Vous êtes sur la page 1sur 4

Abad Pencerahan (Aufklarung)

Aufklarung adalah kata Jerman yang berpadanan dengan kata Inggris anlightenment
yang berarti pencerahan, penerangan. Aufklarung adalah suatu gerakan besar di Eropa pada
abad ke-18 M yang memberi kedudukan dan kepercayaan luar biasa kepada akal budi
manusia. Gerakan ini tumbuh sejalan dengan penemuan-penemuan besar di bidang ilmu
pengetahuan alam di Italia, Jerman, Polandia, dan Inggris.
Pada abad ini terjadi dua peristiwa penting, yaitu: The Glorious Revolution di Inggris
tahun 1688 dan Revolusi Prancis tahun 1789.

Sapare aude !
beranilah berpikir sendiri

Semboyan di atas menandai dimulainya jaman pencerahan. Immanuel Kant (1724-1804)


menegaskan bahwa pencerahan merupakan sikap pembebasan manusia dari ke-tidak-
dewasa-an (unmndigkeit) akibat kesalahannya sendiri.

PENCERAHAN DI TIGA KAWASAN

1. Inggris

Dalam wilayah sosial-politik, dihasilkanlah naskah-naskah penting yang menjamin


kebebasan warga, mislahnya Habeas Corpus (1679) yang menetapkan bahwa seorang tahanan
harus dihadapkan kepada seorang hakim dalam waktu tiga hari dan diberi tahun atas tuduhan
apa ia ditahan. Hal ini menjadi dasar prinsip hukum bahwa seseorang hanya boleh ditahan
atas perintah hakim.

Dalam ranah lainnya, Undang-undang Pers tahun 1693 menjamin kebebasan


berpendapat bagi segenap warga. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki hak untuk
mengajukan kritik terhadap otoritas gereja atau negara tanpa perlu merasa takut. John Locke
(1632-1704) mendesak agar dalam pemerintahan perlu ada pembagian kekuasaan dan
memberikan jaminan atas hak kelompok minoritas mengadakan oposisi.

2. Prancis

Pencerahan di Prancis berlangsung secara liberal dan radikal dengan sentimen anti-
Gereja. Voltaire (1694-1778) menyerukan pemusnahan gereja Ecrasez linfme ! (luluh
lantakkan yang buruk). Contoh lainnya, adalah pendirian patung Dewi Rasio di dalam
katedral Notre Dame, tahun 1793.
Puncaknya adalah manakala Prancis mencapai Revolusi Prancis yang diawali dengan
penyerbuan penjara Bastille, tempat para tahanan politik dikurung, tanggal 14 Juli 1789.

3. Jerman

Pencerahan di Jerman lebih fokus pada persoalan moral dan upaya untuk menemukan
hubungan antara rasio dan agama.
Gotthold Ephrain Lessing (1729-1781) dalam bukunya Pendidikan Bangsa Manusia
melihat bahwa dengan dorongan semangat Pencerahan kelak akan tiba suatu jaman ketika
kebenaran-kebenaran wahyu Allah dalam kitab suci akan digantikan dengan kebenaran-
kebenaran berdasarkan akal budi, suatu jaman ketika orang melakukan yang baik, karena hal
itu adalah sesuatu yang baik, bukan karena adanya semacam ganjaran yang datang
daripadanya
Suatu otonomi manusia menjadi proyek besar di sini. Suatu otonomi dalam berpikir
dan menentukan tindakannya sesuai dengan prinsip-prinsip yang ia yakini sebagai sesuatu
yang baik, benar, dan tahan uji.
Hal ini pulalah yang kita dapati dalam filsafatnya Kant. Bagi Kant, sudah tiba saatnya
untuk menyatakan bahwa akal budi manusia adalah ukuran dan prinsip untuk segala-galanya;
untuk apa saja yang ia ketahui (segi epistemologi), untuk apa saja yang ia perbuat (segi
moral), dan untuk apa saja yang ia harapkan (segi teleologis).
Pandangan Kant di atas, mengarah pada subjektivitas manusia. Berkat rasionya,
sang Aku menjadi pusat pemikiran, pusat pengetahuan, pusat perasaan, pusat kehendak, dan
pusat tindakan sehingga manusia bukan lagi sebagai viator mundi (peziarah di dunia),
melainkan sebagai faber mundi (pembuat dunia).

Aliran-aliran yang muncul pada masa pencerahan


1. Kritisisme

Aliran ini dimulai di Inggris, kemudian Prancis dan selanjutnya menyebar keseluruh
Eropa,terutama di Jerman. Di Jerman pertentangan antara rasionalisme dan empirisme terus
berlanjut. Masing-masing berebut otonomi. Kemudian timbul masalah, siapa sebenarnya
dikatakan sumber pengetahuan? Apakah pengetahuan yang benar itu lewat rasio atau
empirik? Kant mencoba menyelesaikan persoalan diatas. Pada awalnya Kant mengikuti
rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme (Hume). Walaupun demikian,
Kant tidak begitu mudah menerimanya, karena ia mengetahui bahwa dalam empirisme
terkandung skeptisme. Untuk itu tetap mengakui kebenaran ilmu dan dengan akal manusia
akan dapat mencapai kebenaran empirsme.[9]Aliran Filsafat yang dkenal dengan kritisisme
adalah filsafat yang di introdusir oleh Immanuel Kant. Filsafat ini memulai pelajarannya
dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.
Pertentangan antara rasionalisme dan empirisme dicoba untuk diselesaikan oleh Kant
dengan kritisismenya.

