Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH :
FATMA MELANI (P1807216003)
SRI HERTATI ENDANG (P1807216004)
PROGRAM PASCASARJANA
KONSENTRASI KESEHATAN REPRODUKSI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
0
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, bimbingan, dan pertolongan-Nya sehingga Makalah yang berjudul
teori jaringan sosial dan dukungan sosial, aspek sosial dalam kesehatan reproduksi dan
keluarga ini dapat terselesaikan dengan baik.
1
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul................................................................................................................ 1
Kata Pengantar................................................................................................................ 1
Daftar isi.............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 3
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 19
3.2 Saran.............................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 20
LAMPIRAN JURNAL........................................................................................................ 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
Dukungan sosial telah didefinisikan dan diukur dengan berbagai cara. Menurut
Home (1981), dukungan sosial adalah konten fungsional hubungan yang dapat
dikategorikan ke dalam empat jenis perilaku pendukung yang mendukung:
Dukungan instrumental melibatkan penyediaan bantuan dan layanan yang nyata yang
secara langsung membantu seseorang yang membutuhkan.
Konsep Defiinisi
Jaringan sosial Jaringan hubungan sosial yang berpusat
pada orang
Karakteristik jaringan sosial yang dipilih:
timbal balik Sejauh mana sumber daya dan dukungan
diberikan dan diterima dalam suatu hubungan
Intensitas Sejauh mana hubungan sosial menawarkan
kedekatan emosional
Kerumitan Sejauh mana hubungan sosial
menyelamatkan banyak fungsi
4
Kepadatan Sejauh mana anggota jaringan mengetahui
dan berinteraksi satu sama lain
Homogenitas Luasnya anggota jaringan yang demografis
serupa
Dispersi geografis Luasnya anggota jaringan yang tinggal
berdekatan dengan focal person
Dukungan sosial Bantuan dan bantuan ditukar melalui
hubungan sosial dan transaksi
interpersonal
Jenis dukungan sosial:
Bantuan emosional Ungkapan empati, cinta, kepercayaan, dan
kepedulian
Dukungan instrumental Bantuan dan layanan yang nyata
Dukungan informasi Nasihat. Saran, dan informasi
Dukungan penilaian Informasi yang berguna untuk evaluasi diri
Mekanisme yang di lalui jejaring sosial dan dukungan sosial mungkin memiliki
dampak positif terhadap kesehatan fisik, mental, dan sosial yang dirangkum dalam Gambar
9.1. Model tersebut menggambarkan jejaring sosial dan dukungan sosial sebagai titik awal
pemrakarsa arus sebab akibat menuju hasil kesehatan. Sebenarnya, banyak hubungan yang
ada pada gambar 9.1 mengandung pengaruh timbal balik; Misalnya, status kesehatan akan
mempengaruhi sejauh mana seseorang mampu mempertahankan dan memobilisasi jaringan
Jaringan sosial dan dukungan sosial
sosial.
Stresor
Perceived control
Mengkoordinasikan
kelompok swadaya
6
Meningkatkan jaringan Identifikasi pembantu alami Eng and hatch, 1991
melalui penggunaan tenaga di masyarakat
Earp and others, 1997
alami asli
Analisis jaringan sosial
alami yang ada
Fasilitasi identifikasi
masalah masyarakat yang
sedang berlangsung dan
pemecahan masalah
8
Menurut H. Ray Elling (1970) dan G.M Foster (1973) aspek sosial yang akan
mempengaruhi perilaku masyarakat dalam bidang kesehatan diantaranya adalah :
A. Pengaruh self Concept terhadap perilaku
Self Concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan yang dirasakan oleh diri
sendiri terutama bagaimana cara individu itu dapat merefleksikan kepuasannya
kepada orang lain. Apabila orang lain merasakan kepuasan yang kita berikan
direspon sebagai hal yang positif maka orang lain akan merasakan kepuasan yang
yang sama. Tetapi sebaliknya apabila kepuasan yang kita berikan direspon negatif
oleh masyarakat maka dalam jangka waktu lama masyarakat akan merasa tidak
puas. Kondisi semacam ini kita harus melakukan promosi bagai mana tingkat
kepuasan yang kita terima akan direspon positip bagi orang lain . Misal : apabila
kita merasa puas dengan sistem kartu gosok pendaftaran, sedangkan orang lain
merasa lebih repot, maka Rumah Sakit harus melakukan upaya penjelasan sistem
tersebut justru akan lebih memudahkan. Self Contact adalah hal yang penting
dalam upaya kesehatan, karena akan mempengaruhi perilaku masyarakat
B. Pengaruh Image kelompok terhadap perilaku kesehatan
Image perorangan akan sangat dipengaruhi oleh image kelompok.
