Vous êtes sur la page 1sur 16

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum berjudul Asam asetat yang disusun oleh

Kelompok : 7/ Senin

Anggota : Alfin Vandeni NIM: 21030116120031

Dhini Rosyidah NIM: 21030116120076

Farah Meutia NIM: 21030116120068

Telah disetujui oleh asisten pembimbing pengampu materi Asam asetat pada

Hari :

Tanggal :

Semarang,

Mengetahui,

Dosen pembimbing

NIP.

i
PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya
sehingga dapat terselesaikan laporan praktikum mikrobiologi dengan judul Isolasi Enzim
ini. Laporan praktikum mikrobiologi ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib
diambil oleh semua mahasiswa. Dalam penyusunan laporan praktikum mikrobiologi ini
diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan tahapan-tahapan praktikum dengan laporan
yang telah dibuat dan disetuji.

Pada kesempatan ini diucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa


2. Bapak Dr. Siswo Sumardiono, M.T. selaku ketua departemen Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
3. Asisten laboratorium mikrobiologi departemen Teknik Kimia Universitas
Diponegoro.
4. Teman-teman dan pihak-pihak yang telah banyak membantu atas
terselesaikannya praktikum ini.

Tak ada gading yang tak retak begitulah perumpamaan untuk laporan ini. Laporan
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk pelajaran bagi kami ke depannya.

Semarang, 24 Agustus 2017

Penyusun

ii
RINGKASAN

Asam asetat atau acetic acid adalah senyawa organic yang termasuk
dalam golongan carboxylic acid rumus kimia (CH3COOH). ). Asam asetat
dapat dibuat dari substrat yang mengandung alkohol, yang diperoleh dari
berbagai macam bahan seperti buah buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan air
kelapa.

Asam asetat termasuk dalam golongan carboxylic acid dengan gugus


fungsinya (RCOOH). Asam asetat mudah menguap di udara, mudah
terbakar, dan dapat menyebabkan korosif pada logam, berbentuk cair jernih,
tidak berwarna, berbau menyengat, berasa asam dan larut dalam alcohol. Asam
asetat digunakan sebagai pengawet,bumbu-bumbu masak, untuk membuat ester,
zat warna dan propanon. Asam asetat dapat dihasilkan melalui proses oksidasi
biologis yang menggunakan mikroorganisme. Etanol dioksidasikan menjadi
acetaldehid dan air. Asetaldehid dihidrasi yang kemudian dioksidasi menjadi
asam asetat dan air. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam pembuatan asam
asetat yaitu : Pemilihan mikroba asam asetat , Waktu Fermentasi, Keasaman,
Suhu, Penambahan Alhokol

