Vous êtes sur la page 1sur 6

ACARA I

DESTILASI

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Acara I Destilasi adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk destilasi, bagian bagian
utama alat berikut fungsinya.
2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin.
3. Mengetahui cara cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan
alat sesuai yang dikehendaki / persyaratan.
4. Mengetahui penampilan teknis mesin, antara lain:
a. Kebutuhan bahan bakar (tenaga)
b. Lama proses destilasi
c. Randemen destilasi

B. Latar Belakang
Dalam berbagai tanaman atau hasil pertanian lainnya sering kali
mengandung minyak yang mempunyai manfaat besar bagi kehidupan
manusia. Sering kali untuk memanfaatkannya di jaman dahulu orang harus
mengekstraksi bahan tersebut dengan cara ditumbuk untuk mendapatkan sari-
sari atau minyaknya. Proses tersebut sangat tidak efektif banyak akndungan
minyak yang hilang saat proses penumbukan. Oleh karenanya, seiring dengan
kemajuan ilmu, untuk mendapatkan kandungan minyak dari suatu tanaman
atau bahan lain dilakukanlah dengan metode destilasi.
Destilasi merupakan metode pemisahan antara dua zat yang
mempunyai perbedaan titik didih. Dengan prinsip perbedaan titik didih
tersebut metode ini dapat mengambil kandungan minyak dari suatu bahan.
Sehingga dengan metode ini kandungan minyak yang berada dalam suatu
bahan dapat diambil dengan efisiensi yang cukup baik dibandingkan dengan
cara tradisoinal.
Sebagai mahasiswa yang mempelajari ilmu pertanian,dan terlebih pada
tekhnologi pangan, memerlukan pengetahuan dalam hal pengelolaan pasca
panen suatu produk pertanian salah satunya pembuatan minyak atsiri dari hasil
pertanian, perlu mengetahui dasar-dasar destilisasi. Sehingga dalam
pengolahan hasil pertanian dapat meningkatkan nilai tambah produk
semaksimal mungkin. Oleh karenanya, praktikum mengenai destilasi ini,
sangat bermanfaat bagi praktikan.

C. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Teori
Alat atau mesin destilasi adalah alat yang dipergunakan untuk
mengekstraksi suatu zat cair atau padat yang terdapat dalam dua atau lebih
campuran zat, berdasarkan tinggi rendahnya titik uapnya. Dalam destilasi
berdasarkan sumber panas yang digunakan, dalam proses destilasi ada tiga
macam yaitu destilasi dengan uap panas, destilasi dengan campuran uap
panas dan air, dan destilasi dengan air. Alat destilasi ada dua macam, yaitu
alat destilasi secara basah dan alat destilasi secara kering. Untuk
mendestilasi suatu zat dalam destilasi secara basah digunakan suatu panas
yang diperoleh dari air yang dipanasi. Contoh dari destilasi ini adalah
destilasi skala laboratorium dan alat destilasi skala komersiil. Pada
dasarnya alat destilasi kering sama dengan destilasi basah, perbedaanya
hanya terletak pada ketel destilasi. Dalam destilasi kering, bahan yang
didestilasi dipanasi dalam ketel destilasi dengan menggunakan udara panas
atau asap panas yang berasal dari sebuah dapur yang berada di luar ketel
yang kemudian dimasukkan dalam ketel lewat pipa (Darsam, 1981).
Dalam industri minyak atsiri dikenal 3 macam metode
penyulingan, yaitu :
1. Penyulingan dengan air. Pada metode ini bahan yang akan disuling
kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut akan
mengapung di atas air atau terendam secara sempurna tergantung dari
berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan dengan
metode pemanasan yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas
langsung. Ciri khas dari metode ini ialah kontak langsung antara bahan
dengan air mendidih. Beberapa bahan (misal bunga) harus disuling
dengan metode ini agar bahan dapat bergerak bebas dalam air
mendidih.
2. Penyulingan dengan air dan uap. Pada penyulingan ini bahan
diletakkan pada rak-rak atau saringan berlubang yang berada diatas air.
Air dipanaskan dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah.
3. Penyulingan dengan uap. Penyulingan dengan uap atau penyulingan
dengan uap langsung prinsipnya sama, namun air tidak diisikan dalam
ketel (Guenther, 1987).
Penyulingan langsung dengan cara tumbuhan yang akan diambil
minyaknya dimasak dengan air. Dengan demikian, penguapan air dan
minyak berlangsung bersamaan. Namun, penyulingan langsung
mengakibatkan kehilangan hasil dan penurunan mutu. Penyulingan
langsung mengakibatkan pengasaman (oksidasi) serta persenyawaan ester
yang dikandung dengan air (hidrolisis ester). Selain itu, perebusan ini
menyebabkan timbulnya aneka hasil sampingan yang tidak dikehendaki
(Soemardjo, 1998).
Distilasi ekstraktif adalah proses penguapan parsial. Dengan
adanya senyawa non-volatile dan titik didih tinggi, akan memisahkan agen
massal yang biasanya disebut entrainer atau memisahkan zat yang
ditambahkan untuk campuran azeotropik. Sehingga mengubah komponen
volatilitas relative tanpa tambahan pembentukan azeotrop (Gil, 2007).
Pengaruh waktu destilasi hasil minyak essensial, konsentrasi
cineole, fenchol, kamper, dan linalool asetat ditentukan dengan
menggunakan analisis variasi satu arah. Untuk setiap respon, validitas
asumsi model diverifikasi dengan memeriksa residual, karena pengaruh
waktu penyulingan signifikan (p-value < 0,05) pada semua sampel, berarti
beberapa perbandingan selesai menggunakan uji jarak berganda pada 5
tingkat signifikansi, dan pengelompokan yang dihasilkan
(Zheljazkov, 2013).
Kondensor adalah perangkat perpindahan panas atau unit yang
digunakan untuk memadatkan substansi dari fase gas ke bentuk cair,
dengan cara mendinginkannya. Dalam melakukannya, panas laten
diberikan oleh substansi, dan akan di transfer ke pendingin kondensor.
Penggunaan pendingin air atau udara di sekitarnya sebagai pendingin pada
kondensor. Penggunaan utama kondensor adalah untuk menerima uap dari
mesin uap atau turbin dan memadatkan uap. Pada dasarnya, kondensor
adalah perangkat dimana uap dan penguapan panas laten dirilis oleh uap
dan diserap oleh air pendingin (Sikarwar, 2013).
Randemen minyak nilam ditentukan oleh sifat-sifat fisika-kimia
minyak, jenis tanaman, umur panen, perlakuan bahan sebelum
penyulingan, jenis peralatan yang digunakan dan kondisi prosesnya,
perlakuan minyak setelah penyulingan, kemasan, penyimpanan, berat daun
nilam dan lama penyulingan Karena randemen minyak nilam pada tingkat
petani masih rendah sehingga keuntungan relatif kecil maka dibutuhkan
proses penyulingan yang optimal agar dihasilkan randemen yang optimal.
Perhitungan randemen bahan dilakukan dengan membandingkan berat
yang dihasilkan dengan berat awal (Sari, 2009).
2. Tinjauan Bahan
Hasil proses yang terdari dari campuran minyak dengan air
ditampung dalam suatu tabung. Di dalam tabung tersebut minyak akan
berada dibagian atas karena bobot jenisnya lebih ringan daripada air.
Minyak atsiri mudah rusak akibat proses oksidasi sehingga terjadi reaksi
dengan bahan aktifnya. Hal ini dapat menurunkan kualitasnya, sebaiknya
minyak disimpan di dalam botol yang berwarna gelap dan diusahakan
tidak terjadi kontak dengan udara (Kardinah, 2000).
Minyak atsiri sangat mudah menguap, maka wadah penampung
harus direndam dalam air dingin. Di daerah berhawa panas, dimana suhu
air bisa melibihi 25oC, air perendam wadah harus di beri es dan garam
sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Karena unsur yang
mudah menguap itulah unsur yang paling tinggi nilai dan harganya. Waktu
yang dibutuhkan untuk penyulingan sangat tergantung dengan bahan yang
disuling, penyulingan dianggap selesai bila hasil sulingan yang ditampung
tidak lagi mengandung minyak. Penyulingan yang lama dibutuhkan
kehati-hatian dalam mengatur uap air. Air yang diuapkan harus selalu di
jaga. Dengan demikian, air tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak
minyak. Perbandingan antara hasil minyak dengan bahan tumbuhan yang
diolah disebut randemen yang dinyatakan dalam presentase. Jenis
tumbuhan, varietas, tempat pembudidayaan, dan cara melaksanakan
penyulingan, sangat mempengaruhi hasil serta kadar minyak atsiri yang
disuling (Soemardjo, 1998).
Distilat asam lemak minyak sawit merupakan hasil samping dalam
pemurnian minyak sawit secara fisik. Proses pemurnian minyak sawit
melalui tahapan pemisahan gum (degumming), pemisahan asam lemak
bebas (netralisasi), pemucatan (bleaching), dan penghilangan bau
(deodorisasi). Distilat asam lemak minyak sawit dihasilkan pada tahapan
deodorisasi, yaitu proses memisahkan bau dari minyak dengan destilasi
uap pada suhu 245-265C dalam keadaan hampa udara. Pada proses
pemurnian fisik diperoleh 5% distilat asam lemak minyak sawit dari berat
minyak sawit (Lathifah, 2015).
Kemangi yang berasal dari spesies Ocimum canum. Kemangi
memiliki kandungan flavonoid bersifat antimikroba yang mampu
mencegah masuknya bakteri, virus, atau jamur yang membahayakan
tubuh. Selain itu, flavonoid berperan secara langsung sebagai antibiotik
dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme. Permen herbal dari
ekstrak daun kemangi memiliki daya hambat terhadap Streptococcus
viridans yang jauh lebih baik daripada permen di pasaran (Nirmala, 2011).
Aromaterapi merupakan salah satu alternatif pengobatan yang
popularitasnya semakin meningkat, namun belum mempunyai keberadaan
ilmiah di dunia kesehatan. Aromaterapi didefinisikan sebagai perlakuan
dengan menggunakan bau-bauan atau wangi-wangian, biasanya minyak
tumbuhan (essential oil) sering digunakan untuk membantu pemijatan
minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai aromaterapi dibagi
berdasarkan efeknya terhadap sistem syaraf pusat menjadi tiga yaitu softly
atau lembut (minyak kemangi, ki lemo, dan serai dapur), medium (minyak
kayu putih dan laja gowah), dan hardly (minyak biji pala)
memformulasikan sediaan farmasi aromaterapi berupa deodorant roll-on
(dari minyak kemangi), krim pijat (minyak kenanga dan serai wangi),
sabun (campuran minyak kemangi, biji pala, minyak kenanga dan serai
dapur), dan minuman fungsional dari minyak biji kemangi
(Muchtaridi, 2001).

Vous aimerez peut-être aussi