Vous êtes sur la page 1sur 8

A.

Konsep Penyakit
1. Definisi
Lupus Eritomatosus Sistemik ( LES) merupakan penyakit rematik autoimun
yang ditandai adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ
atau system dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi
autoantibody dan kompleks imun, sehingga mengakibatkan kkerusakan
jaringan. (Sudoyo Aru, dkk 2009)
Lupus Eritematosus Sistemik adalah penyakit radang multisistem yang
sebabnya belum diketahui dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan
fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai
macam autoantobodi dalam tubuh ( Albar 2003)
SLE ( Sistemic Lupus Erythematosus) merupakan penyakit radang atau
inflamasi multisistem yang disebabkan oleh banyak faktor. ( Insenberg and
Horsfall, 1998)
2. Etiologi
Penyebab dari LES belum diketahui dengan pasti. Diduga melibatkan interaksi
yang kompleks dan multifaktorial antara bervariasi genetic dan factor
lingkungan
a. Factor Genetic
Kejadian LES yang lebih tinggi pada kembar monozigotik (25%)
dibandingkan dengan kembar dizgotik (3%), peningkatan frekuensi LES
pada keluarga penderita LES dibandingkan dengan control sehat dan
peningkatan prevalensi LES pada kelompok etnik tertentu, menguatkan
dugaan bahwa factor genetic berperan dalam pathonegenis LES.
b. Factor Hormonal
LES meripakan penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan.
Serangan pertama kali jarang terjadi pada usia prepubertas dan setelah
menopause.
c. Autoantibody
Autoantibody ini ditujukan kepada self molekul yang terdapat pada
nukleus, sitoplasma, permukaan sel, dan juga terdapat molekul terlarut
seperti igG dan faktor koagulasi.
d. Faktor lingkungan
Factor fisik/kimia
- Amin aromatic
- Hydrazine
- Obat-obatan (prokainamid, hidralazin, klorpromazin, isoniazid,
feniton, penisilamin)
Facktor makanan
- Konsumsi lemak jenuh yang berlebihan
- L-canavanine (kuncup dari elfafa)
Agen Infeksi
- Retrovirus
- DNA bakteri / endotoksin
Hormone dan estrogen lingkungan (environmental estrogen)
- Terapi sulih ( HRT), pil kontrasepsi
- Paparan estrogen prenatal
3. Anatomi dan Fisiologi

4. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan
imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,
hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi
selama usia reproduktif) dan dilingkungan ( cahaya matahari, luka bakar
termal). Obat- obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid,
klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan disamping makanan
seperti kecambah alfafa turut terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa
kimia arau obat-obatan. Pada SLE, peningkatan produksi autoimun
diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T- supresar yang abnormal sehingga
timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringa. Inflamasi akan
menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi dan siklus tersebut
berulang kembali.
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penyakit ini sangat beragam dan sering kali pada keadaan
pada keadaan awal tidak dikenali sebagai LES. Menurut American College of
Rheumatology (ACR) ada 11 kriteria SLE dan jika terdapat 4 kriteria maka
diagnosis LES dapat ditegakkan.
a. Ruam malar
b. Ruam discoid
c. Fotosensitifitas
d. Ulserasi dimulut atau nasofaring
e. Arthritis
f. Serositis : yaitu pleuritis atau perikarditis
g. Kelainan ginjal, yaitu proteinura persisten >0,5 gr/hari, atau adalah silinder
sel
h. Kelinan neurologic, yaitu kejang-kejang atau psikosis
i. Kelainan hematologic, yaitu anemia hemolitik atau lekopenia atau
limfopenia atau trombositipenia
j. Kelainan imunilogik yaitu sel LES positif atau anti DNA positif, atau anti
sm positif atau tes serologic untuk sifilis yang positif palsu
k. Antibody antinuclear positif
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Leukopeni/ limfopeni, Anemia, Trombositopenia< LES meningkat
b. Imunologi
- ANA ( antibodi anti nuklear)
- Anti bo
- di DNA untai ganda (ds DNA) meningkat
- Kadar komplemen C3 dan C4 menurun
- Tes CRP ( C-reactive protein) positif
c. Fungsi Ginjal
- Kreatinin serum meningkat
- Penurunan GFR
- Protein uri (. 0.5 gram per 24 jam)
- Ditemukan sel darah merah dan atau sedimen granular
d. Kelainan pembekuan yang berhubungan dengan antikoagulan lupus
- APTT memanjang yang tidak membaik pada pemberian plasma normal
e. Serologi VDRL (sifilis)
- Memberikan hasil postif palsu
f. Tes vital lupus
- Adanya pita Fg 6 yang khas dan atau deposit ig M pada persambungan
dermo-epidermis pada kulit yang terlibat dan yang tidak
7. Komplikasi

