Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Ni Wayan Dwi Novita
17360065
Pembimbing:
dr. Vanda Yogapuspita, Sp.Rad
1
PENDAHULUAN
BAB II
STATUS PASIEN
2
A. IDENTITAS PASIEN
Inisial Nama : Tn. N
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat :Jl. Seblay Gang Melati VI dusun II Hajimena Natar
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Buruh
No. Rekam Medis : 09-26-84
B. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesa dan Alloanamnesa
MRS : 16 November 2017
Keluhan Utama :
Sesak nafas yang semakin memberat sejak 1 hari SMRS
Keluhan Tambahan :
Sembab pada leher dan wajah
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 3 minggu yang lalu os merasa leher dan wajah tampak
sembab, os sudah berobat dan sembab tampak membaik. 2 hari setelah itu
sembab kembali kambuh namun os tidak membawa kedokter. Os
sebelumnya tidak pernah mengalami hal sama. Selain itu os juga kadang
merasa sesak nafas tetapi hilang timbul. Sesak tanpa faktor pemicu dan
tidak disertai suara ngik-ngik. Os mengatakan bahwa os merupakan
perokok aktif dan merokok sejak usia remaja. Dalam sehari os dapat
merokok 1 bungkus/hari.
2 minggu yang lalu os sempat mengalami batuk darah, namun
hanya sekali. Darah yang keluar berwarna merah segar kira-kira sebanyak
1/2 gelas anggur. Os juga mengatakan mengalami nyeri dada yang
3
menjalar sampai ke perut kanan atas, demam, pusing, tetapi batuk lama,
berat badan menurun dan keringat malam disangkal.
Sejak 1 minggu yang lalu sesak mulai dirasakan lagi. Sesak timbul
tanpa faktor pemicu dan tidak hilang saat istirahat. Sesak juga dirasakan
terus menerus saat duduk, berdiri maupun posisi terlentang dengan
intensitas semakin memberat sampai 1 hari SMRS. Riwayat darah tinggi,
kencing manis, dan nyeri sendi disangkal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 92x/menit
RR : 32x/menit
Suhu : 38.5C
Berat Badan : 48 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Indeks Massa Tubuh : 18.75
Kulit
4
Suhu raba : Normal Lembab/kering : Kering
Kepala
Rambut : Normal
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
5
Trismus : Normal Lidah : Normal
Leher
Tampak Sembab
Thorax
Bentuk : Simetris
Depan Belakang
Inspeksi Kanan
Palpasi Kanan
6
Kiri Vocal fremitus menurun di kanan
Kiri Rh (-/+)
Wh(-/-)
Jantung
Abdomen
Inspeksi : Bentuk Normal, venektasi (-), caput medusa (-), ikterik (-)
ginjal (-)
Perkusi : Normal
Ekstremitas
7
Ekstremitas superior dextra dan sinistra: Oedem (-) Deformitas (-)
Ekstremitas inferior dextra dan sinistra: pitting oedem (-) Ptekie (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Lk: 14-18 gr%
Hemoglobin 11,5
Wn: 12-16 gr%
Leukosit 8,300 4500-10.700 ul
Hitung jenis leukosit
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-3%
Batang 2 2-6 %
Segmen 50-70 %
85
Limposit 10
20-40 %
Monosit 4 2-8 %
Kimia Darah
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
8
Urea 18 10-50
Lk: 0,6-1,1
Creatinin 0,5
Wn: 0,5-0,9
E. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
9
* X-ray toraks PA tgl 18 November 2017*
Kesan:
o Gambaran efusi pleura masif kanan
o Konfigurasi dan bentuk jantung tidak dapat dinilai
10
o Suspek Gambaran bronkopneumonia
F. RESUME
G. DIAGNOSIS
Efusi Pleura Masif Kanan susp. e.c. Tumor (cenderung keganasan) Paru
Sindrom Vena Cava Superior
Bronkopneumonia.
11
H. DIAGNOSIS BANDING
Efusi Pleura Masif Kanan susp. e.c. Tumor Jinak Paru
Efusi Pleura Masif Kanan susp. e.c. TB Paru
Sindrom Nefrotik
I. TATALAKSANA
Pungsi pleura tgl 20 November 2017
Pengobatan selama dirawat (16-21 November 2017):
a. Nebu Combivent /12 jam
b. O2 3 L/menit
c. Omeprazole 1x1 vial/IV
d. Paracetamol 3x500 mg/PO
e. Ambroxol syr 3x1 C
f. Ceftriaxone 2x1 gr/IV
J. TINJAUAN PUSTAKA
EFUSI PLEURA
12
A. Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari
dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat
berupa cairan transudat atau cairan eksudat.Cairan pada efusi pleura dapat
bebas yg generalized atau setempat (circumscribed) dan encapsulated
(terbungkus kapsul).
