primer

6
Cara yang paling efektif untuk mencegah kanker leher rahim dan kanker genital lain
dapat berupa vaksin. Tiap orang perlu diberikan imunisasi sejak usia dini sebelum
mereka aktif secara seksual. Tetapi, pemberian vaksin tidak mudah karena respon
kekebalan tubuh seseorang tampaknya tergantung pada tipe/jenis HPV. Sebagai contoh,
seseorang yang dilindungi dari 16 tetap berisiko terinfeksi tipe lain yang dapat
menyebabkan kanker, seperti tipe 18 atau 33. Lebih lanjut, tampaknya ada beberapa
sub-tipe atau varian pada tipe 16, dan mungkin juga pada tipe-tipe lainnya. Terakhir,
seperti telah disebutkan, tipe HPV yang terkait dengan penyakit kanker berbeda-beda
berdasarkan wilayah geografis. Dengan meningkatnya perjalanan internasional,
berbagai tipe karsinogen akan segera menyebar ke seluruh dunia. Oleh karena itu,
sebuah vaksin yang mengandung campuran beberapa tipe harus diciptakan (Groopman
1999, Stewart et al. 1996).\
Pencegahan primer harus memfokuskan untuk terus merubah praktik seksual dan
perilaku lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi, dan program-
program pencegahan sekunder harus terus menapis dan menangani perempuan yang
menderita pra-kanker dan kanker. Sama seperti perang melawan HIV/AIDS, konseling
untuk mengurangi risiko yang terkait dengan faktor risiko harus diterapkan di semua
sistem pelayanan kesehatan, khususnya fasilitas yang menangani remaja. Pesan-pesan
tersebut harus memperingatkan para remaja bahwa praktek-praktek yang dibuat untuk
meminimalkan risiko terpapar HIV/AIDS dan IMS lainnya (misalnya penggunaan
kondom pria dan perempuan) tidak efektif dalam mencegah penularan HPV. Selain itu,
berbagai upaya keras untuk mengurangi minat remaja, khususnya remaja putri, untuk
mencoba merokok dan melakukan aktivitas seksual harus disebarluaskan secara terus
menerus.
b. Pencegahan Sekunder
Seperti telah dibahas sebelumnya, walaupun saat ini pencegahan infeksi HPV sulit
dilakukan, pada perempuan yang telah terinfeksi ada kebutuhan untuk segera :
Mengidentifikasi mereka yang mengalami lesi pra-kanker awal dan mudah diobati,
dan
Memberikan pengobatan berbiaya rendah bagi mereka sebelum lesi berkembang
menjadi kanker.

2.2 Metode Deteksi Dini Kanker Serviks


2.2.1 Metode Pap Smear

7
1. Definisi
Pap smear berasal dari kata papanicolaou, yaitu seorang ahli dokter Yunani bernama
George N. Papanicolaou, yang merancang metode mewarnai pulasan sampel sel-sel
untuk diperiksa. Dokter ini yang merancang metode tes Pap smear sekitar 50 tahun yang
lalu pada tahun 1943. Dasar pemeriksaan ini adalah mempelajari sel-sel yang terlepas
dari selaput lendir leher rahim. Papsmear mudah dilakukan dan tidak menimbulkan rasa
sakit.
Tingkat Keberhasilan Pap smear dalam mendeteksi dini kanker rahim yaitu 65-95 %.
Pap smear hanya bisa dilakukan oleh ahli patologi yang mampu melihat sel-sel kanker
lewat mikroskop setelah objek glass berisi sel- sel epitel leher rehim dikirim ke
laboratorium oleh yang memeriksa baik dokter, bidan maupun tenaga yang sudah
terlatih.
2. Sasaran
Pap Smear dapat dilakukan pada WUS yang sudah menikah atau yang sudah
melakukan senggama. Sasarannya ditujukan kepada WUS dan wanita dengan faktor
risiko.
3. Waktu Pelaksanaan Pap Smear
Pap Smear dilakukan sekali setahun. Bila tiga kali hasil pemeriksaan normal,
pemeriksaan dapat dijarangkan, misalnya setiap dua tahun. Pada perempuan kelompok
risiko tinggi, pemeriksaan harus dilakukan sekali setahun atau sesuai petunjuk dokter
(Smart, 2010). Pap Smear dapat dilakukan setiap saat, kecuali pada masa haid. Dua hari
sebelum pemeriksaan Pap Smear sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan yang
dimasukan ke dalam vagina serta diketahui oleh suami.
Waktu yang diperlukan untuk mengetahui hasil dari dilakukannya metode papsmear
berkisar antara 4 hari sampai 2 minggu tergantung jarak tempat dilakukannya
pemeriksaan papsmear dan dari laboratorium pemeriksaan specimen lendir mulut rahim.
Untuk mengetahui apakah hasilnya positif atau negatif maka diperlukan tenaga khusus
laboratorium yang dapat membaca hasil mikroskop. Jadi selama rentan waktu itulah
wanita pasangan usia subur mengalami kecemasan terhadap hasil dari pemeriksaan pap
smear.
4. Manfaat Pap Smear
Pemeriksaan pap smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan
pelacak adanya perubahan sel kearah keganasan secara dini sehingga kelainan
prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah. Pap

