Vous êtes sur la page 1sur 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Rumah Sakit
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit
Pengertian Rumah sakit menurut beberapa ahli :
a. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dalam Pasal 1
menyebutkan pengertian rumah sakit yaitu institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selanjutnya
dikatakan bahwa Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan
yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.8
b. Menurut Permenkes No. 1045/MENKES/PER/XI/2006, Suatu fasilitas
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan
yang memberikan pelayanan kesehatan jangka pendek dan panjang yang terdiri
dari observasi, teurapeutik, rehabilitatif untuk orang yang menderita sakit, cedera
dan melahirkan sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk tenaga kesehatan dan
penelitian.9
c. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis professional
yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan
pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis
serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.10

2.1.2 Fungsi Rumah Sakit


Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 Bab III pasal 5 tentang
Rumah Sakit, rumah sakit mempunyai beberapa fungsi yaitu:8
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelanggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit


Menurut UU No.44 tahun 2009, Rumah Sakit dapat diklasifikasikan sebagai berikut
:8
1. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam
Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus :
Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Klasifikasi Rumah Sakit Umum,
yaitu :
a. Rumah Sakit umum kelas A
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang
medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.
b. Rumah Sakit umum kelas B
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang
medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.
c. Rumah Sakit umum kelas C
Adalah Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis
dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.
d. Rumah Sakit umum kelas D.
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.
Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit,atau kekhususan lainnya. Klasifikasi Rumah
Sakit khusus sebagaimana dimaksud terdiri atas :
a. Rumah Sakit khusus kelas A
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang lengkap.
b. Rumah Sakit khusus kelas B
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang terbatas.
c. Rumah Sakit khusus kelas C.
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling
sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai
kekhususan yang minimal.
2. Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit
Publik dan Rumah Sakit Privat :
a. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah
diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Rumah Sakit privat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dikelola oleh
badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau
Persero.
.
2.2 Komunikasi Terapeutik Perawat
2.2.1 Komunikasi
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berperan
penting di dalam proses kehidupan manusia. Komunikasi digunakan oleh individu
dalam menjaga dan mempertahankan individu tersebut untuk tetap berinteraksi dengan
orang lain. Berikut pengertian komunikasi menurut beberapa para ahli :
a. Komunikasi adalah suatu proses pertukaran ide, perasaan, dan pikiran antara dua
orang ata lebih yang bertujuan untuk perubahan sikap dan perilaku.11
b. Menurut Mulyana 2005, Komunikasi adalah suatu proses sosial yang di dalamnya
terjadi hubungan antarmanusia, selain interaksi yang saling memengaruhi.12
c. Menurut Duldt-Battey (2004), komunikasi adalah proses peyesuaian dan adaptasi
yang dinamis diantara dua orang atau lebih dalam interaksi tatap muka, dalam
proses tersebut terjadi pertukaran ide, makna, perasaan, dan perhatian.12
d. Menurut Edward Depari , dan AW Widjaja,2000) Komunikasi adalah proses
penyampaian gagasan , harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambing
tertentu, mengandung arti , dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada
penerima pesan.13

B. Tujuan Komunikasi
Menurut Mundakir (2006), tujuan komunikasi secara umum ada 4 yaitu :13
a. Agar pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti orang lain ( komunikan ) Dalam
menjalankan perannya sebagai komunikator, perawat perlu menyampaikan pesan
dengan jelas,lengkap,dan sopan.
b. Memahami orang lain
Sebagai komunikator, proses komunikasi tidak akan dapat berlangsung dengan
baik bila perawat tidak dapat memahami kondisi atau apa yang diinginkan oleh
pasien (komunikan).
c. Supaya gagasan dapat diterima orang lain
Selain sebagai komunikator, perawat juga sebagai educator yaitu memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasien. Peran ini akan efektif dan berhasil bila apa
yang disampaikan oleh perawat dapat dimengerti dan diterima oleh pasien.
d. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu
Upaya ini dapat dilakukan dengan pendekatan yang persuasive dan demonstrative
agar komunikan dapat melakukan dengan benar apa yang diharapkan
komunikator.