Pada keadaan normal rongga pleura hanya mengandung cairan sebanyak 10-
20 ml, cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada
cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.
C. Etiologi
Pembentukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh banyak
keadaan yang berasal dari :
- Kelaian paru : infeksi, baik oleh bakteri maupun virus aau jamur, tumor
paru, tumor mediastinum, metastase.
- Kelainan sistemik : penyakit-penyakit yang mengakibatkan hambatan
aliran getah bening, hipoproteinemia pada penyakit ginjal, hati, dan
kegagalan jantung.
- Trauma kecelakaan atau tindakan pembedahan.
- Ideopatik.
Cairan pada efusi pleura dapat berupa :
- Cairan transudat
Terdiri atas cairan yang bening, biasanya ditemukan pada kegagalan
jantung, kegagalan ginjal akut atau kronik, keadaan hipoproteinemia pada
kegagalan fungsi hati, pemberian cairan infuse yang berlebihan, dan
fibroma ovarii (meigs syndrome).
13
- Cairan eksudat
Berisi cairan kekeruhan, paling sering ditemukan pada infeksi tuberculosa,
atau nanah (empiema) dan penyakit-penyakit kolagen (SLE, RA)
- Cairan darah
Dapat disebabkan trauma tertutup atau terbuka, infark paru dan karsinoma
paru
- Cairan getah bening
Meskipun jarang terjadi tetapi dapat diakibatkan oleh sumbatan aliran
getah bening thoraks, misalnya pada filiariasis atau metastasis pada
kelenjar getah bening dari suatu keganasan.
D. Manifestasi Klinis
Gejala Utama
Gejala-gejala timbul jika cairan bersifat inflamatoris atau jika mekanika paru
terganggu. Gejala yang paling sering timbul adalah sesak, berupa rasa penuh
dalam dada atau dispneu . Nyeri bisa timbul akibat efusi yang banyak, berupa
nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul. Pada efusi unilateral, biasanya
penderita mengeluh lebih nyaman tidur miring kearah bagian paru yang
mengalami efusi. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam,
menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus),
subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak. Deviasi trachea
menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan
pleural yang signifikan
E. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : pengembangan paru menurun, gerakan dada sisi sakit
tertinggal, tampak lebih cembung
Palpasi : penurunan fremitus vocal atau taktil, gerak dada sisi sakit
tertinggal
Perkusi : perkusi pada sisi yang sakit redup pada bagian bawah garis Ellis
Damoiseu
14
Auskultasi : penurunan bunyi napas Jika terjadi inflamasi, maka dapat
terjadi friction rub.
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi
a. Rontgen thorak
Jumlah cairan minimal yang terdapat pada thoraks tegak adalah 250-
300ml. bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan
pengisian cairan di sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral
tegak. Cairan yang kurang dari 100ml (50-100ml), dapat diperlihatkan
dengan posisi lateral dekubitus dan arah sinar horizontal dimana caran
akan berkumpul disisi samping bawah.
15
Gambar 1. Efusi pleura sinistra. Sudut Costophrenicus yang tumpul karena
efusi pleura
16
Gambar 4. Efusi pleura bilateral
- Posisi lateral
Bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan
pengisian cairan di sudut costofrenikus posterior pada foto thorak
lateral tegak. Pada penelitian mengenai model roentgen patologi
Collins menunjukkan bahwa sedikitnya 25ml dari cairan pleura (
cairan saline yang disuntikkan ) pada radiogram dada lateral tegak
lurus dapat dideteksi sebagai akumulasi cairan subpulmonic di
posterior sulcus costophrenic, tetapi hanya dengan adanya
pneumoperitoneum yang terjadi sebelumnya.