8
smear mampu mendeteksi lesi precursor pada stadium awal sehingga lesi dapat
ditemukan saat terapi masih mungkin bersifat kuratif. Manfaat pap smear secara rinci
dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Diagnosa dini keganasan


Pap smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus
endometrium, keganasan tuba falopi, dan mungkin keganasan ovarium.
2. Perawatan lanjutan dari keganasan
Pap smear berguna sebagai perawatan lanjutan setelah operasi dan setelah mendapat
kemoterapi dan radiasi.
3. Interpetasi hormonal wanita
Pap smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa
ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkinan keguguran
pada hamil muda.
4. Menentukan proses peradangan
Pap smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi
bakteri dan jamur.

2.2.2 Metode IVA


1. Definisi
IVA adalah salah satu deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan asam asetat
3-5 % secara inspekulo dan dilihat dengan pengamatan mata langsung (mata telanjang).
Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit, mudah, murah dan informasi hasilnya
langsung.
Serviks (epitel) abnormal jika diolesi dengan asam asetat 3-5 % akan berwarna putih
(epitel putih). Dalam waktu 1-2 menit setelah diolesi asam asetat efek akan menghilang
sehingga pada hasil ditemukan pada serviks normal tidak ada lesi putih.
Metode IVA tergolong sederhana, nyaman dan praktis. Dengan mengoleskan asam
cuka (asam asetat) pada leher rahim dan melihat reaksi perubahan yang terjadi,
prakanker dapat dideteksi. Biaya yang dikeluarkan pun juga relatif murah. Selain
prosedurnya tidak rumit, pendeteksian dini ini tidak memerlukan persiapan khusus dan
juga tidak menimbulkan rasa sakit bagi pasien. Letak kepraktisan penggunaan metode
ini yakni dapat dilakukan dimana saja, dan tidak memerlukan sarana khusus.

9
Tingkat Keberhasilan metode IVA dalam mendeteksi dini kanker servik yaitu 60-
92%. Sensitivitas IVA bahkan lebih tinggi dari pada Pap Smear. Dalam waktu 60 detik
kalau ada kelainan di serviks akan timbul plak putih yang bisa dicurigai sebagai lesi
kanker.