C. Manfaat Komunikasi
komunikasi didalam sebum pelayanan kesehatan sangat penting, dalam rangka
meningkatkan kelancaran pekerjaan pelayanan kepada pelanggan, manfaat
komunikasi adalah :
1. Komunikasi menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalties dal am organisasi
pelayanan kesehatan.
2. Komunikasi meningkatkan kegairahan bekerja para petunias pelayanan
kesehatan dal am memberikan pelayanan kepada klien.
3. Komunikasi meningkatkan moral dan disiplin yang tinggi para petugas
pelayanan kesehatan.
4. Dengan mengadakan komunikasi, semua petugas pelayanan dapat mengetahui
keadaan bidang pekerjaan yang menjadi tugasnya.
5.Dengan komunikasi semua petugas kesehatan dapat mengetahui kebijakan,
peraturan - peraturan yang telah ditetapkan.
6. Komunikasi meningkatkan rasa tanggung jawab petunias kesehatan.
7. Komunikasi menimbulkan adanya saling pengertian antara pegawai dan klien.
8. komunikasi meningkatkan kerjasama antara petugas kesehatan dan klien dalam
proses penyembuhan.

D. Klasifikasi Komunikasi
menurut susatyo ( 2014 ), komunikasi diklasifikasikan menjadi beberapa macam,
tergantung dari aspek tujuannya, yaitu :
1. Komunikasi menurut lawan komunikasinya
a. Komunikasi pribadi, yaitu komunikasi yang dilakukan dalam bentuk satu
lawan tanpa diketahui orang lain
b. Komunikasi umum, yaitu komunikasi yang dilakukan dalam bentuk banyak
lawan.

2.Komunikasi menurut jumlah yang berkomunikasi


a. Komunikasi Perseorangan, yaitu komunikasi antara perseorangan, jumlah
yang berkomunikasi hanya dua orang.
b. Komunikasi dalam kelompok, yaitu komunikasi yang berlangsung dalam
satu kelompok.

3. Komunikasi menurut cara Penyampaiannya


a. Komunikasi Lisan, yaitu kosmunikasi yang dilakukan secara langsung
dengan tatap muka maupun komunikasi tak langsung dengan dibatasi jarak ,
misalnya menggunakan telepon.
b. Komunikasi tertulis, yaitu komunikasi yang dilakukan menggunakan media,
back gambar, grafik surat, blanko, ataupun naskah.

4. Komunikasi menurut maksud komunikasinya


a. members perintah
b. memberi selamat dan nasehat
c. memberi saran
d. berpidato
e. members ceramah
f. Berunding
g.Rapat Kerja
h. Pertemuan
i. wawancara
5. Komunikasi menurut perilaku berkomunikasi
a. Komunikasi Formal , yaitu komunikasi yang terjadi diantara para angora
organisasi, yang secara tegas telah diatur dan telah ditentukan salam struktur
organisasi.
b. Komunikasi informal,, yaitu komunikasi yang terjadi didalam suatu organiasi,
tetapi tidak direncanakan atau telah ditentukan dalam struktur organisasi.
c. Komunikasi nonformal, yaitu komunikasi antara yang bersifat rems dengan
yang tidak resmi. ada unsur kepentingan pribadi di dalam komunikasi yang
dilakukan.
E. Tipe - Tipe Komunikasi
1. Komunikasi Intra Personal
yaitu, segala sesuata yang dimasukkan dal am dirt seseorang melalui pengamatan
lingkungan, pengaruh komunikasi intra personal dalam sebum komunikasi,
mempunyai pengaruh sebesar :
- pengaruh mata sebesar 62%
penglihatan melalui mata memberikan pengaruh yang paling besar dalam
berkomunikasi, sehingga dalam berkomunikasi usahakan untuk melakukan kontak
mata.
- pengaruh Telinga sebesar 20%
pendengaran melalui telling mendapatkan pengaruh didalam menerima informasi
diluir tubuh, usahakan dalam berkomunikasi jangan ada getaran atau terdengar
ragu-ragu yang menyebabkan ladan bicara tidas yakin dengan informasi yang
disampaikan.
- Pengaruh hidung sebesar 8%
penciuman melalui hidung memberikan pengaruh dalam berkomunikasi, usahakan
jangan ada bau badan, bau mulet, dan bau yang tidak sedap mengganggu dalam
komunikasi.
- pengaruh mullet sebesar 5%
suer yang dikeluarkan dari mulut, serta gerakan mulut dalam berkomunikasi
memberikan pengaruh dalam berkominkasi, udahakan menggerakanmulut dengan
wajar dalam berkomunikasi.

