Vous êtes sur la page 1sur 12

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura
yangmempunyai peranan penting dalam pertanian, khususnya tanaman
hias. Warna bunganya yang beragam, bentuk dan ukurannya yang unik
serta vase life yang panjang membuat anggrek memiliki nilai estetika
tinggi dan daya tarik tersendiridibandingkan tanaman hias lainnya.
Anggrek banyak diminati oleh konsumen baik dari dalam maupun luar
negeri (Gustin, 2010). Indonesia memilikikeanekaragaman hayati yang
luar biasa, salah satunya adalah anggrek,diperkirakan sekitar 5000 jenis
spesies anggrek tersebar di wilayah Indonesia,khususnya potensi genetis
untuk menghasilkan anggrek silangan yang memilikinilai komersial tinggi
(Wardani dkk, 2013).
Perbanyakan tanaman secara konvensional yang sulit dapat diatasi
dengan teknik perbanyakan anggrek melalui kultur jaringan (in vitro).
Teknik kultur jaringan sudah sangat dikenal sebagai salah satu cara
perbanyakan tanaman untuk memperoleh bibit tanaman yang langka dan
tanaman yang relative sulit untuk dikembangbiakkan dengan cara
konvensional. Aklimatisasi merupakan proses adaptasi tanaman asal in
vitro yangsebelumnya di tumbuhkan di dalam botol kultur dengan suplai
media yang lengkap. Aklimatisasi juga merupakan proses pengkondisian
planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan secara ex vitro) di
lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah, atau
pakis sehingga planlet dapat bertahan danterus menjadi benih yang siap
ditanam di lapangan (Yusnita, 2004).
Pemeliharaan bibit ini menjadi tanaman dewasa masih menemukan
banyak permasalahan terutama pada fase aklimatisasi, yaitu pemindahan
bibit dari lingkungan aseptik dalam botol ke lingkungan non aseptik.
Disamping kemungkinan tanaman sangat sensitif terhadap serangan hama
dan penyakit, tanaman ini masih memiliki aktifitasautotrofik yang masih
rendah, sulit mensintesa senyawa organik dari unsur haraanorganik
(Adiputra, 2009).

