Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Aqidah Akhlak
30 10 2009
1. Pengertian Aqidah
aqidatan. Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi
menggabungkan.[2]
Sebagaimana diketahui bahwa dasar pokok utama dalam Islam adalah aqidah atau keyakinan
secara etimologik, aqidah berarti credo, keyakinan hidup, dan secara khusus aqidah berarti
perbuatan.[3]Menurut Arifin Zainal Dzamaris, aqidah istilah suatu yang dianut oleh manusia
Obyek materi pembahasan mengenai aqidah pada umumnya adalahArkan Al-Iman, yaitu:
Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada zat mutlak yang Maha Esa yang disebut Allah.
Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujudnya. Kemaha-Esaan Allah dalam zat,
sifat, perbuatan dan wujdunya itu disebut tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman.[6]
Aqidah pokok yang perlu dipercayai oleh tiap-tiap muslimin, yang termasuk unsur pertama
mengatur dan mengurus segala sesuatu. Tidak bersekutu dengan siapapun tentang
kekuasaan dan kemuliaan. Tiada menyerupainya tentang zat dan sifatnya. Hanya Dia
saja yang berhak disembah, dipuja dan dimuliakan secara istimewa. Kepadanya saja
boleh menghadapkan permintaan dan menundukkan diri tidak ada pencipta dan
. . .
.
Terjemahnya:
Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun
1. Bahwa Tuhan memilih di antara hamba-Nya, yang dipandang layak untuk memikul
mengerjakan amal saleh (perbuatan baik). Karena itu wajiblah beriman kepada
2. Adanya malaikat yang membawa wahyu dari Allah kepada rasul-rasul-Nya juga
mempunyai kitab-kitab suci yang merupakan kumpulan wahyu Ilahi dan isi risalah
Tuhan.
3. Mempercayai apa yang terkandung dalam risalah itu. Di antaranya Iman kepada hari
kebangkitan dan pembalasan. Juga iman kepada pokok-pokok syariat dan peraturan-
peraturan yang telah dipilih Tuhan sesuai dengan keperluan hidup manusia dan
Adapun penjelasan ruang lingkup pembahasan aqidah yang termasuk dalam Arkanul Iman,
yaitu:
3) Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci dari
sifat kekurangan yang suci pula dari menyerupai segala yang baharu (makhluk).
Allah zat yang maha mutlak itu, menurut ajaran Islam, adalah Tuhan yang Maha Esa. Segala
Terjemahnya:
Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
aqidah pokok. Selanjutnya Al-Quran memberikan pula petunjuk sekitar ketuhanan dengan
menerangkan nama. Nama dan sifat-sifat Tuhan, yang menggambarkan zat Allah,
iman.
Dalam mengimani Allah swt. bukan berarti Al-Quran memperkenalkan Allah swt. sebagai
sesuatu yang bersifat ide atau material, yang tidak dapat diberi sifat atau digambaran dalam
Karena itu Al-Quran menempuh cara pertengahan dalam memperkenalkan Tuhan, Dia,
menurut Al-Quran antara lain Maha Mendengar, maha melihat, hidup, berkehendak,
Terjemahnya:
Ayat di atas mengajak manusia untuk berdoa/menyerunya dengan sifat-sifat-Nya, nama-
nama yang terbaik itu dalam arti mengajak untuk menyesuaikan kandungan permohonan
dengan sifat yang disandang Allah, sehingga jika seorang memohon rezeki ia menyeru Allah
Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala perbuatan
larangannya, mengakui bahwa Allah swt. bersifat dari segala sifat, dengan ciptaan-Nya di
muka bumi sebagai bukti keberadaan, kekuasaan, dan kesempurnaan Allah swt.[14]
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kata malaikat diartikan makhluk Allah yang taat,
Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang dinamai
malaikat yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa melaksanakan tugasnya
dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas, iman akan malaikat ialah
beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara Allah dengan rasul-rasul-Nya, yang
Di dalam Al-Quran banyak ayat yang menyeru kita mengimankan sejenis makhluk yang
gaib, yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dirasa oleh panca indera, itulah makhluk
Terjemahnya:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan): Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan
kepadamu.[17]
Malaikat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-Nya,
serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah swt.