Adapun ciri-ciri kritisisme diantarnya adalah sebagai berikut:

a. Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
b. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau
hakikat sesuatu. Rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenya saja.

2. Deisme

Deisme adalah suatu aliran yang mengakui adanya yang menciptakan alam semesta ini.
Akan tetapi setelah dunia diciptakan, Allah menyerahkan dunia kepada nasibnya sendiri.
Sebab Ia telah memasukkan hukum-hukum dunia itu ke dalamnya. Segala sesuatu berjalan
sesuai dengan hukum-hukumnya. Manusia dapat menunaikan tugasnya dalam berbakti
kepada Allah dengan hidup sesuai dengan hukum-hukum akalnya.
Maksud aliran ini adalah menaklukkan wahyu Ilahi beserta dengan kesaksian-
kesaksiannya, yaitu buku-buku Alkitab, kepada kritik akal serta menjabarkan agama dari
pengetahuan yang alamiah, bebas dari segala ajaran Gereja. Yang dipandang sebagai satu-
satunya sumber dan patokan kebenaran adalah akal.
Tokoh-tokoh yang mewakili aliran ini di antaranya adalah John Toland (1670-1722),
yang menulis Christianity not mysterious (1696), dan Matteh Tindal (1656-1733), yang
menulis Christianity as Old as Creation (1730).

Tokoh Tokoh Filsafat Pada Masa Aufklarung dan Pemikirannya


1. Immanuel Kant ( 1724-1804)

Seorang Filsuf yang pengaruhnya terhadap filsafat pada dua ratus tahun terakhir
ini,baik di Barat maupun di Timur,hampir secara universal diakui sebagai filsuf terbesar sejak
masa Aristoteles. Kant lahir di Konigserg, Prusia Timur, Jerman. Pikiran-pikiran dan tulisan-
tulisannya membawa revolusi yang jauh jangkauannya dalam filsafat modern.ia hidup di
zaman Scepticism, Kehidupannya dalam dunia filsuf dibagi dalam dua periode, zamanpra-
kritis dan zaman kritis. Pada zaman pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis yang
dilancarkan oleh Wolff dkk. Tetapi karena terpengaruh oleh David Hume (1711-1776),
berangsur-angsur Kant meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri mengatakan bahwa Hume
itulah yang membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada zaman kritisnya, Kant merubah
wajah filsafatnya secara radikal. Kant yang juga dikenal sebagai raksasa pemikir Barat yang
mengatakan bahwa Filsafat merupakan ilmu pokok dari segala pengetahuan yang meliputi
empat persolan yaitu :
apa yang dapat kita ketahui?
apa yang boleh kita lakukan?
sampai dimanakah pengharapan kita?
Apakah manusia itu?
Ketika meninggal, epitaf di batu nisan nyahanya bertuliskan Sang Filsuf sebuah sebutan
yang dianggap tepat, dengan mempertimbangkan bahwa periode filsafat yang bermula
dengan tampilnya Sokrate smenjadi lengkap dalam banyak hal dengan hadirnya Kant.

2. Voltaire

Diantara tokoh yang menjadi sentral pembicaraan saat membicarakan Aufklarung


adalah Voltaire (1694-1778). Pada tahun 1726 ia mengungsi ke Inggris. Di situ ia berkenalan
dengan teori-teori Locke dan Newton. Apa yang telah diterimanya dari kedua tokoh ini ialah:
Sampai di mana jangkauan akal manusia
Di mana letak batas-batas akal manusia.
Berdasarkan kedua hal itu ia membicarakan soal-soal agama alamiah dan etika. Maksud
tujuannya tidak lain ialah mengusahakan agar hidup kemasyarakatan zamannya itu sesuai
dengan tuntutan akal. Mengenai jiwa dikatakan, bahwa kita tidak mempunyai gagasan
tentang jiwa (pengaruh Locke). Yang kita amati hanyalah gejala-gejala psikis. Pengetahuan
kita tidak sampai kepada adanya suatu substansi jiwa yang berdiri sendiri. Oleh karena agama
dipandang sebagai terbatas kepada beberapa perintah kesusilaan, maka ia menentang segala
dogma dan menentang agama.[6]

3. J. J. Rousseau

Di Perancis pada era pencerahan ini juga ada Jean Jacques Rousseau (1712-1778),
yang telah memberikan penutupan yang sistematis bagi cita-cita pencerahan di Perancis.
Sebenarnya ia menentang Pencerahan, yang menurut dia menyebarkan kesenian dan ilmu
pengetahuan yang umum, tanpa disertai penilaian yang baik, dengan terlalu percaya kepada
pembaharuan umat manusia melalui pengetahuan dan keadaban. Sebenarnya Rousseau adalah
seorang filsuf yang bukan menekankan kepada akal, melainkan kepada perasaan dan
subjektivitas. Akan tetapi di dalam menghambakan diri kepada perasaan itu akalnya yang
tajam dipergunakan. Terkait kebudayaan menurut Rousseau, kebudayaan bertentangan
dengan alam, sebab kebudayaan merusak manusia. Yang dimaksud ialah kebudayaan yang
berlebih-lebihan tanpa terkendalikan dan yang serba semu, seperti yang tampak di Perancis
pada abad ke-18 itu[7]. Mengenai agama Rousseau berpendapat bahwa agama adalah urusan
pribadi. Agama tidak boleh mengasingkan orang dari hidup bermasyarakat.

Vous aimerez peut-être aussi