B. Tujuan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penyesuaian bibit anggrek dari botol kultur ke lingkungan baru diluar
botol kultur dikenal dengan nama aklimatisasi. Penyesuaian bibit anggrek
dalam botol kulutr terhadap lingkungan luar merupakan salah satu tahapan
penting yang harus dilalui dalam kultur invitro. Menurut Pierik (1987),
aklimatisasi adalah masa adaptasi planlet dari dalam botol kultur yang
bersifat heterotof menjadi autotroph, yang merupakan tahap akhir dari
kegiatan kultur invitro. Tanaman anggrek tumbuh menempel pada batang
atau ranting pohon. Oleh karena itu, pemindahan bibit anggrek dari dalam
botol ke media pot sebenarnya telah menempatkan bibit anggrek pada
lingkungan yang kurang sesuai dengan habitat aslinya.
Planlet yang dipelihara dalam keadaan steril dengan lingkungan (suhu,
dan kelembaban) optimal, sangat rentan terhadap lingkungan eksternal.
Planlet yang tumbuh dalam kultur jaringan di laboratorium memiliki
karakteristik stomata daun yang lebih terbuka dan sering tidak memiliki
lapisan lilin pada permukaan daun. Dengan demikian planlet sangat rentan
terhadap kelembaban rendah. Mengingat sifat-sifat tersebut, sebelum
ditanam di lapangan maka planlet memerlukan aklimatisasi. Dalam
aklimatisasai, lingkungan tumbuh (terutama kelembaban) berangsur-
angsur disesuaikan dengan kondisi lapangan (Mariska dan Sukmadjaja,
2003). Media tumbuh bagi bibit merupakan lingkungan baru dalam proses
aklimatisasi.
Media tumbuh yang baik bagi anggrek (family Orchidaeae) harus
memenuhi beberapa persyaratan, antara lain tidak cepat melapuk dan
terdekomposisi, tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman, mempunyai
aerasi dan draenase yang baik secara lancar, mampu mengikat air dan zat-
zat hara secara optimal, dapat mempertahankan kelembaban di sekitar
akar, untuk pertumbuhan anggrek dibutuhkan pH media 5-6, ramah
lingkungan serta mudah di dapat dan relatif murah harganya (Ginting,
2008).
Tanaman anggrek termasuk tanaman yang mempunyai kecepatan
tumbuh yang cukup lambat. Kecepatan tumbuh ini cukup berpengaruh
terhadap pemeliharaan tanaman anggrek. Oleh karena itu, budi daya perlu
ditingkatkan untuk memacu kualitas dan kuantitas tanaman anggrek, salah
satunya factor jenis media dan pupuk yang digunakan. Kultur anggrek
banyak sekali memberikan keuntungan terutama bagi petani petani yang
mencintai tanaman hias karena teknik kultur jaringan dapat menghasilkan
tanamna dengan kualitas yang unggul bebas dari virus dan penyakit,
mempunyai genetik yang sama dengan induknya serta tidak
membutuhklan lahan yang luas. Dalam proses pembibitannya untuk
perbanyakan kultur jaringan ini dilakukan dengan menggunakan botol
kulturoleh karena itu ,teknik ini dalam perbanyakan bibit tidak
memerlukan waktu yang lama.
Proses aklimatisasi dilakukan bertahap supaya bibit anggrek hasil
kuttur irtvitro dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan, baik suhq
kelembaban, maupun cahaya. Menurut Pierik (1987), tanaman hasil kultur
invitro memiliki lapisan lilin (kutikula) yang belumberkembang sempurna
jaringan pengakut belum berkembang sempurna, akar belum bisa
berfungsi dengan baik" stomata sering sekali tidak berfungsi (tidak
menutup ketika penguapan tinggi). keadaan ini menyebabkan pucuk-
pucuk bibit anggrek sangat peka terhadap tanspirasi, serangan candawan
dan bakteri, Saat pemindahan tanaman ke kondisi nonnal atau dalam
media pakis, mos, atau kompos, harus dilakukan secara bertahap dan
menghindari infeksi dari fungi serta bakteri karena tanaman hasil kultur
invitro belum mampu beradaptasi dengan patogenpatogen yang biasa
ditemukan di lingkungan luar.
Pemberian fungisida diperlukan untuk mencegah serangan jamur,
pembersihan media secara benar juga mengurangi resiko seralrgan.
Penanaman pertama dilakukan ke dalam 'community pot', karena kompot
bisa menampung bibit anggrek dalam jumlah cukup banyak. Keberhasilan
proses aklimatisasi dalam kompot relatif tinggi, karena letak bibit anggrek
saling berdekatan, uap air di sekitar tanaman cukup banyak, sehingga
kelembaban lebih terjaga bila dibandingkan dengan kondisi dalam pot
tunggal. Pada tahap awal kelembaban sangat perlu dijaga pemberian hara
tambahan dapat dilakukan menggrmakan pupuk daun dengan cara
disemprotkan.
III. METODE

