Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MATERNITAS)
BAB I
PENDAHULUAN
terjadilah suatu proses kehamilan, persalinan dan nifas. Suatu proses antepartum, intrapartum
maupun postpartum tidak selamanya berjalan secara normal. Kadangkala hal ini merupakan
jembatan kematian bagi para ibu di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang
terkadang tidak disadari oleh para ibu hamil maupun tenaga kesehatan. Ketidaksigapan
Indonesia masih cukup tinggi. Penyebab kematian ibu paling banyak disebabkan oleh
perdarahan obstetris diantaranya solusio plasenta 19%, laserasi/ruptur uteri 16%, atonia uteri
15%, koagulopati 14%, plasenta previa 7%, plasenta akreta/inkreta/perkreta 6%, perdarahan
uteri 6%, retensio plasenta 4% (Chicakli, 1999). Perdarahan obsteri yang tidak dengan cepat
ditangani dengan transfusi darah atau cairan infus dan fasilitas penanggulangan lainnya
(misalnya upaya pencegahan dan/atau mengatasi syok, seksio sesaria, atau histerektomi dan
Perdarahan di sini dapat bersifat antepartum atau selama kehamilan seperti pada
plasenta previa dan solusio plasenta atau yang lebih sering lagi terjadi yaitu perdarahan
postpartum akibat dari atonia uteri atau laserasi jalan lahir. Tampak nyata bahwa perdarahan
serius dapat terjadi kapan saja selama kehamilan dan masa nifas. Waktu terjadinya
obstetris. Sebagian besar kematian akibat perdarahan disebabkan oleh beberapa kondisi ibu
yang dapat memperparah perdarahan obstetris, selain itu faktor yang terpenting penyebab
perdarahan obstetris yaitu kurang memadainya fasilitas kesehatan maupun pelayanan
Secara khusus perdarahan antepartum merupakan suatu perdarahan uterus dari tempat
diatas serviks sebelum melahirkan merupakan suatu hal yang sangat mengkhawatirkan.
Perdarahan dapat disebabkan oleh robeknya sebagian plasenta yang melekat di dekat kanalis
servikalis yang disebut plasenta previa. Perdarahan juga dapat berasal dari robeknya plasenta
dari tempat implantasi sebelum waktunya yang disebut solusio plasenta. Meskipun sangat
jarang perdarahan juga dapat terjadi akibat insersi velamentosa tali pusar disertai ruptur dan
perdarahan dari pembuluh darah janin pada saaat pecahnya selaput ketuban yang disebut vasa
previa.
Sumber perdarahan uterus yang berasal dari daerah di atas serviks tidak selalu dapat
teridentifikasi sejak dini. Pada keadaan ini perdarahan biasanya dimulai dengan sedikit atau
tanpa gejala kemudian berhenti. Perdarahan tersebut selalu disebabkan oleh robekan marginal
plasenta yang sedikit dan tidak meluas. Kehamilan dengan perdarahan seperti ini tetap
beresiko walaupun perdarahan segera berhenti dan kemungkinan plasenta previa tampaknya
telah dapat disingkirkan dengan USG. Perdarahan dengan plasenta previa biasanya terjadi
pada kehamilan trimester ketiga, stelah bayi lahir maupun setelah plasenta lahir. Oleh sebab
itu, hal ini perlu diantisipasi lebih awal sebelum perdarahan menuju ke tahap yang
diawali gejala dini berupa perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak tanda disertai
dengan rasa nyeri dan terjadi pada waktu yang tidak tentu tanpa trauma. Perempuan hamil
yang diidentifikasi mengalami plasenta previa harus segera dirujuk ke rumah sakit terdekat
tanpa melakukan periksa dalam karena tindakan tersebut dapat menyebabkan perdarahan
semakin banyak.
1.2 TUJUAN
Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan
antepartum.
c) Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien dengan perdarahan
antepartum
d) Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan pada
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram (Manuaba,
pervaginam yang timbul pada masa kehamilan kedua pada kira-kira 3% dari semua
kehamilan. Jadi dapat disimpulkan perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi
1. Plasenta Previa
Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari yang letaknya tidak
normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan rahim. Pada keadaan normal ari-ari terletak dibagian atas rahim
(Wiknjosastro, 2005).