Pada metode praktikum yang pertama yaitu pembuatan starter. Pada tahap
ini dilakukan pemanasan air nira selama 30 menit, setelah itu ditambahkan gula
dan alkohol kedalam air nira. Setelah itu lakukan aerasi selama 1 minggu.
Kedua yaitu panaskan sari buah 30 menit lalu tambahkan gula dan atur pH 7.
Setelah itu tambahkan yest (fermentasi anaerob) dan lakukan aerasi selama 1
minggu. Terakhir yaitu pembuatan asam asetat dengan menambahkan alkohol
dan starter kedalam sari buah sesuai variabel. Lalu diukur Vtotal, Vtitran,
densitas dan pH. Lalu lakukan aerasi selama 5 hari.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ..... ii
PRAKATA .. iii
RINGKASAN .. iv
DAFTAR ISI .... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang .. 1
1.2 Rumusan Masalah . 1
1.3 Tujuan Percobaan .. 2
1.4 Manfaat Percobaan ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .... 3
2.1 Pengertian Umum Enzim .. 3
2.2 Sifat-Sifat Enzim ... 3
2.3 Penggolongan Enzim ....... 4
2.4 Metode Isolasi Enzim ............ 4
2.5 Penjelasan Kandungan Bahan ... 5
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim ... 6
2.7 Reaksi Cara Kerja Enzim ..........7
2.8 Proses Delignifikasi ...... 8
2.9 Enzim Selulase dari Enceng Gondok ....... 8
2.10 Fungsi Reagen yang Digunakan ...........9
2.11 Aspergillus niger ....10
BAB III METODE PRAKTIKUM ....... 11
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan .. 11
3.2 Gambar Alat Praktikum ........ 12
3.3 Cara Kerja . 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .
BAB V PENUTUP .. 16
DAFTAR PUSTAKA ...... 16
LEMBAR PERHITUNGAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam asetat atau acetic acid atau ethanoic acid adalah senyawa organic yang
termasuk dalam golongan carboxylic acid dengan gugus fungsinya (RCOOH) dan rumus
kimia (CH3COOH) (Triharto,2010). Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung
alkohol, yang diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah buahan, kulit nanas, pulp
kopi, dan air kelapa. Asam asetat merupakan sumber utama dalam pembuatan garam, derivate,
dan ester asam asetat (Wirtanto,2013).
Pada saat ini produksi asam asetat di Indonesia 36.000 ton/tahun. Dimana jumlah impor
asam asetat semakin tahun semakin meningkat dan pada tahun 2006 mencapai 100.348
ton/tahun. Padahal di Indonesia memiliki banyak sumber daya yang bisa dimanfaatkan sebagai
bahan pembuatan asam diantaranya adalah buah-buahan yang mengandung glukosa. Pada
proses pembuatannya dengan fermentasi aerob hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan mikroba, kualitas bahan dasar, fermentasi oleh yeast, keasaman, dan suhu
(Waluyo,1984). Starter yang dapat digunakan yaitu air legen yang memiliki kandungan gula
antara 10-15 % dan air kelapa (Rukmana,1998).
Proses pembuatan asam asetat yaitu dari senyawa C 2H5OH (etanol) atau buah buahan
yang mengandung senyawa tersebut melalui proses oksidasi biologis yang menggunakan
mikroorganisme. Etanol dioksidasikan menjadi acetaldehid dan air. Asetaldehid dihidrasi yang
kemudian dioksidasi menjadi asam asetat dan air (Arsyad, 2001).

1.2 Tujuan Praktikum

1. Membuat asam asetat dengan fermentasi aerob menggunakan sari buah.

2. Menentukan kondisi operasi untuk pembuatan asam asetat.

1.3 Manfaat Praktikum

1. Mahasiswa mampu membuat asam asetat dengan fermentasi aerob menggunakan sari buah.

2. Mahasiswa mampu menentukan kondisi operasi untuk pembuatan asam asetat.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Asam Asetat

Asam asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak dibutuhkan di Indonesia.
Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung alkohol, yang diperoleh dari
berbagai macam bahan seperti buah buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan air kelapa. Hasil dari
fermentasi asam asetat sering disebut sebagai vinegar yang berarti sour wine. Dalam keadaan
murni asam asetat bebas dari air (asam asetat glasial) merupakan cairan berwarna bening
yang menyerap air dari lingkungan (bersikap higroskopis) dan membeku di bawah
suhu 16,7 C (62F) menjadi sebuah kristal padat tidak berwarna (Wirtanto,2013). Asam
asetat atau acetic acid atau ethanoic acid adalah senyawa organic yang termasuk dalam
golongan carboxylic acid dengan gugus fungsinya adalah ( Triharto , 2010):

Gambar 2.1 Gugus Fungsi Asam Karboksilat

Sedangkan rumus kimia dari asam asetat sendiri adalah:

Gambar 2.2 Rumus Struktur Asam Asetat

2.2 Karakteristik Asam Asetat

1. Sifat Fisika

Sifat fisika dari asam asetat adalah berbentuk cair jernih, tidak berwarna, berbau

menyengat, berasa asam, mempunyai titik beku 16,60C, titik didih 118,10C, berat
molekul 60,05, dan larut dalam alcohol, ar dan ester. Asam asetat tidak larut dalam karbon
disulfide. Asam asetat dibuat dengan cara fermentasi alcohol dengan bakteri Acetobacter ,
pembuatan macam ini biasa digunakan dalm pembuatan cuka pada makanan (Sarsojoni,
1996).

