Vous êtes sur la page 1sur 17

PEDOMAN MAHASISWA KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Gagal Jantung
Preload)

2012

WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM
Definisi Gagal Jantung Preload
Muttaqin (2009, hal. 88) menuliskan:
Beberapa definisi gagal jantung ditujukan pada kelainan primer dari
sindrom tersebut, yaitu keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun
tekanan pengisian vena dalam keadaan normal. Namun beberapa definisi
lain menyatakan bahwa gagal jantung bukanlah suatu penyakit yang
terbatas pada satu sistem organ, melainkan suatu sindrom klinis akibat
kelainan jantung. Keadaan ini ditandai dengan suatu bentuk respons
hemodinamika, renal, neural, dan hormonal yang nyata. Di samping itu,
gagal jantung merupakan keadaan patologis dimana kelainan fungsi
jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi kebutuhan
jaringan untuk meningkatkan tekanan pengisian.
Saat ini dikenal adanya gagal jantung kiri dan kanan. Gagal jantung kiri
(afterload) terjadi bila curah (output) ventrikel kiri kurang dari volume total darah yang
diterima dari jantung kanan melalui sirkulasi pulmoner. Akibatnya terjadi bendungan di
sirkulasi paru, dan tekanan darah sistemik turun. Sedangkan gagal jantung kanan
(preload) terjadi bila curah ventrikel kanan kurang dari masukan dari sirkulasi vena
sistemik. Sebagai akibatnya, sirkulasi vena sistemik terbendung, dan curah paru-paru
menurun.
Bila gagal jantung kiri dan kanan terjadi bersamaan, maka disebut gagal jantung
kongestif.

Etiologi Gagal Jantung Preload


Gagal jantung kanan terjadi pada 1 dari 20 orang dengan penyebab utamanya
adalah akibat dari penyakit arteri koroner.
Namun selain itu, gagal jantung kanan dapat terjadi karena factor berikut:
1. Gagal Jantung Kiri
Pada gagal jantung kiri menyebabkan tekanan pulmoner naik, sehingga
ventrikel kanan bertambah bebannya.
2. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) seperti bronkhitis kronis dan
emfisema.
Pada PPOK, paru-paru kehilangan keelastisannya sehingga menyebabkan
tekanan berlebih pada paru-paru. Hal ini menyebabkan menurunnya isi
sekuncup ventrikel kanan , tekanan dan volume akhir diastolik ventrikel kanan
akan meningkat dan keadaan ini menjadi beban bagi atrium kanan dalam
kerjanya mengisi ventrikel kanan pada waktu diastolik, sehingga terjadi
kenaikan tekanan dalam atrium kanan. Tekanan dalam atrium kanan yang
meninggi menyebabkan hambatan pada aliran masuknya darah dari vena kava
superior dan inferior ke dalam jantung sehingga menyebabkan kenaikan
tekanan darah dan adanya bendungan pada vena-vena sistemik.
3. Kelainan Jantung Kongenital
Bayi lahir dengan penyakit jantung acyanotic mungkin tidak memiliki gejala
apapun terlihat jelas tetapi, seiring waktu, kondisi ini dapat menyebabkan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 2
masalah. Tekanan darah sering abnormal tinggi, jantung harus bekerja lebih
keras untuk memompa darah. Hal ini dapat melemahkan jantung, dan
meningkatkan risiko gagal jantung.
4. Adanya Bekuan Darah di Arteri Pulmonal
5. Hipertensi Pulmonal
6. Kelainan Katup Jantung

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 3
Patofisiologi Gagal Jantung Preload

Hipertensi Gagal COPD Sumbatan Infark Ganggua


pulmonal jantung kiri arteri miokardi n katup
Pembesara um di jantung
n paru paru ventrikel
kanan
Aliran darah
Vasokonst
riksi ventrikel
pembuluh kanan Penuruna Regurgitasi
n cairan, RVE,
Tekanan darah
kontraktili
pulmonary naik pulmonal DP
tas
ventrikel

Beban ventrikel
kanan meningkat

GAGAL JANTUNG
PRELOAD Aliran darah menuju Darah tidak
paru menurun mencukupi untuk
pertukaran gas
Curah ventrikel
kanan lebih rendah
daripada aliran
masuk darah dari
vena kava MK. Gangguan
pertukaran gas

