Vous êtes sur la page 1sur 9

BAB IV

BUDIDAYA BAWANG MERAH

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bawang merah (Allium cepa) Merupakan salah satu komoditas
holtikultura yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan memiliki nilai
ekonomis yang tinggi. Orang Jawa menyebut bawang merah
sebagai brambang. Bawang merah berfungsi sebagai penyedap rasa dan
dapat juga digunakan sebagai bahan obat tradisional. Bagian yang paling
banyak dimanfaatkan adalah umbi, meskipun beberapa tradisi kuliner juga
menggunakan daun serta tangkai bunganya sebagai bumbu penyedap
masakan. Karena memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi maka
pengusahaan budidaya bawang merah telah menyebar hampir di setiap
provinsi di Indonesia. Meskipun minat petani di terhadap bawang merah
cukup kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih ditemui berbagai
kendala. Baik yang bersifat teknis maupun ekonomis.
Budidaya bawang merah tidak mudah dan perlu penanganan intensif
karena terdapat berbagai masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara
budidaya,serangan hama,dan penyakit,kekurangan unsur mikro dll yang
menyebabkan produksi menurun. Memperhatikan hal tersebut, perlu
dilakukan peningkatan produksi bawang merah secara kuantitas, kualitas
dan kelestarian. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
menggunakan media tanam yang tepat. Maka dari itu pembahasan ini di
buat untuk mengetahui penggunaan media tanam yang tepat dan baik untuk
budidaa bawang merah sehingga mampu meningkatkan produktivitas
bawang merah.
2. Tujuan Praktikum
a. Mengetahu cara budidaya Bawang Merah.
b. Mengetahui pengaruh pemberian PGPF terhadap pertumbuhan Bawang
Merah.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Hari : Rabu
Tanggal : 15 Maret 2017
Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Bawang merah merupakan tanaman berumbi lapis berwarna keungu-
unguan, yang memiliki nama latin Allium Cepa L. Bawang merah pada
umumnya memiliki bau yang khas yang tajam. Klasifikasi dan Morfologi
Kingdo : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Liliidae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae (suku bawang-bawangan)
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa var. aggregatum L (Anggia, 2016).
Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput,
berbatang pendek dan berakar serabut. Daunnya panjang serta berongga seperti
pipa. Pangkal daunnya dapat berubah fungsi seperti menjadi umbi lapis. Oleh
karena itu, bawang merah disebut umbi lapis. Tanaman bawang merah
mempunyai aroma yang spesifik yang marangsang keluarnya air mata karena
kandungan minyak eteris alliin. Batangnya berbentuk cakram dan di cakram
inilah tumbuh tunas dan akar serabut. Bunga bawang merah berbentuk bongkol
pada ujung tangkai panjang yang berlubang di dalamnya. Bawang merah
berbunga sempurna dengan ukuran buah yang kecil berbentuk kubah dengan
tiga ruangan dan tidak berdaging. Tiap ruangan terdapat dua biji yang agak
lunak dan tidak tahan terhadap sinar matahari (Sunarjono, 2004).
Tanaman bawang merah ini dapat ditanam dan tumbuh di dataran rendah
sampai ketinggian 1000 meter dpl. Walaupun demikian, untuk pertumbuhan
optimal adalah pada ketinggian 0-450 meter dpl. Komoditas sayuran ini
umumnya peka terhadap keadaan iklim yang buruk seperti curah hujan yang
tinggi serta keadaan cuaca yang berkabut. Tanaman bawang merah
membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70%
penyinaran), suhu udara 25-32C serta kelembaban nisbi yang rendah (Sutaya
et al, 1995).
Tanaman bawang merah ini bermanfaat untuk mengontrol tekanan darah
dan menurunkan kadar kolesterol, karena bawang merah memiliki zat kuersetin
yang dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh dan mengurangi resiko
stroke dan penyakit jantung. Kandungan serat dalam bawang merah memiliki
fungsi yang dapat membantu toksin maupun zat makanan yang sulit dicerna
dan dikeluarkan usus sehingga mampu mengatasi susah BAB. Bawang merah
mentah juga dipercaya dapat meningkatkan produksi insulin sehingga
mengurangi resiko diabetes. Kandungan saponin dalam bawang merah
dipercaya efektif untuk mengencerkan dahak. Bawang merah memiliki
kandungan senyawa sulfur yang dapat mengurangi terjadinya resiko penyakit
kanker. Serta masih banyak lagi manfaat bawang merah dalam segi kesehatan
(Anggia, 2016).
Bawang merah varietas tajuk merupakan introduksi dari negara Thailand.
Bawang merah ini memiliki ciri-ciri Warna daun hijau muda (Light Green 41
RHS 141 D), bentuk umbi bulat dengan diameter terluas mendekati ujung akar,
warna umbi merah muda (Pink RHS 64 D). Beradaptasi dengan baik pada
musim kemarau dan tahan terhadap hujan, memiliki aroma yang sangat tajam,
sehingga cocok digunakan sebagai bahan baku bawang goring. Rata-rata pada
musim kemarau produktivitasnya mencapai 15 ton/ha dengan lama waktu
budidaya sekitar 43 hari (Anonim, 2015).
Limbah Baglog dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang berguna
memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, meningkatkan daya simpan dan
daya serap air, memperbaiki kondisi biologi dan kimia tanah, memperkaya
unsur hara makro dan mikro serta tidak mencemari lingkungan dan aman bagi
manusia. Kandungan baglog jamur tiram ini meliputi, 90 % serbuk gergaji, 7
% bekatul, 1% kapur, 2 % tapioka dan 45-60 % volume air (Muchlisin, 2012).
Jamur Trichoderma adalah salah satuagen biokontrol menjanjikan
terhadap jamur patogen. Strain tertentu Trichoderma memiliki kemampuan
untuk mengendalikan berbagai patogen di berbagai kondisi lingkungan. Selain
itu jamur Trichoderma mampu meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, terutama jamur Trichoderma dapat menjadi rizosfir
kompeten yang melindungi akar tanaman untuk menyebabkan produksi
perakaran sehat dan meningkatkan angka kedalaman akar (lebih dalam di
bawah permukaan tanah). Kemampuan akar menembus tanah lebih dalam ini
menyebabkan tanaman menjadi lebih resisten terhadap kekeringan, seperti
pada tanaman jagung dan tanaman hias. Mekanisme yang dilakukan
Trichoderma adalah mycoparasitisme, dengan memproduksi enzim kitinolitik,
- glukanase atau selulase yang paling penting dalam biokontrol yang dapat
mendegradasi dinding sel jamur patogen (Anand and Reddy, 2009).
Penicillium sp. R 7.5, jamur ini mempunyai kemampuan menguraikan lignin
yang cukup tinggi (menurunkan konsentrasi Poly R-478 sebanyak 18,05%
dalam waktu 90 menit). Jamur ini juga mempunyai kemampuan melarutkan
senyawa Posfat dan menghasilkan IAA (Subowo Y.B, 2015).

C. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA


1. Alat
a. Polybag
b. Cethok
c. Cangkul
d. Ember
2. Bahan
a. Umbi bawang merah
b. Baglog
c. Pupuk phonska
3. Cara Kerja
a. Menyemaikan benih yang berasal dari biji selama 14 hari, sedangkan
umbi yang sudah disimpsn 2 bulan dapat ditanam langsung dengan
memotog ujungnya 0,5 m.
b. Menanam bawang merah menggunakan polybag dengan media campuran
baglog dan tanah (1:1).
c. Menaburkan PGPF pada media tanam, lalu memasukan media tanam
dalam polybag.
d. Menanam bawang merah dalam polybag.
e. Merawat setiap hari dengan menyiram dan meyiangi rumput yang
tumbuh disekitarnya.
f. Memberikan pupuk susulan setelah tanaman bawang merah berumur 2
minggu. Mengkocok tanaman bawang merah dengan pupuk organic cair.
g. Memanen bawang mera setelah 55-70 hari sejak tanam dengan ciri-ciri
bawang merah siap dipanaen apabila 60-70% daun sudah mulai rebah.
Mengeringkan terlebih dahulu umbi bawang merah yang telah dipanen.
Penjemuran bisa berlangsung hingga 7-14 hari. Melakukan pembalikan
setiap 2-3 hari. Menyimpan atau memasrkan bawang merah yang telah
kering, kadar air 85%.

