Vous êtes sur la page 1sur 17

Generator Frekuensi Audio (GFA)

Analog Digital

Sumber http://www.anekasarana.com/tag/audio-frequency-generator

A. Pengertian

Audio Function Generator (AFG) adalah alat ukur elektronik yang


menghasilkan, atau membangkitkan gelombang berbentuk sinus, segitiga, ramp, segi
empat, dan bentuk gelombang pulsa. Function generator terdiri dari generator
utama dan generator modulasi. Generator Utama menyediakan gelombang
output sinus, kotak, atau gelombang segitiga dengan rangkuman frekuensi
0,01 Hz sampai 13 MHz. Generator modulasi menghasilkan bentuk gelombang
sinus, kotak, dan segitiga dengan rangkuman frekuensi 0,01 Hz sampai 10
kHz. Generator sinyal input dapat digunakan sebagai Amplitudo Modulation
(AM) atau Frequensi Modulation (FM).

Disamping itu juga memiliki pengertian sebuah instrumen terandalkan


yang memberikan suatu pilihan beberapa bentuk gelombang yang frekuensi-
frekuensinya diatur sepanjang rangkuman (range) yang lebar. Bentuk-
bentuk yang lazim digunakan adalah sinusoida, segitiga, persegi, dan gigi
gergaji. Frekuensi bentuk - bentuk gelombang ini dapat bisa diatur dari satu
hertz sampai beberapa ratus kilohertz (kHz) bahkan sampai megahertz
(MHz). Generator fungsi juga bagian dari peralatan atau software uji coba
elektronik yang digunakan untuk menciptakan gelombang listrik. Gelombang
ini bisa berulang-ulang atau satu kali yang dalam kasus ini semacam sumber
pemicu diperlukan, secara internal ataupun eksternal.Tipe lain dari
generator fungsi adalah sub-sistem yang menyediakan output sebanding
terhadap beberapa input fungsi matematika. Contohnya, output berbentuk
kesebandingan dengan akar kuadrat dari input. Alat seperti itu digunakan
dalam sistem pengendali umpan dan komputer analog.

Generator fungsi analog umumnya menghasilkan gelombang segitiga


sebagai dasar dari semua outputnya. Segitiga ini dihasilkan oleh kapasitor yang
dimuat dan dilepas secara berulang-ulang dari sumber arus konstan. Hal ini
menghasilkan rampvoltase menanjak dan menurun secara linier. Ketika
voltase output mencapai batas atas dan batas bawah, proses pemuatan dan
pelepasan dibalik menggunakan komparator. menghasilkan gelombang segitiga
linier. Dengan arus yang bervariasi dan ukuran kapasitor, frekuensi yang
berbeda dapat dihasilkan.

B. Kegunaan Generator Frekuensi Audio


Adapun kegunaan dari Generator Frekuensi Audio adalah.
1. Sebagai pembangkit gelombang listrik sinusoidal, segitiga, dan kotak.
2. Untuk memahami bentuk dan pola gelombang listrik.
3. Sebagai acuan untuk menyelidiki rangkaian yang kurang baik dari suatu
rangkaian/sirkuit listrik atau elektronika
4. Dapat digunakan sebagai sumber tegangan/arus AC untuk percobaan
rangkaian penguatan transistor.
Selain kegunaan di atas, Generator Frekuensi Audio juga dapat digunakan
sebagai media pembelajaran, yakni.sebagai alat yang pendukung pada
kegiatan percobaan siswa dalam hal:
1. mengenali bentuk gelombang sinus dan kotak.
2. mempelajari cara mengukur periode dan frekuensi gelombang.
3. sebagai sumber bunyi.
4. memperkenalkan perpaduan gelombang bunyi.
C. Konstruksi dan Cara Kerja

Generator Frekuensi audio mempunyai rangkaian jembatan wein sebagai


rangkaiannya. Jembatan Wien terdiri dari 2 pembagi tegangan, yaitu: Rangkaian
Wien (R1, C1, R3, C3) dan sebuah rangkaian resistor murni R2 dan R4. Dalam
penggunaan normal kesetimbangan jembatan DV = Vo Vo = DV = 0, yaitu bila
Vo = Vo se-fase dan se-magnetudo. Kedua kondisi tersebut harus dipenuhi secara
serentak dengan menyetimbangkan jembatan AC.