2. Sifat Kimia

Asam asetat mudah menguap di udara, mudah terbakar, dan dapat


menyebabkan korosif pada logam. Asam asetat larut dalam air pada suhu 20 C,(etanol 9,5%)
pekat, dan gliserol pekat. Asam asetat jika diencerkan tetap bereaksi asam. Penetapan kadar

6
asam asetat biasanya menggunakan basa natrium hidroksida, dimana 1 ml natrium
hidroksida 1N setara dengan 60,05 mg CH3COOH (DepKes RI,1994)

2.3 Kegunaan Asam Asetat

Asam asetat merupakan sumber utama dalam pembuatan garam, derivate, dan ester
asam asetat. Asam asetat dapatdigunakan sebagai pelarut zat organic yang baik dan
untukmembuat selulosa asetat yang dibutuhkan untuk pembuatan film, rayon, dan
selofan. Asam asetat juga sebagai pengawet,bumbu-bumbu masak, untuk membuat ester,
zat warna dan propanon. Selain itu asam asetat dapatdigunakan sebagai antiseptic,
mencegah tumbuhnya jamur pada roti, serta penambah rasa pada makanan dalam industri
makanan seperti memperbaiki flavor pada pembuatan mayonnaise, dan memperbaiki
flavor dan pengawet pada pembuatan acar (Pramuka,2013).

2.4 Mekanisme Reaksi Asam Asetat

Asam asetat dapat dihasilkan dari senyawa C 2H5OH (etanol) atau buah buahan yang
mengandung senyawa tersebut melalui proses oksidasi biologis yang menggunakan
mikroorganisme. Etanol dioksidasikan menjadi acetaldehid dan air. Asetaldehid dihidrasi
yang kemudian dioksidasi menjadi asam asetat dan air.Mekanisme pembentukan asam
asetat yaitu:Bakteri asam asetat dapat menggunakan oksigen sebagai penerima elektron,
urutan reaksi oksidasi biologis mengikuti pemindahan hidrogen dari substrat etanol.
Enzim etanol dehidrogenase dapat melakukan reaksi ini karena mempunyai sistem
sitokhrom yang menjadi kofaktornya. Bakteri bakteri asam asetat, khususnya dari genus
Acetobacter adalah mikroorganisme aerobik yang mempunyai enzim intraselular yang
berhubungan dengan sistem bioksidasi mempergunakan sitokhrom sebagai katalisatornya.

Reaksi (Arsyad,2001):

2.5 Faktor-Faktor yang Diperhatikan dalam Pembuatan Asam Asetat

a. Pemilihan mikroba asam asetat

Bakteri yang dapat memenuhi syarat yaitu yang produktivitasnya tinggi dan
mempunyai rasa enak. Sebagai contoh Bacterium schutzen bachil / Baterium
cuvrum biasanya dipakai untuk memproduksi asam asetat biasanya dipakai asam
asetat dari etanol dengan quick vinegar process, sedang Bacteruim orleanense pada
proses Orleans (proses lambat) (Nina,2012).

b. Waktu Fermentasi

7
Salah satu factor pengaruh fermentasi asam asetat yaitu waktu fermentasi. Semakin
lama waktu fermentasi, maka konsentrasi gula reduksi akan semakin rendah,
konsentrasi ethanol yang dihasilkan akan semakin besar, dan semakin besar pula
konsentrasi asam asetat yang dihasilkan (Hardoyo,2007).

c. Keasaman

Kebanyakan mikroba dapat tumbuh pada kisaran pH sebesar 3 4 unit pH atau pada
kisaran 1000 10.000 kali konsentrasi ion hidrogen. Kebanyak bakteri mempunyai
pH optimum sekitar pH 6.5 7.5 (Kusnadi,2003)

d. Suhu

Suhu selama fermentasi mempengaruhi pertumbuhan dari bakteri asam asetat. Bila
suhu:

- 12-150C : pertumbuhan bakteri lambat, sel selnya menjadi gemuk, pendek.