2. Komunikasi Inter Personal


yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan cara berkomunikasi antar seseorang,
agar kosmunikasi inter personal berjalan lancar. komunikasi interpersonal
mencakup kemampuan verbal dan nonverbal dal am komunikasi. yaitu dengan
ekspresi wajah, gerakan mata, conta mata, dan tidak kaku.

C. Komponen Komunikasi
Menurut Effendi ( 2002 ), komunikasi terdiri dari lima komponen, yaitu :14
1. Komunikator
Komunikator adalah orang yang memprakarsai adanya komunikasi. Prakarsa
timbul karena jabatan, tugas, wewenang, tanggung jawab, ataupun adanya suatu
kegiatan atau perasaan yang ingin disampaikan.
2. Komunikan
Komunikan adalah orang yang menjadi objek komunikasi, yakni pihak yang
menerima berita atau pesan dari komunikator. Dalam dunia keperawatan, komunikan
dapat bersifat perorangan, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.
3. Pesan
Pesan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam komunikasi. Pesan dapat
berupa ide, pendapat, pikiran, maupun saran. Definisi lain dari pesan adalah
rangsangan yang disamaikan oleh sumber kepada sasaran. Penyampaian esan banyak
macamnya, dapat berupa kata-kata (verbal) maupun bukan kata-kata (nonverbal),
seperti gerakan tubuh, gerakan tangan, ekspresi wajah, maupun gambar.
4. Media
Media adalah segala sarana yang dipergunakan oleh komunikator untuk
menyampaikan pesan. Saluran komunikasi dapat berbentuk panca indra manusia
maupun alat teknologi.
5. Efek
Efek adalah hasil dari suatu komunikasi. Hasil tersebut dapat berupa terjadinya
perubahan pada diri sasaran. Perubahan dapat ditemukan pada aspek pengetahuan,
sikap, maupun tingkah laku.

D. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi


Agar proses komunikasi berjalan lancar sehingga mencapai tujuan yang
diharapkan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Menurut Effendi (2000),
faktor-faktor tersebut antara lain:15
1. Kredibilitas
Kredibilitas komunikator sangat mempengaruhi keberhasilan proses
komunikasi, karena hal ini memengaruhi tingkat keperayaan sasaran atau komunikan
terhadap pesan yang akan disampaikan.
2. Isi Pesan
Pesan yang disampaikan hendaknya mengandung isi yang bermanfaat bagi
sasaran. Pesan yang disampaikan perawat harus dapat memenuhi kebutuhan pasien
atau dapat memecahkan masalah pasien. Untuk itu, perawat perlu melakukan
pengkajian dan analisis diri sebelum melakukan komunikasi (Stuart dan Laraia, 2001).
3. Kesesuaian dengan kepentingan sasaran
Pesan yang disampaikan harus berhubungan dengan kepentingan sasaran, karena
semakin erat hubungan tersebut, semakin keberhasilan komunikasi. Untuk itu, dalam
berkomunikasi dengan pasien, perawat harus memahami terlebih dahulu masalah
pasiennya. Penerapannya di lapangan adalah perawat harus mengetahui kepentingan
atau harapan dari pasien dan keluarganya.
4. Kejelasan (clarity)
Kejelasan pesan yang disampaikan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
komunikasi. Pesan yang membingungkan atau tidak jelas akan membuat sasaran
bingung sehingga tidak terjadi perubahan prilaku.
5. Kesinambungan dan Konsistensi
Faktor ini berpengaruh pada pesan, karena pesan yang disampaikan haruslah
konsisten dan berkesinambungan. Jika pesan yang disampaikan selalu berubah-ubah,
akan sulit diharapkan terjadi perubahan prilaku sasaran (Ellis, Gates dan Kenworthy,
2000).
6. Saluran
Saluran atau media yang digunakan harus disesuaikan dengan pesan yang ingin
disampaikan. Pemilihan media yang tepat dapat meningkatkan pemahaman sasaran
sehingga perubahan yang diharapkan dapat tercapai.
7. Kapabilitas Sasaran
Dalam menyampaikan pesan, komunikator harus memperhitungkan kemampuan
sasaran dalam menerima pesan. Kemampuan sasaran menerima pesan dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan tingkat social budaya.