17
Gambar 6. Gambaran efusi pleura pada foto posisi lateral
18
Gambar 8. Efusi pleura pada posisi left lateral decubitus
19
Gambar 9. CT Scan pada efusi pleura (kiri atas : foto rontgen thoraks PA)
Gambar 10. CT Scan thorak pada seorang pria 50-tahun dengan limfoma
non-Hodgkin dan efusi pleura yang ditunjukan tanda panah
Gambar 11.CT Scan thorax pada pria 50-tahun dengan limfoma non-Hodgkin
menunjukkan daerah tergantung dengan redaman yang sama dengan air dan
margin atas lengkung (E). Temuan khas dari efusi pleura. Perhatikan pergeseran
lokasi cairan pada gambar ini dibandingkan dengan radiografi dada
20
posteroanterior dan lateral. Limfadenopati mediastinum dapat dilihat di
mediastinum tengah dan posterior (panah)
c. Ultrasonografi
Penampilan khas dari efusi pleura merupakan lapisan anechoic antara
pleura visceral dan pleura parietal. Bentuk efusi dapat bervariasi dengan
respirasi dan posisi. Para peneliti memperkenalkan metode pemeriksaan
USG dengan apa yang disebut sebagai elbow position. Pemeriksaan ini
dimulai dengan pasien diletakkan pada posisi lateral decubitus selama 5
menit ( serupa dengan radiografi dada posisi lateral decubitus) kemudian
pemeriksaan USG dilakukan dengan pasien bertumpu pada siku (gambar
12). Maneuver ini memungkinkan kita untuk mendeteksi efusi
subpulmonal yang sedikit, karena cairan cenderung akan terakumulasi
dalam pleura diaphragmatic pada posisi tegak lurus.
21
ekspirasi dan inspirasi, dan juga perbedaan letak posisi pasien. Karena
USG adalah metode utama maka sangatlah penting untuk melakukan
pengukuran sonografi dengan pemeriksaan tegak lurus terhadap dinding
dada.
Gambar 13.. Sonogram pada pasien dengan kanker paru lobus kanan atas. Gambar
menunjukkan adanya akumulasi cairan selama inspirasi (setebal 6 mm; berbentuk
kurva,-gambar kiri) dimana gambar tersebut lebih jelas dibanding selamaekspirasi
( setebal 11 mm ; berbentuk kurva-gambar kanan).
Gambar 14. Ultrasonogram dari kiri dada bagian bawah pada pasien laki-
laki dengan penyebaran lymphangitic dari adenokarsinoma. Ini studi sagital
dan pemeriksaan dilakukan dengan pasien duduk. Cairan Echogenic (E)
dapat dilihat pada hemithorax kiri. Perhatikan diafragma lengkung
Echogenic (panah). The pleura cairan positif untuk sel-sel ganas (efusi
pleura ganas)
22
Gambar 15. Ultrasonogram dari kiri dada bagian bawah pada wanita 47
tahun dengan efusi pleura metastasis. Ini studi sagital dan pemeriksaan
dilakukan dengan pasien duduk. Cairan anechoic (E) dapat dilihat pada
hemithorax kiri. Perhatikan diafragma lengkung Echogenic (panah)
23
Gambar 16. Seorang neonatus 2-bulan-tua disajikan di gawat darurat
dalam kesulitan jantung dan respiratory distress. Resusitasi tidak berhasil.
Coronal T2-W MRI menunjukkan hematopericard (panah terbuka),
hematothorax (panah) dan efusi pleura (kepala panah) (ketebalan irisan: 1
mm, TR: 4000, TE: 80, FA: 90 ). Ada vena paru abberant mengalir ke
ventrikel kiri (buka panah). Perut menunjukkan asites (tanda bintang)
Torakosentesis
Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) sebagai sarana diagnostik maupun
terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dengan posisi duduk. Aspirasi
dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior dengan
jarum abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak
melebihi 1000-1500 cc pada setiap aspirasi.
G. Penatalaksanaan
Torakosentesis.
Aspirasi cairan pleura selain bermanfaat untuk memastikan diagnosis, aspirasi
juga dapat dikerjakan dengan tujuan terapetik. Torakosentesis dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Penderita dalam posisi duduk dengan kedua lengan merangkul atau
diletakkan diatas bantal; jika tidak mungkin duduk, aspirasi dapat
dilakukan pada penderita dalam posisi tidur terlentang.
2. Lokasi penusukan jarum dapat didasarkan pada hasil foto toraks, atau di
daerah sedikit medial dari ujung scapula, atau pada linea aksilaris media
di bawah batas suara sonor dan redup.
3. Setelah dilakukan anastesi secara memadai, dilakukan penusukan dengan
jarum berukuran besar, misalnya nomor 18. Kegagalan aspirasi biasanya
disebabkan karena penusukan jarum terlampaui rendah sehingga
24
mengenai diahfrahma atau terlalu dalam sehingga mengenai jaringan
paru, atau jarum tidak mencapai rongga pleura oleh karena jaringan
subkutis atau pleura parietalis tebal.