2. Keunggulan Test IVA


a. Hasil segera diketahui saat itu juga.
b. Efektif karena tidak membutuhkan banyak waktu dalam pemeriksaan, aman
karena pemeriksaan IVA tidak memiliki efek samping bagi ibu yang memeriksa,
dan praktis.
c. Teknik pemeriksaan sederhana, karena hanya memerlukan alat-alat kesehatan
yang sederhana, dan dapat dilakukan dimana saja.
d. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah.
e. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi.
f. Dapat dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih
3. Sasaran
Pemeriksaan IVA pada WUS yaitu wanita yang berusia antara 15 sampai 49 tahun.
wanita yang sudah pernah melakukan senggama atau sudah menikah juga menjadi
sasaran pemeriksaan IVA. Penderita kanker serviks berumur antara 3060 tahun,
terbanyak antara 4550 tahun, frekuensinya masih meningkat sampai kirakira
golongan umur 60 tahun dan selanjutnya frekuensi ini sedikit menurun kembali. Hal
tersebut menjadikan alasan WUS menjadi sasaran deteksi dini kanker serviks.
4. Waktu pelaksanaan pemeriksaan IVA
Untuk masyarakat luas, diprogramkan pemeriksaannya 1 kali dalam 1 tahun, kecuali
ada kecurigaan lain. Pemeriksaan IVA dapat dilakukan setiap saat, tidak dalam kedaan
haid, dua hari sebelum pemeriksaan IVA sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan
yang dimasukan ke dalam vagina serta diketahui oleh suami.
Waktu yang diperlukan untuk mengetahui hasil pemeriksaan dari metode IVA adalah
1-5 menit. Setelah adanya perubahan warna putih dari mulut rahim maka ada
kecurigaan terdapat sel-sel yang memicu kanker rahim. Hasil dari pemeriksaan IVA
dapat dibaca oleh dokter, bidan maupun petugas kesehatan yang terlatih saat itu juga,
sehingga mengurangi kecemasan yang dialami wanita pasangan usia subur. Jika hasil
yang di dapat IVA (+) maka akan langsung diobati, jika pemeriksaan dilakukan di

10
Rumah Sakit maka akan langsung dilakukan kryoterapi, serta diberikannya obat
antibiotik serta analgesik, jika pemeriksaan di praktek swasta maka akan langsung
diberikan antibiotik dan analgesik serta rujukan ke Rumah Sakit untuk melakukan
kryoterapi.

5. Prosedur dalam Pemeriksaan IVA


Peralatan dan bahan lain :
a. Meja periksa
b. Sumber cahaya/lampu
c. Speculum
d. Rak atau wadah peralatan

Bahan-bahan yang diperlukan untuk tes IVA harus tersedia ditempat :


1. Kapas lidi untuk swab
Kapas lidi digunakan untuk menghilangkan mukosa dan ciaran keputihan dari
serviks dan untuk mengoleskan asam asetat ke serviks. Kapas lidi terebut harus
tertutup rata dengan kapas sehingga dapat mengoleskan asem asetat secara merata
dan tidak membuat lecet atau melukai serviks. Kapas lidi tidak harus steril. Bahan
katun wall yang dibentuk seperti bola dan dioleskan pada serviks juga dapat diterima.
2. Sarung tangan periksa yang baru atau sarung tangan bedah yang telah di Desinfeksi
Tingkat Tinggi (DTT)
Sarung tangan periksa harus baru. Jika sarung tangan bedah digunakan, harus sudah
di dekontaminasi, dibersihkan dan di DTT setiap kali selesai digunakan. Sarung
tangan steril tidak diperlukan. Gunakan sepasang sarung tangan baru untuk setiap
ibu.
3. Spatula dari kayu dan atau kondom
Spatula kayu digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika menonjol
melalui bilas speculum. Gunakan spatula baru untuk tiap perempuan. Cara lain,
kondom dengan ujung yang dipotong dapat dipasang pada bilas-bilas speculum
untuk mencegah agar dinding vagina tidak menekan kecelah diantara bilas speculum
dan menghalangi pandangan arah ke serviks.
4. Larutkan cairan asam asetat (3-5%) (cuka putih dapat digunakan )
Asam asetat adalah bahan utama cuka. Dianjurkan asam asetat 3-5%. Di sebagian
Negara, tidak tersedia cuka.Sering kali yang dijual dipasar adalah mengganti cuka

11
sebenarnya adalah asam asetat. Larutan klorin 0,5% untuk dekontanminasi peralatan
dan sarung tangan.
5. Larutan klorin 0,5%
Larutan klorin digunakan untuk mendekontaminasi speculum dan sarung tangan
bedah tiap kali selesai dipakai. Setelah dekontaminasi, speculum baki atau wadah
peralatan dan sarung tangan harus dicuci dengan air sabun, bilas sampai bersih, di
DTT atau sterilisasi.
6. Formulir catatan untuk mencatat penemuan