Firman Allah swt. QS. Al-Anbiya (21): 27
Terjemahnya:
Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-
perintahNya.[18]
Mengenai nama-nama dan tugas para malaikat tidak bisa diperkirakan sesama mereka juga
ada perbedaan dan tingkatan-tingkatan, baik dalam kejadian maupun dalam tugas, pangkat
dan kedudukannya baik yang berada dan tugas di alam ruh maupun ada yang bertugas di
dunia.
2) Malaikat Mikail, bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan dengan alam seperti
3) Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet di hari kiamat dan hari kebangkitan nanti.
4) Malaikat Maut (Malaikal maut) bertugas mencabut nyawa manusia dan makhluk hidup
lainnya.
6) Malaikat ridwan bertugas menjaga surga dan memimpin para pelayan surga
7) Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka dan pemimpin para malaikat menyiksa penghuni
neraka
9) Malaikat yang menggerakkan hati manusia bentuk berbuat kebaikan dan kebenaran
10)Malaikat yang bertugas mendoaka orang-orang yang beriman supaya diampuni oleh Allah
segala dosa-dosanya diberi ganjaran surga dan dijaga dari segala keburukan dan doa-doa
lain.[19]
Dengan beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, maka kita akan lebih mengenal kebesaran
dan kekuasaan Allah swt. lebih bersyukur akan nikmat yang diberikan dan berusaha selalu
berbuat kebaikan dan menjauhi segala larangannya. Karena malaikat selalu mengawasi dan
Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab suci itu
memuat wahyu Allah. Beriman kepada kitab-kitab Tuhan ialah beritikad bahwa Allah ada
menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya, baik yang berhubungan itikad maupun yang
berhubungan dengan muamalat dan syasah, untuk menjadi pedoman hidup manusia. baik
untuk akhirat, maupun untuk dunia. Baik secara individu maupun masyarakat.[20]
Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani sebagaimana yang
diterangkan oleh Al-Quran dengan tidak menambah dan mengurangi. Kitab-kitab yang
diturunkan Allah telah turun berjumlah banyak, sebanyak rasulnya. Akan tetapi, yang masih
ada sampai sekarang nama dan hakikatnya hanya Al-Quran. Sedangkan yang masih ada
namanya saja ialah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa dan
Terjemahnya:
Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah
Kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum kitab suci Al-Quran tidak bersifat universal seperti
Al-Quran, tapi hanya bersifat lokal untuk umat tertentu. Dan tidak berlaku sepanjang masa.
Oleh karena itu, tidak memberi jaminan terpelihara keaslian atau keberadaan kitab-kitab
tersebut sepanjang zaman sebagaimana halnya Allah memberikan jaminan terhadap Al-
Quran.
Al-Quran adalah kitab suci umat Islam yang memuat wahyu Allah yang disampaikan oleh
Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad selama masa kerasulannya.[23] Al-Quran merupakan
kitab suci yang mempunyai kesempurnaan di atas kitab-kitab sebelumnya atau menjadi
Terjemahnya:
Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al
Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun
Al-Quran al-karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu
diantaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin Allah, dan ia
selalu dipelihara.[25]
Terjemahnya:
memeliharanya.[26]
Dari berbagai penjelasan dan ayat-ayat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
1. Al-Quran adalah kitab hidayah yang memberi petunjuk kepada manusia dari berbagai
bertentangan dengan tujuan pokok atau sifat Al-Quran dan bertentangan pula
Al-Quran menyangkut segala hal. Banyak ayat secara terperinci membahas tentang
kehidupan dunia ini dan sesudahnya yang dijelaskan dengan cara yang amat masuk
akal.[28] Kesederhanaan Al-Quran membuatnya dipahami oleh semua orang sehingga
mereka yang tidak bertakwa atau bahkan membenci Allah, memandang Al-Quran dengan
prasangka buruk akan dapat mengambil kebaikan dari ajaran yang agung.[29]
Yakin pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan antara Nabi dan
Rasul terletak pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan berupa wahyu, akan tetapi
tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rasul
adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat
manusia.[30]
Di Al-Quran disebut nama 25 orang Nabi, beberapa diantaranya berfungsi juga sebagai rasul
ialah (Daud, Musa, Isa, Muhammad) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima
Sebagaimana manusia biasa lainnya Nabi dan Rasul pun hidup seperti kebanyakan manusia
yaitu makan, minum, tidur, berjalan-jalan, mati dan sifat-sifat manusia lainnya. Nabi
Muhammad saw. sebagai Nabi sekaligus Rasul terakhir tidak ada lagi rangkaian Nabi dan
Rasul sesudahnya.
