Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Analog Digital
Sumber http://www.anekasarana.com/tag/audio-frequency-generator
A. Pengertian
Sinyal masukan (Vi) dari sumber yang dipilih dengan frekuensi (f) tertentu
dilewatkan pada jembatan dan arus akan terbagi pada masing-masing lengan. Dengan
memilih nilai-nilai resistor dan kapasitor tertentu sehingga R1 = R2 = R dan C1 = C2 =
C sehingga diperoleh frekuensi sebesar:
f = 1/2RC
Dari frekuensi inilah dihasilkan gelombang sinusoidal. Akan tetapi, dewasa ini telah
dilakukan penyesuaian sehingga generator bisa menghasilkan tak hanya gelombang
sinus, tapi juga gelombang segitiga, dan kotak.
Kenaikan dan penurunan arus akan mengakibatkan naik atau turunnya slope
tegangan output, yang akan mengatur besarnya frekuensi. Tegangan komparator akan
mengubah keadaan ke level maksimum tegangan output integrator yang telah
ditetapkan. Perubahan ini akan memutus sumber arus konstan Upper beralih ke
Lower constant current source.
Sumber arus konstan Lower akan mencatu arus balik ke integrator, sehingga
tegangan output turun secara linier terhadap waktu. Bila output mencapai batas
minimum yang ditetapkan, maka tegangan komparator akan berubah keadaan dan
menyambung ke Upperconstant current source, demikian seterusnya kembali seperti
semula. Dengan demikian terjadilah siklus yang terus menerus. Tegangan output
integrator adalah bentuk gelombang segitiga yang besar frekuensinya tergantung pada
besar kecil arus yang dicatu oleh kedua sumber arus konstan Upper dan Lower.
eout = - 1/C i dt
d. Suatu pertambahan atau penurunan arus yang disuplai dari sumber arus atas
akan memperbesar atau memperkecil kemiringan tegangan
keluaran. Multivibrator tegangan berubah keadaan pada suatu level yang telah
ditentu-kan sebelumnya pada kemiringan tegangan keluaran integrator yang
positif. Perubahan keadaan ini akan menghentikan penyaluran arus atas menuju
integrator dan menghubungkan suplai arus bawah.
e. Sumber arus bawah mensuplai suatu arus balik menuju integrator, sehingga
keluarannya berkurang secara linier terhadap waktu. Jika tegangan keluaran
mencapai suatu level yang telah ditentukan lebih dahulu dengan kemiringan
bentuk gelombang keluaran yang negatif, pembanding tegangan sekali lagi
D. Spesifikasi Alat
2. Power di indicator
3. Range Switch
Range switch ini terdiri dari 7 pushbuton yang berfungsi sebaai adjustment
frekuensi dari 1 Hz s/d 1 MHz.
4. Tombol Function.
5. Pengali (Multiplier)
7. Pulse Invert
9. Amplitudo
10. ATT
11. Output
Output system ini berupa gelombang persegi, segitiga, sinus, ramp dan
gelombang pulsa lebih dari 20Vp-p
Output pulsa adalah sinyal output TTL yang pantas mengendalikan IC TTL
logik. Waktu ON dan OFF pulsa output sekitar 10ns. Lebar pengulangan
pulsa dapat diatur sedemikian rupa menggunakan range, multipier dan duty
control. Kesimetrisan pulsa gelombang output dikendalikan dengan cara
pengesetan semua table.
F. Prosedur Penggunaan
1. Siapkan signal audio generaror di atas meja yang dekat dengan stopkontak
jaringan PLN.
2. Pasangkan Audio Generator pada stop kontak tersebut.
3. Nyalakan signal dengan menghidupkan tombol power.
4. Setelah itu siapkan osiloskope.
5. Hubungkan keluaran signal dengan osiloskope pada bagian keluaran beban 600
Ohm.
Atau bisa juga dengan menggunakan kabel daya biasa, dengan cara
menghubungkan kabel daya yang telah terhubung pada terminal keluaran utama
generator tersebut dengan penjepit buaya pada osiloskop yang telah terhubung
pada input osiloskop. Nyalakan osiloskope dan tunggu sampai keluar bentuk
pola gelombang keluarannya.
6. Atur bentuk tayangan gelombang dengan mengeset osiloskope pada posisi yang
mudah diamati.
7. Putar pengatur frekuensi signal sambil memperhatikan bentuk gelombang.
Apakah terjadi perubahan. Jika ya berarti signal sudah dapat bekerja dengan
baik.
Titik beban lebih (overload) dari beberapa penguat sulit ditentukan dengan cara
pengetesan menggunakan input gelombang sinusoida. Bentuk gelombang segitiga
merupakan bentuk gelombang ideal untuk keperluan ini, karena setiap titik awal dari
linieritas mutlak suatu gelombang dapat dideteksi dengan baik. Dengan output
segitiga kondisi puncak pembebanan lebih dari sebuah penguat akan mudah
ditentukan.
H. Keselamatan Kerja
Periksa apakah tegangan pada ground Generator terhadap netral stop kontak
tetap 0 Volt.
1. Bila ternyata tegangan ground tersebut tidak sama dengan nol, laporkan
pada teknisi atau instruktur, hentikan sementara percobaan
2. Jangan biasakan memutar tombol-tombol kontrol diluar ketentuan
praktikum
3. Jangan coba masukkan tegangan DC atau apapun keterminal output
Generator.