Ketujuh faktor tersebut saling berhubungan dan saling memengaruhi satu sama
lain. Sumber yang tidak memiliki kredibilitas tinggi dapat memengaruhi pemilihan
pesan yang disampaikan serta media yang digunakan. ( suryani 2014 komunkasi
terapeutik teori dan praktik )

2.2.2. Komunikasi Terapeutik


A. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan unsur yang sangat penting didalam proses
keperawatan.Dalam proses keperawatan , komunikasi digunakan untuk mengubah
perilaku pasien kea rah yang lebih baik agar mencapai kesehatan yang optimal.
Komunkasi tersebut disebut dengan komunikasi terapeutik.
1. Menurut suryani (2014), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi.12
2. Menurut Mukhrifah (2008), komunikasi terapeutik adalah sesegala sesuatu yang
memfasilitasi proses penyembuhan/pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik
termasuk kedalam komunikasi interpersonal yaitu komunikasi yang dilakukan
secara tatap muka anatara komunikan dan komunikator yang memungkinkan
terjadinya komunikasi secara verbal ataupun nonverbal. 11
menurut Ridhyalla ( 2015 ), komunikasi terapeutik adalah merupakan komunikasi yang direncanakan secara sacar, tujuan
3.
dan kegiatannya difokuskan untuk menyembuhkan pasien. ( Afnuhazi R.2015.Komunikasi Terapeutik dalam

Keperawatan Jiwa.Yogyakarta; Gosyen Publishing ed pertama hal 32 )

Berdasarkan pendapat dari beberapa teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa


komunikasi terapeutik adalah suatu komunikasi yang dilakukan secara verbal ataupun
nonverbal dengan tujuan untuk proses terapi/ pemulihan pasien.

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi pasien
kearah yang lebih baik. Tujuan komunikasi terapeutik menurut Effendi (2002) adalah
sebagai berikut :14
1. Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri. Komunikasi
terapeutik diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku klien. Klien yang
merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan perawat akan
mampu menerima dirinya.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling
bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar
untuk menerima dan diterima oleh orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka,
jujur, serta menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan
kemampuan klien membina hubungan saling percaya.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mncapai
tujuan yang realistis. Klien terkadang menetapkan standar diri terlalu tinggi tanpa
mengukur kemampuannya, sehingga ketika tujuannya tidak tercapai, klien akan
merasa rendah diri dan kondisinya memburuk.
4. Peningkatan identitas dan integritas diri. Klien yang mengalami gangguan
identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami
harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat
membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.

C. Fungsi Komunikasi Terapeutik


fungus komunikasi therapeutic adalah until mendorong dan menganjurkan kerjasama
antara perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien dalam proses membantu
klien mengatasi persoalan mengenai masalah kesehatan.

D. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik


Ada beberapa prinsip dakar yang harus dipahami dalam membangun dan
mempertahankan hubungan yang therapeutic :
1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan therapeutic yang saling
menguntungkan.
2. perawat harus menghargai keunikan klien. tiap individu mempunyai karakter yang
berbeda.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan.Komunikasi yang menciptakan hubungan percaya harus dicapai
trtlrbih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan
masalah.

C. Jenis komunikasi Terapeutik


Menurut Suryani (2014), komunikasi terapeutik dibagi menjadi dua, antara lain
:12
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah jenis komunikasi yang paling lazim digunakan. Kata-
kata adalah symbol yang dipakai untuk mengekspresikan idea tau perasaan, serta
membangkitkan respon emosional. Komunikasi verbal di pengaruhi oleh :
a) Kejelasan pesan yang disampaikan
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung.makin
sedikit kata-kata yang digunakan, makin sedikit kerancuan yang akan terjadi.
b) Perbendaharaan kata
Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Ucapan di dalam pesan harus mudah
dimengerti dan dipahami oleh pasien.
c) Arti denotative dan konotatif
Pemilihan kata harus sangat diperhatikan agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam makna kata yang diucapkan.
d) Kecepatan bicara
Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat, karena pasien akan sulit
menerjemahkan arti dari perkataan perawat.
2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal mempunyai dampak yang lebih besar daripada
komunikasi verbal. Menurut Frisch (2011), lebih dari 50% komunikasi yang terjadi
berasal dari nonverbal. Stuart dan Laraia (2001) mengatakan bahwa sekitar 7%
pemahaman dapat ditimbulkan karena kata-kata, sekitar 30% karena bahasa
paralinguistic, dan 55% karena bahasa tubuh.Komunikasi nonverbal dapat diamati
melalui :