8. Penatalaksanaan
Penatalaksaan SLE harus mencakup obat, diet, aktivitas yang melibatkan
banyak ahli. Alat pemantau pengobatan pasien LES adalah evaluasi klinis dan
laboratorium yang sering untuk menyesuaikan obat dan mengenali serta
menangani aktivitas penyakit. Lupus adalah penyakit seumur hidup, karenanya
pemantauan harus dilakukan selamanya. Tujuannya pengobatan LES adalah
mengontrol manifestasi penyakit, sehingga pasien dapat memiliki kualitas
hidup yang baik tanpa eksaserbasi berat, sekaligus mencegah kerusakan organ
serius yang dapat menyebabkan kematian. Adapun obat-obatan yang
dibutuhkan antara lain :
1. Antiinflamasi, non-steroid, untuk pengobatan simptomatik artralgia nyeri
sendi
2. Antimalaria, diberikn untuk lupus diskoid. Pemakaian jangka panjang
memerlukan evaluasi retina setiap 6 bulan.
3. Kortikosteroid, dosis rendah untuk mengatasi gejala klinis seperti demam,
dermatitis, efusi pleura. Diberikan selama 4 minggu minimal sebelum
dilakukan penyapihana. Dosis tinggi untuk mengatasi krisis lupus, gejala
nefritis, SSP, dan anemia hemotilik.
4. Obat imunosupresan/ sitostatika, imunosupresan diberikan oada SLE
dengan keterlibatan SSP, nefritis difus da membranosa, anemia hemotilik
akut, dan kasus yang resisten terhadap pemeberian kortikosteroid.
B. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
- Nama :
- Umur :
- Pendidikan :
- Pekerjaan :
- Suku :
- Agama :
- Alamat :
- No. MR :
- Nama suami :
- Umur :
- Alamat :
- Tanggal pengkajian :

a. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat masuk rumah sakit
- Keadaan pasien saat pengkajian
b. Riwayat kesehatan masa lalu
- Riwayat penyakit yang sama, riwayat faktor resiko terjadinya penyakit
saat ini
- Riwayat alergi
- Riwayat kecelakaan
- Riwayat dirawat
- Riwayat pemakaian obat
c. Riwayat kesehatan keluarga
d. Pemeriksan head to toe

Kebutuhan Dasar
1. Pola Makan (frekuensi, jumlah)
2. Pemenuhan Cairan ( jumlah, jenis)
3. Pola Eliminasi (frekuensi, warna)
- BAK
- BAB
4. Pola istirahat dan tidur
5. Personal hygiene
6. Aktivitas fisik

2. Diagnosa Keperawatan
- Nyeri akut b.d inflamasi dan kerusakan jaringan
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Resiko infeksi b.d pertahan tubuh primer (kerusakan integritas kulit),
ketidakadekuatan pertahanan sekunder

3. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut b.d Pain level Lakukan penkajian
inflamasi dan Pain control nyeri secara
kerusakan jaringan Comfort level komprehensif
KH : termasuk lokasi,
Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
(tahu penyebab nyeri, frekuensi, kualitas dan
mampu menggunakan faktor presipitasi.
teknik nonfarmakologi Evaluasi pengalaman
untuk mengurangi nyeri, nyeri masa lampau.
mencari bantuan ) Pilih dan lakukan
Melaporkan bahwa nyeri penanganan nyeri
berkurang denagn (farmakologi, non
menggunakan farmakologi dan
manajemen nyeri interpersonal).
Mampu mengenali nyeri Berikan analgetik
(skala, intensitas, untuk mengurangi
frekuensi dan tanda nyeri.
nyeri) Tingkatkan istirahat.
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang

2. Ketidakseimbangan Nutritional status : Kaji adanya alergi


nutrisi kurang dri Nutritional status : foof makanan.
kebutuhan tubuh and fluid intake Kolaborasi dengan ahli
Nutritional status : gizi untuk menentukan
nutrient intake jumlah kalori dan
Weight control nutrisi yang
KH : dibutuhkan pasien.
Adanya peningkatan Anjurkan pasien untuk
berat badan sesuai meningkatkan Fe.
dengan tujuan Anjurkan pasien untuk
Berat badan ideal sesuai meningkatkan protein
dengan tinggi badan dan vitamin C.
Mampu mengidentifikasi Yakinkan diet yang
kebutuhan nutrisi dimakan mengandung
Tidak ada tanda-tanda tinggi serat untuk
malnutrisi mencegah konstipasi.
Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
3. Resiko infeksi b.d Imunne status Bersihkan lingkungan
pertahan tubuh Knowledge : infection setelah dipakai pasien
primer (kerusakan control lain.
integritas kulit), Risk control Batasi pengunjung bila
ketidakadekuatan KH: perlu.
pertahanan Klien bebas dari tanda Intruksikan pada
sekunder gejala infeksi pengunjung untuk
Mendeskripsikan proses mencuci tangan saat
penularan penyakit, berkunjung dan setlah
faktor yang berkunjung
memepengaruhi meninggalkan pasien.
penularan serta Monitor tanda gelaja
penatalaksanaannya infeksi sistemik dan
Menunjukkan lokal.
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit dalam
batas normal
DAFTAR PUSTAKA

Vous aimerez peut-être aussi