Vous êtes sur la page 1sur 14

AKUNTANSI PEMERINTAH

TUGAS 2

Penganggaran Pemerintah Pusat dan Daerah


Makalah Ini Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah
Akuntansi Pemerintah
Semester VI/2017

Oleh Kelompok 2
1. Hentin Selfaoni (14102059)
2. Arief Gumelar R (14102048)
3. Siti Solehah (14102019)
4. Ari Aulia (14102032)
5. Hendra Ariyandi (13102025)

DOSEN:
Bapk Afrizal

UNIVERSITAS TRILOGI
Program Pendidikan Strata 1
Jurusan Akuntansi
2017
PEMBAHASAN

1. Dasar Hukum
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2003
Tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara, Dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah, Serta Jumlah Kumulatif
Pinjaman Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah
Penjelasan :
Pasal 2
(1) APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara
dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara.
(2) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah
dan kemampuan pendapatan daerah.
(3) Dalam rangka pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas
menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro.

UU NOMOR 33 TAHUN 2004


Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat Dan Daerah
Penjelasan :
Pasal 4
(1) Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi didanai APBD.
(2) Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh gubernur dalam
rangka pelaksanaan Dekonsentrasi didanai APBN.
(3) Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh gubernur dalam
rangka Tugas Pembantuan didanai APBN.
(4) Pelimpahan kewenangan dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan/atau
penugasan dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan dari Pemerintah kepada
Pemerintah Daerah diikuti dengan pemberian dana.

1
PERMENDAGRI
NOMOR 13 TAHUN 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Daerah (APBD)
Penjelasan :
Pasal 3
Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan menteri ini meliputi
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD,
penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD
bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD,
pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah,
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan
keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan BLUD.

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG


NOMOR 16 TAHUN 2014
Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015
Penjelasan :
Pasal 5
(1) Dalam keadaan mendesak Pemerintah Kota Malang dapat mengeluarkan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam
Rancangan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015.
(2) Kriteria belanja untuk keperluan mendesak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mencakup :
a. Program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum
tersedia atau tidak cukup tersedia dalam tahun anggaran berjalan;
b. Program dan kegiatan dak dan/atau spesifik grant lainnya yang bersumber dari
transfer ke daerah dalam apbn, dan/atau bantuan keuangan dari provinsi yang
dananya diterima setelah APBD tahun anggaran 2015 ditetapkan;
c. Keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan
kerugian yang lebih besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat.
2
PERATURAN DAERAH KOTA MALANG
NOMOR 5 TAHUN 2014
Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Penjelasan :
Pasal 1
(1) Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut.
(2) Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, laporan, pertanggungjawaban dan
pengawasan keuangan daerah. 7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD
dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

PERATURAN WALIKOTA MALANG


NOMOR 51 TAHUN 2015
Tentang Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2016
Penjelasan:
Pasal 2
(1) Maksud diberlakukannya Peraturan Walikota ini, yaitu sebagai pedoman dalam
pelaksanaan kegiatan perjalanan dinas, pemberian honorarium kegiatan dan uang
lembur yang sebagian atau seluruhnya dibebankan dalam APBD.
(2) Tujuan diberlakukannya Peraturan Walikota ini, yaitu untuk mengatur
pelaksanaan kegiatan perjalanan dinas jabatan, pemberian honorarium dan uang
lembur secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundangundangan, efektif,
efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.