Klasifikasi
Jenis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba jaringan plasenta atau ari-ari
1. Plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta atau
ari-ari.
2. Plasenta previa parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
3. Plasenta Previa marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta atau ari-ari berada tepat pada
4. Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada segmen bawah rahim akan tetapi
Etiologi
Mengapa plasenta atau ari-ari bertumbuh pada segmen bawah rahim tidak selalu jelas.
Plasenta previa bisa disebabkan oleh dinding rahim di fundus uteri belum menerima
implantasi atau tertanamnya ari-ari dinding rahim diperlukan perluasan plasenta atau ari-ari
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum di ketahui atau belum
pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan browne menekankan
bahwa faktor terpenting ialah villi khorialis persisten pada desidua kapsularis.
Faktor-faktor etiologinya :
a. Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering dari pada umur di bawah 25 tahun.
c. Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil, hal ini
disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih
belum matang.
3) Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase dan
manual plasenta.
4) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
5) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
Patofisiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama
dari plasenta previa. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga,
akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen
bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya
kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih melebar lagi, dan leher rahim mulai membuka.
Apabila plasenta atau ari-ari tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah
rahim dan pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa
terlepasnya sebagian plasenta dari dinding rahim. Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dan dinding rahim atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak
dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim untuk
menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal, makin rendah
Frekuensi
Frekuensi plasenta previa pada Ibu yang hamil berusia lebih dari 35 tahun kira-kira 10
kali lebih sering dibandingkan dengan Ibu yang kehamilan pertamanya berumur kurang dari
25 tahun. Pada Ibu yang sudah beberapa kali hamil dan melahirkan dan berumur lebih dari 35
tahun. Kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan yang berumur kurang dari 25 tahun.
(Winkjosastro, 2003)
Tanda dan Gejala
Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan secara tiba-tiba dan
tanpa diikuti rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak berbahaya
tapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari pada sebelumnya apalagi kalau
terjadi pada triwulan ketiga akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu
karena sejak saat itu bagian bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat pendarahan yang terjadi berwarna
merah segar, sumber perdarahannya ialah sinus rahim yang terobek karena terlepasnya ari-ari
dari dinding rahim. Nasib janin tergantung dari bahayanya perdarahan dan hanya kehamilan
Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya
ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah. Sedangkan diagnosis
Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri,
tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari
Pemeriksaan
yang disebabkan oleh plasenta previa. Perlu dilakukan beberapa langkah pemeriksaan.
1) Pemeriksaan luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin
2) Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak plasenta atau ari-ari.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya dan
jenis plasenta previa dan pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan secara langsung meraba
Karena dihalangi oleh ari-ari maka bagian terbawah janin tidak terdorong ke dalam
pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak janin seperti letak kepala
Sering terjadi persalinan prematur atau kelahiran sebelum waktunya karena adanya
rangsangan koagulum darah pada leher rahim. Selain itu jika banyak plasenta atau ari-ari
yang lepas, kadar progesteron turun dan dapat terjadi kontraksi, juga lepasnya ari-ari dapat
1) Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan akan menjadi tidak normal
2) Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat menyebabkan
2) Prolaps plasenta
3) Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan
kerokan
7) Bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah (Mochtar, 2011)
Karena dahulu penanganan plasenta previa relatif bersifat konservatif, maka angka
kesakitan dan angka kematian Ibu dan bayi tinggi, kematian Ibu mencapai 8-10% dari seluruh
kasus terjadinya plasenta previa dan kematian janin 50-80% dari seluruh kasus terjadinya
plasenta previa.
Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian dan kesakitan
Ibu dan bayi baru lahir jauh menurun. Kematian Ibu menjadi 0,1-5% terutama disebabkan
perdarahan, infeksi, emboli udara dan trauma karena tindakan. Kematian perinatal juga turun
menjadi 7-25%, terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli dan
Setiap perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di atas 22 minggu harus dianggap
penyebabnya adalah plasenta previa sampai ternyata dugaan itu salah. Penderita harus dibawa
Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir sebelum waktunya dan tindakan yang
dilakukan untuk meringankan gejala-gejala yang diderita. Penderita dirawat tanpa melakukan
belum ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum Ibu cukup baik dan bisa dipastikan janin
masih hidup.