Terjemahnya:
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.[31]
Sebagai Nabi yang terakhir beliau telah menyempurnakan bangunan dinullah yang dimulai
dikerjakan secara bertahap oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya. Yang wajib kita imani,
sebagai Nabi yang diutus untuk seluruh umat manusia sepanjang zaman sampai akhir
kiamat.
Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh Nabi dan Rasul-Nya yang telah diutus oleh
Allah SWT, baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan namanya. Seorang
muslim wajib membenarkan semua Rasul dengan sifat-sifat, kelebihan, keistimewaan satu
sama lain, tugas dan mukjizatnya masing-masing seperti yang diperintahkan oleh Allah.
Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhir. Keyakinan ini sangat penting
dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama
halnya dengan orang yang tidak mempercayai agama Islam, itu merupakan hari yang tidak
diragukan lagi.
Terjemahnya:
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan
mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah
Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada hari itu Allah menghitung (hisab) amal
perbuatan setiap orang yang suda dibebani tanggung jawab dan memberikan putusan
Pembahasan tentang hari akhir dimulai dari pembahasan tentang alam kubur karena
peristiwa kematian sebenarnya sudah merupakan kiamat kecil dan juga karena orang-orang
yang sudah meninggal dunia telah memasuki bagian dari proses transisi dari kehidupan di
Menurut sebagian ahli tauhid, hari akhirat ialah hari manusia dibangkitkan dari kubur untuk
digiring kepada masyar, tempat mereka dikumpulkan sementara dan belum lagi ditentukan
tempat mereka, surga atau neraka.[34] Dikatakan akhirat, karena hari itu adalah hari
penghabisan yang dinantikan oleh makhluk hidup dan tidak ada lagi yang hidup dan
Keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari akhir. Hal ini
disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan
baru sempurna dengan keyakinan tentang adanya hari akhirat. Demi tegaknya keadilan,
harus ada suatu kehidupan baru dimana semua pihak akan memperoleh secara adil dan
Terjemahnya:
Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-
Hari akhir ini ada baiknya kembali kita ingat bahwa seorang mukmin wajib beriman dengan
hari akhir dengan segala proses, peristiwa dan keadaan yang terjadi pada hari itu sesuai
dengan apa-apa yang telah diberikan dalam Al-Quran dan sunnah Rasulullah saw. tanpa
mengurangi dan menambahnya. Keyakinan kepada hari akhirat juga menolong manusia
memperkembangkan kepribadiannya.[37]
Dalam menciptakan sesuatu, Tuhan selalu berbuat menurut Sunnahnya, yaitu hukum sebab
akibat. Sunnahnya ini adalah tetap tidak berubah-ubah, kecuali dalam hal-hal khusus yang
sangat jarang terjadi. Sunnah Tuhan ini mencakup dalam ciptaannya, baik yang jasmani
Makna qadar dan takdir ialah aturan umum berlakunya huykum sebab akibat, yang
hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah SWT, untuk segala yang ada.[39]
Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan qadar di dalam Al-Quran berbagai macam
bentuknya yang pada umumnya mengandung pengertian kekuasaan Allah SWT, yang
termasuk hukum sebab akibat yang berlaku bagi segala makhluk hidup maupun yang mati.
Terjemahnya
Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak
Untuk memahami takdir, manusia harus hidup dengan ikhtiar, dalam kehidupan sehari-
harinya takdir Ilahi berkaitan erat dengan usaha manusia dan diiringi dengan doa dan
tawakkal.[41] Seorang muslim wajib beriman dengan qada dan qadar kesalahan dalam
memahaminya akan melahirkan dan sikap yang salah pula dalam menempuh di kehidupan di
dunia ini.