IV. PEMBAHASAN
Aklimatisasai adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada
kultur jaringan yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah pada
kondisi lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi, disamping itu
tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotroph ke
tanaman autotroph. Planlet dikelompokkan berdasarkan ukurannya dalam
melakukan aklimatisasi untuk memperoleh bibit yang seragam. Planlet
sebaiknya diseleksi dahulu berdasarkan kelengkapan organ, warna, ukuran
perumbuhan, dan ukuran sebelum ditanam. Planlet yang baik adalah yang
organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya hijau
mantap artinya tidak tembus pandang dan pertumbuhan akar bagus (lesar
et al., 2012). Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planleti agar
siap ditanam di lapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada
tanaman hasil perbanyakan secara in vitro karena planlet akan mengalami
perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa
dipahami karena pembiakan in viro (dalam boto) semua faktor lingkungan
terkontrol sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol
(Widiastoety & Bahar, 1995).
Media tumbuh aklimatisasi berfungsi untuk tempat
tumbuhnya tanaman,mempertahankan kelembaban dan tempat
penyimpanan hara serta air yang diperlukan. Peranan lingkungan juga
mempengaruhi fungsi media tumbuh aklimatisasi itu sendiri. sesuai
dengan fungsi dari media tumbuhaklimatisasi yang paling penting
adalah untuk mempertahankan kelembaban yang cukup tinggi, karena
proses transpirasi berlangsung secara berlebihan yang disebabkan fungsi
stomata pada planlet yang baru diaklimatisasi belum difungsikan secara
sempurna yang dapat menyebabkan palnlet tersebut mengalami kematian.
Menurut Widiastoety (1986), media tumbuh yang baik untuk
aklimatisasiharus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas
melapuk, tidak menjadisumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu
mengikat air dan zat-zat harasecara baik, mudah didapat dalam jumlah
yang diinginkan dan relatif murah harganya. Kemasaman media (pH)
yang baik untuk pertumbuhan tanamananggrek berkisar antara 5 6.
Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhandan produksi bunga
optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari mediatumbuh yang
sesuai. Media tumbuh yang sering digunakan di Indonesiaantaralain:
moss, pakis, serutan kayu, potongan kayu, serabut kelapa, arang dankulit
pinus. Praktikum aklimatisasi ini menggunakan media moss. Media moss
inimengandung 2 3% unsur N dan mempunyai daya mengikat air yang
baik, sertamempunyai aerasi dan drainase yang baik. Media yang lain
yang biasanya dipakaiuntuk aklimatisasi adalah pakis, karena memiliki
daya mengikat air, aerasi dandrainase yang baik, melapuk secara perlahan-
lahan, serta mengandung unsur- unsur hara yang dibutuhkan anggrek
untuk pertumbuhannya.
Moss Sphagnum merupakan media yang berbahan rumput
laut.Sphagnum Moss jarang sekali digunakan di Indonesia karena selain
harganyamahal keberadaannya sulit didapat. Namun, Sphagnum Moss
memiliki beberapakelebihan, antara lain : dapat menyerap air dan
mempertahankan air dengan baik,menjaga kelembapan media dan
lingkungan sekitar anggrek, dan dapat menyerapdan menyimpan pupuk,
walapun pemupukan anggrek melalui daun tidak intensif,dengan demikian
pertumbuhan anggrek akan lebih cepat. Namun, kelemahan darimedia
tersebut belum banyak diketahui oleh petani dan penghobi anggrek
diIndonesia. Sifat fisik yang menyerupai lumut dapat menyerap air dengan
baik membutuhkan kecermatan dalam menyiram tanaman anggrek kita.
Jangan sampai terlalu basah karena dapat mengakibatkan media jenuh air
sehingga mediamenjadi asam, lapuk dan ditumbuhi lumut. Jangan pula
sampai terlalu kering,karena sifat sphagnum moss yang dapat menyerap
kelembapan dan air di akar anggrek.
Pecahan batu bata banyak dipakai sebagai media dasar pot anggrek,
karena dapat menyerap air lebih banyak bila dibandingkan dengan
pecahan genting. Media pecahan batu bata digunakan sebagai dasar pot,
karena mempunyai kemampuan drainase dan aerasi yang baik Moss yang
mengandung 23% unsur N sudah lama digunakan untuk medium tumbuh
anggrek. Media moss mempunyai daya mengikat air yang baik, serta
mempunyai aerasi dan drainase yang baik pula. Pakis sesuai untuk media
anggrek karena memiliki daya mengikat air, aerasi dan drainase yang baik,
melapuk secara perlahan-lahan, serta mengandung unsur-unsur hara yang
dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya. Serabut kelapa mudah
melapuk dan mudah busuk, sehingga dapat menjadi sumber penyakit,
tetapi daya menyimpan airnya sangat baik dan mengandung unsur-unsur
hara yang diperlukan serta mudah didapat dan murah harganya. Dalam
menggunakan serabut kelapa sebagai media tumbuh, sebaiknya dipilih
serabut kelapa yang sudah tua.
Kesuksesan proses aklimatisasi bibit anggrek ditentukan oleh beberapa
hal penting, diantaranya jenis bibit anggrek, media in vitro, umur bibit,
teknik aklimatisasi media aklimatisasi, dan kondisi lingkungan. Jenis
anggrek yang proses aklimatisasinya sulit adalah anggrek
Grammatophyllum scriptum, Dendrobium johanis, Dendrobium
laseanthera dan Phalaenopsis amboinesis. Bibit yang siap di
aklimatisasikan biasanya berumur minimal 6 bulan dalam botol, biasanya
pada umur itu tubuhnya sudah lengkap yaitu sudah memiliki daun dan
akar yang relative kokoh. Kondisi lingkungan yang harus diperhatikan
seperti suhu, cahaya dan sirkulasi udara.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Aklimatisasi ialah proses penyesuaian hidup dari anggrek pasca
pengeluaran planlet dari botol dan dikembangkan di lingkungan
luar.
2. Perlakuan aklimatisasi lebih baik menggunakan single-pot untuk
menghindarikepadatan dan erangan patogen.
3. Media yang digunakan ialah media moss dan steroform yang
berguna dalam pengikatan air.
4. Proses pencelupan akar plantlet dengan fungisida untuk
menghindari fungi didaerah akar.