Tindakan yang dilakukan pada terapi ekspektatif adalah rawat inap, tirah baring dan
tempat menempelnya plasenta, usia kehamilan letak dan presentasi janin bila ada kontraksi.
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada di sekitar ostium
uteri internum maka dugaan plasenta previa menjadi jelas. Sehingga perlu dilakukan
observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat (Manuaba,
2010).
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak
harus segera dilaksanakan secara aktif tanpa memandang kematangan janin. Bentuk
a. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan Ibu dan anak atau untuk
b. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan
b) Pertolongan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang paling banyak dilakukan
(Manuaba, 2010).
2. Solusio Plasenta
Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta atau ari-ari dari tempat perlekatannya
3) Prolapsus Plasenta
2) Trauma Kebidanan, artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan kebidanan yang
dilakukan :
3) Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek faktor predisposisi terjadinya
a) Hamil tua
(Manuaba, 2010).
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila
perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta,
peredaran darah antara rahim dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun
tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna
kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau
menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi
sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin.
Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau
darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya solusio plasenta, makin
Solusio Plasenta yang ringan pada umunya tidak menunjukkan gejala yang jelas,
perdarahan yang dikeluarkan hanya sedikit. Tapi biasanya terdapat perasaan sakit yang tiba-
tiba diperut, kepala terasa pusing, pergerakan janin awalnya kuat kemudian lambat dan
Diagnosis solusio plasenta bisa ditegakkan bila pada anamnesis ditemukan perdarahan
disertai rasa nyeri, spontan dan dikutip penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam
rahim.
Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan rasa sakit yang tiba-tiba diperut, perdarahan, dari jalan
lahir yang sifatnya hebat berupa gumpalan darah besar dan bekuan-bekuan darah.
Pemeriksaan
1) Komplikasi langsung.
tidak diproduksinya air urin serta terjadi kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis dan
1) Terhadap Ibu
Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% dari seluruh jumlah kasus
Solusio plasenta. Hal ini dikarenakan perdarahan sebelum dan sesudah persalinan, toksemia
2) Terhadap Anak
Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% dari seluruh jumlah kasus
solusio plasenta. Hal ini tergantung pada derajat pelepasan dari pelepasan plasenta, bila yang
terlepas lebih dari sepertiga ari-ari maka kemungkinan kematian anak 100% selain itu juga
Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio plasenta yang lebih
1) Terapi Konservatif
Prinsipnya kita menunggu perdarahan berhenti dan kemudian persalinan berlangsung
spontan. Sambil menunggu berhentinya perdarahan kita berikan suntikan morfin subkutan,
stimulasi kardiotonika seperti coramine, cardizol dan pentazol serta transfusi darah.
2) Terapi aktif
Prinsipnya kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud agar anak segera dilahirkan
Pertolongan persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam, umumnya dapat bersalin secara
normal.
Tindakan bedah seksio sesarea dilakukan apabila, janin hidup dan pembukaan belum
lengkap, gawat janin tetapi persalinan normal tidak dapat dilaksanakan dengan segera,
persiapan untuk seksio sesarea, hematoma miometrium tidak mengganggu kontraksi rahim
Persalinan pervaginam dilakukan apabila : Janin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan
bagian terendah didasar panggul, janin telah meninggal dan pembukaan > 2 cm (Saifuddin,
2006).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas Umum
B. Keluhan Utama
C. Riwayat Kesehatan
Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.
menular.
4. Riwayat Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
Minarche : 12 th
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Baunya : amis
Multigravida
Kemungkinan abortus
6. Riwayat nipas
Lochea Rubra
Tentang laktasi
Colostrum ada
Abdomen
Palpasi :
- Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah.
- Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala
masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul.
F. Pemeriksaan Penunjang
Plasenta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya
terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
yang dimilikinya.
merawat diri. Sekunder keharusan bedrest (Linda Jual Carpenito edisio :326)
3. Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada kuatnya perfusi
4. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot
Intervensi :
d. Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih
banyak.
Rasional : Denyut jantung lebih >160 serta <100 dapat menunjukkan gawat janin
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan menggunakan
komunikasi therapeutik.
