Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb. Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan,
karena hanya dengan rahmat dan karuniaNYA makalah kami yang berjudul kebijakan dan
program kesehatan lansia telah dapat terselesaiakan. Kemudian tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada Ibu dosenyang telah banyak memberikan pengetahuan kepada
kami demi terciptanya tugas ini.
Sesuai dengan temanya makalah ini menyajikan tentang bagaimana tingkat
keberhasilan program tersebut baik tingkat nasional maupun tingkat propinsi.
Kami telah berupaya maksimal, namun pasti masih banyak kekurangan, kelemahan
dan kesalahan. Untuk itu kami mohon kritik, masukan dan saran, demi penyempurnaan
makalah kami dimasa yang akan datang..
.
Kendari, Mei 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah telah mencanangkan
visi Indonesia sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang
penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu, adil, merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi
tingginya. Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan nasional
turut serta ambil bagian dalam mengantisipasi peningkatan jumlah populasi lansia dengan
menitikberatkan pada penanganan di bidang kesehatan dan keperawatan.
Dalam hal ini penting kiranya diketahui informasi mengenai tingkat kesehatan dan tingkat
ketergantungan lansia di masyarakat. Salah satu pelayanan kesehatan di masyarakat adalah
posyandu lansia.
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka latar belakang rumusan permasalahan ini
adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan dan tingkat ketergantungan lansia di masyarakat
serta pelayanan kesehatan lansia.
3. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang kami gunakan adalah :
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut
usia (aging struktured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia)nya
sebanyak 7% adalah di pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk Lansia ini antara
lain disebabkan antara lain karena 1) tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, 2)
kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan 3) tingkat pengetahuan masyarakat yang
meningkat.
Jumlah penduduk Lansia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta, usia harapan
hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%), usia harapan
hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan
usia harapan hidup 71,1 tahun. Dari jumlah tersebut, pada tahun 2010, jumlah penduduk
Lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan
sebesar 15.612.232 (9,97%). Terdapat perbedaan yang cukup besar antara Lansia yang
tinggal di perkotaan dan di perdesaan. Perbedaan ini bisa jadi karena antara lain Lansia yang
tadinya berasal dari desa lebih memilih kembali ke desa di hari tuanya, dan mungkin juga
bisa jadi karena penduduk perdesaan usia harapan hidupnya lebih besar karena tidak
menghirup udara yang sudah berpolusi, tidak sering menghadapi hal-hal yang membuat
mereka stress, lebih banyak tenteramnya ketimbang hari-hari tiada stress atau juga bisa jadi
karena makanan yang dikonsumsi tidak terkontaminasi dengan pestisida sehingga membuat
mereka tidak mudah terserang penyakit sehingga berumurpanjang.
Namun jika dilihat pada tahun 2020 walaupun jumlah Lansia tetap mengalami
kenaikan yaitu sebesar 28.822.879 (11,34%), ternyata jumlah Lansia yang tinggal di
perkotaan lebih besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan yang tinggal
di perdesaan yaitu sebesar 13.107.927 (11,51%).
Alasan lain mengapa pada tahun 2020 ada kecenderungan jumlah penduduk Lansia
yang tinggal di perkotaan menjadi lebih banyak karena para remaja yang saat ini sudah
banyak mengarah menuju kota, mereka itu nantinya sudah tidak tertarik kembali ke desa lagi,
karena saudara, keluarga dan bahkan teman-teman tidak banyak lagi yang berada di desa.
Sumber penghidupan dari pertanian sudah kurang menarik lagi bagi mereka, hal ini juga
karena pada umumnya penduduk desa yang pergi mencari penghidupan di kota, pada
umumnya tidak mempunyai lahan pertanian untuk digarap sebagai sumber
penghidupankeluarganya.
Selain itu bahwa di masa depan sektor jasa mempunyai peran yang penting
sebagai sumber penghidupan. Oleh karena itu suatu negara yang tidak mempunyai sumber
daya alam yang cukup maka di era globalisasi akan beralih kepada sektor jasa sebagai sumber
penghasilannya, contoh negara Singapura. Pada hal sektor jasa dapat berjalan dan hidup
hanya di daerah perkotaan.
1. Kebijakan
UU dan peraturan yang terkait dengan penanganan Lansia
Indonesia telah memiliki perundang-undangan, keputusan, peraturan dan kebijakan untuk
penganan lanjut usia diantaranya:
a. UUD 45 pasal 28 H , setiap orang ber hak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
b. UU No. 13/98 tentang kesejahteraan Lansia yang mengamanatkan kepada pemerintah
berkewajiban memberikan pelayanan dan perlindungan sosial bagi Lansia. agar
mereka dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. Amanat terurai
dalam pasal-pasal untuk 12 departemen, lembaga non departemen serta kepada unsure
masyarakat.
c. UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional khususnya yang
menyangkut jaminan sosial bagi Lansia UU. No. 11/2009 tentang kesejahteraan sosial
d. Keppres 52/2004 tentang Komnas Lansia Permendagri No.60/2008 tentang
pembentukan Komda Lansia dan pemberdayaan masyarakat
e. RAN 2003 dan 2008 tentang Kesejahteraan Sosial Lansia
Identifikasi permasalahan
Sesuai hasil penelitian yang dilakukan masih diperoleh kenyataan bahwa :
a. Sosialisasi UU, Keputusan, Peraturan, kebijakan yang terkait Lansia minim.
b. Implementasi UU No. 13/98 di pusat maupun di daerah masih terbatas
c. Implementasi UU No. 40/2004 tentang SJSN dan UU No. 11 Tahun 2009 tentang
kesejahteraan sosial masih menunggu penerbitan PP nya.