Untuk mendapatkan kondisi setimbang, pertama tegangan keluaran Vo dari


pembagi potensial bersifat resistif selalu sefasa dengan tegangan masukan Vi.
Kondisi sefasa ini dicapai jika w = wo (fasa setimbang). Nilai wo dinyatakan dengan
oleh persamaan. Dalam sebuah jembatan praktis, kapasitor Cl dan C3 adalah kapasitor
tetap dan resistor R1 dan R3 adalah resistor variabel yang dikontrol oleh sebuah poros
bersama. Dengan menetapkan R2 = 2R4, maka jembatan dapat digunakan sebagai alat
pengukur frekuensi yang disetimbangkan oleh suatu pengontrol tunggal. Pengontrol
ini dapat dikalibrasi langsung dalam frekuensi.

Sinyal masukan (Vi) dari sumber yang dipilih dengan frekuensi (f) tertentu
dilewatkan pada jembatan dan arus akan terbagi pada masing-masing lengan. Dengan
memilih nilai-nilai resistor dan kapasitor tertentu sehingga R1 = R2 = R dan C1 = C2 =
C sehingga diperoleh frekuensi sebesar:

f = 1/2RC

Dari frekuensi inilah dihasilkan gelombang sinusoidal. Akan tetapi, dewasa ini telah
dilakukan penyesuaian sehingga generator bisa menghasilkan tak hanya gelombang
sinus, tapi juga gelombang segitiga, dan kotak.

Pada umumnya frekuensi yang dibangkitkan dapat divariasi dengan mengatur


kapasitor dalam rangkaian LC atau RC. Dalam instrumen ini frekuensi dikendalikan
oleh variasi arus yang mengemudikan integrator. Generator audio memberikan
keluaran berbentuk gelombang sinus, segitiga dan kotak dengan jangkauan frekuensi
dari 20 Hertz sampai 20 kilo Hertz. Frekuensi terkendali tegangan (frequency
controlled voltage) mengatur dua sumber arus Upper dan Lower Constant
CurrentSource. Upper Constant CurrentSource mensuplai arus tetap ke integrator
yang menghasilkan tegangan output naik secara linier terhadap waktu, menurut
persamaan berikut :

Voutput = -1/C idt

Kenaikan dan penurunan arus akan mengakibatkan naik atau turunnya slope
tegangan output, yang akan mengatur besarnya frekuensi. Tegangan komparator akan
mengubah keadaan ke level maksimum tegangan output integrator yang telah
ditetapkan. Perubahan ini akan memutus sumber arus konstan Upper beralih ke
Lower constant current source.

Sumber arus konstan Lower akan mencatu arus balik ke integrator, sehingga
tegangan output turun secara linier terhadap waktu. Bila output mencapai batas
minimum yang ditetapkan, maka tegangan komparator akan berubah keadaan dan
menyambung ke Upperconstant current source, demikian seterusnya kembali seperti
semula. Dengan demikian terjadilah siklus yang terus menerus. Tegangan output
integrator adalah bentuk gelombang segitiga yang besar frekuensinya tergantung pada
besar kecil arus yang dicatu oleh kedua sumber arus konstan Upper dan Lower.

Keluaran komparator memberikan tegangan gelombang kotak (SQUARE)


dengan duty cycle 50%. Rangkaian diode resistance mengatur slope dari gelombang
segitiga (TRIANGLE) sehingga amplitudonya berubah menghasilkan gelombang
SINUS dengan distorsi kurang dari 1 %. Jenis konektor yang dipakai tergantung
frekuensi kerjanya. Kebanyakan generator audio generasi terbaru frekuensi kerjanya
sampai 20MHz memakai konektor jenis-BNC, dengan terminasi 50 ~ 75 .