Ada beberapa hikma yang dapat dipetik dari keimanan kepada qada danqadar, ini antara
lain:
1. Melahirkan kesadaran bagi umat manusia bahwa segala sesuatu di dalam semesta ini
berjalan sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan pasti oleh Allah SWT.
kehidupan baik di dunia maupun di akhirat, mengikuti hukum sebab akibat dari Allah
SWT.
4. Menanamkan sikap tawakkal dalam diri manusia, karena manusia hanya bisa
2. Akhlak
1. Pengertian akhlak
Secara etimologis (lughat) akhlaq (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khulaq yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.[42] Prof. KH. Farid Maruf
mendefinisikan akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan
Di samping istilah akhlak juga dikenal etika dan moral ketiga istilah ini sama-sama
menentukan nilai baik dan buruk sikap perbuatan manusia. perbedaannya terletak pada
standar masing-masing. Bagi akhlak standarnya adalah Al-Quran dan assunah, bagi etika
standarnya adalah akal pikiran; dan bagi moral standarnya adalah adat kebiasaan yang
yaitu:
1) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang,
2) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran
3) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dalam diri orang yang mengerjakannya,
4) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-
5) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan ikhlas semata karena Allah swt, bukan
Dalam pembinaan akhlak mulia merupakan ajaran dasar dalam Islam dan pernah diamalkan
kecil.[46] Ibadah dalam Islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah
dalam Al-Quran dikaitkan dengan taqwa, dan taqwa berarti pelaksanaan perintah Tuhan dan
menjauhi larangannya. Larangan Tuhan berhubungan perbuatan tidak baik, orang bertaqwa
adalah orang yang menggunakan akalnya dan pembinaan akhlak adalah ajaran paling dasar
dalam Islam.[47]
Dalam persepktif pendidikan Islam, pendidikan akhlak al-karimah adalah faktor penting
dalam pembinaan umat oleh karena itu, pembentukan akhlak al-karimah dijadikan sebagai
bagian dari tujuan pendidikan. Pendapat Atiyah al-Abrasyi, bahwa pendidikan budi pekerti
adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan mencapai kesempurnaan akhlak merupakan tujuan
pendidikan Islam.[48]
Terjemahnya:
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji
dan mungkar.[49]
Firman Allah swt. dalam QS. (3): 159
Terjemahnya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu.[50]
Dari dua ayat di atas sangat jelas menekankan kita untuk menjadikan akhlak sebagai
landasan segala tingkah laku yang berasal dari Al-Quran. Sebetulnya seluruh ajaran Al-
Secara rinci akhlak dalam Islam dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
3) Akhlak pribadi
5) Akhlak bermasyarakat
6) Akhlak bernegara.[53]
Prinsip akhlak dalam Islam yang paling menonjol adalah bahwa manusia dalam melakukan
harus bertanggung jawab atas semua dilakukannya dan harus menjaga perintah dan
larangan akhlak. Tanggung jawab itu merupakan tanggung jawab pribadi muslim, begitupun
dalam kehidupan sehari-hari harus selalu menampakkan sikap perbuatan berakhlak. Akan
tetapi akhlak bukalah semata-mata hanya perbuatan akan tetapi lebih kepada gambaran jiwa
yang tersembunyi.
Akhlak.
Mata pelajaran aqidah akhlak adalah sub mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang
membahas ajaran agama Islam dalam segi aqidah dan akhlak. Mata pelajaran aqidah akhlak
juga merupakan bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang memberikan
bimbingan kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam
1. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan didunia dan
akhirat.
2. Pengembangan keimanan dan ketakawaan kepada Allah swt., serta akhlak mulia
3. Penyesuaian mental dan peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui
aqidah akhlak.
5. Mencegah peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing
7. Penyaluran peserta didik untuk mendalami aqidah akhlak pada jenjang pendidikan
peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan
akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan
kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, serta berakhak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada
Secara garis besar, mata pengajaran aqidah akhlak berisi materi pokok sebagai berikut:
Hubungan vatikal antara manusia khaliqnya mencakup dari segi aqidah yang meliputi, iman
kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikatnya, iman kepada kitab-kitabnya, iman kepada
Materi yang dipelajari meliputi akhlak dalam pergaulan hidup sesama manusia, kewajiban
membiasakan diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.
