Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
POST)
A. EPIDEMIOLOGY
B. PENGERTIAN
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim utuh dan berat
badan janin diatas 500 gram ( Ilmu Bedah Kebidanan, 2002 )
C. ETIOLOGY
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang
perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal
( Dystasia ).
1. Pada Ibu :
a. disproporsi kepala panggul
b. Disfungsi uterus
c. Distosia jaringan lunak
d. Plasenta previa
e. His lemah / melemah
2. Pada Anak :
a. Janin besar
b. Gawat janin
c. Letak lintang
d. Hydrocephalus
D. PATHOFISIOLOGY
Amnion terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang didalamnya adalah sifat
dari kantung amnion adalah bakteriostatik yaitu untuk mencegah karioamnionistis dan
infeksi pada janin. Atau disebut juga sawar mekanik terhadap infeksi. Setelah amnion
terinfeksi oleh bakteri dan disebut kolonisasi bakteri maka janin akan berpotensi
untuk terinfeksi juga pada 25% klien cukup bulan yang terkena infeksi amnion,
persalinan kurang bulan terkena indikasi ketuban pecah dini daripada 10% klien
persalinan cukup bulan indikasi ketuban pecah dini akan menjadi tahap
karioamnionitis (sepsis, infeksi menyeluruh). Keadaan cerviks yang baik pada
kontraksi uterus yang baik, maka persalinan per vagina dianjurkan, tetapi apabila
terjadi gagal induksi cerviks atau induksi cerviks tidak baik, maka tindakan sectio
caesarea tepat dilakukan secepat mungkin untuk menghindari kecacatan atau
terinfeksinya janin lebih parah.
F. PEMEIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang SC antara lain adalah :
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. Elektrolit
4. Hemoglobin/Hematokrit
5. Golongan darah
6. Urinalisis
7. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
8. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
9. Ultrasound sesuai pesanan
G. KOMPLIKASI
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea
(Cuningham, F Garry, 2005 : 614)
1. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat
2. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap
berkontraksi dengan kuat
3. Analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg diberikan, pemberian
narkotik biasanya disertai anti emetik, misalnya prometazin 25 mg
4. Eriksa aliran darah uterus palingsedikit 30 ml/jam
5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam
pertama setelah pembedahan
6. Ambulasi, satu hari setelahpembedahan klien dapat turun sebertar dari tempat
tidur dengan bantuan orang lain
7. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari
keempat setelah pembedahan
8. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk
memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hipovolemia
9. Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal, sefalosporin, atau
penisilin spekrum luas setelahjanin lahir
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a) Identitas Pasien
Nama : NY.S
Umur : 24 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : ABDYA
No. RM : 016065
b) Pengkajian Perioperatif
Pernafasan : 20 X / menit
Sirkulasi : 120 / 80 mmhg
Ginjal dan hepar : dalam batas normal
Neurologi : GCS 15 (komposmentis)
Gastrointestinal : pasien di puasakan
Urinary : terpasang kateter 300 cc
Emosi : pasien cemas
Pemeriksaan penunjang :-
c) Pengkajian Intraoperatif
1. Fase awal
Pernafasan : 20x/menit
Sirkulasi :110/80 mmhg
Infus terpasang : IVFD RL , infus terpasang sebelah kiri
Neurologi (GCS) : GCS 15 (komposmentis)
Gastrointestinal : pasien di puasakan
Urinary : terpasang kateter
Emosi : tenang (kooperatif)
Jenis anestesi : Bupivacaine spinal (anastesi lokal)
EKG : terpasang EKG
2. Fase operasi
- Pernafasan : 18 x /menit
- Gastrointestinal : Tidak ada mual muntah
- Urinary : terpasang kateter 500 cc
- Emosi : tenang (kooperatif)
- Jenis anestesi : Bupivacaine spinal (anastesi lokal)
- Integritas jaringan : terdapat luka insisi di bagian abdomen
Wanita : 37-47%
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. DS: - Pasien mengatakan tidak bisa tidur Rasa nyeri yang terus Gangguan pola tidur
menerus
-Pasien mengatakansering terbangun
di
waktu tidur
K. INTERVENSI KEPERAWATAN