Tindakan Umum :
Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada serviks.
Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi serviks dengan
menghasilkan reaksi acetowhite. Pertama-tama petugas melakukan menggunakan
spekulum untuk meriksa serviks. Lalu serviks dibersihkan untuk menghilangkan caiaran
keputihan (disrcharge), kemudian asam asetat dioleskan secara merata pada serviks,
setelah minimal 1 menit, serviks diperiksa untuk melihat apakah terjadi perubahan
acetowhite. Hasil tes (positif atau negatif) harus dibahas bersama ibu, dan pengobatan
harus diberikan setelah konseling jika diperlukan dan tersedia.
Klasifikasi Hasil
Temuan assesment harus dicatat sesuai kategori yang telah baku sebagaimana
terangkum dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Klasifikasi IVA sesuai dengan temuan klinis


KLASIFIKASI IVA TEMUAN KLINIS
Hasil tes positif Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite
Hasil tes negative Permukaan polos dan halus, berwarna merah jambu;
ektropion, polip, servisitis, inflamasi, kista nabotian
Kanker Masa mirip kembang kol atau ulkus

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS TERHADAP Tn. M DI KELURAHAN


KAYUARA KUNING KECAMATAN BANYUASIN III KABUPATEN BANYUASIN

3.1 Data Umum


3.1.1 Identifikasi Keluarga
Kepala Keluarga : Tn. M
Umur : 36 Tahun
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Penghasilan : Tidak Pasti
Alamat : Kelurahan Kayuara Kuning, Kec. Banyuasin III, Kab. Lahat

Jumlah Anggota Keluarga

No Nama JK Umur Hub KK Pekerjaan Keadaan Ket


1 Tn. M Lk 36 th KK Petani Sehat -
2 Ny. S Pr 32 th Istri IRT Sehat -
3 An. B Pr 10 th Anak Pelajar Sehat -
4 An. R Pr 4 th Anak - Sehat -

Tipe keluarga ini adalah keluarga inti, yang paling dominan dalam pengambilan
keputusan adalah ayah sebagai kepala keluarga. Hubungan dalam keluarga cukup
harmonis.

3.1.2 Genogram

13
Ket : : Laki-laki

: Perempuan

3.1.3 Situasi Lingkungan


a. Rumah
Luas : 18 m x 4 m
Jenis Rumah : Tersendiri
Letak : Jauh dari vector
Dinding : Tembok
Atap : Genteng
Lantai : Keramik
Cahaya : Teramh
Ventilasi : Cukup
Jendela : Ada
Kebersihan : Cukup
Jumlah Ruangan :4

b. Air Minum
Asal : Sumur, PAM
Kualitas : Baik
Konsumsi air : Bersih

c. Pembuangan Sampah
Sampah : Dibuang di Tempat Pembuangan Umum

d. Jamban dan Kamar Mandi


Jenis Jamban : Leher Angsa
Jarak dengan sumber air : 10 m
Kebersihan : Cukup
Kamar mandi : Ada

e. Pekarangan dan Selokan

14
Pengaturan : Teratur
Kebersihan : Bersih
Air Limbah :Teratur
Tanaman Peneduh : Ada
Peralatan Pekarangan : Ada
3.1.4 Kegiatan Sehari-hari
a. Kebiasaan
Kebiasaan Tidur Ayah Ibu Anak
Lama istirahat siang 1 jam 1 jam -
Istirahat malam 5 jam 5 jam 8 jam
Gangguan Susah tidur Tidak ada Tidak ada
b. Kebiasaan Makan
Makan 3x/hari 3x/hari 3x/hari
Porsi 1 piring 1 piring 1 piring
Jenis Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
Gangguan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
c. Pola Eliminasi
BAB 1x/hari 1x/hari 1x/hari
Warna Kuning Kuning Kuning
Konsistensi Lembek Lembek Lembek
Gangguan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
BAK 3-4x/hari 3-4x/hari 3-4x/hari
Warna Kuning Kuning Kuning
Gangguan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
d. Personal Higiene
Mandi 2x/hari 2x/hari 2x/hari
Keramas 2x/hari 3x/minggu 1x/hari
Gosok Gigi 2x/hari 2x/hari 2x/hari
e. Pola Kebiasaan Kesehatan
Minum Alkohol Tidak Tidak Tidak
Merokok Tidak Tidak Tidak
Obat-obatan Terlarang Tidak Tidak Tidak