a) Penampilan personal
Bentuk fisik seta cara berpakaian, dan berhias menunjukan kepribadian, status
social, agama, pekerjaan, dan konsep diri seseorang.walaupun penampilan tidak
sepenuhnya mencerminkan kemampuan, tetapi penampilan dapat memengaruhi
perawat didalam membina hubungan terapeutik.
b) Intonasi
Nada suara juga harus diperhatikan oleh perawat, karena emosi seseorang dapat
secara langsung memengaruhi nada suara perawat.
c) Ekspresi wajah
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat enam keadaan emosi utama yang
tampak melalui ekspresi wajah, yaitu terkejut, takut, marah, jijik, bahagia, dan
sedih ( Ellis, Gates, dan Kenworthy,2000)
d) Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap, emosi, konsep diri, dan
keadaan fisik (Stuart dan Laria, 2001). Karena langkah dan sikap tubuh dapat
dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat atau fraktur.
e) Jarak
Jarak yang terlalu jauh menyebabkan perawat sulit untuk merespons secara
tepat, karena perawat tidak bisa melakukan active listening. Jarak intim antara
+
pasien dan perawat adalah 45 cm, jarak personal adalah + 1,5 m, Jarak sosial
adalah 1,5 18m.
f) Sentuhan
Sentuhan dapat menimbulkan reaksi yang positip ataupun negative , bergantung
pada orang yang terlibat di dalam komunikasi tersebut. Sentuhan sangat penting,
karena sentuhan dapat menunjukan asa empati perawat kepada pasiennya.

D. Karakteristik Perawat untuk hubungan Komunikasi terapeutik


Prinsip yang terkandung dalam komunikasi terapeutik menurut suryani (2014),
antara lain :
1. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina
hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara
yang terbuka dan mempunyai respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan
berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan
isi hatinya yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur (Rahmat,
J.,1996 dalam Suryani,2005).). Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran
saat berkomunikasi dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan maka
klien akan menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpura-
pura patuh terhadap perawat.
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata
yang mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit.
Perawat harus lebih ekspresif dalam memberikan ekspresi yang sesuai dengan
verbalnya.
3. Bersikap Positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat
komunikasi nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya
maupun dalam membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif
ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap
klien.
4. Empati bukan Simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap
ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti
yang dirasakan dan dipikirkan klien ( Frisch dan Frisch, 2011). Perawat harus mampu
memberikan alternative pemecahan masalah karena perawat harus berupaya mencari
penyelesaian masalah secara objektif.
5. Melihat permasalahan dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien ,
sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapi klien. Untuk mampu melakukan
hal ini perawat harus memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan dengan
aktif dan penuh perhatian.
6. Menerima klien apa adanya
Kemampuan untuk menerima pasien apa adanya juga merupakan salah satu
karakteristik dari seorang perawat yang efektif. Apabila seseorang merasa diterima,
ia akan merasa aman dalam menjalin hubungan interpersonal ( Mohr, 2003 ). Menilai
atau mengkritik pasien dengan nilai-nilai yang diyakini perawat, menunjukan bahwa
perawat tidak bisa menerima pasien apa adanya. Seorang perawat yang baik tidak
akan memandang hina pada pasien dan keluarganya, walaupun pasien tersebut dating
dengan pakaian yang tidak rapi.
7. Tidak tepengaruh oleh masa lalu
Salah satu karakteristik perawat yang efektif dan mampu mempertahankan
hubungan terapeutik adalah perawat yang tidak mudah tepengaruh oleh masa lalu
klien maupun masa lalunya sendiri (Stuart dan Laraia, 2001 dalam suryani 2014 ).
Seorang perawat harus melupakan kejadian menyakitkan di masa lalu dan
menguatkan koping klien dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi saat ini.