Generator frekuensi audio seperti lazimnya kebanyakan generator sinyal,


terdapat juga bagian attenuator, beberapa jenis gelombang modulasi output, dan
memiliki fasilitas frekuensi gelombang sapuan yang memberi kemampuan untuk
pengetesan respons frekuensi dari rangkaian elektronik yang diberikan. Beberapa
generator audio dilengkapi kemampuan membangkitkan sinyal derau putih (pink
noise).

a. Instrumen ini menghasilkan gelombang-gelombang : sinus, segitiga, dan


persegi dengan rangkuman frekuensi dari 0,5 Hz sampai 11 KHz.
b. Jaringan pengontrol frekuensi diatur oleh cakera frekuensi pada panel depan
instrumen atau oleh sebuah tegangan pengontrol yang dimasukkan dari
luar. Tegangan pengontrol frekuensi mengatur dua sumber arus.
c. Sumber arus atas mensuplai arus yang konstan ke integrator segitiga yang
tegangan keluarannya bertambah secara linier terhadap waktu. Tegangan
keluaran diberikan oleh hubungan :

eout = - 1/C i dt

d. Suatu pertambahan atau penurunan arus yang disuplai dari sumber arus atas
akan memperbesar atau memperkecil kemiringan tegangan
keluaran. Multivibrator tegangan berubah keadaan pada suatu level yang telah
ditentu-kan sebelumnya pada kemiringan tegangan keluaran integrator yang
positif. Perubahan keadaan ini akan menghentikan penyaluran arus atas menuju
integrator dan menghubungkan suplai arus bawah.
e. Sumber arus bawah mensuplai suatu arus balik menuju integrator, sehingga
keluarannya berkurang secara linier terhadap waktu. Jika tegangan keluaran
mencapai suatu level yang telah ditentukan lebih dahulu dengan kemiringan
bentuk gelombang keluaran yang negatif, pembanding tegangan sekali lagi

D. Spesifikasi Alat

Spesifiikasi alat pada generator frekuensi audio lazimnya adalah sebagai


berikut.

1. Bentuk gelombang keluaran; sinus, segitiga, dan kotak;


2. Mempunyai impedansi keluaran dua buah: 8 Ohm, dan 600 Ohm;
3. Jangkauan frekuensi keluaran dapat disetel: 1 Hz s.d 11000Hz;
4. Daya keluaran : 8 Watt pada beban 8 Ohm;
5. Voltage keluaran dapat disetel : 20mV s.d. 200 mV pick-to-pick
6. Tegangan daya masukan utama : 220 Volt.

E. Bagian- bagian Generator Frekuensi Audio


1. TombolPower

Power switch digunakan pada function generator.

2. Power di indicator

LED digunakan untuk menandai ketika power diterapkan atau digunakan


untuk function generator.

3. Range Switch

Range switch ini terdiri dari 7 pushbuton yang berfungsi sebaai adjustment
frekuensi dari 1 Hz s/d 1 MHz.

4. Tombol Function.

Tiga tombol yang terhubung menyediakan pilihan bentuk gelombang yang


diinginkan, seperti gelombang pulsa, segitiga, segitiga dan sinusoidal.

5. Pengali (Multiplier)

Adalah potensiometer yang digunakan sebagai faktor pengali dengan range


dangan kalibrasi yang tersedia 0,2 s/d 2,0.
6. Duty Kontrol ( Tugas Pengendali )

Digunakan untuk mengkalibrasi gelombang output agar mendapatkan


gelombang yang simetris.

7. Pulse Invert

Sebuah pushbUtton yang digunkaan untuk membalikkan waktu simetris yang


diset pada duty control. Berikut adalah setting invert switch dan duty control.