B. Saran

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka saran yang dapat


diberikan adalah perlunya peningkatan pengawasan dari asisten dan
peningkatan ketegasan asisten agar mahasiswa lebih mengerti
sehingga tujuan dari praktikum tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Wardani, Sri., H. Setiadodan, S. Ilyas. 2013. Pengaruh Media Tanam dan


Pupuk Daun terhadap Aklimatisasi Anggrek Dendrobium (
Dendrobium sp.). Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR : 11-18.

Gustin, Agus Purwito, Dewi Sukma. 2010. Budidaya


Anggrek Phalaenopsis : Produksi Anggrek Phalaenopsis untuk
Ekspor Di PT Ekakarya GrahaFlora, Cikampek, Jawa Barat.
Makalah Seminar. Departemen Agronomidan Hortikultura, IPB

Kade, Ayu Purnama Adi Ni, Ayu, Astarini Ida dan Putu Adriani Astiti
Ni.2014. Aklimatisasi Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata
Lindl.) Hasil Perbanyakan In Vitro Pada Media Berbeda. Jurnal
Simbiosis Vol 2 (2).
Yusnita. 2004. Kultur Jaringan: Cara memperbanyak tanaman secara
efisien. Agro Media Pustaka, Jakarta

Adiputra I G.K., AA. Suardana, I Md Sumarya, I. Sitepu, P. Sudi artawan.


2007. Perubahan biosintesis sukrosa sebelum pertumbuhan
kuncup ketiak pada (Vanilla planifolia). Laporan hibah bersaing
I, Program studi Biologi,Fak MIPA, Universitas Hindu
Indonesia, Denpasar.

Mariska, I., dan Sukmadjaja, D., 2003. Perbanyakan Bibit Abaka Melalui
Kultur Jaringan. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumbuer
Daya Genetik Pertanian Bogor.

Ginting, R., 1990. Tanaman Budidaya Anggrek (Orchidaceae sp). Gloria


Medan, Medan.

Widiastoety, D. & F.A. Bahar. 1995. Pengaruh Berbagai Sumber Dan


Karbohidrat Terhadap Planlet Anggrek Dendrobium, Jurnal
Hortikultura. Vol 5 (3) : 76-80.

Lesar, Helena,. B, Hlebec,. N, Ceranis,. D, Damijana, & Z, luthar,. 2012.


Acclimatization of Terrestrial Orchid Bletilla striata Rchb.f.
(Orchidaceae) Propagated Under in vitro Conditions. Acta
agriculturae Slovenica, Vol 99 (1) : 69-75

Vous aimerez peut-être aussi