3
2. Siklus Penyusunan Anggaran
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai
instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan
stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan
bernegara.
Bagi organisasi sektor publik seperti pemerintah, anggaran tidak hanya sebuah
rencana tahunan tetapi juga merupakan bentuk akuntabilitas atas pengelolaan dan publik
yang dibebankan kepadanya. Dalam pengertian lain, anggaran dapat dikatakan sebagai
sebuah rencana finansial yang menyatakan:
a) Rencana-rencana organisasi untuk melayani masyarakat atau aktivitas lain yang dapat
mengembangkan kapasitas organisasi dalam pelayanan.
b) Estimasi besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam merealisasikan pemasukan
serta seberapa besar pemasukan tersebut.
c) Perkiraan sumber-sumber yang akan menghasilkan pemasukan serta seberapa besar
pemasukan tersebut.
Dalam proses penyusunan, anggaran pemerintah mengikuti sebuah siklus sebagai
berikut:
a) Penyusunan Rencana Anggaran
Tahap penyusunan anggaran (preparation) adalah tahapan pertama dari proses
penganggaran. Pada tahapan ini, biasanya rencana anggaran disusun oleh pihak
eksekutif yang nantinya akan melaksanakan anggaran tersebut. Anggaran yang
disusun dalam tahapan ini dimaksudkan untuk dilaksanakan pada periode anggaran
berikutnya. Oleh sebab itu, jadwal yang disediakan untuk penyusunan anggaran harus
dibuat sedemikian rupa sehingga anggaran diperkirakan akan siap dilaksanakan
sebelum periode anggaran berikutnya. Tahapan ini diperinci menjadi dua bagian,
yaitu:
- Langkah Awal (preliminary steps), yaitu langkah-langkah pendahuluan, kepala
pemerintahan memberikan batasan atau kebijakan umum yang akan ditempuh
pada periode anggaran berikutnya. Kebijakan umum tersebut antara lain
menggambarkan beberapa prakiraan awal anggaran yang diperkirakan akan

4
dicapai pada periode anggaran berikutnya seperti saldo dana, pendapatan, dan
belanja, serta memberikan informasi kepada setiap unit organisasi tentang urutan
prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan. Agar kebijakan umum tersebut
mendekati realitas yang sebenernya diperlukan pengkajian dan analisis yang
komprehensif.
- Penyusunan rencana anggaran (preparing the budget), oleh unit-unit kerja yang
ada. Anggaran yang disusun meliputi estimasi pendapatan dan estimasi belanja.
Kedua macam estimasi tersebut perlu dianalisa secara mendalam dengan
mempertimbangkan realisasi periode sebelumnya, kecenderungan yang terjadi,
faktor-faktor yang mungkin berpengaruh pada periode berikutnya, dan tingkat
pencapaian yang diharapkan pada periode yang akan datang. Pada tahapan
penyusunan tersebut, masing-masing pimpinan unit kerja mengajukan usulan
anggaran dari unitnya dengan mengacu pada kebijakan dan pedoman umum dari
kepala pemerintahan.
b) Persetujuan Legislatif
Anggaran diajukan ke lembaga legislatif untuk mendapatkan persetujuan. Dalam hal
ini, lembaga legislatif (terutama komite anggaran) akan mengadakan pembahasan
guna memperoleh pertimbangan-pertimbangan untuk menyetujui atau menolak
anggaran tersebut. Selain itu, akan diadakan juga dengar pendapat (public hearing)
sebelum nantinya lembaga legislatif menyetujui atau menolaknya.
c) Pelaksanaan Anggaran
Pada tahapan ini, anggaran yang telah disetujui pada tahapan sebelumnya mulai
dilaksanakan oleh pihak eksekutif organisasi atau pelaksana anggaran lainnya.
Berhubung anggaran yang disetujui pada umumnya berlaku untuk satu tahun
anggaran, maka untuk memperjelas dan mempermudah pelaksanaanya perlu
dilakukan langkah pengalokasian yang dikenal sebagai allotments dan
apportionments.
Dengan demikian, dalam melaksanakan anggaran diperlukan sikap kehati-hatian agar
organisasi tidak begitu saja melaksanakan seluruh anggaran belanja kegiatan pada
awal-awal tahun anggaran meskipun hal tersebut sudah disetujui sebelumnya. hal
tersebut perlu diperhatikan untuk mengantisipasi kemungkinan tidak tercapainya
5
penerimaan sumber daya yang telah dianggarkan dalam anggaran pendapatan.
Dengan kata lain, organisasi harus memperhatikan arus keluar dan masuknya sumber
daya dalam pelaksanaan anggaran apabila tidak ingin menghadapi kesulitan
pemenuhan kewajiban untuk membiayai kegiatannya.
d) Pelaporan dan Audit
Tahap terakhir dalam proses penganggaran adalah menyangkut masalah pelaporan
dan audit atas anggaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini realisasi anggaran
akan dilaporkan dan dipertimbangkan secara periodik dengan anggaran yang telah
disetuji sebelumnya. Adanya perbedaan antara anggaran dan realisasinya harus
dijelaskan penyebabnya. Laporan tersebut kemudian diaudit untuk memastikan
bahwa laporan telah dibuat secara benar. Laporan anggaran dan hasil audit atas
laporan tersebut merupakan bahan informasi dalam penyusunan anggaran untuk
periode anggaran berikutnya. Oleh sebab itu, rangkaian proses penganggaran yang
dimulai sejak tahap penyusunan hingga pelaporan dan audit anggaran pada akhirnya
akan membentuk suatu siklus anggaran.