Hambatan aliran
darah masuk atrium
Supply oksigen
kurang dari
Akumulasi
kebutuhan
Penurunan aliran cairan dalam
darah balik dari
ruang
ginjal
intertitial Peningkatan
respirasi anaerob
di otot
Pengurangan Edema perifer
MK. vasokonstriksi
anasarca Peningkatan
Kelebihan ginjal, produksi asam laktat
volume redistribusi
cairan cairan,
MK. Resiko
reabsorpsi kerusakan
Akumulasi darah
Kelemahan fisik
cairan integritas kulit
di regio umum
www.saktyairlangg agasrtointestinum
.wordpre ss.com Page 4
MK. Intoleransi
aktifitas

Penumpuka TIRAH Kondisi dan


MK. Nokturia n cairan di BARING MK.
prognosis
Gangguan gastointesti kurang
penyakit
pola tidur num pengeta
huan
MK. Resiko
Ascites, kerusakan
Penurunan hepatomegali,
integritas
fungsi organ splenomegal
kulit
yang mengalami

Anoreksia, nausea
anemia MK. MK.
Resiko Ansietas

MK. Pemenuhan tinggi


Perubahan ketidak
nutrisi kurang
enzim jantung patuhan
dari kebuthan
tubuh pengoba
tan

Manifestasi Klinis Gagal Jantung Preload


Manifestai klinis pada klien dengan gagal jantung preload dapat berupa:
a. Edema pada pergelangan kaki dan tungkai pada saat berdiri atau duduk
b. Pitting, dapat dilihat pada sternum maupun sacrum penderita yang berbaring
c. Nokturia
d. Palpitasi
e. Kardiomegali
f. Pulsasi nadi yang cepat dan ireguler
g. Letargi
h. Peninggian tekanan vena jugularis
i. Pembesaran limpa dan hati
j. Asites
Pada gagal jantung kanan murni (tanpa dicetuskan oleh gagal jantung kiri), gejala
pulmonal hampir tidak ada. Edema perifer tetap ada dan bertahap mempengaruhi
kebanyakan jaringan tubuh, suatu kondisi yang disebut anasarka. Gejala di atas dapat
meningkat bila dipicu oleh hal-hal di bawah ini:
a. Peningkatan intake cairan dan natrium
b. Demam

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 5
c. Infeksi
d. Anemia
e. Penyumbatan di arteri koroner
f. Aritmia
g. Peningkatan kerja kelenjar tiroid
h. Penyakit ginjal

Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis gagal jantung dan pengkajian keparahan didasarkan pada:
1. Tanda klinis, seperti kenaikan tekanan vena jugularis dan adanya edema perifer.
2. Gejala yang berawal dari riwayat klinis, khususnya toleransi terhadap olahraga atau
kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
3. Pemeriksaan diagnostik yang spesifik, terutama ekokardiografi.
4. Respon terhadap penanganan tertentu, seperti terapi diuritik.
Tujuan pemeriksaan diagnostik adalah memastikan diagnosis klinis, mengidentifikasi
penyebab, faktor pencetus, faktor penyebab, faktor eksaserbasi, mengkaji keparahan,
mengarahkan terapi, dan menentukan prognosis. Pemeriksaan awal meliputi:
1. Elektrokardiogram menunjukkan regangan jantung, adanya pembesaran
jantung/tidak, dan iskemia
2. Sinar X dada menunjukkan infiltrat paru dan pembesaran jantung
3. Hematologi hitung darah lengkap untuk deteksi kematian sel otot jantung yang
disebabkan karena terhentinya suply / pasokan darah ke jantung, khususnya pada otot
jantung (miokardium).
4. Biokimia uji elektrolit dan faal hati
5. Ekokardiogram untuk mengevaluasi kemampuan memompa jantung dan fungsi dari
katup
Pemeriksaan berikut ini sering dilakukan berdasarkan indeks kecurigaan terhadap etiologi
dan faktor pencetus, setelah mempertimbangkan risiko dan manfaatnya bagi individu:
1. Uji kadar peptida natriuretik tipe B dalam serum;
2. Uji faal tiroid dan pemeriksaan zat besi;
3. Uji dan profil genetik pada individu yang dicurigai mengalami sindrom iskemia;
4. Pengukuran hemodinamika;
5. Biopsi endomiokardium untuk menentukan penyebab kardiomiopati;
6. Pemeriksaan gated radionuclide scan.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal jantung kanan dengan sasaran :
a. Untuk menurunkan kerja jantung
b. Untuk meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard
c. Untuk menurunkan retensi garam dan air.

Penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung kanan dapat berupa:


1. Tirah Baring

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 6
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung dan
menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume intra vaskuler melalui
induksi diuresis berbaring.
2. Oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh.
3. Terapi Nitrat dan Vasodilator Koroner
Menyebabkan vasodilatasi perifer dan penurunan konsumsi oksigen miokard.
4. Diuretik
Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam
natrium sehingga menyebabkan penurunan volume cairan dan merendahkan tekanan
darah.
5. Digitalis (Digoxin)
Digitalis memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan kontraksi,
peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat, volume cairan lebih
besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi dan ekskresi dan volume intravaskuler menurun.
6. Inotropik Positif
Dobutamin adalah obat simpatomimetik dengan kerja beta 1 adrenergik. Efek beta 1
meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium (efek inotropik positif) dan
meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif).
7. Sedatif
Pemberian sedatif untuk mengurangi kegelisahan bertujuan mengistirahatkan dan
memberi relaksasi pada klien.
8. Diet
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Selain itu
pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi edema.
Dalam penatalaksanaan atau perawatan pasien dengan kasus penyakit gagal jantung
kanan, ada tiga hal mendasar yang menjadi acuan, diantaranya
a. Pengobatan terhadap gagal jantung sendiri,
b. Pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan
c. Pengobatan terhadap faktor pencetus.
Termasuk dalam pengobatan medikamentosa yaitu mengurangi retensi cairan dan
garam, meningkatkan kontraktilitas dan mengurangi beban jantung. Sedangkan
penanganan secara umum meliputi:
a. Istirahat
b. Pengaturan suhu dan kelembapan, oksigen
c. Pemberian cairan dan diet.
d. Pemberian obat-obatan, seperti obat inotropik (digitalis, obat inotropik intravena),
obat vasodilator (arteriolar dilator : hidralazin), venodilator (nitrat, nitrogliserin),
mixed dilator (prazosin, kaptopril, nitroprusid), diuretik serta obat-obatan
disritmia.
e. Tindakan pembedahan, hal ini biasanya dilakukan untuk mengatasi penyakit
jantung bawaan (paliatif, korektif) dan penyakit jantung didapat (valvuloplasti,
penggantian katup).
Komplikasi

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 7
1. Efusi Pleura
Merupakan akibat dari peningkatan tekanan dikapiler pleura, transudasi dari kapiler
ini memasuki rongga pleura. Efusi pleura ini biasanya terjadi pada lobus inferior
paru-paru kanan.
2. Aritmia
Pasien dengan gagal jantung kongestif memiliki resiko tinggi mengalami aritmia,
hampir setengah kejadian kematian jantung mendadak disebabkan oleh ventrikuler
arrhytmia
3. Hepatomegali
Gagal jantung kongestif bisa mengakibatkan hepetomegali yang parah. Lobus-lobus
dihepar akan terisi oleh transudasi darah vena, hal ini berpengaruh terhadap fungsi
hepar. Pada akhirnya bisa mengakibatkan kematian sel hepar dan menyebabkan
terjadinya Sirosis Hepatis
Prognosis
Prognosis gagal jantung preload terkadang sulit untuk ditentukan. Karena tergantung
pada komplikasi, penyakit penyerta, dan penyakit yang mngawali penyakit gagal jantung
preload.
Selain itu prognosis gagal jantung preload bergantung pada keadaan miokardium
jantung. Semakin banyak keabnormalan miokardium seperti adanya infark maupun
hipertrofi ventrikel mengarahkan pada prognosis yang buruk.
Tidak ada obat yang dapat mnyembuhkan penyakit ini secara total. Namun
pengobatan hanya dapat mengontrol kerja jantung agar dapat bekerja mendekati optimal.

Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan gagal jantung preload dapat meliputi:
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pasien dengan gagal jantung preload adalah kelemahan dan
kelelahan akibat aliran darah dari seluruh tubuh kembali ke jaringan karena tidak
dapat ditampung oleh atrium kanan sehingga menyebabkan edema di kaki,
tungkai, dan perut. Saat jaringan tubuh seperti organ dan otot tidak mendapatkan
oksigen dan nutrisi yang cukup, maka organ dan otot tidak dapat berfungsi dengan
baik. Hal inilah yang memicu kelelahan dan kelelahan pada otot.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya sesak napas.

2. Riwayat Penyakit Saat Ini


Pengkajian riwayat penyakit saat ini yang mendukung keluhan utama, dilakukan
dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien
secara PQRST, yaitu:
a. Provoking Incedent
Kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas sedang sampai berat.
b. Quality

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 8
Seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas yang dirasakan atau
digambarkan klien, Biasanya setiap beraktivitas klien merasakan sesak napas.
c. Region: radiation, relief: Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau
memengaruhi keseluruhan sistem otot rangka dan apakah disertai
ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.
d. Severity (Scale): Kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Biasanya kemampuan klien dalam beraktivitas menurun sesuai
derajat gangguan perfusi yang dialami organ.
e. Time: SIfat mula timbulnya, keluhan kelemahan beraktivitas biasanya timbul
perlahan. Durasi kelemahan biasanya berlangsung setiap saat, baik saat
istirahat maupun beraktivitas.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dikaji dengan menanyakan
apakah sebelumnya klien pernah menderita penyakit paru obstruktif kronis, infark
miokard akut, atau penyakit yang berhubungan dengan katup jantung.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Perawat hendaknya menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga, anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia produktif, dan
penyebab kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya
di usia muda merupakan faktor risiko utam terjadinya penyakit jantung iskemik
pada keturunannya.

5. Riwayat Pekerjaan dan Pola Hidup


Perawat menanyakan situasi tempat klien bekerja dan lingkungannya.
Kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup minum alkohol
atau obat tertentu. Menanyakan kebiasaan merokok, sudah berapa lama, berapa
batang perhari, dan jenis rokok.
Di samping pertanyaan-pertanyaan tersebut, data biografi juga merupakan data
yang perlu diketahui, yaitu dengan menanyakan nama, umur, jenis kelamin tempat
tinggal, suku, dan agama yang dianut oleh klien.
Saat menanyakan pertanyaan kepada klien, hendaknya perawat tidak
menggunakan pertanyaan terbuka, namun menggunakan pertanyaan tertutup yaitu
yang dapat dijawab dengan jawaban ya dan tidak atau pertanyaan yang dapat
dijawab dengan gerakan tubuh seperti menggeleng dan mengangguk sehingga
tidak membutuhkan energi yang besar saat menjawab pertanyaan.

6. Pengkajian Psikososial
Perubahan integritas ego yang ditemukan pada klien adalah klien menyangkal,
takut mati, perasaan ajal yang sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan
yang tidak perlu, khawatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan. Kondisi ini
ditandai dengan sikap menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang, dan fokus pada diri sendiri.
Interaksi sosial dikaji terhadap adanya stress karena keluarga, pekerjaan,
kesulitan biaya, dan kesulitan koping dengan stressor yang ada. Kegelisahan dan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 9
kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesulitan
bernapas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.

Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien gagal jantung preload
biasanya compos mentis atau baik dan akan berubah sesuai tingkat gangguan
perfusi sistem saraf pusat.
b. B1 (Breathing)
Pada klien gagal jantung preload yang didahului oleh penyakit paru obstruktif
kronis dapat ditemukan dispnea, yaitu pernapasan cepat, dangkal, dan keadaan
yang menunjukkan bahwa klien sulit mendapatkan udara yang cukup, yang
meneksn klien. Terkadang klien mengeluh adanya insomnia, gelisah, atau
kelemahan yang disebabkan karena dispnea.
c. B2 (Blood)
1. Inspeksi adanya edema pada pergelangan kaki, tungkai, dan adanya asites
pada perut.
2. Pada saat auskultasi, timbul bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup
(bila gagal jantung preload disebabkan karena kelainan katup.
3. Ditemukan pergeseran yang menunjukkan hipertrofi jantung (kardiomegali).
4. Ditemukan adanya distensi vena jugularis
Bila ventrikel kanan tidak berkompensasi terhadap kegagalan ventrikel
kiri, akan terjadi dilatasi di ruang ventrikel, peningkatan volume, dan tekanan
pada diastolik akhir ventrikel kanan, tahanan untuk mengisi ventrikel, dan
peningkatan lanjut pada tekanan atrium kanan. Peningkatan tekanan ini akan
diteruskan ke hulu vena cava dan dapat diketahui dengan peningkatan pada
vena jugularis. Seseorang dapat mengevaluasi peningkatan vena jugularis
dengan melihat pada vena-vena di leher dan memerhatikan ketinggian kolom
darah. Klien diinstruksikan untuk berbaring di tempat tidur dan kepala tempat
tidur ditinggikan antara 30-60o, kolom darah di vena-vena jugularis eksternal
akan meningkat. Pada orang normal, hanya beberapa millimeter di atas batas
atas klavikula. Namun, pada klien dengan gagal ventrikel kanan akan nampak
sangat jelas berkisar 1-2 sentimeter.
d. B3 (Brain)
Kesadaran klien biasanya compos mentis. Pengkajian objektif klien meliputi
wajah meringis, menangis, merintih, meregang, menggeliat akibat ekspresi nyeri

e. B4 (Bladder)
PEngukuran volume output urine selalu dihubungkan dengan intake cairan.
Perawat perlu memonitor adanya nokturia pada pasien gagal jantung preload.
Nokturia disebabkan oleh redistribusi cairan dan reabsorbsi cairan pada waktu
bebaring, dan juga berkurangnya vasokontriksi ginjal pada waktu istirahat (Price
and Wilson, 2005).
f. B5 (Bowel)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 10
1. Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam
pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong masuk ke rongga
abdomen, suatu kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan di
rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma sehingga
klien dapat mengalami distres pernapasan.
2. Anoreksia
Anoreksia atau hilangnya selera makan dan mual terjadi akibat pembesaran
vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen.
g. B6 (Bone)
1. Edema
Edema sering dipertimbangkan sebagai tanda gagal jantung yang dapat
dipercaya dan tentu saja, ini sering ditemukan bila gagal ventrikel kanan telah
terjadi. Ini sedikitnya merupakan tanda telah terjadinya disfungsi ventrikel.
Banyak orang, terutama lansia, menghabiskan waktu mereka untuk duduk di
kursi dengan kaki menggantung, Sebagai akibat dari posisi tubuh ini,
penurunan turgor jaringan subkutan yang berhubungan dengan usia lanjut dan
mungkin karena adanya penyakit vena primer seperti vasokostisis, edema
pergelangan kaki dapat terjadi sebagai gejala yang mewakili faktor tersebut
daripada dianggap sebagai gejala kegagalan ventrikel kanan. Bila edema
tampak dan berhubungan dengan kegagalan ventrikel kanan, ini bergantung
pada lokasi. Bila klien berdiri atau bangun, edema akan ditemukan secara
primer pada pergelangan kaki dan akan terus berlanjut ke bagian atas tungkai
bila kegagalan makin buruk. Bila klien berbaring di tempat tidur, bagian tubuh
yang tergantung adalah area sacrum, dan edema harus diprhatikan pada area
tersebut. Manifestasi klinis gagal ventrikel kanan yang tampak adalah edema
ekstremitas bawah (edema dependen), yang biasanya merupakan pitting
edema, pertambahan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis,
asites, anoreksia dan mual, nokturia, dan lemah.
Edema dimulai pada kaki dan tumit dan secara bertahap akan meningkat
hingga ke bagian tungkai dan paha dan akhirnya ke genitalia eksterna dan
tubuh bagian bawah.
Edema sakral jarang terjadi pada klien yang berbaring lama karena daerah
sakral menjadi daerah yang dependen. Pitting edema merupakan cara
pemeriksaan edema dimana edema akan tetap cekung setelah penekanan
ringan dengan ujung jari, dan akan terlihat jelas setelah terjadi retensi cairan
minimal sebanyak 4,5 kg.
2. Mudah Lelah
Klien dengan gagal jantung kanan akan mudah lelah, hal ini karena suplai
oksigen ke jaringan berkurang, sehingga menyebabkan terjadinya respirasi
anaerob pada sel. Hal ini menyebabkan timbulnya peningkatan asam laktat
yang berakhir pada kelelahan.
Perfusi yang kurang pada otot-otot rangka menyebabkan kelemahan dan
keletihan. Gejala-gejala ini dapat dipicu oleh ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit atau anoreksia.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 11
Diagnosis Keperawatan dan Intervensi
Tujuan utama perencanaan dan implementasi adalah mencegah nyeri,
meningkatkan kemampuan perawatan diri, mengurangi cemas, menghindari salah
pemahaman terhadap sifat dasar penyakit dan perawatan yang diberikan, mematuhi
program perawatan dini, dan mencegah komplikasi.
Diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan gagal jantung preload antara
lain:
1. Diagnosis: Aktual/risiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan
dengan perembesan cairan, kongesti paru akibat sekunder dari perubahan
membran kapiler alveoli, dan retensi cairan interstitial.

Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam tidak ada keluhan sesak napas atau terdapat penurunan
respons sesak napas.
Kriteria Evaluasi: Secara subjektif klien menyatakan penurunan sesak napas, secara
objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal (RR 16-20 kali permenit), tidak ada
otot bantu napas, analisa gas darah dalam keadaan normal.
Intervensi Rasional
Berikan tambahan oksigen 6 liter permenit Untuk meningkatkan konsentrasi oksigen
dam proses pertukaran gas
Pantau: Saturasi, pH, BE, HCO3, dengan Mengetahui tingkat oksigenasi pada
analisis gas darah jaringan sebagai dampak adekuat tidaknya
proses pertukaran gas.
Koreksi keseimbangan asam basa Mencegah asidosis yang dapat memperberat
fungsi pernapasan.
Kolaborasi: Meningkatkan kontraktilitas otot jantung
a. RL 500 cc/24 jam sehingga dapat mengurangi timbulnya
b. Digoxin 1-0-0 edema sehingga dapat mencegah gangguan
pertukaran gas
Furosemid 2-1-0 Membantu mencegah terjadinya retensi
cairan dengan menghambat ADH.

2. Aktual/risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan yang berhubungan


dengan kelebihan cairan sistemis, perembesan cairan interstitial di sistemis
akibat sekunder dari penurunan curah jantung, gagal jantung kanan.

Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam tidak terjdi kelebihan volume cairan sistemis.
Kriteria evaluasi: Klien tidak sesak napas, edema berkurang, produksi urine >600 ml
perhari.
Intervensi Rasional
Kaji adanya edema ekstremitas Dugaan adanya kelebihan volume cairan.
Kaji tekanan darah Sebagai salah satu cara untuk mengetahui
peningkatan jumlah cairan yang dapat
meningkatkan beban kerja jantung dan dapat
diketahui dari meningkatnya tekanan darah.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 12
Kaji distensi vena jugularis Peningkatan cairan dapat membebani ungsi
ventrikel kanan yang dapat dipantau melalui
pemeriksaan tekanan vena jugularis.
Timbang berat badan Perubahan berat badan yang tiba-tiba
menunjukkan gangguan keseimbangan
cairan.
Beri posisi yang membantu drainase Meningkatkan aliran darah balik vena dan
ekstremitas, lakukan latihan gerak pasif. mendorong berkurangnya edema perifer.
Kolaborasi:
a. Berikan diuretik, contoh: a. Diuretik bertujuan untuk
Furosemide, Spinolakton, atau menurunkan volume plasma dan
hidronolakton menurunkan retensi cairan di
jaringan sehingga menurunkan risiko
adanya edema paru.
b. Pantau data laboratorium terkait b. Hipokalemia dapat membatasi
elektrolit kalium efektivitas terapi.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


oksigen ke jaringan dengan kebutuhan dengan akibat sekunder dari penurunan
curah jantung.