- 42-450C : sel bakteri akan memanjang membentuk semacam mycelium yang


tidak bersekat

- 15-34 0C : pertumbuhan sel normal dan cepat

Untuk fermentasi asam asetat suhu yang paling sesuai 26,7-29,4 0C, sebab bila
suhu rendah fermentasi akan berjalan lambat sedang bila suhu tinggi akan banyak
alkohol yang menguap bersama-sama dengan bahan-bahan volatile yang membentuk
flavor dan aroma dari asam asetat, sehingga asam asetat yang dihasilkan akan
mempunyai flavor ataupun aroma yang kurang sedap/ enak. (Waluyo,1986).

e. Penambahan Alhokol

Alkohol dalam konsentrasi tinggi akan memperlemah aktivitas, bahkan bisa menjadi
racun bagi bakteri Acetobacter aceti pada proses fermentasi asam asetat. Adapun
konsentrasi alkohol yang digunakan adalah antara 6% sampai12%.Pada proses
pembuatan asam asetat terdapat dua tahap pembentukan yaitu pembentukan etanol
dan asam asetat. Alkohol sangat berperan aktif dalam pembentukan etanol sehingga
tahap pembentukan etanol dapat lebih cepat terjadi. Hal ini menyebabkan asam aseat
yang terbentuk juga semakin cepat (Hardoyo,2007).

2.5 Starter Asam Asetat dan Kandungannya

Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap
diinokulasikan dengan biakan murni. Pada pembuatan asam asetat dipergunakan starter
air legen dan air kelapa. Legen adalah cairan yang disadap dari bunga pohon siwalan,
cairan ini mengandung gula antara 10-15 %. Glukosa yang terkandung dalam nira
menunjang pertumbuhan aktif organisme-organisme fermentative (Rukmana, 1998).
Legen (nira siwalan) yang disimpan pada suhu kamar akan mengalami proses fermentasi
atau peragian gula karena adanya proses enzimatis. Bahan baku energi yang paling

8
banyak digunakan adalah glukosa. Metabolisme tipe anaerobik menghasilkan sejumlah
kecil energi, karbondioksida, air, dan produk akhir metabolik organik lain, seperti asam
laktat, asam asetat, dan etanol (Buckle et.al, 1985).

Tabel 2.1 Komposisi Air legen

2.7 Pembuatan Asam Asestat Secara Sintetis dan Fermentasi

Pembuatan asam asetat dapat dilakukan dengan dua cara, yaItu secara sintetis/khemis
dan secara mikrobiologis atau fermentasi, namun demikina cara fermentasi lebih disukai
karena lebih murah, lebih praktis daan resiko kegagalan relative lebih kecil.

a. Secara Sintetis
- Karbonilisasi methanol

Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi ini,
metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat

CH3OH + CO CH3COOH

Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri
terjadi dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.

(1) CH3OH + HI CH3I + H2O

(2) CH3I + CO CH3COI

(3) CH3COI + H2O CH3COOH + HI


Karbonilasi metanol sejak lama merupakan metode paling menjanjikan dalam
produksi asam asetat karena baik metanol maupun karbon monoksida merupakan
bahan mentah komoditi. Proses karbonilisasi pertama yang melibatkan perubahan
metanol menjadi asam asetat dikomersialisasikan pada tahun 1960 oleh BASF.
Pada metode BASF ini digunakan katalis kobalt dengan promotor iodida dalam
tekanan yang sangat tinggi (600 atm) dan suhu tinggi (230oC) menghasilkan asam
asetat dengan tingkat selektivitas mencapai 90%. Pada tahun 1968, ditemukan
katalis kompleks Rhodium, cis[Rh(CO)2I2] yang dapat beroperasi dengan optimal
pada tekanan rendah tanpa produk sampingan. Pabrik pertama yang menggunakan
katalis tersebut adalah perusahan kimia AS Monsanto pada tahun 1970, dan metode
karbonilasi metanol berkatalis Rhodium dinamakan proses Monsanto dan menjadi
9
metode produksi asam asetat paling dominan. Proses Monsanto berjalan pada
tekanan 30-60 atm dan temperatur 150-200C. Proses ini memberikan selektivitas
yakni lebih besar dari 99%. Pada era 1990'an, perusahan petrokimia British
Petroleum mengkomersialisasi katalis Cativa ([Ir(CO)2I2]) yang didukung oleh
ruthenium. Proses Monsanto dapat digantikan dengan proses Cativa, yang
merupakan proses serupa menggunakan katalis iridium. Proses Cativa sekarang
lebih banyak digunakan karena lebih ekonomis dan ramah lingkungan, sehingga
menggantikan proses Monsanto.