Tahapan penyusunan anggaran pemerintah dapat digambarkan pada diagaram


dibawah ini

Penyusunan
Rencana
Anggaran

Pelaporan Persetujuan
dan Audit Legislatif

Pelaksanaan
Anggaran

6
Diagram 2.1 Siklus Penyusunan Anggaran

3. Mekanisme/Prosedur Penyusunan Anggaran


Setiap tahun pemerintah menghimpun dan membelanjakan dana triliunan rupiah melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sesuai dengan UUD 1945, APBN
harus diwujudkan dalam bentuk undang-undang. Dalam hal ini, presiden berkewajiban
menyusun dan mengajukan RAPBN kepada DPR. RAPBN tersebut memuat asumsi umum
yang mendasari penyusunan APBN, perkiraan penerimaan, pengeluaran, transfer,
defisit/surplus, dan pembiayaan defisit, serta kebijakan pemerintah. Selain itu juga dimuat
perkiraan terperinci mengenai pengeluaran dan penerimaan departemen/lembaga, proyek,
data actual, proyeksi perekonomian, dan informasi terkait lainnya.
Untuk menjamin proses penganggaran agar terlaksana fungsi yang efisien, dibutuhkan
mekanisme perencanaan penganggaran yang andal dan tepat untuk dapat menjadi alat
bantu paling efektif sehingga memberikan hasil yang paling optimal dari setiap unit
sumber daya anggaran yang digunakan pemerintah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan
Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga mengamanatkan tiga pendekatan
yang harus menjadi referensi pemerintah dalam memformulasikan perencanan dan
mengimplementasikan kebijakan anggaran, yaitu:
a) Pendekatan Penganggaran Terpadu (unified budget)
Penyusunan anggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses
perencanaan dan penganggaran di lingkungan K/L untuk menghasilkan dokumen
RKA-K/L dengan klasifikasi anggaran menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
Integrasi atau keterpaduan proses perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar
tidak terjadi duplikasi dalam penyediaan dana untuk K/L baik yang bersifat investasi
maupun untuk keperluan biaya operasional.
b) Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) merupakan suatu pendekatan dalam sistem
penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dan kinerja yang
diharapkan, serta memperhatikan efisiensi dalam pencapaian kinerja tersebut.
Performance Based Budgeting pada dasarnya adalah memperjelas tujuan dan indikator
kinerja sebagai bagian dari pengembangan sistem penganggaran berbasis kinerja. Hal