D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1 Pengamatan Tanaman Bawang Merah Dengan Perlakuan PGPF
trichoderma dan media tanam limbah baglog
Parameter Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (Helai)
Sampel/Pengamatan 5 6 7 5 6 7
ke- MST MST MST MST MST MST
Tanaman 1 32,5 36,5 41 23 41 40
Tanaman 2 37 41,5 44 20 32 38
Tanaman 3 36 37,5 38 13 25 21
Tanaman 4 32 39,5 41 11 18 23
Tanaman 5 39 44,5 45 40 26 53
Tanaman 6 33 42 48 12 17 43
Tanaman 7 34,5 38 49 27 19 46
Tanaman 8 36,6 39,3 43 28 28 37
Tanaman 9 30 37 40 27 40 17
Rerata 34,5 39,5 43,2 22 27 35

Tabel 4.1 Pengamatan Tanaman Bawang Merah Dengan Perlakuan PGPF


Penicillium dan media tanam limbah baglog
Parameter Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (Helai)
Sampel/Pengamatan 5 6 7 5 6 7
ke- MST MST MST MST MST MST
Tanaman 1 34 36 39 12 13 15
Tanaman 2 30 32 36 13 18 21
Tanaman 3 26 32 37 24 31 34
Tanaman 4 33 38 38,5 35 44 50
Tanaman 5 33 34 34 27 31 37
Tanaman 6 37 38 39 13 21 26
Tanaman 7 39 39 40 25 33 40
Tanaman 8 28 30 32 15 20 23
Tanaman 9 32 33 39,5 10 12 14
Rerata 32,4 34,6 37,2 19 25 29
E. PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan yang praktikum pada budidaya bawang merah
terdapat 9 tanaman bawang yang di beri perlakuan PGPF Trichhoderma dan 9
tanman bawang yag diberi perlakuan PGPF Penicillium dengan menggunakan
media tanam yang sama yaitu limbah baglog. Parameter yang diamati yaitu
tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman bawang merah. Pengamatan
pertama dilakukan pada umur tanaman bawang merah 5 MST. Berdasarkan
pengamatan pertama pada tanaman bawang merah dengan perlakuan PGPF
Trichoderm ini diperoleh hasil rata-rata tinggi tanaman bawang merah adalah
34,5 cm dan rata-rata jumlah daun yaitu sebanyak 22 helai. Sedangkan pada
pengamatan pertama tanaman bawang merah dengan perlakuan PGPF
Penicillium ini diperoleh hasil rata-rata tinggi tanaman bawang merah adalah
32,4 cm dan rata-rata jumlah daun yaitu sebanyak 19 helai.
Pengamatan kedua dilakukan pada umur tanaman bawang merah 6
MST. Berdasarkan pengamatan kedua pada tanaman bawang merah dengan
perlakuan PGPF Trichoderm ini diperoleh hasil rata-rata tinggi tanaman
bawang merah adalah 39,5 cm dan rata-rata jumlah daun yaitu sebanyak 27
helai. Sedangkan pada pengamatan kedua tanaman bawang merah dengan
perlakuan PGPF Penicillium ini diperoleh hasil rata-rata tinggi tanaman
bawang merah adalah 34,6 cm dan rata-rata jumlah daun yaitu sebanyak 25
helai. Pengamatan ketiga dilakukan pada umur tanaman bawang merah 7
MST. Berdasarkan pengamatan ketiga ini tanaman bawang merah dengan
perlakuan PGPF Trichoderm ini diperoleh hasil rata-rata tinggi tanaman
bawang merah adalah 43,2 cm dan rata-rata jumlah daun yaitu sebanyak 35
helai. Sedangkan pada pengamatan ketiga tanaman bawang merah dengan
perlakuan PGPF Penicillium ini diperoleh hasil rata-rata tinggi tanaman
bawang merah adalah 37,2 cm dan rata-rata jumlah daun yaitu sebanyak 29
helai.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan bawang
merah dengan kedua perlakuan setiap minggunya mengalami peningkatan
baik pada tinggi tanaman maupun pada jumlah daunnya. Namun,
pertumbuhan bawang merah dengan perlakuan PGPF Trichoderma memiliki
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dngan pertumbuan bawang merah
dengan perlakuan PGPF Penicilliun. Hal tersebut dikarenakan jamur
Trichoderma memiliki kemampuan untuk menguraikan senyawa organik
dalam tanah menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman dan jamur ini mampu
mengendalikan berbagai patogen di berbagai kondisi lingkungan. Selain itu
jamur Trichoderma mampu meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, jamur Trichoderma dapat menjadi rizosfir kompeten
yang melindungi akar tanaman dan menyebabkan sistem perakaran sehat dan
meningkatkan kemampuan akar menembus tanah lebih. Kemampuan akar
menembus tanah lebih dalam ini menyebabkan tanaman menjadi lebih
resisten terhadap kekeringan dan mempermudah pengambilan air dan unsur
hara yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Jamur Penicillium mampu
menguraikan senyawa organic dalam tanah agar tersedia bagi tanaman,
melarutkan fosfat dan menghasilkan hormone IAA yang mampu
mempercepat pertumbuhan tanaman. Namun, jamur Penicllium tidak dapat
sebagai rizosfer seperti jamur Trichoderma sehingga sistem perakaran
tanaman kurang tahan terhadap kekeringan.
Pertumbuhan kedua tanaman yang semakin meningkat juga dipengaruhi
oleh media tanam yang digunakan yaitu baglog, baglog berguna memperbaiki
struktur dan kesuburan tanah, meningkatkan daya simpan dan daya serap air,
memperbaiki kondisi biologi dan kimia tanah, memperkaya unsur hara makro
dan mikro yang dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya sehingga
tanaman dapat tumbuh sesuai dengan yang dikehendaki.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
budidaya bawang merah meliputi pengolahan tanah, pencampuran tanah
dengan baglog, pembuatan lubang tanam, penanaman dan perawatan meliputi
penyiraman, penyiangan, serta pengendalian hama dan penyakit. Pemberian
PGPF pada tanaman bawang merah dapat memberikan pengaruh positif
terhadap tinggi tanaman bawang merah dan jumlah daunnya. Jamur
Penicillium melarutkan fosfat dan menghasilkan hormone IAA yang mampu
mempercepat pertumbuhan tanaman. Jamur Trichoderma memiliki
kemampuan untuk menguraikan senyawa organik dalam tanah menjadi bentuk
yang tersedia bagi tanaman dan jamur ini mampu mengendalikan berbagai
patogen di berbagai kondisi lingkungan. Selain itu jamur Trichoderma dapat
menjadi rizosfir kompeten yang melindungi akar tanaman dan menyebabkan
sistem perakaran sehat dan meningkatkan kemampuan akar menembus tanah
lebih sehingga tanaman menjadi lebih resisten terhadap kekeringan dan
mempermudah pengambilan air dan unsur hara yang baik untuk pertumbuhan
tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Bawang Merah Tajuk. http://pkht.ipb.ac.id/index.php /