- Sintesis gas metan

Asam asetat disintesis dari metana melalui dua tahap. Tahap pertama, gas metan,
bromina dalam bentuk hidrogen bromida (40 wt% HBr/H2O) dan oksigen
direaksikan dengan menggunakan katalis Ru/SiO2 menghasilkan CH3Br dan CO.
Tahap kedua CH3Br dan CO direaksikan lagi dengan H2O dengan bantuan katalis
RhCl3 menghasilkan asam asetat dan asam bromide.

Mekanisme reaksinya dapat ditunjukkan:

- Oksidasi asetaldehida

Sebelum komersialisasi proses Monsanto, kebanyakan asam asetat diproduksi


melalui oksidasi asetaldehida. Namun, metode manufaktur ini masih yang paling
penting, meskipun tidak sekompetitif dengan metode karbonilisasi metanol.

Dalam produksi asetaldehida dapat dihasilkan melalui oksidasi dari butana atau
nafta ringan, atau hidrasi dari etilena. Ketika butana atau cahaya nafta dipanaskan
dengan udara di hadapan berbagai logam ion, termasuk mangan, kobalt dan
kromium; peroksida bentuk dan kemudian membusuk untuk menghasilkan asam
asetat sesuai dengan persamaan kimia:

2C4H10 + 5O2 4CH3COOH + 2H2O

Dalam reaksi ini dijalankan pada suhu dan tekanan yang tinggi namun tetap
menjaga butana dalam keadaan cair. Tipikal kondisi reaksinya ialah pada
temperature 150C dan tekanan 55 atm. Produk sampingan mungkin juga terbentuk
termasuk butanone, etil asetat, asam format, dan asam propionat. Produk sampingan
ini juga bernilai komersial, dan kondisi-kondisi reaksi dapat diubah untuk
menghasilkan lebih banyak dari mereka jika ini bermanfaat secara ekonomis.
Namun, pemisahan asam asetat dari produk tersebut dapat menambah biaya proses.
Di bawah kondisi yang sama dan menggunakan sejenis katalis sebagai digunakan

10
untuk oksidasi butana, asetaldehida dapat dioksidasi oleh oksigen di udara untuk
menghasilkan asam asetat

2CH3CHO + O2 2CH3COOH

Dengan menggunakan katalis modern, reaksi ini dapat menghasilkan asam asetat
lebih besar dari 95%. Produk sampingan utama adalah etil asetat, asam format dan
formaldehida, yang semuanya memilki titik didih yang lebih rendah dari asam
asetat sehingga dapat dipisahkan dengan teknik destilasi.

- Oksidasi alkana

Dalam metode ini asam asetat dibuat dari etilena dengan melalui proses Wacker
menghasilkan asetaldehida dan kemudian dioksidasi seperti dalam metode oksidasi
asetaldehida menghasilkan asam asetat. Teknik ini dikembangkan oleh perusahaan
kimia Showa Denko yang membuka pabrik etilen oksidasi di Oita, Jepang, pada
tahun 1997. Proses ini dikatalisis oleh paladium didukung katalis logam pada
heteropoly asam seperti asam tungstosilicic.