Tabel. Setting Invert Switch dan Duty Control

8. DC OFFSET (PULL ADJ)

Suatu DC OFFSET kendali disediakan untuk membiarkan DC tingkat bentuk


gelombang OUTPUT yang untuk menjadi di-set seperti diinginkan.Tabel 2-2
di bawah menggambarkan pengaruh dari kendali DC OFFSET. Menjepit
bentuk gelombang disebabkan oleh terlalu banyak amplituda dan terlalu
banyak offset.
Tabel 2-2. D>C> Offset Control

9. Amplitudo

Pengatur amplitudo menyediakan 20 db dari attenuation dari bentuk


gelombang .

10. ATT

Ketika tombol ditekan di additor 20 db disediakan oleh pengendali amplitudo,


maksimum dari 40 db dari attenuation di output.

11. Output

Output system ini berupa gelombang persegi, segitiga, sinus, ramp dan
gelombang pulsa lebih dari 20Vp-p

12. VCF input.

Input voltage controlled frequency (VCF) untuk frekuensi eksternal.

13. Output Pulsa.

Output pulsa adalah sinyal output TTL yang pantas mengendalikan IC TTL
logik. Waktu ON dan OFF pulsa output sekitar 10ns. Lebar pengulangan
pulsa dapat diatur sedemikian rupa menggunakan range, multipier dan duty
control. Kesimetrisan pulsa gelombang output dikendalikan dengan cara
pengesetan semua table.

F. Prosedur Penggunaan

Dalam uraian tentang prosedur pengoperasian generator audio akan dijelaskan


cara menghubungkan Generator dengan Osiloskop, antara lain :

1. Siapkan signal audio generaror di atas meja yang dekat dengan stopkontak
jaringan PLN.
2. Pasangkan Audio Generator pada stop kontak tersebut.
3. Nyalakan signal dengan menghidupkan tombol power.
4. Setelah itu siapkan osiloskope.
5. Hubungkan keluaran signal dengan osiloskope pada bagian keluaran beban 600
Ohm.
Atau bisa juga dengan menggunakan kabel daya biasa, dengan cara
menghubungkan kabel daya yang telah terhubung pada terminal keluaran utama
generator tersebut dengan penjepit buaya pada osiloskop yang telah terhubung
pada input osiloskop. Nyalakan osiloskope dan tunggu sampai keluar bentuk
pola gelombang keluarannya.
6. Atur bentuk tayangan gelombang dengan mengeset osiloskope pada posisi yang
mudah diamati.
7. Putar pengatur frekuensi signal sambil memperhatikan bentuk gelombang.
Apakah terjadi perubahan. Jika ya berarti signal sudah dapat bekerja dengan
baik.

G. Aplikasi penggunaan Generator Audio

Berikut ini adalah aplikasi penggunanaan Generator audio, yakni:


troubleshooting dengan teknik signal tracing, penggunaan generator audio sebagai
bias dan sumber sinyal, karakteristik penguat dengan beban lebih (overload), ,
pengetesan speaker dan rangkaian impedansi. Uraian berikut akan berisi penjelasan
cara pengetesan, setting up peralatan, dilengkapi dengan uraian dan gambar kerja
tentang pelaksanaan pengetesan masing-masing.

1. Troubleshooting dengan teknik signal tracing


Salah satu teknik troubleshooting untuk mencari kerusakan padakomponen
system audio adalah, dengan mengijeksikan sinyal dari generator frekuensi audio
pada bagian input alat yang akan dites. Kemudian osiloskop dipakai untuk memeriksa
output setiap tingkat dari penguat. Hal ini dimulai dari bagian input dan bergerak
kearah output. Bila suatu tingkat memberikan sinyal output yang cacat atau tidak ada
output sama sekali, maka dapatdiduga pada tingkat tersebut terdapat kerusakan.
Sinyal inputyang lazim digunakan berbentuksinusoida dengan amplitudorendah,
sedemikian rupa supayatidak menimbulkan cacat bentukpada tingkat berikutnya.
Padagambar 14 dapat dilihat troubleshooting pada rangkaian penguat audio
menggunakan teknik signal tracing.