d. Koordinasi dan keterpaduan lintas sektor (antara unsur pemerintah, swasta dan
masyarakat ) belum efektif khususnya dalam perencanaan program yang terkait
penanganan Lansia
e. Pelayanan dan pemberdayaan Lansia oleh unsur pemerintah, masih dihadapkan
berbagai keterbatasan.
f. Peran Komda Lansia belum sepenuhnya efektif, perlu fungsionalisasi dan penguatan
peran kelembagaan.
g. Penanganan Lansia masih banyak bersandar kepada keluarga dan upaya yang berbasis
masyarakat.
h. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan bantuan kepada Lansia terlantar (JSL dan
Jamkesmas) masih terbatas.
i. Pemberdayaan Lansia dibidang sosial, ekonomi, diklat, dan lain-lainnya belum
optimal
Peran Komnas
a. Meningkatkan kesadaran tentang dampak masalah Lansia terutama mengenai
pertumbuhan yang pesat, kenaikan angka ketergantungan, kondisi kesehatan,
pendidikan dan kesejahteraan pada umumnya yang masih rendah. Mendorong
masyarakat agar lebih peduli dan berperan serta dalam penanganan Lansia.
b. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian dengan sosialisasi tentang UU 13/98,
Keppres 52/04, RAN, Permendagri 60/08, UU 11/09 secara berkelanjutan.
c. Mengkoordinasikan upaya pemberdayaan Lansia potensial untuk berpartisipasi
dalam pembangunan dan kegiatan masyarakat dengan bekerjasama antar
departemen terkait dan organisasi kemasyarakatan.
d. Mengkoordinasikan lintas sektor dalam Perencanaan Program agar lebih
menyentuh kepentingan Lansia.
e. Penguatan peran Komda sebagai ujung tombak peningkatan kesejahteraan Lansia
f. Meningkatkan kepedulian kalangan swasta, perguruan tinggi dan LSM melalui
forum kerjasama,saresehan, seminar dan lokakarya.
g. Melakukan pengkajian dan penelitian instrumen perundang-undangan yang terkait
dengan kepentingan Lansia serta penelitian kondisi dan kebijakan sosial ekonomi
dan kesehatan Lansia
2. Program
Contoh upaya pemerintah di negara maju dalam meningkatkan kesehatan masyarakatnya,
diantaranya adanya medicare dan medicaid. Medicare adalah program asuransi social federal
yang dirancang untuk menyediakan perawatan kesehatan bagi lansia yang memberikan
jaminan keamanan social. Medicare dibagi dua : bagian A asuransi rumah sakit dan B
asuransi medis. Semua pasien berhak atas bagian A, yang memberikan santunan terbatas
untuk perawatan rumah sakit dan perawatan di rumah pasca rumah sakit dan kunjungan
asuhan kesehatan yang tidak terbatas di rumah. Bagian B merupakan program sukarela
dengan penambahan sedikit premi perbulan, bagian B menyantuni secara terbatas layanan
rawat jalan medis dan kunjungan dokter. Layanan mayor yang tidak di santuni oleh ke dua
bagian tersebut termasuk asuhan keperwatan tidak terampil, asuhan keperawatan rumah yang
berkelanjutan obat-obat yang diresepkan, kaca mata dan perawatan gigi. Medical membayar
sekitar biaya kesehatan lansia (U.S Senate Committee on Aging, 1991).
Medicaid adalah program kesehatan yang dibiayai oleh dana Negara dan bantuan
pemerintah bersangkutan. Program ini berbeda antara satu Negara dengan lainya dan hanya
diperuntukan bagi orang tidak mampu. Medicaid merupakan sumber utama dana masyarakat
yang memberikan asuhan keperawatan di rumah bagi lansia yang tidak mampu. Program ini
menjamin semua layanan medis dasar dan layanan medis lain seperti obta-obatan, kaca mata
dan perawatan gigi.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari
kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya
melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
a. Sasaran langsung:
1. Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn
2. Usia lanjut 60-69 thn
3. Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut berumur 60 thn
atau lebih dgn masalah kesehatan
b. Sasaran tidak langsung:
1. Keluarga dimana usia lanjut berada
2. Masyarakat di lingkungan usia lanjut
3. Organisasi sosial yg peduli
4. Petugas kesehatan
5. Masyarakat luas
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang
diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan
kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang
menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya
menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
- Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan
- Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT).
Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja
II ini.
- Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan
pelayanan pojok gizi.
Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain :
a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri
kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana
cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang
melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong
minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau
b. Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa
harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau
kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini
berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia
merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus
menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat
mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan
demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk
menghadiri posyandu lansia.
a. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia
untuk datang ke posyandu.
c. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia
untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi
lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke
posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu
mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
a. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
d. Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas
kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap
yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang
diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah
suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.
Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik
dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk
mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan
yang dihadapi.
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti:
a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti
makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan
sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan
menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan
dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut
nadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes
mellitus)
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan butir 1 hingga 7. Dan
i. Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi
lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk
meningkatkan kebugaran.
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Kita ketahui lansia ini akan banyak menderita penyakit contoh hipertensi, stroke,
osteoporosis dll. Maka para lansia diharapkan mengikuti program-program pemerintah untuk
mengetahui perubahan atau perkembangan kesehatannya dan keluarga juga harus mendukung
program ini
diharapkan juga para lanjut usia melakukan pola hidup sehat yakni dengan
mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik/olahraga secara benar
dan teratur serta tidak merokok
DAFTAR PUSTAKA
Maryam, R siti.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. 2008. Jakatra: Salemba medika
Mubarak Wahid iqbal,dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. 2006. Jakarta: Sagung Seto