Pemasangan WSD
Jika jumlah cairan cukup banyak, sebaiknya dipasang selang toraks
dihubungkan dengan WSD, sehingga cairan dapat dikeluarkan secara lambat
dan aman. Pemasangan WSD dilakukan sebagai berikut:
1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea
aksillaris anterior dan media.
2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan.
3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai
muskulus interkostalis.
4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan.
Masukkan jari melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai
rongga pleura / menyentuh paru.
5. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan
menggunakan Kelly forceps
25
6. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke
dinding dada
7. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan.
8. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.
WSD perlu diawasi tiap hari dan jika sudah tidak terlihat undulasi pada
selang, kemungkinan cairan sudah habis dan jaringan paru mengembang.
Untuk memastikan dilakukan foto toraks. Selang torak dapat dicabut jika
produksi cairan/hari <100ml dan jaringan paru telah mengembang. Selang
dicabut pada saat ekspirasi maksimum.
Pleurodesis.
Bertujuan melekatkan pleura viseralis dengan pleura parietalis,
merupakan penanganan terpilih pada efusi pleura keganasan. Bahan yang
digunakan adalah sitostatika seperti tiotepa, bleomisin, nitrogen mustard,
5-fluorourasil, adramisin, dan doksorubisin. Setelah cairan efusi dapat
dikeluarkan sbanyak-banyaknya, obat sitostatika (misal; tiotepa 45 mg)
26
diberikan selang waktu 710 hari; pemberian obat tidak perlu pemasangan
WSD. Setelah 13 hari, jika berhasil, akan terjadi pleuritis obliteratif yang
menghilangkan rongga pleura, sehingga mencegah penimbunan kembali
cairan dalam rongga tersebut.
Obat lain adalah tetrasiklin. Pada pemberian obat ini WSD harus
dipasang dan paru dalam keadaan mengembang. Tetrasiklin 500 mg
dilarutkan dalam 3050 ml larutan garram faal, kemudian dimasukkan ke
dalam rongga pleura melalui selang toraks, ditambah dengan larutan
garam faal 1030 ml larutan garam faal untuk membilas selang serta 10 ml
lidokain 2% untuk mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan obat ini.
Analgetik narkotik diberikan 11,5 jam sebelum pemberian tetrasiklin juga
berguna mengurangi rasa nyeri tersebut. Selang toraks diklem selama 6
jam dan posisi penderita diubah-ubah agar penyebaran tetrasiklin merata
di seluruh bagian rongga pleura. Apabila dalam waktu 24 jam - 48 jam
cairan tidak keluar, selang toreaks dapat dicabut.
27
K. ANALISA KASUS
Sesak nafas adalah gejala klinis yang disebabkan oleh kurangnya O2 yang
mencapai jaringan. Ini dapat disebabkan oleh beberapa hal; mulai dari
terganggunya jalan nafas (sumbatan karena trauma, aspirasi, penyempitan karena
asma atau bronkitis), terisinya tempat pertukaran gas oleh sesuatu (eksudat pada
pneumonia, darah pada kontusio paru, transudate pada edema paru, sel pada
keganasan,dlsb) ataupun terganggunya transportasi maupun utilisasi O2 yang
sudah masuk kedalam darah (kekurangan Hb, hipotensi, hipovolemi, keracunan
sianida/CO, dlsb).
Pada pasien ini, sesak nafas yang ia alami telah berlangsung selama 1
minggu, disertai dengan batuk disertai darah hanya sekali pada 2 minggu
nafas yang diderita pasien sejak 1 hari terakhir kemungkinan besar akibat
timbunan cairan maka sesak makin terasa berat. Sesak disertai bunyi tambahan
28
yang menandakan bronkus mengalami infeksi (bronkopeneumonia)yang
dimana dada kanan tertinggal saat bernafas, pada palpasi ditemukan vokal
fremitus pada dada kanan menurun sedangkan pada dada kiri normal, pada
perkusi ditemukan redup pada dada kanan dan sonor pada dada kiri, pada
auskultasi ditemukan suara vesikuler yang menurun pada dada kanan sedangkan
pada kiri terdengar ronki pada basal paru. Semua abnormalitas yang ditemukan
pada paru kanan pasien disebabkan karena timbunan cairan pada rongga pleura
pemeriksaan fisik ditemukan sembab pada leher dan wajah serta kelopak mata
meningkat yaitu neutrophil segmen, hal ini menunjukkan terjadi proses infeksi
yang mungkin disebabkan oleh bakteri. Kadar hemoglobin pada pasien ini
(Hb 11,50 gr/dL) sedikit menurun, namun menurut kriteria klinis belum dapat
mudah untuk menilai tampilan paru adalah Chest X-ray. Berdasarkan hasil X-
corakan bronkovaskuler kiri, dan tampak bercak di lobus atas paru kiri dan
parakardial kiri.