Rasional : Dengan melibatkan keluarga, klien merasa tenang karena dilakukan oleh
Rasional : Dengan mendekatkan alat-alat kesisi klien dengan mudah dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri.
Rasional : Dengan memberi tahu perawat sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.
3. Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta.
Intervensi :
a. Istirahatkan klien
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga
O2 janin terpenuhi.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut.
Intervensi :
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat
selanjutnya.
d. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara.
Rasional :Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeri dapat berkurang.
3. 4 Evaluasi
1. Kondisi ibu tetap stabil atau perdarahan dapat dideteksi dengan tepat, serta terapi
mulai diberikan.
I. IDENTITAS
A. PASIEN
1. Nama : Ny U
3. Agama : Islam
B. PENANGGUNG JAWAB
1. Nama : Tn S
2. Umur : 41 tahun
4. Pekerjaan : Swasta
1. Keluhan utama:
Klien datang/kiriman dari Rumah Bersalin (RB) Alam Medica pada tanggal 1 Maret
2015, G3P2A0 dengan plasena previa totalis. rembesan air tidak ada, perdarahan
Klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menyertai kehamilan, seperti penyakit
G3 P2 A0
persalinan nifas
menangis.
menangis.
mengalami mengalami
perdarahan persalinan.
pervaginam,
placenta previa
totalis.
HPHT : 30-7-2014
HPL : 6-5-2015
TB : 155 cm
BB sebelum hamil : 56 kg
Lila : 25 cm
gestasi janin/presentasi
dengan PAP.
pasenta
previa.
Keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menurun, seperti penyakit jantung,
paru, hipertensi, dan DM. Dalam keluarga, tidak ada anggota keluarga lain yang pernah
a. Pola nutrisi
Sebelum masuk RS, klien dalam sehari makan 3x sehari dengan menghabiskan 1 porsi
makan. Saat hamil ini terkadang klien merasa mual, sehingga klien kadang makan tidak
teratur yaitu 2x dalam sehari. Setalah klien masuk RS pola nutrisi klien tidak banyak
mengalami perubahan, yaitu klien tetap makan 3x sehari dengan menghabiskan 1 porsi
b. Pola eliminasi
Sebelum masuk RS pola eliminasi klien dalam hal BAB tidak ada masalah yaitu dalam
sehari klien BAB 1x sehari. Sedangkan elama hamil untuk BAK, klien mengalami
peningkatan frekuensi BAK, yaitu klien lebih sering BAK tetapi dalam BAK tidak ada
keluhan yang dapat mengganggu klien BAK. Setelah masuk RS pola eliminasi (BAB dan
BAK) klien tidak ada masalah yang dapat mengganggu dalam proses BAB dan BAK
klien.
Saat dirumah, sebelum klien mengalami perdarahan dan masuk RS, aktivitas klien
sebagai ibu rumah tangga. Kegiatan hariannya hanya membersihkan rumah dan mengurus
suami saja. Namun setelah hamil aktivitas yang berat-berat saat dirumah sudah dikurangi
oleh klien. Dalam kesehariaanya klien tidur jam 21.00 malam dan bangun jam 04.00.
terkadang klien tidur siang dan terkadang tidak. Tidur siang biasanya lamanya 2 jam.
Sebelum sakit klien bisa melakukan ADL secara mandiri, namun setelah sakit dan
dirawat di RS dalam memenuhi ADLnya klien memerlukan banuan minimal. Dalam hal
dismenore ada dan biasanya terjadi pada hari pertama dan kedua haid, permasalahan
dalam hubungan seksual tidak ada masalah, operasi pada alat reproduksitidak pernah.
Konsep diri:
Identitas diri:
Klien adalah seorang wanita dengan umur 41 th, pernah hamil 3x, melahirkan 2x,
abortus belum pernah. Pertama haid, klien berumur 12 tahun. Kondisi genetalia klien
Harga diri:
juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan dikampungnya yaitu seperti arisan PKK,
pengajian ibu-ibu, kerja bakti dll. Dalam berhubungan dengan orang lain klien tidak
Intelektual (pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan kesehatan secara umum):
Menurut klien kesehatan itu merupakan hal yang sangat penting, sehingga selama
hamil klien selalu rutin memeriksakan kehamilannya di bidan praktek yang ada di
kampungnya. Namun saat klien mengalami perdarahan saat hamil ini klien belum
mengetahui secara jelasmengenai sakit yang dideritanya dan klien belum paham
sabar dan tegar menghadapi sakitnya ini, walaupun klien terkadang merasa cemas
dengan kondisi janin yang ada dalam rahimnya bila sering terjadi perdarahan.