3.1.5 Keadaan Kesehatan Keluarga

15
a. Imunisasi : Imunisasi kedua anaknya lengkap
b. KB : Ibu menggunakan alat kontrasepsi pil KB
c. Gizi : Pertumbuhan keluarga baik, BB sesuai dengn umur.
d. Penyakit yang diderita : Tidak ada
e. Pemanfaatan fasilitas kesehatan : Puskesmas dan BPM terdekat
3.2 Data Khusus
3.2.1 Biodata
Nama : Ny. S
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kel. Kayuara Kuning, Kec. Banyuasin III, Kab. Banyuasin

3.2.2 Keluhan Utama


Ibu mengatakan bahwa ibu mengalami keputihan, terasa gatal, berbau tidak sedap, dan
berwarna kuning kehijauan.

3.2.3 Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu mengatakan mengalami keputihan sejak seminggu yang lalu dan tidak pernah
mengalami keputihan hingga terasa gatal, dan berbau tidak sedap sebelumnya.

3.2.4 Riwayat Kesehatan yang Lalu


Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular dan menahun.

3.2.5 Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular dan
menahun.

3.2.6 Pola Kebiasaan Sehari-hari


a. Pola Nutrisi
Makan : 3x/hari, menu nasi, laku, sayur
Minum : 6-7 gelas/hari, air putih, teh, susu
b. Pola Istirahat
Siang : 2 jam/hari
Malam : 6-7 jam/hari
c. Pola Eliminasi

16
BAK : 4-5x/hari, warna kuning, jernih, bau khas
BAB : 1x/hari, warna kuning, konsistensi lunak, bau khas
d. Pola Personal Higiene
Mandi : 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari
Ganti pakaian dalam : 2x/hari

3.2.7 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 120/70 mmHg T : 36,7C
P : 78 x/m RR : 22 x/m
TB : 156 cm BB : 52kg

3.2.8 Analisis Data

17
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Masalah


Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan rendahnya cakupan pemeriksaan IVA
diwilayah kerja tanah garam. Adapula upaya langsung yang dilakukan dengan melakukan
penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan IVA, untuk deteksi dini
kanker serviks kepada masyarakat. hal ini dimaksud agar program pencegahan dan
pemberantasan penyakit dipiskesmas tanah garam dapat tercapai.
Dari hasil data yang didapat bahwa masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam
pemeriksaan IVA dari 5114 orang wanita usia subur, dengan target hanya 16% pertahun
maka diharapkan ada 818 orang yang melakukan pemeriksaan IVA Pertahun tapi hasilnya
hanya didapatkan 81 orang saja yang melakukan pemeriksaan IVA hal ini jauh dari
standar. Jika di persenkan 100% maka hasil yang didapat hanya 10 % didapat dari 818
orang dan hanya 81 orang yang melakukan pemeriksaan IVA.
Hal ini mungkin dapat disebabkan dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat,
ekonomi keluarga yang masih lemah,dan pemikiran bahwa kalau belum terjadigejala yang

18
berarti mereka tidak akan datang berobat, dan kurangnya dukungan dari keluarga seperti
suaminya.