Teknik yang sama dapat diterapkan pada peralatan nonaudio. Umumnya


generator frekuensi audio dapat menghasilkan sinyal sampai 2 MHz, bahkan beberapa
model mampu memberikan frekuensi sampai 10 MHz atau lebih tinggi. Pada teknik
sinyal tracing ini tidak diperlukan tegangan DC-offset darigenerator frekuensi audio,
walaupun rangkaian penguat audio menggunakan kopling kapasitor yang mampu
memblokir tegangan DC yang berasal dari sumber.

2. Penggunaan generator fungsi sebagai bias dan sumber sinyal

Beberapa generator audio modern mampu mencampurkan tegangan DC-offset


pada tegangan output AC nya. Dengan mengamati output penguat pada osiloskop,
amplitudo dan bias transistor dapat dioptimalkan pada output tidak cacat. Dengan
melakukan variasi DC-offset, maka pengaruh beberapa bias (klas A, B dan C) dapat
ditentukan.

3. Karakteristik beban lebih pada amplifier

Titik beban lebih (overload) dari beberapa penguat sulit ditentukan dengan cara
pengetesan menggunakan input gelombang sinusoida. Bentuk gelombang segitiga
merupakan bentuk gelombang ideal untuk keperluan ini, karena setiap titik awal dari
linieritas mutlak suatu gelombang dapat dideteksi dengan baik. Dengan output
segitiga kondisi puncak pembebanan lebih dari sebuah penguat akan mudah
ditentukan.

4. Pengetesan speaker dan rangkaian impedansi

Generator fungsi dapat dipakai untuk memperoleh informasi mengenai


impedansi input suatu speaker atau sembarang rangkaian impedansi yang lain
terhadap frekuensi. Dengan kata lain frekuensi resonansi rangkaian dapat ditentukan.
Adapun prosedur pengetesannya adalah sebagai berikut:

a. Hubungkan peralatan seperti tertera pada gambar 17 osiloskop dapat dipakai


untuk memastikan apakah output generator fungsi tidak dalam kondisi
terpotong.
b. Bila menggunakan metode voltmeter, variasikan nilai frekuensi sampai range
penuh dan logaritmik tegangan terukurpada terminal speaker terhadap
frekuensi. Skala dB dari Voltmeter AC sesuai untuk mengkonversi data ke
dalam satuan respons standar.
c. Bila memilih menggunakan CRO, maka gunakan sweep untuk pengukuran
respons frekuensi.
d. Dalam pengetesan speaker tegangan sinyal percakapan akan naik pada
frekuensi rendah. Frekuensi resonansi dihasilkan seperti pada kurva gambar 18.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh konstruksi kotak speaker. Para perancang kotak
speaker dapat menggunakan karakteristik yang dihasilkan, untuk mengevaluasi
pengaruh berbagai faktor seperti bahan peredam, jenis bahan kotak speaker, dan
tentu saja jenis speakernya sendiri.
e. Dalam pengetesan rangkaian impedansi, tidak perlu terjadi resonansi pada
frekuensi rendah. Tetapi bila mendekati resonansi level sinyal akan naik.

H. Keselamatan Kerja

Periksa apakah tegangan pada ground Generator terhadap netral stop kontak
tetap 0 Volt.