Tujuan: Dalam waktu 3 x24 jam terdapat respons perbaikan dengan meningkatnya
kemampuan beraktivitas klien.
Kriteria evaluasi: Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang
berat, terutama mobilisasi di tempat tidur, klien tidak mengalami sesak napas akibat
sekunder dari beraktivitas.
Intervensi Rasional
Catat frekuensi jantung, irama dan Respons klien terhadao aktivitas dapat
perubahan tekanan darah selama dan mengindikasikan penurunan oksigen
sesudah aktivitas. miokardium.
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan Menurunkan kerja miokardium dan
berikan aktivitas senggang yang tidak konsumsi oksigen.
berat.
Anjurkan menghindari perilaku yang Mengejan dapat mengakibatkan kontraksi
meningkatkan tekanan abdomen seperti otot dan vasokontriksi pembuluh darah yang
mengejan saat defekasi dapat meningkatkan preload, tahanan
vaskuler sistemis, dan beban jantung.
Pertahankan tirah baring selama periode Mengurangi beban jantung
akut.
Evaluasi tanda vital saat kemajuan Mengetahui fungsi jantung bila dikaitkan
aktivitas terjadi dengan aktivitas.
Pertahankan penambahan oksigen sesuai Meningkatkan oksigenasi jaringan.
program.
Rujuk ke program rehabilitasi jantung Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
untuk kebutuhan jantung sekaligus

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 13
mengurangi ketidaknyamanan sehubungan
dengan terjadinya iskemia.

4. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status
kesehatan, situasi kritis, ancaman, atau perubahan kesehatan.

Tujuan: Setelah 2x24 jam dirawat, kecemasan berkurang.


Kriteria evaluasi: Tidur 6-8 jam perhari, gelisah hilang, klien kooperatif, mengungkapkan
perasaannya pada perawat tentang tindakan yang diprogramkan, klien dapat
mengidentifikasi penyebab atau faktor yang memengaruhinya, menyatakan ansietas
berkurang atau hilang.
Intervensi Rasional
Kaji tanda-tanda dan ekspresi verbal dari Tingkat kecemasan dapat berkembang ke
kecemasan. panic yang dapat merangsang respons
simpatik dengan melepaskan katekolamin.
Ini mengakibatkan peningkatan kebutuhan
jantung akan oksigen.
Temani klien selama periode kecemasan Pengertian yang empati merupakan
tinggi, berikan kekuatan, gunakan suasana pengobatan dan mungkin meningkatkan
tenang. kemampuan koping klien.
Orientasikan klien terhadap prosedur rutin Orientasi dapat menurunkan kecemasan.
dan aktivitas yang diharapkan.
Beri kesempatan klien untuk Dapat menghilangkan ketegangann akibat
mengungkapkan kecamasannya kecemasan yang tidak diungkapkan.
Lakukan pendekatan dengan komunikasi. Membina saling percaya
Beri kesempatan kepada orang terdekat Keluarga dapat membantu klien untuk
untuk mendampingi klien. mengungkapkan perasaan kecemasannya.
Berikan penjelasan tentang penyakit, Untuk memberikan jaminan kepastian
penyebab, serta penanganan yang akan tentang langkah-langkah tindakan yang akan
dilakukan. diberikan sehingga klien dan keluarga
mendapatkan informasi tang jelas.
Kolaborasi: berikan anticemas atau Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
hipnotik sesuai indikasi, contohnya kecemasan.
Diazepam

5. Risiko ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik yang berhubungan dengan


tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.

Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam, klien mengenal faktor-faktor yang menyebabkan
peningkatan risiko kekambuhan.
Kriteria evaluasi: Klien secara subjektif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk
melakukan aturan terapeutik jangka panjang dan mau menerima perubahan pola hidup
yang efektif, klien mampu mengulang faktor-faktor risiko kekambuhan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 14
Intervensi Rasional
Identifikasi faktor yang mendukung Keluarga terdekat apakah suami atau istri
pelaksanaan terapeutik. atau anak yang mampu mendapat penjelasan
dapat menjadi pengawas klien dalam
menjalankan pola hidup yang efektif selama
di rumah dan memiliki waktu yang optimal
dalam menjaga klien.
Berikan penjelasan penatalaksanaan Setelah mengalami serangan akut, perawat
terapeutik lanjutan. perlu menjelaskan penatalaksanaan lanjutan
dengan tujuan dapat:
a. Membatasi progesivitas kegagalan
jantung
b. Meningkatkan perawatan diri
c. Menurunkan kecemasan
d. Mencegah aritmia dan komplikasi
Ajarkan strategi menolong diri sendiri Peningkatan berat badan merupakanm
a. Ajarkan untuk memantau berat faktor yang meningkatkan beban jantung
badan pada saat bangun tidur, dalam melakukan kontraksi.
sebelum makan pagi, dengan
pakaian yang sama dan timbangan
yang sama.
b. Melaporkan peningkatan berat
badan yang melebihi 1,5 kg dalam
satu minggu. (tanpa perubahan
pola makan)
Beri penjelasan tentang hindari merokok a. Hemoglobin lebih mudah
berikatan dengan karbon
monoksida dibandingkan dengan
oksigen, sehingga suplai oksigen
akan mnurun secara umum.
b. Nikotin dan tar mempunyai
respons terhadap sekresi
hormone vasokontriktor
sehingga akan meningkatkan
beban kerja jantung.
Beri dukungan secara psikologis Dapat membantu meningkatkan motivasi
klien dalam mematuhi aturan terapeutik.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 15
PENUTUP

Kesimpulan
Gagal jantung ditujukan pada kelainan primer dari sindrom tersebut, yaitu
keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi
kebutuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian vena dalam keadaan normal. Gagal
jantung kiri (afterload) terjadi bila curah (output) ventrikel kiri kurang dari volume total
darah yang diterima dari jantung kanan melalui sirkulasi pulmoner. Akibatnya terjadi
bendungan di sirkulasi paru, dan tekanan darah sistemik turun. Sedangkan gagal jantung
kanan (preload) terjadi bila curah ventrikel kanan kurang dari masukan dari sirkulasi
vena sistemik. Sebagai akibatnya, sirkulasi vena sistemik terbendung, dan curah paru-
paru menurun.
Etiologi dari gagal jantung kanan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) seperti
bronkhitis kronis dan emfisema, gagal jantung kiri, kelainan jantung kongenital, adanya
bekuan darah di arteri pulmonal, hipertensi pulmonal, kelainan katup jantung.
Penatalaksanaan pada pasien dengan gagal jantung kanan adalah dengan sasaran untuk
menurunkan kerja jantung, untuk meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard,
dan untuk menurunkan retensi garam dan air.
Asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung kanan yaitu pengkajian meliputi
pengkajian pekerjaan dan pola hidup, psikososial, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga, pemeriksaan fisik mulai B1-B6. Tujuan utama perencanaan dan
implementasi adalah mencegah nyeri, meningkatkan kemampuan perawatan diri,
mengurangi cemas, menghindari salah pemahaman terhadap sifat dasar penyakit dan
perawatan yang diberikan, mematuhi program perawatan dini, dan mencegah komplikasi.

Saran
Dalam melakukan tugasnya dibidang keperawatan seorang perawat harus benar-
benar paham dengan hal-hal yang berhubungan dengan gagal jantung preload.
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang gagal jantung preload, penyebab, dan
cara menanganinya.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 16
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan keperatan. Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

Dokter Sehat. (2011). Penyakit Gagal Jantung. http://doktersehat.com/penyakit-gagal-


jantung/#ixzz1a9xR137y. Diakses tanggal 8 Oktober 2011 pukul 10.00 WIB.

Muttaqin, Arif., & Nurrachmah, Elly (Ed.). (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

New York Times. (2011). Right-Sided Heart Failure.


http://health.nytimes.com/health/guides/disease/right-sided-heart-failure/overview.html.
Diakses pada tanggal 11 Oktober pukul 1.56 WIB.

Tambayong, Jan. (1999). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Tucker, Susan. (2008). Standar Perawatan Pasien. Perencanaan kolaboratif dan intervensi
keperawatan vol 1. Jakarta: EGC

Vaasan, Ramachandran.(1995). Prevalence, clinical features and prognosis of diastolic heart


failure: An epidemiologic perspective, Journal of the American College of Cardiology
Volume 26, Issue 7 :1565-1574. Diakses tanggal 08 september 2011 dari sciencedirect
database.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 17

Vous aimerez peut-être aussi