4.2 Pembahasan dan Penetapan Alternatif Pemecahan Masalah

No Variabel masalah
Faktor Penyebab masalah Alternatif Pemecahan masalah
penyebab
1 Manusia Masih rendahnya pengetahuan Wanita Memberikan penyuluhan kepada
Usia Subur (WUS) yang sudah melakukan pengetahuan Wanita Usia Subur
hubungan seksual tentang pemeriksaan (WUS) yang sudah melakukan
IVA hubungan seksual tentang
Tidak adanya kader khusus untuk pemeriksaan IVA
mengajak masyakat untuk dilakukan Menjelaskan kepada Wanita
pemeriksaan IVA Usia Subur (WUS) yang sudah
Kurangnya motivasi Wanita Usia Subur melakukan hubungan seksual
(WUS) yang sudah melakukan hubungan tentang pentingnya pemeriksaan
seksual untuk pemeriksaan IVA IVA
Membentuk kader khusus untuk
mengajak masyakat untuk
dilakukan pemeriksaan IVA
2 Metode Kurangnya sosialisasi / penyuluhan pada Mengadakan penyuluhan/
Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah konsultasi tentang pemeriksaan
melakukan hubungan seksual tentang IVA
pemeriksaan IVA Membuat format pelaporan yang
Kurangnya pelaporan dari praktek dokter jelas kepada dokter/bidan praktek
swasta dan bidan swasta yang melakukan swasta yang melakukan
pemeriksaan IVA pemeriksaan IVA
3 Money Dana APBD untuk pembentukan kader/ Menyediakaan APBD khusus
petugas IVA untuk kader/ petugas yang
Kurangnya dana yang tersedia untuk bertugas mengajak dan merekrut
pembuatan beberapa media komunikasi masyarakat untuk ikut dalam
seperti Poster, brosur, dan pamflet. pemeriksaan IVA
Mengatur sedemikian hingga

19
penggunaan dana pertahun yang
diberikan oleh pusat untuk media
komunikasi yang akan digunakan.
Disamping itu, dapat juga diatasi
dengan cara mencari donatur lain
yang dapat bekerja sama dalam
pemenuhan dana tersebut.
4 Sarana Dana APBD untuk pengadaan sarana dan Menyediakan APBD untuk
prasarana khusus pemeriksaan IVA pengadaan sarana dan prasarana
khusus untuk pemeriksaan IVA
5 Lingkungan Kurangnya dukungan dari Keluarga Meningkatkan peranan dan
(suami) dukungan dari keluarga (suami)

3.7 Penetapan Alternatif Pemecahan Masalah


1. Man
Rendahnya pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah melakukan hubungan
seksual mengenai bahaya kanker serviks dan pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini
kanker serviks serta masih rendahnya pemahaman suami tentang pemeriksaan IVA.
Kegiatan : Penyuluhan kepada Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah
melakukan hubungan seksual mengenai kanker serviks dan
pemeriksaan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks serta
memberikan pemahaman terhadap suami mengenai pemeriksaan
IVA
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) yang
sudah melakukan hubungan seksual serta memberikan
pemahaman terhadap suami mengenai pemeriksaan IVA
Sasaran : Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah melakukan Seksual,
Suami
Lokasi : Puskesmas. Puskesmas Pembantu, Posyandu
Volume Kegiatan : Sekali setahun
Pelaksanaan : Dokter, dan petugas yang mendapatkan pelatihan
pemeriksaan IVA

20
2. Method
Program khusus dari Puskesmas mengenai kanker serviks dan pemeriksaan IVA
sebagai deteksi dini kanker serviks secara berkala
Kegiatan I :
Kegiatan : Jadwal khusus untuk pemeriksaan IVA gratis melalui
program puskesmas keliling secara berkala sebagai deteksi dini
kanker serviks ( Safari IVA )
Tujuan : Meningkatkan angka cangkupan pemeriksaan IVA di
wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo
Sasaran : Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah berhubungan
seksual
Lokasi : Puskesmas Keliling
Volume Kegiatan : Sekali setahun
Pelaksana : Dokter, dan petugas yang mendapatkan pelatihan
pemeriksaan IVA

Kegiatan II
Kegiatan : Pembentukaan kader-kader khusus untuk pemeriksaan
IVA disetiap wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo
Tujuan : - Mengajak dan menghimbau Wanita Usia Subur (WUS)
agar datang pada penyuluhan dan pemeriksaan IVA di puskesmas.
a. Mendata dan mengunjungi Wanita Usia Subur (WUS) yang tidak
datang pada penyuluhan dan pemeriksaan IVA
b.Memberikan pengertian pada suami-suami yang tidak menyetujui
untuk dilakukannnya pemeriksaan IVA pada istrinya.