1. Bila ternyata tegangan ground tersebut tidak sama dengan nol, laporkan
pada teknisi atau instruktur, hentikan sementara percobaan
2. Jangan biasakan memutar tombol-tombol kontrol diluar ketentuan
praktikum
3. Jangan coba masukkan tegangan DC atau apapun keterminal output
Generator.
4. Jangan menggunakan Generator pada tempat yang bersuhu sangat tinggi,
kelembaban tinggi dan dalam medan elektromagnetik tinggi.
5. Simpanlah Generator di tempat yang sejuk, dan bebas debu. Sebaiknya
disimpan dalam almari tertutup dan berilah silika-gel untuk menghindari
kelembaban dalam almari.
I. Perawatan Generator Frekuensi Audio

Agar dalam penggunaan generator fungsi tidak merusak peralatan ada


beberapa tips supaya tetap tahan lama:

1. Setelah alat selesai digunakan matikanlah jangan dibiarkan menyala.


2. Untuk kabelnya gulunglah dengan rapi.
3. Simpanlah Generator fungsi ditempat kering untuk menghindari
berkaratnya bagian dalam generator fungsi , dan Hindarkan dari
tempat tempat yang berdebu.
4. Jangan menggunakan Generator pada tempat yang bersuhu sangat
tinggi, kelembaban tinggi dan dalam medan elektromagnetik
tinggi.

J. Langkah Perbaikan Jika Terjadi Kesalahan Atau Kerusakan Pada


Generator Frekuensi Audio

1. Identifikasi Kesalahan/Kerusakan
a. Persiapkan alat dan bahan
b. Periksa keadaan fisik GFA
c. Ukur/periksa keluaran GFA pada segala keadaan pilihan sinyal keluaran
(sinus, gigi gergaji, kotak)
d. Teliti hasil pengukuran anda, jika hasil yang diperoleh tidak sesuai maka
identifikasi kesalahan yang terjadi
2. Pelacakan Kesalahan/Kerusakan

Bila kesalahan yang terjadi sudah diidentifikasi maka lakukan langkah langkah
berikut :
a. Periksa kembali sambungan dari output AFG ke alat ukur
b. Lakukan pengukuran keluaran pada tiap tiap titik pengukuran seperti
ilustrasi pada lembar informasi secara berurutan dari titik
pengukuran paling belakag (titik C)
c. Jika sinyal keluaran pada titik C sesuai, maka bias dipastikan bahwa
kesalahan terjadi pada sambungn dengan alat ukur
d. Jika sinyal keluaran pada titik C tidak sesuai, maka kemungkinan
kesalahan/kerusakan terjadi pada rangkaian pembentuk gelombang sinus
dan rangkaian lain didepannya.
e. Untuk lebih pastinya, lanjutkan pengukuran pada titik selanjutnya (titik
B)
f. Bila sinyal keluaran pada titik B baik, maka kesalahan terjadi pada
rangkaian pembentuk gelombang sinus. Tapi bila hasil pengukuran tidak
sesuai lakukan lagi pengukuran pada titik berikutnya.
g. Lakukan seterusnya sampai diperoleh bagian yang mengalami
kesalahan/kerusakan
h. Pelacakan kesalahan ini dilakukan dengan maksud mempersempit daerah
kerusakan.

3. Deteksi Kesalahan

Pendeteksian kesalahan dilakukan pada blok/bagian yang sudah dipastikan


mengalami kesalahan/kerusakan sesuai dengan hasil pada langkah B.

a. Periksa keadaan sambungan/sirkuit pada blok yang bersangkutan


b. Lakukan pengukuran/pemerikasaan pada komponen aktif misalnya
transistor dan lain lain
c. Lakukan pengukuran/pemerikasaan pada kompnen pasif, Pengukuran
yang dimaksud meliputi pengukuran statis dan pengukuran dinamis.