2015/12/22/bawang-merah-tajuk/. Diakses pada tanggal 28 Maaret 2017.

Anand S and J. Reddy. 2009. Biocontrol Potential of Trichoderma Sp. Against


Plant Pathogens. Inter National Journal of Agriculture Sciences, ISSN:
0975-3710, Volume 1, Issue 2, 2009, pp-30-39, India.

Anggia, Citra Helda. 2016. Laporan Kegiatan Praktikum Budidaya Tanaman


Sayuran Budidaya Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa L) Sesuai Sop.
Jurusan Produksi Pertanian. Politeknik Jember.

Muchlisin. 2012. Membedah Komposisi Media Tanam (Baglog) Jamur Tiram.


http://cincinjamurmurah.blogspot.com/p/membedah-komposisi-media-
tanambaglog_19.html. Diakses tanggal 12 Maret 2017.

Subowo Y.B. 2015. Penambahan Pupuk Hayati Jamur Sebagai Pendukung


Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza Sativa) Pada Tanah Salin. ISSN:
2407-8050, Volume 1, Nomor 1. Hal. 150-154.

Sunarjono, H.H. 2004. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Panebar Swadaya. Jakarta.

Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.

Sutaya, R.,G. Grubben, dan H. Sutarno. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran


Dataran Rendah. UGM Press. Yogyakarta.

Vous aimerez peut-être aussi