Materi yang pelajari meliputi akhlak menusia terhadap lingkungannya, baik lingkungan dalam
arti yang luas, maupun akhlak hidup selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-
tumbuhan.[57]
Kepribadian berasal dari kata pribadi yang berarti keadaan manusia orang perorang atau
kepribadian adalah:
Sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan
dinyatakan dalam corak khas yang tegas yang diperlihatkannya kepada orang lain.[59]
Dari kedua defenisi diatas, Witherington menyimpulkan bahawa kepribadian mempunyai ciri-
menjadi suatu pribadi setelah mendapat pengaruh lingkungan sosial hanya dengan
cara belajar.
3. Kepribadian untuk menyatakan pengertian tertentu saja yang ada pada pikiran orang
lain dan pikiran tersebut ditentukan oleh nilai perangsang sosial seseorang.
4. Kepribadian tidak menytakan sesuatu yang bersifat statis seperti bentuk atau ras
5. Kepribadian tidak berkembang secara fasif saja, tetapi setiap orang mempergunakan
Cermin dari ciri-ciri kepribadian tersebut, pada dasarnya merupakan unsur yang terkandung
dalam diri anak, yang akan dikembangkan melalui pendidikan, sehingga kepribadian anak
Adapun istilah digunkan untuk menggambarkan tentang kepribadian anak menurut Jalaluddin
1. Mentality, yaitu situasi mental yang berhubungan dengan kegiatan mental atau
intelektual.
2. Personality, yaitu ciri seorang yang dengan adanya ciri tersebut menyebabkan ia
dapat dibedakan dari orang lain, berdasarkan seluruh sikap yang ditampilkan.
4. Identity, yaitu sikap kedirian sebagai suatu kesatuan dari sifat-sifat mempertahankan
Dari penjelasan istilah diatas, nampaknya bahwa kepribadian itu adalah hasil dari suatu
proses kehidupan yang dijalani seseorang. Oleh karena itu, proses yang dialami tiap orang itu
sendiri ternyata dapat dibentuk dalam hidup. Usaha yang sistematis dan berencana, manusia
Analisis secara filosifis mengatakan bahwa hakekat kodrat martabat manusia memiliki
Perkembangan atau aktualisasi dari potensi esensial manusia secara kesatuan integral akan
ciri khas manusia didalam sikap lahiriah dan sikap mental yang dimiliki. Manusia berupaya
untuk mempertahankan keberadaan pribadinya masing- masing sebagai jati diri setiap
individu. Upaya tersebut akan lebih efektif apabila dilakukan melalui bimbingan dan
pengarahan. Pembentukan kepribadian melalui proses yang cukup panjang, yaitu sepanjang
Dari beberapa defenisi atau penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa kepribadian
adalah unsur kejiwaan atau psikis serta moral yang tampil dalam bentuk tingkah laku yang
dapat diamati secara lahiriah dalam pergaulan bersama. Pribadi bersifat unik ; artinya
kepribadian seseorang sifatnya khas dan mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan
Pembentukan kepribadian itu bukan suatu hal yang sekali jadi, melainkan berlangsung secara
berangsur-angsur dan mangalami proses perkembangan secara sistematis. Oleh karena itu,
pembentukan kepribadian merupakan suatu proses, dan akhir dari perkembangan itu
berlangsung secara baik pula atau dengan kata lain kepribadian yang harmonis.