1. Keadaan umum: tingkat kesadaran CM status gizi tidak ada masalah, gizi tercukupi.
2. TTV: suhu 37,1 0C, nadi 84 x/mnt, tekanan darah 100/70 mmHg, respirasi 20 x/mnt.
rambut: rambut klien pendek berwarna hitam, kebersihan rambut agak kotor
konjuctiva normal yaitu tidak pucat, sclera normal yaitu warna sklera putih tidak
ada kemerahan.
d. Telinga: bentuk normal, kebersihan bersih dan discharge tidak ada, fungsi
pendengaran normal.
e. Mulut dan tenggorokan: kemampuan bicara tidak terdapat masalah, klien dapat
bicara secara normal, kebersihan bersih, tidak ada sianosis, adakah deviasi tidak
ada.
f. Leher: peningkatan JVP tidak ada, tiroid: pembesaran kelenjar tiroid tidak ada.
h. Dada: inspeksi bentuk dada simetris, retraksi dinding dada tidak ada,gerakan
nafas tidak ada usaha napas tambahan, palpasi suara napasvesikuler, suara ronkhi
dan wezing tidak ada, nyeri tekan tidak ada, perkusi bunyi paru dan batas jantung
dan paru perkusi paru sonor, batas antara jantung dan paru jelas, auskultasi suara
paru vesikuler, bunyi jantung (I, II, III) S1 > S2, irama jantung reguler, murmur
j. Abdomen: dinding perut supel, tidak ada pembesaran hati dan limpa, peristaltik
l. Panggul: normal
m. Genetalia wanita: edema vulva ada, varises ada, keputihan tidak ada,
n. Anus dan rectum: pembesaran vena tidak ada, haemoroid tidak ada, massa tidak
ada.
kedua kaki, tonus otot normal, varises ada, refleks: refleks patologis positif dan
b. Tampak plasenta previa menutupi orifisium uteri interna dengan disertai gambaran
hipoekoik diantaranya.
2. Pemeriksaan darah lengkap (Hb, golongan darah,VDRL- papsmear bila ada indikasi)
a. Pemeriksaan darah lengkap
3) Ht = 28 % (L = 40-48, P = 37-43 %)
1) Basofil = 0 % (0-1 %)
2) Eosinofil = 1 % (1-4 %)
3) Batang = 0 % (2-5 %)
4) Segmen = 73 % (40-70 %)
5) Limfosit = 21 % (19-48 %)
6) Monosit = 5 % (3-9 %)
c. Faal hemostasis
V. TERAPI
1. Vicillin 1x1 gr
5. Diit biasa
VI. PERSIAPAN PERSALINAN
Senam hamil:
Tidak dilakukan.
Ibu dan keluarga sudah siap mental untuk melahirkan karena ini sebelumnya klien sudah
persalinan:
Ibu sudah mengetahui tanda-tanda saat akan melahirkan yaitu terjadi kontraksi di bagian
perut bawah, kontraksi makin lama makin kenceng. Keluar cairan ketuban saat akan
melahirkan. Menurut klien saat persalinan biasanya klien dibimbing oleh perawat RS
atau bidan tempat klien melahirkan untuk melakukan mengejan dan pengaturan napas
pada saat melahirkan. Tetapi klien belum mengetahui cara menangani nyeri pada saat
persalinan. Klien hanya mengetahui untuk mengurangi nyeeri saat persalinan yaitu klien
diberikan obat.
Perawatan payudara:
selama kehamilan anak pertama dan ke dua, klien telah diajari cara melakukan
perawatan payudara agar ASI yang diberikan untuk bayi bisa keluar.
ANALISA DATA
Nama klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
Jam tanggal 1 Juni 2009 mulai jam 01.30 WIB. jaringan kehilangan
12.00 Klien mengatakan usia kehamilannya saat ini baru (plasental) darah
bentuknya bergumpal.