4. Menentukan Kerusakan
a. Gejala : Tidak ada sinyal keluaran
1) Bila lampu indicator tidak menyala, lakukan pengecekan pada fuse
(sekering)
2) Bila lampu indicator nyala tapi tidak ada sinyal keluaran, lakukan
pemeriksaan blok-blok rangkaian pada power supply seperti rangkaian
filter dan transistor-transistor
3) Bila ada tegangan keluaran pada power supply tetapi tidak bias diatur,
lakukan pemerikasaan pada IC-IC yang ada pada rangkaian Power
supply
4) Lakukan pengukuran pada titik ukur C. Bila ada sinyal yang terukur,
periksa apakah R seri pada masukkan rangkaian Attenuator dalam
keadaan open circuit
5) Bila tidak ada sinyal yang terukur pada titik ukur C, lakukan
pengukuran pada titik ukur B. Jika ada sinyal yang terukur,
periksa apakah R seri pada masukan rangkaian Sinusoidal Wave
Synthesizer dalam keadaan open circuit
6) Bila tidak ada sinyal yang terukur pada titik ukur B, lakukan
pengukuran pada titik ukur A. Jika ada sinyal yang terukur,
periksa apakah R seri pada masukan rangkaian Integrator dalam keadaan
open circuit
7) Bila tidak ada sinyal yang terukur pada titik ukur A, lakukan
pengukuran pada input rangkaian flip-flop. Jika ada sinyal yang terukur,
periksa apakah ada komponen pada masukan rangkaian dalam keadaan
open circuit
8) Bila tidak ada sinyal yang terukur berarti kerusakan terdapat pada power
supply.
b. Gejala : Cacat pada gelombang atas sinyal keluaran
1) Ukur sinyal keluaran pada titik ukur C dengan CRO
2) Bila sinyal yang terukur tidak cacat, berarti kesalahan terjadi pada
rangkaian attenuator.
3) Periksa transistor-transistor dan resistor bagian atas rangkaian attenuator
karena kemungkinan ada komponen yang mengalami open/short circuit
4) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur C cacat, lanjutkan
pengukuran pada titik ukur B
5) Bila sinyal yang terukur tidak cacat berarti kesalahan terjadi pada
rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizer.
6) Periksa apakah ada Transistor-transistor, dioda-dioda pemotong, resistor
dan transistor stabilizer pada bagian atas rangkaian Sinusoidal Wave
Synthesizer yang mengalami open/short circuit
7) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur B cacat, lanjutkan
pengukuran pada titik ukur A, Bila sinyal yang terukur tidak cacat
berarti kesalahan terjadi pada rangkaian Integrator.
8) Periksa apakah ada Transistor atau komponen komponen lain pada
bagian atas rangkaian Integrator yang mengalami open/short circuit
9) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur A cacat, kemungkinan
kerusakan terjadi pada rangkaian diferensiator atau power supply.