Kepribadian itu disebut harmonis kalau segala aspek-aspek kejiwaan seimbang dengan
tenaga yang bekerja seimbang pula sesuai dengan kebutuhan. Sebagaimana firman Allah
Terjemahnya:
Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan
pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar rasul (Muhammad)
1. Aspek-aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan
2. Begitu pula aspek kejiwaan yang meliputi aspek-aspek yang tidak mudah nampak dan
3. Disisi lain aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek kejiwaan yang lebih abstrak,
seperti filsafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistem nilai yang telah meresap di
dalam kepribadian itu, yang menjadikan bagian pribadi yang mendarah daging dalam
kepribadian itu yang mengarahkan dan memberi corak seluruh kehidupan individu
kearah kebahagian, bukan saja didunia tetapi juga di akhirat. Dan aspek-aspek inilah
Ketiga aspek kepribadian tersebut yang akan dibentuk melalui pendidikan. Sasaran yang
dituju dalam pembentukan kepribadian adalah keutuhan jiwa dan mental yang memili akhlak
mulia.
Pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian muslim berfungsi sebagai pengisi nilai-
nilai keIslaman. Dengan adanya cerminan nilai-nilai yang dimaksud dalam sikap dan perilaku
Dalam ajaran Islam tentang wujud pribadi muslim, serta aspek-aspek yang harus
dikembangkan adalah identik dengan aspek pribadi manusia seutuhnya, seperti cermin dalam
rumusan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, usaha untuk membentuk kepribadian
melalui jalur pendidikan yang diproses secara Formal lewat pendidikan maupun non Formal.
Adapun aspek-aspek pokok yang memberi corak khusus bagi seorang muslim menurut ajaran
Islam yaitu:
1. Adanya wahyu Tuhan yang membebani kewajiban pokok setiap individu yang harus
baik yang menyangkut kewajiban terhadap Tuhan maupun terhadap manusia lain
2. Praktek ibadah yang harus dilakukan dengan aturan-aturan yang pasti dan teliti.
berikut:
4. Nilai-nilai, yaitu pandangan dan keyakinan kita terhadap adat istiadat, etika,
kepercayaan.
Dari aspek-aspek di atas yang akan dibentuk melalui jalur pendidikan baik secara formal
maupun non formal. Semua aspek-aspek tersebut turut menentukan kepribadian seseorang.
Untuk mengembangkan tugasnya sebagai khalifah Allah, manusia dilengkapi potensi yang
perlu dikembangkan. Potensi tersebut berfungsi secara maksimal bila dikembangkan melalui
intuisi, sosial, sosial yang ada. Usaha untuk mengembangkan potensi fitriyah tersebut dapat
dilakukan melalui dua jalur, jalur pendidikan formal dan jalur nonformal, semuanya dapat
1. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak yakni; keturunan dan
pembawaan.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak yakni; pengalaman dan
lingkungannya.[68]
Hal tersebut dikemukakan oleh aliran konvergensi bahwa: dalam perkembangan anak
menjadi manusia menjadi dewasa sama sekali ditentukan oleh faktor bawaan dan faktor
Senada dengan di atas F.G. Robbius mengemukakan bahwa kepribadian itu banyak
1. Faktor dasar
2. Faktor lingkungan
3. Perbedaan individual
4. Lingkungan dan
5. Motivasi[70]
Menurut Sertain Lingkungan itu dibagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut:
1. Lingkungan alam, yaitu segala sesuatu yang ada di alam dunia ini yang bukan
2. Lingkungan dalam, yaitu segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar. Akan tetapi
makanan yang sudah didalam perut itu sudah (sedang) dalam percernaan.
Pengaruh lingkungan sosial yang ada kita terima secara langsung dan ada yang tidak secara
langsung, pengaruh secara langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain,
dengan keluarga dan tekanan. Yang tidak langsung seperti melaui surat radio, televisi, buku
Ki Hajar Dewantara pengemukakan bahwa lingkungan sosial meliputi tiga bagian yaitu:
1. Lingkungan kelurga
2. Lingkungan sekolah
3. Lingkungan masyarakat[72]
Dengan demikian, ketiga unsur tersebut bertanggung jawab dalam pembentukan kepribadian
bentuk yang ideal dalam pelaksanaan masing-masing tanggung jawabnya, ketiga unsur ini
harus terjalin kerja sama yang baik intergralistik sehingga dapat membawa dan menjadikan
anak didik sebagai seorang yang dapat diharapkan di tengah-tengah kelurga, sekolah dan
masyarakat.
pembentukan kepribadian anak, sehingga dapat dinyakan bahwa sikap dan sifat serta watak