DO:
Hb 9,1 gr/dL
Ht 28 %
RR 20 X/mnt.
2 Maret DS: Cemas Perubahan
Jam kondisi janin yang ada dalam rahimnya bila sering menyertai
keguguran.
DO:
DO:
1. Gangguan perfusi jaringan (plasental) tidak efektif b.d. hipovolemia karena kehilangan
darah (perdarahan).
Nama Klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
Nama
perdarahan.
Monitor TTV
infuse parallel.
Mengetahuikomplikasi komplikasi.
dari plesenta previa Jelaskan cara penatalaksaan
mencegah komplikasi
Menjelaskan
penatalaksanaan
plasenta previa.
perawatan. alaminya.
Mengidentifikasi dialaminya.
diberikan ketika
terjadi cemas.
dari lingkungan.
CATATAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
&
Nama
untuk tetap
mengkonsumsi
seimbang.
- Menganjurkan klien
untuk mengurangi
aktifitas/lebih banyak
istirahat.
- Menganjurkan klien
- Menganjurkan klien
kehamilan ini.
2. 2 Maret 2015 Memberikan informasi Klien mau mendengarkan dan
plasenta previa.
Memberikan discharge
planning sebelum
- Menganjurkan klien
untuk tetap
mengkonsumsi
seimbang.
- Menganjurkan klien
untuk mengurangi
aktifitas/lebih banyak
istirahat.
- Menganjurkan klien
- Menganjurkan klien
kehamilan ini.
dialaminya. kecemasan.
Memberikan discharge
planning sebelum
- Menganjurkan klien
untuk tetap
mengkonsumsi
seimbang.
- Menganjurkan klien
untuk mengurangi
aktifitas/lebih banyak
istirahat.
- Menganjurkan klien
- Menganjurkan klien
untuk tidak melakukan
kehamilan ini.
- Menganjurkan klien
untuk tetap
menggunakan teknik
diajarkan untuk
mengurangi perasaan
cemas.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Ny U
Ruang : Flamboyan
&
Nama
2 Maret 1. S:
lagi.
O:
mmHg.
gelas belimbing.
KU cukup.
DJJ +
fowler/semi fowler.
A:
P:
Lanjutkan intervensi:
Observasi perdarahan
instruksi dokter.
S:
diberikan.
O:
DJJ +
A:
pulang.
P:
2 Maret 2. S:
3 Maret beristirahat.
Aman
2015 Klien merasa senang karena telah diberi
14.00 O:
kehamilannya.
informasi.
A:
previa.
P:
Pertahankan intervensi.
S:
telah diberikan.
O:
diberikan.
A:
Masalah teratasi.
P:
2 Maret 3. S:
2015 dalam.
14.00 cemasnya.
O:
telah diajarkan.
A:
P:
Lanjutkan intervensi:
cemasnya muncul.
S:
O:
diberikan
A:
Masalah teratasi
P:
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
terjadi pada umur kehamilan 28 minggu atau lebih. Perdarahan yang terjadi dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan (plasenta previa,
solusio plasenta, pecahnya sinus marginalis, dan perdarahan vasa previa) dan perdarahan
yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan (pecahnya varises, perlukaan serviks,
keganasan serviks, dll). Perdarahan antepartum yang berhubungan dengan kehamilan harus
segera dilakukan tindakan agar tidak berakibat fatal bagi ibu dan janinnya. Sedangkan
4.2 SARAN
Sebagai seorang calon bidan kita harus mampu mendiagnosis dini kelainan atau
keabnormalan yang terjadi pada ibu masa antepartum, intrapartum maupun postpartum. Oleh
sebab itu kita harus memahami setiap gejala-gejala yang ditimbulkan dari keabnormalan yang
terjadi agar mampu mengambil keputusan secara cepat, tepat, dan efisien.
Secara khusus, seperti pembahasan dalam maklah ini yaitu tentang perdarahan
antepartum. Sebagai seorang bidan harus memahami apa saja perdarahan antepartum yang
bisa terjadi, gejal yang ditimbulkan, dan mampu memberikan asuhan yang tepat serta mampu
https://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askep-
EGC. Jakarta.
Prawirohardjo.