b. Secara fermetasi
- Oksidatif fermentasi

Dalam sejarah manusia, asam asetat dalam bentuk cuka, telah dibuat melalui
metode fermentasi dengan bantuan bakteri asam asetat dari genus Acetobacter.
Dengan membutuhkan sedikit oksigen, bakteri ini dapat menghasilkan cuka dari
berbagai bahan makanan beralkohol. Umumnya bahan yang digunakan adalah
bahan makanan termasuk apel, anggur, dan fermentasi biji-bijian, gandum, beras,
atau kentang mashes. Reaksi kimia keseluruhan difasilitasi oleh bakteri ini adalah:

C2H5OH + O2 CH3COOH + H2O

Sebuah larutan alkohol dimasukan dalam reaktor dehodrogenasi dan diinokulasi


dengan Acetobacter sehingga dalam beberapa bulan kemudian akan menjadi cuka.
Dalam industry, proses pembuatan cuka akan berlangsung cepat dengan
meningkatkan pasokan oksigen ke bakteri.

- Anaerob fermentasi

Metode ini menggunakan bakteri anaerob, termasuk anggota dari genus


Clostridium, yang dapat mengubah gula menjadi asam asetat secara langsung, tanpa
menghasilkan etanol sebagai produk perantara. Reaksi kimia secara keseluruhan
dilakukan oleh bakteri ini bisa direpresentasikan sebagai:

C6H12O6 3CH 3COOH

Hal yang menguntungkan dari penggunaan metode ini dalam sudut pandang
kimia industry ialah bakteri acetogenic ini dapat menghasilkan asam asetat dari
satu-senyawa karbon, seperti metanol, karbon monoksida, atau campuran karbon
dioksida dan hidrogen. Reaksinya dapat dituliskan:
11
2CO2 + 4H2 CH3COOH + 2H2O

Karena Clostridium dapat mengubah gula secara langsung menghasilkan asam


asetat maka dapat menekan biaya produksi dalam artian penggunaan metode ini
lebih efisien jika dibandingkan dengan metode oksidasi etanol dengan bantuan
bakteri Acetobacter. Namun, yang menjadi kendala ialah bakteri Clostridium
kurang toleran terhadap asam dibandingkan dengan Acetobacter sehingga ketika
asam asetat terbentuk maka bakteri Clostridium akan mengalami gangguan
pertumbuhan yang dapat menyebabkan kematian. Bahkan yang paling toleran
asam-strain Clostridium cuka hanya dapat menghasilkan beberapa persen asam
asetat, dibandingkan dengan strain Acetobacter cuka yang dapat menghasilkan
hingga 20% asam asetat. Saat ini, penggunaan Acetobacter lebih efektif untuk
memproduksi asam asetat dibandingkan memproduksi asam asetat dengan
menggunakan Clostridium. Akibatnya meskipun bakteri acetogenic telah dikenal
sejak 1940, penggunaannya dalam industri tetap dibatasi.

12
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Rancangan Praktikum


3.1.1 Skema Rancangan Percobaan

Pembuatan starter
sterilisasi, pemanasan air nira, penambahan
glukosa dan alkohol, aerasi

Pembuatan asam asetat

penambahan : sari buah, sukrosa, NaOH,


HCl, yeas, fermentasi

Persiapan bahan

penambahan alkohol, starter, melakukan


titrasi, aerasi

3.1.2 Variabel Operasi

1. Variabel Tetap: pH, Alkohol, Sari buah, Waktu, NaOH, Yeast, sukrosa

2. Variabel Berubah: Starter, Buah tomat segar, Buah tomat busuk

3. Respon yang diamati: pH, Vtotal, , Vtitran

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan

3.2.1 Bahan yang Digunakan


a. Sari buah tomat segar dan busuk (1000ml)

b. Alkohol

c. Indicator PP

d. NaOH

e. Gula rendah kalori

f. Ragi Roti

g. Air nira

3.2.2 Alat yang Digunakan


a. Erlenmeyer

b. Gelas ukur

2
c. Beaker glass

d. Buret, statif, klem

e. Aerator

f. Pipet tetes

g. Kompor listrik

h. Autoclave

i. Pengaduk

3.2.3 Gambar Alat

Erlenmeyer Gelas ukur Beaker glass

Buret, statif, klem Aerator Pipet tetes

Kompor listrik Autoclave Pengaduk

3.3 Prosedur Praktikum


1. Pembuatan Starter

a. Sterilisasi peralatan yang akan digunakan dengan menggunakan autoclave


pada suhu 1210C selama 10-15 menit.

b. Air legen dipanaskan dalam beaker glass pada suhu 600C selama 30 menit
kemudian didinginkan hingga 300C.