terjadi karena penyakit lain bukan primer paru seperti pada gagal jantung
29
obstruksi vena kava superior, emboli pulmonal, atelektasis paru, hidrotoraks,
dan pneumotoraks. Sedangkan pada efusi eksudat, terjadi bila ada proses
meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan
radang sebab lain seperti pankreatitis, asbestosis, pleuritis uremia, dan akibat
radiasi1
Etiologi dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
jarum yang dimasukkan diantara sel iga ke dalam rongga dada di bawah
pengaruh pembiusan lokal dalam dan berguna sebagai sarana untuk diagnostik
penderita dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru di
sela iga IX garis aksilaris posterior dengan memakai jarum abbocath nomor 14
atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000 1500 cc
dari pada satu kali aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleural shock
30
1,4,7,8
(hipotensi) atau edema paru Untuk diagnostik cairan pleura, dilakukan
pemeriksaan :
a. Warna Cairan
ctrorne). Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada trauma, infark
kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya empiema. Bila merah
b. Biokimia
TRANSUDAT EKSUDAT
c. Sitologi
31
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnostik
penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau dominasi sel-sel
tertentu. Apabila yang dominan sel neutrofil menunjukkan adanya infeksi akut,
atau limfoma malignum, sel mesotel menunjukkan adanya infark paru, biasanya
juga ditemukan banyak sel eritrosit, bila sel mesotel maligna biasanya pada
mesotelioma, sel-sel besar dengan banyak inti pada arthritis rheumatoid dan sel
Pada kasus ini pasien telah aspirasi cairan pleura dan dilakukan analisis
cairan pleura. Hal ini menunjukkan efusinya dalam bentuk eksudat. Pada
analisis juga ditemukan warna cairan kuning kemerahan keruh dengan eritrosit
penuh, dengan jumlah sel 901 mm3 yang tediri dari sel polimorfonuklear 50%
dan mononuclear 50%. Warna cairan pleura yang kemerah-merahan ini dapat
terjadi pada trauma, infark paru, keganasan. adanya kebocoran aneurisma aorta.
maka pasien ini didiagnosis dengan Efusi pleura dekstra masif et causa suspek
pleura dekstra masif karena pada anamnesis pasien ditemukan keluhan sesak
yang berat, timbul mendadak dan terus menerus serta tidak membaik dengan
tertinggal, vocal fremitus serta suara vesikuler menurun pada sisi kanan, dan
saat diperkusi ditemukan redup pada sisi kanan, serta pada pemeriksaan foto
32
Kausa suspek malignancy dipilih karena pada pasien ini setelah
eksudat dengan warna merah keruh serta jumlah sel yang banyak.
berupa pemberian oksigen nasal kanul 3 liter/ menit untuk mengatasi keluhan
sesaknya dan keadaan hypoxemia. Pasien juga diberikan ambroxol syr 3X1
untuk mengurangi batuknya, diet tinggi kalori tinggi protein untuk pemenuhan
terhadap bakteri gram negatif dan sangat efektif untuk mengatasi resistensi.1
biopsi serta CT-scan thorak dalam menelurusi dan memastikan etiologi dari
efusi pleura serta membantu menegakkan diagnosis suatu keganasan pada paru
pasien.
33
KESIMPULAN
jika cairan yang diproduksi oleh pleura parietal dan viscerail tidak mampu
diserap oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah mikropleura visceral atau
cairan pleura melebihi normal dapat disebabkan oleh beberapa kelainan, antara
lain infeksi dan kasus keganasan di paru atau organ luar paru. Diagnosis efusi
penunjang.
Pada kasus pasien didiagnosis dengan efusi pleura dekstra massif suspek
pasien ini juga diberikan beberapa terapi penunjang lainnya, yang disesuaikan
34
DAFTAR PUSTAKA
35