E. Tekhnik Komunikasi Terapeutik


Dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat dapat
menggunakan beberapa tekhnik dalam berkomunikasi terapeutik, yaitu :12
1. Bertanya
Bertanya merupakan tekhnik yang dapat mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan dan pikirannya.Tekhnik ini sering digunakan pada tahap
orientasi. Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang
specific mengenai apa yang disampaikan ollen klien.
2. Mendengarkan
Mendengarkan adalah suatu proses yang aktif dan dinamis, karena perawat
menggunakan seluruh pikiran dan perhatiannya dalam mengobservasi ungkapan
verbal dan nonverbal pasien ( antai-Otong,2008 dalam suryani,2014). Nilai terapeutik
dari mendengarkan adalah mengomunikasikan kepada pasien tentang minat dan
penerimaan perawat secara nonverbal (stuart dan laraia,2001).
3. Mengulang
Mengulang memiliki pengertian mengulang kembali pikiran utama yang
diekspresikan oleh pasien ( Frisch dan Frisch, 2011). Hal ini menunjukan bahwa
perawat mendengarkan, memvalidaasi, menguatkan serta mengembalikan perhatian
pasien pada sesuatu yang telah diucapkan pasien.
4. Klarifikasi
Klarifikasi merupakan strategi menanggapi respon pasien de(ngan mengecek
kebenaran informasi yang disampaikan oleh pasien. Klarifikasi itu penting ketika
perawat membutuhkan informasi tambahan atau memvalidasi data klinis dan
interprestasi yang didapat dalam komunikasi verbal dan nonverbal dengan pasien
(Antai-Otong,2008 dalam Suryani,2014 )
5. Refleksi
Refleksi adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi
pembicaraan pasien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian perawat
terhadap ungkapan pasien, serta menekankan empati, minat, dan penghargaan terhadp
pasien. ( Frisch dan Frisch, 2011 dalam Suryani,2014)
6. Memfokuskan
Penggunaan tekhnik memfokuskan bertujuan member kesempatan kepada pasien
untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian
tujuan.

7. Diam
Diam digunakan untuk memberikan kesempatan kepada pasien sebelum
menjawab pertanyaan perawat.Diam memberikan kesempatan kepada pasien dan
perawat untuk beripikir.
8. Memberi Informasi
Informasi merupakan tindakan penyuluhankesehatan untuk pasien. Informasi
yang diberikan harus dapat memberikan pengertian dan pemahaman tentang masalah
yang dihadapi pasien, serta dapat membantu dalam menyelesaikan masalah.
9. Menyimpulkan
Tekhnik komunikasi yang membantu klien menemukan point penting dari
interaksi antara perawat dan pasien.
10. Mengubah cara pandang
Mengubah cara pandang pasien pasien , sehingga tidak menilai dari aspek
negatifnya saja.
11. Eksplorasi
Tekhnik ini bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh masalah yang
dialami klien, sehingga masalah tersebut dapat teratasi.
12. Membagi Presepsi
Menurut Stuart dan Laraia 2001 dalam Suryani, 201, membagi presepsi adalah
meminta pendapat pasien tentang hal yang perawat rasakan atau pikirkan. Tekhnik
ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat adanya perbedaan antara respon
verbal dan respon nonverbal klien.
13. Mengidentifikasi tema
Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan pasien, serta harus
mampu menangkap tema dari pembicaraan tersebut. Tujuannya adalah meningkatkan
pengertian dan menggali masalah penting.

14. Humor
Humor digunakan sebagai tekhnik distraksi untuk mengatasi perasaan stress dan
depresi. Dengan melakukan humor, otot-otot yang tadinya tegang menjadi kendur,
perasaan yang kacau akan menjadi terhibur.
15. Memberi Pujian
Seseorang cenderung berinteraksi apabila ia merasa interaksi tersebut
menguntungkan, baik secara psikologis maupun ekonomis (Rahmat,2005).

F. Tahap tahap komunikasi


Menurut Mohr, 2003., Stuart dan Laraia,2001 dalam Suryani (2014) ,
komunikasi terapeutik terdiri atas empat tahapan, antara lain :12
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan atau prainteraksi sangat penting di lakukan sebelu berinteraksi
dengan pasien. Pada tahap ini,perawat mengali perasaan dengan mengedentifikasi
kelebihan dan kekurangannya. Pada tahapan ini perawat juga mencari informasi
tentang pasien, kemudian perawat merancang suatu strategi untuk pertemuan pertama
dengan pasien.
Pada tahapan ini perawat harus bisa menutupi rasa cemas yang kemungkinan
akan muncul pada saat pertama kali bertemu dengan pasien. Karena pada saat perawat
merasa cemas, dapat memengaruhi kemampuan perawat didalam mendengarkan
keluhan pasien. Tahap prainteraksi ini harus dilakukan oleh perawat untuk memahami
dirinya, mengatasi kecemasannya, dan meyakinkan diri bahwa perawat tersebut
sudah benar-benar siap untuk berinteraksi dengan pasien. Adapun tugas perawat pada
tahapan ini adalah :
1. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri dalam berkomunikasi
3. Mengumpulkan data tentang klien
4. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien

2. Tahap Perkenalan atau Orientasi


Menurut Mohr, 2003, Pada tahapan ini, perkenalan merupakan tahapan awal
yang dilakukan oleh perawat saat pertama kali bertemu dengan pasien. Pada saat
berkenalan perawat harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada pasien.
Dengan memperkenalkan dirinya terlebih dahulu, perawat sudah menunjukan sikap
keterbukaannya kepada pasien.
Tujuan yang ingin dicapai pada tahapan ini adalah memvalidasi keakuratan data
dan rencana yang telah dibuat dennen keadaan pasien saat ini, sorta mengevaluasi
hasil tindakan yang lalu (Stuart dan Laraia,2001 dal am Suryani,2014). Tugas perawat
pada tahapan ini adalah :
1. Membina rasa saling percaya
2. Merumuskan contra bersama pasien
3. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah pasien
4. Merumuskan tujuan bersama pasien
Tahap perkenalan tau orientasi merupakan datar bagi hubungan terapeutik antara
pasien dan perawat, sera menentukan ketahap selanjutnya. Jika terjadi kegagalan
dalam tahapan ini, maka akan berdampak pula tahapan berikutnya.
3. Tahap Kerja
Menurut Suryani,2014, Tahap kerja merupakan tahapan inti dari keseluruhan
proses komunikasi terapeutik. Pada tahapan ini perawat dan pasien bekerjasama
untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien. Perawat dituntut untuk memiliki
kepekaan dan tinkgkat analisis yang tinggi didalam menyelesaikan masalah. Tahap
kerja berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Mundakir,2006, Tugas perawat pada tahapan kerja ini adalah :
1. Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
2. Menanyakan keluhan utama
3. Memulai kegiatan dengan cara yang back
4. Melakukan kegiatan sesuai rencana
4. Tahap Terminasi
Tahap Terminasi merupakan tahapan akhir dari pertemuan perawat dan pasien.
Tahap terminasi dibagi menadi dua, yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir
(Stuart dan Laraia,2001 dal am Suryani,2014 ). Terminasi sementara adalah tahapan
dimana perawat dan pasin membuat janji untuk melakukan pertemuan berikutnya,
sedangkan tahapan terminasi akhir terjadi jika perawat dan pasien telah
menyelesaikan seluruh proses keperawatan secara keseluruan.Adapun tugas perawat
pada tahapan ini menurut Suryani,2014, yaitu :
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan dan interaksi
2. Melakukan evaluasi subjektif
3. Menyepakati tindak lanjut terhadap interakst
4. membuat kontrak sampai pertemuan berikutnya
5. Mengakhiri pertemuan dengan baik

2.2.3 Perawat

A. Pengertian Perawat
Pengertian perawat menurut beberapa ahli, yaitu :
1. Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah
Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 16
2. Menurut ICN (International Council of Nursing, 1965) Perawat adalah seseorang
yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di
negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.17

B. Fungsi Perawat
Menurut Cecep (2013), fungsi perawat adalah sebagai berikut :18
1. Fungsi Independen
Pada tindakan ini perawat tidak membutuhkan perintah dari dokter, dan ini
merupakan tindakan mandiri yang dilakukan oleh perawat.Tindakan keperawatan
yang dilakukan harus berdasarkan ilmu keperawatan.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas instruksi dari
dokter atau tindakan pelimpahan tugas yang diberikan kepada perawat.
3. Fungsi Interdependen
Merupakan fungsi keperawatan yang dilakukan dalam bentuk tim yang saling
bergantung antara satu dengan yang lain. Pada fungsi ini dibutukan kerjasama yang
baik antara anggota satu tim.

C. Peran Perawat
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 dalam cecep 2013
terdiri dari :18
1. Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia dengan menggunakan
proses pemberian asuhan keperawatan yang dapat dilakukan mulai dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.
2. Advokat Klien
Peran perawat sebagai advokat adalah dengan menginterpretasikan berbagai
informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khusunya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat
berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.