7
ini akan mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan sumber
daya dan memperkuat proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam
kerangka jangka menengah.
c) Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure
Framework)
Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) adalah pendekatan
penyusunan anggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang
menimbulkan implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun
anggaran. Secara umum penyusunan KPJM yang komprehensif memerlukan suatu
tahapan proses penyusunan perencanaan jangka menengah meliputi:
- Penyusunan proyeksi/rencana kerangka (asumsi) ekonomi makro untuk jangka
menengah.
- Penyusunan proyeksi/rencana /target-target fiskal (seperti tax ratio, defisit, dan
rasio utang pemerintah) jangka menengah.
- Rencana kerangka anggaran (penerimaan, pengeluaran, dan pembiayaan) jangka
menengah (medium term budget framework), yang menghasilkan pagu total
belanja pemerintah (resources envelope);
- Pendistribusian total pagu belanja jangka menengah ke masing-masing k/l (line
ministries ceilings). Indikasi pagu k/l dalam jangka menengah tersebut merupakan
perkiraan batas tertinggi anggaran belanja dalam jangka menengah.
Tahapan Penganggaran
a) Penyusunan Pagu Indikatif
Penyusunan pagu indikatif sebagai bagian dari penyusunan anggaran belanja K/L
merupakan suatu proses yang menghasilkan keluaran berupa surat bersama Menteri
Keuangan dengan Menteri PPN/Kepala Bappenas tentang Pagu Indikatif dan
rancangan awal RKP. Substansi materi surat ini berisikan Informasi mengenai
indikasi pagu belanja tiap-tiap K/L. Pagu belanja tersebut masih dirinci lagi dalam
program dan sumber dana.
b) Penyusunan Pagu Anggaran
Hasil proses tahapan Penyusunan Pagu Anggaran K/L (selanjutnya disebut Pagu
Anggaran) berupa alokasi anggaran untuk tiap-tiap bagian anggaran, termasuk
8
Bagian Anggaran Bendaharawan Umum Negara (BUN). Dalam perjalanan menuju
Pagu Anggaran, terdapat proses perencanaan yang berisikan substansi program
dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun t+1.
c) Alokasi Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
Output yang dihasilkan dari tahapan ini adalah ketetapan atas RUU APBN menjadi
UU APBN dan RKAKL. Wujud persetujuan DPR atas APBN berupa UU APBN.
Selanjutnya persetujuan untuk tiap-tiap bagian anggaran atau K/L tercantum dalam
Peraturan Presiden tentang rincian APBN tahun t+1 sebagai cerminan RKA-K/L
hasil pembahasan tiap-tiap K/L dengan mitra kerjanya di DPR.
Mekanisme penganggaran Pemerintah Pusat (APBN):
a) Penetapan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional yang menghasilkan
konsep kebijakan RAPBN;
b) Penyusunan kapasitas fiskal (resource envelope) sebagai bahan penyusunan pagu
indikatif dan konsep kebijakan fiskal;
c) Penyusunan pagu indikatif yang kemudian diterbitkan surat edaran bersama
Menteri Keuangan dengan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas; dan
d) Perumusan pokok-pokok kebijakan fiskal, kebijakan ekonomi makro dan rencana
kerja pemerintah.
e) Penyusunan pagu anggaran yang digunakan sebagai bahan penyusunan Nota
Keuangan dan RUU RAPBN
f) Penyampaian RAPBN oleh Pemerintah ke DPR, pembahasan Rancangan APBN
dan Rancangan Undang-undang APBN
g) Persetujuan DPR setelah Pembahasan RAPBN dan RUU APBN ditetapkan
menjadi Undang-undang APBN.
h) Setelah UU APBN disahkan oleh DPR, Pemerintah menerbitkan Keppres tentang
Rincian Alokasi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat.
i) Pemerintah menerbitkan DIPA untuk diserahkan ke masing-masing Satker.

9
Gambar 3.1 Mekanisme/Prosedur Penganggaran Pemerintah Pusat

Mekanisme Penganggaran Pemerintah Daerah APBD


APBD adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. APBD dapat
diartikan sebagai suatu daftar yang memuat perincian sumbersumber pendapatan
daerah dan macam-macam pengeluaran daerah dalam waktu satu tahun. Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2003 mengartikan APBD sebagai rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan
DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda).
APBD disusun sebagai pedoman pendapatan dan belanja dalam melaksanakan
kegiatan pemerintah daerah. Sehingga dengan adanya APBD, pemerintah daerah sudah
memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang akan diterima sebagai pendapatan
dan pengeluaran apa saja yang harus dikeluarkan, selama satu tahun. Dengan adanya
APBD sebagai pedoman, kesalahan, pemborosan, dan penyelewengan yang merugikan
dapat dihindari. Proses penyusunan APBD sebagai berikut:

10
a) Penyusunan Kebijakan Umum APBD
Proses penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) merupakan bagian yang tidak
terpisahakan dari proses perencanaan. KUA disusun berdasarkan RKPD dan
pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Mendagri melalui SE Mendagri.
Proses penyusunannya diawali dengan pembuatan perencanaan awal KUA oleh
Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah.
Rancangan awal KUA tersebut terdiri dari atas dua komponen utama, yaitu:
- Target pencapaian kinerja yang terukur dari program-progran yang akan
dilaksanakan oleh pemda untuk setiap urusan pemerintah daerah.
- Proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, serta sumber dan
penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya.
Program-program tersebut harus diselaraskan dengan prioritas pembangunan
yang ditetapkan pemerintah.
b) Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
PPAS merupakan dokumen yang berisi seluruh program kerja yang akan
dijalankan tiap urusan pada tahun anggaran, di mana program kerja tersebut diberi
prioritas sesuai visi, misi, dan strategi Pemda. Sama seperti KUA, proses
penyusunan PPAS diawali dengan pembuatan rancangan awal PPAS oleh TAPD.
Rancangan awal PPAS ini disusun berdasarkan Nota Kesepakatan KUA, dengan
tahapan sebagai berikut:
- Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan.
- Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan.
- Menentukan plafon anggaran untuk tiap program.
TAPD harus menentukan skala prioritas urusan yang disesuaikan dengan visi dan
misi Pemda. Dalam menentukan skala prioritas ini, TAPD dapat menggunakan
teknik-teknik review and rangking yang ada, baik yang berbasis statistik maupun
tidak, seperti penggunaan tabel input-ouput atau penggunaan metodologi logical
framework.

11
c) Penyiapan Surat Edaran Kepala Daearah tentang Pedoman Penyusunan RKA
SKPD
Surat Edaran Kepala Daerah tentang pedoman penyusunan RKA SKPD merupakan
dokumen yang sangat penting bagi SKPD sebelum menyusun RKA. Setidaknya
ada tiga dokumen dalam lampiran SE KDH yang dibutuhkan SKPD dalam
penyusunan RKA-nya, yaitu:
- Dokumen KUA, yang memberikan rincian program dan kegiatan per SKPD.
- Standar Satuan Harga, yang meliputi referensi dalam penentuan rincian
anggaran di RKA.
- Kode rekening untuk tahun anggaran bersangkutan.
d) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD
RKA SKPD adalah dokumen perencanaan dang penganggaran yang berisi
rendacana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD, serta rencana
pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. RKA SKPD disusun dengan
berpedoman pada Surat Edaran Kepala Daerah tentang pedoman penyusunan RKA
SKPD.
e) Penyiapan Rancangan Peraturan Daerah APBD
Dokumen sumber yang utama dalam penyiapan Raperda APBD adalah RKA
SKPD. Oleh karenanya harus dipastikan bahwa setiap RKA SAKD telah di susun
sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku. Untuk menjamin hal ini,
setelah TAPD mengumpulkan RKA SKPD dari tiap-tiap SKPD, TAPD harus
membahas kesesuaian RKA SKPD dengan KUA, prioritas dan plafon anggaran,
prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya, dokumen
perencanaan lainnya yang relavan, target atau capaian kinerja, indicator kinerja,
kelompok sasaran kegiatan, standar analisi belanja, standar satuan harga, standar
pelayanan minimal, serta dokumen sinkronisasi program dan kegiatan antar
SKPD.
Proses selanjutnya adalah pengompilasian seluruh RKA yang telah dievaluasi
TAPD menjadi dokumen kompilasi RKA. Proses ini dilakukan oleh PPKD.
12
Berdasarkan dokumen kompilasi tersebut, PPKD kemudian membuat lampiran-
lampiran raperda APBD yang terdiri atas :
a. Ringkasan ABPD
b. Ringkasan APBD (menurut urusan pemerintahan dan organisasi)
c. Rincian APBD (menurut urusan pemerintahan, organisasi, pendapatan,
belanja, dan pembiyaan)
d. Rekap belanja (menurut urusan pemerintahan, organisasi, program dan
kegiatan, dan keselarasan urusan dengan fungsi)

f) Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah APBD


Kepala daerah meyampaikan raperda tentang APBD yang telah disetujui bersama
DPRD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD kepada
gubernur untuk dievaluasi. Penyapaian tersebut dilakukan paling lambat tiga hari kerja
setelah raper KDH disusun dan disertai dengan :
a. Persetujuan bersama pemda-DPRD terhadap raperda APBD
b. KUA dan PPA yang disepakati kepala daerah dan pimpinan DPRD
c. Risalah sidang jalannya pembahasan raperda APBD
d. Nota keuangan dan pidato kepala daerah perihal penyampaian pengantar nota
keuangan pada siding DPRD

13

Vous aimerez peut-être aussi