3.8 Plan of Action


Volume
No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksanaan
kegiatan
1. Penyuluhan Meningkatkan Wanita Usia Puskesmas, Sekali Dokter dan
kepada pengetahuan
Subur Puskesmas setahun petugas yang

21
Wanita Usia Wanita Usia (WUS) yang Pembantu, mendapatkan
Subur Subur (WUS)
sudah Posyandu pelatihan
(WUS) yang yang sudah
melakukan pemeriksaan
sudah melakukan
melakukan hubungan seksual
seksual, IVA
hubungan serta memberikan suami
seksual pemahaman
terhadap suami
mengenai
pemeriksaan IVA
2. Jadwal Meningkatkan Wanita Usia Puskesmas Sekali Dokter dan
khusus angka cakupan
Subur Keliling setahun petugas yang
untuk pemeriksaan IVA
(WUS) yang mendapatkan
pemeriksaan
IVA gratis sudah pelatihan
melalui berhubungan pemeriksaan
program seksual IVA
puskesmas
kelliling
secara
berkala
3. Pembentuka Mengajak dan WUS yang Puskesmas Sekali Petugas yang
n kader- menghimbau
telah keliling setahun bertanggung
kader WUS agar datang
berhubungan dan jawab
khusus pada penyuluhan
untuk dan pemeriksaan seksual Posyandu terhadap IVA
pemeriksaan IVA
IVA

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai rendahnya kunjungan masyarakat ke puskesmas untuk
pemeriksaan IVA untuk deteksi dini kanker serviks diwilayah kerja tanah garam tahun 2015.
Dari hasil data yang didapat bahwa masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam
pemeriksaan IVA dari 5114 orang wanita usia subur, dengan target hanya 16% pertahun maka
diharapkan ada 818 orang yang melakukan pemeriksaan IVA Pertahun tapi hasilnya hanya

22
didapatkan 81 orang saja yang melakukan pemeriksaan IVA hal ini jauh dari standar. Jika di
persenkan 100% maka hasil yang didapat hanya 10 % didapat dari 818 orang dan hanya 81
orang yang melakukan pemeriksaan IVA
Dari data yang ada rendahnya kunjungan masyarakat ke Puskesmas Tanah Garam tahun
2015 sekitar 90% tidak pernah memeriksakan diri ke puskesmas, hal ini disebakan karena
pengetahuan masyarakat yang masih kurang terhadap pemeriksaan IVA, dimana masyarakat
hanya mengetahui sedikit saja tentang kanker serviks ini, maka untuk itu akan sering
dilakukan penyuluhan ke kelurahan-kelurahan disekitar tanah garam untuk meningkatkan
kunjungan untuk melakukan pemeriksaan IVA.

4.2. Saran
1. Membentuk jadwal khusus untuk pemeriksaan IVA dan membentuk beberapa
orang kader yang akan melakukan monitoring kegiatan setiap bulan.
2. Memaksimalkan kinerja petugas serta membangun koordinasi lintas sector / lintas
program.
3. Memaksimalkan peran bidan desa dalam memberikan penyuluhan tentang
pemeriksaan IVA kepada masyarakat.
4. Memperluas relasi antara bidan desa dengan praktek swasta/ fasilitas kesehatan di
luar puskesmas agar deteksi dini kanker leher rahim yang berada di wilayah
kerjanya tetap terpantau dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan. 2009. Pencegahan Kanker Rahim dan Kanker Payudara. Jakarta :
DEPKES RI
2. Hacker. 2001. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Jakarta : EGC
3. Hidayat. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : Pustaka Pelajar
4. Mansjoer. 2005. Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC
5. Muninjaya AAG. Manajemen Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC: 2004
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 tahun 2014.
http://sinforeg.litbang.depkes.go.id.
7. Rasjidi, B. 2009. Deteksi Dini Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta : Sagung
Seto
8. Romauli, S. 2012. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika

23
9. Sukaca. 2009. Kanker Leher Rahim. Yogyakarta : Briliant Books
10. Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta : Sagung
Seto

24

Vous aimerez peut-être aussi