c. Gejala: Cacat pada gelombang bawah sinyal keluaran


1) Ukur sinyal keluaran pada titik ukur C dengan CRO
2) Bila sinyal yang terukur tidak cacat, berarti kesalahan terjadi pada
rangkaian attenuator.
3) Periksa transistor-transistor dan resistor bagian bawah attenuator karena
kemungkinan ada komponen yang mengalami open/short circuit
4) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur C cacat, lanjutkan
pengukuran pada titik ukur B
5) Bila sinyal yang terukur tidak cacat berarti kesalahan terjadi pada
rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizer.
6) Periksa apakah ada Transistor-transistor, dioda-dioda pemotong, resistor
dan transistor stabilizer pada bagian bawah rangkaian Sinusoidal Wave
Synthesizer yang mengalami open/short circuit
7) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur B cacat, lanjutkan
pengukuran pada titik ukur A", Bila sinyal yang terukur tidak cacat
berarti kesalahan terjadi pada rangkaian Integrator.
8) Periksa apakah ada Transistor atau komponen komponen lain pada
bagian bawah rangkaian Integrator yang mengalami open/short circuit!
9) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur A cacat, kemungkinan
kerusakan terjadi pada rangkaian diferensiator atau power supply.
d. Gejala : Cacat pada gelombang atas dan bawah sinyal keluaran
1) Ukur sinyal keluaran pada titik ukur C dengan CRO
2) Bila sinyal yang terukur tidak cacat, berarti kesalahan terjadi pada
rangkaian attenuator.
3) Periksa transistor-transistor dan resistor bagian atas dan bawah attenuator
karena kemungkinan ada komponen yang mengalami open/short circuit
4) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur C cacat, lanjutkan
pengukuran pada titik ukur B
5) Bila sinyal yang terukur tidak cacat berarti kesalahan terjadi pada
rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizer.
6) Periksa apakah ada Transistor-transistor,dioda-dioda pemotong, resistor
dan transistor stabilizer pada bagian atas dan bawah rangkaian Sinusoidal
Wave Synthesizer yang mengalami open/short circuit
7) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur B cacat, lanjutkan
pengukuran pada titik ukur A
8) Bila sinyal yang terukur tidak cacat berarti kesalahan terjadi pada
rangkaian Integrator.
9) Periksa apakah ada Transistor atau komponen komponen lain pada
bagian atas dan bawah rangkaian Integrator yang mengalami open/short
circuit
10) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur A cacat, kemungkinan
kerusakan terjadi pada rangkaian diferensiator atau power supply.
e. Gejala : Amplitudo sinyal keluaran tidak sesuai
1) Lakukan pengukuran nilai kapasitor (C) dan resistor ( R ) pada rangkaian
pengatur range. Bila ada nilai komponen mengalami pergeseran diatas 1%
lakukan penggantian dengan komponen dengan nilai yang sesuai
2) Lakukan pengukuran pada titik ukur C
3) Bila sinyal yang terukur memiliki amplitude yang sesuai, berarti
kesalahan terjadi pada rangkaian attenuator.
4) Lakukan pemeriksaan pada transistor dan rangkaian pembatas (R + D)
pada rangkaian attenuator baik atas maupun bawah
5) Bila sinyal yang terukur pada titik ukur C memiliki amplitude yang
tidak sesuai, lakukan pengukuran pada titik ukur B
6) Bila sinyal yang terukur memiliki amplitude yang sesuai, berarti
kesalahan terjadi pada rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizer.
7) Lakukan pemeriksaan pada transistor dan rangkaian pembatas (R + D)
pada rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizer baik atas maupun bawah
8) Bila sinyal yang terukur pada titik ukur B memiliki amplitude yang
tidak sesuai, lakukan pengukuran pada titik ukur A
9) Bila sinyal yang terukur memiliki amplitude yang sesuai, berarti
kesalahan terjadi pada rangkaian Integrator.
10) Lakukan pemeriksaan pada transistor dan rangkaian pembatas (R + D)
pada rangkaian integrator baik atas maupun bawah !
11) Bila sinyal yang terukur pada titik ukur A memiliki amplitude yang
tidak sesuai, lakukan pengukuran pada masukan rangkaian flip-flop
12) Bila sinyal yang terukur memiliki amplitude yang sesuai, berarti
kesalahan terjadi pada rangkaian flip-flop.
13) Lakukan pemeriksaan pada rangkaian pembatas (R // D) pada rangkaian
Flip Flop baik atas maupun bawah
14) Bila semua komponen pada blok-blok rangkaian di atas dalam keadaan
baik tapi sinyal keluaran masih mengalami cacat pada kedua bagian
periksa rangkaian pembatas tegangan (R + D) pada rangkaian power
supply
f. Gejala : Frekuensi rangkaian keluaran tidak sesuai
1) Lakukan pengukuran nilai kapasitor (C) dan resistor ( R ) pada rangkaian
pengatur range
2) Bila ada nilai komponen mengalami pergeseran diatas 1% lakukan
penggantian dengan komponen dengan nilai yang sesuai
3) Lakukan pengukuran pada tiap tiap titik ukur secara berurutan dari titik
ukur paling belakang
4) Temukan wilayah kerusakan lalu periksa nilai tiap tiap kapasitor (C) dan
resistor (R) pada wilayah kerusakan karena komponen yang banyak
berpengaruh terhadap frekuensi adalah kapasitor dan resistor.

Vous aimerez peut-être aussi