3. Edukator
Peran ini dilakukan oleh perawat dengan cara membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan penjelasan
tentang tindakan yang diberikankan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien
setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Koordinator
Perawat melaksanakan peran ini dengan cara mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuan klien.
5. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar
pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Konsultan
Peran perawat disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
7. Peneliti / Pembaharu
Peran perawat sebagai peneliti dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan

2.3 Kepuasan Pasien


Kepuasan pasien adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal
dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan
harapannya ( Kotler,2010).19 Kepuasan pasien adalah indikator utama dari standar
suatu rumah sakit.Kepuasan akan muncul sebagai akibat dari kinerja yang rumah sakit
berikan kepada pasien.
Menurut Irwan (2012), kepuasan pasien adalah suatu respon pasien terhadap
sesuatu yang dirasakan dalam pelayanan yang diberikan. Pelayanan perawat sangat
menentukan tingkat kepuasan pasien karena perawat meupakan profesi professional
yang perannya tidak dapat dikesampingkan dari semua bentuk pelayanan rumah sakit,
karena disbanding dengan tenaga kesehatan lain, jumlah perawat relative lebih besar.20
A. Faktor yang dapat memengaruhi Kepuasan Pasien

Menurut Asmuji (2012), disebutkan lima dimensi mutu yang menjadi dasar
untuk mengatur kepuasan pelanggan antara lain sebagai berikut :21
a. Tangible (wujud nyata)
Dimensi wujud nyata adalah segala hal yang langsung dapat dirasakan dan
dinikmati klien melalui indra penglihatannya pada saat menjadi konsumen
pelayanan keperawatan. Wujud nyata tersebut dapat berupa fasilitas fisik
(kebersihan, ketersediaan) peralatan (kecukupan, kecanggihan), personel
(penampilan), dan media komunikasi (ketersediaan) yang dapat dirasakan
langsung oleh pelanggan.
b. Reliability (keandalan)
Dimensi keandalan adalah kemampuan untuk memberikan pelayanan yang
tepat dan terpercaya. Pelayanan yang terpercaya artinya adalah kompeten dan
konsisten.
c. Responsivenness (ketanggapan)
Dimensi ketanggapan adalah kesediaan / kemauan untuk membantu
pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat.
d. Assurance (jaminan kepastian)
Dimensi jaminan kepastian adalah kegiatan untuk menjamin kepastian
terhadap pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Guna menjamin kepastian
tersebut seorang perawat harus dibekali pengetahuan, sikap dan kemampuan
yang mumpuni untuk memberikan rasa percaya dan keyakinan atas pelayanan
yang diberikan kepada pelanggan.
e. Emphaty (Empati)
Dimensi empati adalah membina hubungan dan memberikan pelayanan serta
perhatian secara individual kepada pelanggannya. Dimensi empati ini dalam
pelayanan keperawatan dapat diaplikasikan dalam bentuk mendengarkan keluhan
pasien, menyapa pasien, dan perhatian perhatian lainnya yang tentu dalam
batas batas hubungan terapeutik antara perawat dengan pasien

2.4 Kerangka Teori


Bagan 2.1
Kerangka Teori
Komunikasi Terapeutik
Komponen Fase Komunikasi Prinsip Komunikasi Tekhnik Komunikasi
Komunikasi Terapeutik : Terapeutik : Terapeutik :
Terapeutik : 1. Pra 1. Kejujuran 1. Bertanya
1. Komunikator Interaksi
2. Tidak 2. Mendengarkan
2. Komunikan 2. Orientasi membingungkan dan
cukup ekspresif 3. Mengulang
3. Pesan 3. Kerja
3. Bersikap positif 4. Klarifikasi
4. Media 4. Terminasi
4. Empati bukan simpati 5. Refleksi

5. Melihat permasalahan 6. Memfokuskan


dari kacamata pasien 7. Diam
6. Menerima pasien apa 8. Member informasi
adanya
9. Menyimpulkan
7. Sensitive terhadp
perasaan pasien 10. Mengubah cara
pandang
8. Tidak tepengaruh
11. Eksplorasi
Hal yang mempengaruhi
kepuasan :
1. Tangible

Kepuasan Pasien 2. Reliability

3. Responsiveness

4. Ansurance
Sumber : Effendi,200214, Lairra dan Stuart, 2001 dalam Suryani,201412, dan Asmuji,
201221

2.5 Kerangka Konsep


Berdasarkan kerangka teori diatas, kerangka konsep penelitian ini adalah
komunikasi terapeutik yang memengaruhi kepuasan pasien.
Bagan 2.2

Komunikasi terapeutik Kepuasan pasien rawat inap kelas III di


perawat RSUD Raden Mattaher Jambi

2.6 Hipotesis
Terdapat dua hipotesis pada penelitian ini :
2.6.1 Tidak ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat
kepuasan pasien rawat inap kelas III di RSUD Raden Mattaher Jambi.
2.6.2 Ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan
pasien rawat inap kelas III di RSUD Raden Mattaher Jambi.

Vous aimerez peut-être aussi