4. Jangan menggunakan Generator pada tempat yang bersuhu sangat tinggi,
kelembaban tinggi dan dalam medan elektromagnetik tinggi.
5. Simpanlah Generator di tempat yang sejuk, dan bebas debu. Sebaiknya
disimpan dalam almari tertutup dan berilah silika-gel untuk menghindari
kelembaban dalam almari.
I. Perawatan Generator Frekuensi Audio
1. Identifikasi Kesalahan/Kerusakan
a. Persiapkan alat dan bahan
b. Periksa keadaan fisik GFA
c. Ukur/periksa keluaran GFA pada segala keadaan pilihan sinyal keluaran
(sinus, gigi gergaji, kotak)
d. Teliti hasil pengukuran anda, jika hasil yang diperoleh tidak sesuai maka
identifikasi kesalahan yang terjadi
2. Pelacakan Kesalahan/Kerusakan
Bila kesalahan yang terjadi sudah diidentifikasi maka lakukan langkah langkah
berikut :
a. Periksa kembali sambungan dari output AFG ke alat ukur
b. Lakukan pengukuran keluaran pada tiap tiap titik pengukuran seperti
ilustrasi pada lembar informasi secara berurutan dari titik
pengukuran paling belakag (titik C)
c. Jika sinyal keluaran pada titik C sesuai, maka bias dipastikan bahwa
kesalahan terjadi pada sambungn dengan alat ukur
d. Jika sinyal keluaran pada titik C tidak sesuai, maka kemungkinan
kesalahan/kerusakan terjadi pada rangkaian pembentuk gelombang sinus
dan rangkaian lain didepannya.
e. Untuk lebih pastinya, lanjutkan pengukuran pada titik selanjutnya (titik
B)
f. Bila sinyal keluaran pada titik B baik, maka kesalahan terjadi pada
rangkaian pembentuk gelombang sinus. Tapi bila hasil pengukuran tidak
sesuai lakukan lagi pengukuran pada titik berikutnya.
g. Lakukan seterusnya sampai diperoleh bagian yang mengalami
kesalahan/kerusakan
h. Pelacakan kesalahan ini dilakukan dengan maksud mempersempit daerah
kerusakan.
3. Deteksi Kesalahan
4. Menentukan Kerusakan
a. Gejala : Tidak ada sinyal keluaran
1) Bila lampu indicator tidak menyala, lakukan pengecekan pada fuse
(sekering)
2) Bila lampu indicator nyala tapi tidak ada sinyal keluaran, lakukan
pemeriksaan blok-blok rangkaian pada power supply seperti rangkaian
filter dan transistor-transistor
3) Bila ada tegangan keluaran pada power supply tetapi tidak bias diatur,
lakukan pemerikasaan pada IC-IC yang ada pada rangkaian Power
supply
4) Lakukan pengukuran pada titik ukur C. Bila ada sinyal yang terukur,
periksa apakah R seri pada masukkan rangkaian Attenuator dalam
keadaan open circuit
5) Bila tidak ada sinyal yang terukur pada titik ukur C, lakukan
pengukuran pada titik ukur B. Jika ada sinyal yang terukur,
periksa apakah R seri pada masukan rangkaian Sinusoidal Wave
Synthesizer dalam keadaan open circuit
6) Bila tidak ada sinyal yang terukur pada titik ukur B, lakukan
pengukuran pada titik ukur A. Jika ada sinyal yang terukur,
periksa apakah R seri pada masukan rangkaian Integrator dalam keadaan
open circuit
7) Bila tidak ada sinyal yang terukur pada titik ukur A, lakukan
pengukuran pada input rangkaian flip-flop. Jika ada sinyal yang terukur,
periksa apakah ada komponen pada masukan rangkaian dalam keadaan
open circuit
8) Bila tidak ada sinyal yang terukur berarti kerusakan terdapat pada power
supply.
b. Gejala : Cacat pada gelombang atas sinyal keluaran
1) Ukur sinyal keluaran pada titik ukur C dengan CRO
2) Bila sinyal yang terukur tidak cacat, berarti kesalahan terjadi pada
rangkaian attenuator.
3) Periksa transistor-transistor dan resistor bagian atas rangkaian attenuator
karena kemungkinan ada komponen yang mengalami open/short circuit
4) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur C cacat, lanjutkan
pengukuran pada titik ukur B
5) Bila sinyal yang terukur tidak cacat berarti kesalahan terjadi pada
rangkaian Sinusoidal Wave Synthesizer.
6) Periksa apakah ada Transistor-transistor, dioda-dioda pemotong, resistor
dan transistor stabilizer pada bagian atas rangkaian Sinusoidal Wave
Synthesizer yang mengalami open/short circuit
7) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur B cacat, lanjutkan
pengukuran pada titik ukur A, Bila sinyal yang terukur tidak cacat
berarti kesalahan terjadi pada rangkaian Integrator.
8) Periksa apakah ada Transistor atau komponen komponen lain pada
bagian atas rangkaian Integrator yang mengalami open/short circuit
9) Bila sinyal keluaran yang terukur pada titik ukur A cacat, kemungkinan
kerusakan terjadi pada rangkaian diferensiator atau power supply.