3
c. Tambahkan glukosa anhidris dan alkohol (etanol) ke dalamnya sesuai
dengan takaran, atur pH = 7 dengan menggunakan HCl atau NaOH.

d. Masukkan ke dalam erlenmeyer, tutup rapat menggunakan aluminium foil,


pasang selang aerator.

e. Lakukan aerasi selama 7 hari dan jaga aerasi berjalan lancar.

2. Persiapan Bahan

a. Sterilisasi peralatan yang akan digunakan dengan menggunakan autoclave


hingga suhu 1210C

b. Sari buah dipanaskan dalam beaker glass pada suhu 600C selama 30 menit,
kemudian didinginkan hingga suhu 300C.

c. Tambahkan sukrosa 5 gram dan atur pH sesuai variabel dengan


menggunakan HCl atau NaOH.

d. Tambahkan yeast sebanyak 0,5% w.

e. Lakukan fermetasi anaerob selama 7 hari.

3. Pembuatan Asam Asetat


a. Mengukur volume sari buah, alkohol, dan starter sesuai dengan variabel.

b. Menambahkan alkohol ke dalam sari buah sebagai media fermentasi.

c. Mengatur pH fermentasi sesuai dengan variabel.

d. Mencampurkan starter ke dalam media sesuai dengan variabel.

e. Mengukur volume awal, densitas awal, serta kadar asam awal dengan
titrasi asam basa (catat volume titran) dan pH.

f. Lakukan aerasi

4
DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2012. Tentang Pengolahan Pangan. Menegristek Bidang Pendayagunaan


dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP
Teknologi . Jakarta.

Arsyad, M. Natsir, 2001, Kamus Kimia: ArtidanPenjelasanIstilah. Jakarta:


GramediaPustakaUtama.

Buckle, K. A, Edwards, R.A, Fleet, G.H. and Wooton, M. 1985. IlmuPangan. UI-
Press, Jakarta.

Hardoyo, dkk. 2007. Kondisi Optimum Fermentasi Asam Asetat


Menggunakan Acetobacter Aceti B166. Balai Besar Teknologi Pati.

Kailaku, Sari Intan, dkk. 2006. Potensi Likopen Dalam Tomat Untuk Kesehatan.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Kusnadi, dkk. 2003. Kultur Campuran dan Faktor Lingkungan Mikroorganisme


yang Berperan dalam Fermentasi Tea-Cider.Institut Teknologi Bandung.

Mariska, VirandaPutri. 2009. Pengujian Kandungan Fenol Total Tomat Secara In


Vitro. Universitas Indonesia.

Nina. 2012. Vinegar. http://www.slideshare.net diakses tanggal 29 Agustus 2017.

Pramuka,Yudha,2013. Kegunaan Asam Asetat.

Rukmana. 1998. Ganyong Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius.

Triharto, Dandi Panggih Triharto.,2010. Studi Ketahanan Korosi SUS 316L, SUS
317L, SUS 329J dan Hastelloy C-276 dalam Asam Asetat yang Mengandung
Ion Bromida, Universitas Indonesia.

Waluyo, Sugeng, 1984, Beberapa Aspek Tentang Pengolahan Vinegar, Dewaruci


Press: Jakarta.

Winarno, F.G., S. Fardiaz, dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi


Pangan. Gramedia, Jakarta.

Wirtanto, Eric., 2013. Pembuatan N-Butyl Asetat dari Asam Asetat dan Butadiene
dengan Kapasitas 5.000 Ton/Tahun, Universitas Sumatera utara.

Vous aimerez peut-être aussi