Sebagai Contoh: seorang guru apabila sakit akan berobat ke dokter, sedangkan
bapak petani apabila sakit pergi ke dukun, maka akan berpengaruh pada keluarga
petani juga akan berobat ke dukun, walaupun sekolah menganjurkan ke
Puskesmas,
Image masyarakat bahwa patah tulang harus disembuhkan pada dukun
sangkal putung maka apabila ada keluarga kita patah tulang akan dibawa ke
sangkal putung bukan ke dokter orthopedi
C. Pengaruh Indentifikasi Individu dalam kelompok terhadap perilaku kesehatan
Beberapa indentitas sosial yang mempengaruhi status kesehatan
diantaranya :
1. Umur
2. Jenis kelamin,
3. Pekerjaan,
4. Sosial ekonomi
Dalam segi epidemiologi faktor individu sangat berpengaruh dalam status
kesehatan disamping, lingkungan dan agent.Indentifikasi tersebut akan
mempengaruhi dalam pembentukan kelompok sosial dan cara aktifitasnya,
9
dimana kelompok sosial kemudian membentuk budaya/ perilaku kelompok.
Contoh : Perilaku anak muda yang merokok dimulai dari individu dalam
kelompok, Kelompok kerja dengan debu akan merangsang orang lain pakai
masker dll. Perilaku kelompok suatu desa lebih senang BAB disungai ternyata
ketika mereka BAB di sungai terbiasa terjadi transaksi pekerjaan, perjodohan dll,
sehingga walaupun dibuatkan tempat BAB yang baik mereka tetap akan kembali
disungai
Jika dilihat dari aspek umur, maka ada perbedaan golongan penyakit
berdasarkan golongan umur, misalnya dikalangan balita banyak yang menderita
penyakit infeksi, sedangkanpada golongan dewasa atau usia lanjut lebih banyak
menderita penyakit kronis. Demikian juga dengan aspek golongan menurut jenis
kelamin, dikalangan wanita lebih banyak menderit kanker payudara,sedangkan
pada pria,lebih banyak menderita kanker prosat. Begitu juga dengan jenis
pekerjaan, dikalangan petani lebih banyak menderita penyakit cacingan, karena
aktifiasnya banyak dilakukan disawah, sedangkan pada buruh tekstil lebih banyak
menderita penyakit salura pernafasan karena banyak terpapar debu. Keadaan
sosial ekonomi juga mempengaruhi pada pola penyakit,bahkan juga berpengaruh
pada kematian, misalnya angka kematian lebih tinggi pada golongan yang status
ekonominya rendah dibandingkan dengan status ekonominya tinggi. Demikian
juga obesitas lenih ditemukan pada kalangan masyarakat dengan status ekonoinya
tinggi.
B. Ruang Lingkup
11
8. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks, mutilasi
genetalia, fistula dll.
C. Hak Reprosuksi
Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang, baik
laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur,
agama, dll) untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri,
keluarga, dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan
waktu kelahiran anak dan akan melahirkan. Hak reproduksi ini didasarkan pada
pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang diakui di dunia internasional (Depkes RI,
2002).
12
seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan
tindakan medis yang digunakan untuk pelayanan dan/atau mengatasi masalah
kesehtan reproduksi.
13
8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan, ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi
9. Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas pelayanan dan
kehidupan reproduksinya
11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga
dan kehidupan reproduksi
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi
4. Hak privasi
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga
11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik
14
1. Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah-langkah
yang tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu yang menginginkan
pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksualnya terpenuhi;
3. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya, mendorong
agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta membangun dukungan atas
hak-hak tersebut melalui pendidikan dan advokasi.
Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga ketika mereka
menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri.
15
program Safe Motherhood yang mempunyai prioritas pada peningkatan pelayanan
kesehatan wanita terutama paada masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.
Angka Kematian lbu (AKl) merupakan indikator pembangunan kesehatan dan
indikator pemenuhan hak reproduksi perempuan serta kualitas pemanfaatan kesehatan
secara umum. Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah
keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang perawatan kehamilan dan adanya
pengaruh budaya yang telah diwariskan leluhur secara turun-temurun. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Wa Ode Puji Lestari 2016 di wilayah pesisir
Kecamatan Abeli (studi kasus) Kota Kendari dalam perawatan kehamilan ibu hamil
rutin memeriksakan kehamilan di puskesmas, masih ada kepercayaan berpantang
makanan dan anjuran makanan dan masih adanya peran dukun bayi dimanfaatkan
untuk mengurut perut terutama dalam acara yang berkaitan dengan perawatan
kehamilan.
2. Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) telah menjadi tren kehidupan
masyarakat sejak dahulu sampai sekarang. KDRT terjadi pada seluruh lapisan
masyarakat, kelas bawah dan paling. Bawah (lower and lower-lower class), kelas
menengah (middle class) dan kelas atas (high class).
Hasil survei Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak tahun 2006 oleh BPS
dan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan menyebutkan bahwa sebanyak
51,1 persen pelaku KDRT adalah suami, 11,7 persen orang tua/mertua, anak/cucu,
dan famili); 19,6 persen tetangga, 2,5 persen atasan/majikan, 2,9 persen rekan kerja,
0,2 persen guru, dan 8,0 persen pelaku lainnya (sumber BPS, 2000: 24)
3. Narkoba dan seks Bebas Pada Remaja
Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Studi Cintadan Kemanusiaan
(LSCK) yang melibatkan respondensebanyak 1.660 mahasiswa dari berbagai
perguruan tinggi di Yogyakarta mendapatka hasil bahwa 97,5% dari responden
mengaku telah melakukan perilaku seksualpranikah (Administrator, 2011) Penelitian
lainnya oleh LSM Sahara Indonesia terhadap 1000 orang mahasiswa dikota Bandung
pada tahun 2002 menemukan bahwa 44,8%mahasiswi remaja kota Bandung sudah
pernah melakukan hubungan intim. (Masunah. 2012)
Faktor penyebab seks bebas yang dialami remaja dapat dikategorikan menjadi
dua yaitu:
16
1. Faktor Internal. Faktor internal atau lebih lazimnya dari dalam diri seseorang
remaja itu. Keinginan untuk dimengerti lebih dari orang lain bisa menjadi
penyebab remaja melakukan tindakan penyimpangan, sikap yang terlalu
merendahkan diri sendiri atau selalu meninggikan diri sendiri, jika terlalu
merendahkan diri sendiri orang remaja lebih mencari jalan pintas untuk
menyelesaikan sesuatu dia beranggapan jika saya tidak begini saya bisa dianggap
orang lain tidak gaul, tidak mengikuti perkembangan zaman.
2. Faktor Eksternal. Faktor Eksternal / faktor dari luar pribadi seseorang remaja.
Faktor paling terbesar memberi terjadinya prilaku menyimpang seseorang remaja
yaitu lingkungan dan sahabat. Seseorang sahabat yang sering berkumpul bersama
dalam satu geng, otomatis dia akan tertular oleh sikap dan sifat kawannya
tersebut. Kasih sayang dan perhatian orang tua tidak sepenuhnya tercurahkan,
membuat seorang anak tidak betah berada di dalam rumah tersebut, mereka lebih
senang untuk berada di luar bersama kawan-kawannya. Apalagi keluarga yang
kurang harmonis dan kurangnya komunikasi dengan orang tua dapat
menyebabkan seorang anak melakukan penyimpangan sosial serta seks bebas
yang melanggar nilai-nilai dan norma sosial. Apabila ayah dan ibu mereka yang
memiliki kesibukan di luar rumah akan membuat anak-anak remaja semakin
menjadi-jadi, sehingga mereka merasa tidak diperdulikan lagi.
Selain faktor internal dan eksternal di atas, ada juga faktor lain yang secara umum
dapat menyebabkan terjadinya seks bebas yaitu:
Pergaaulan. Kita tahu pergaulan punya pengaruh besar terhadap perilaku kita.
Maka jika seseorang mempunyai lingkungan pergaulan dari kalangan teman-
teman yang suka melakukan seks bebas, maka dia juga bisa terpengaruh dan
akhirnya ikut melakukan seks bebas.
Pengaruh materi pornografi (film, video, internet dsb). Jika seseorang berulang
kali mengakses materi pornografi, maka ini bisa mendorong terjadinya perilaku
seks bebas.
Pengaruh obat/narkoba dan alkohol. Seseorang yang bebas dari pengaruh
narkoba dan alkohol bisa berfikir jernih dan ini mencegah dia melakukan
perilaku berisiko. Dalam keadaan dipengaruhi oleh narkoba dan alkohol, maka
17
pemikiran jernih bisa menurun dan ini bisa mendorong terjadinya perilaku seks
bebas.
Jadi kombinasi dari sejumlah faktor diataslah yang merupakan penyebab seks
bebas dan bukan kondom. Jadi untuk mereka yang khawatir bahwa kondom akan
mendorong seks bebas, marilah merenungkan kembali hal ini dengan jernih dan
bijaksana. Adalah sangat kecil kemungkinannya bahwa hanya gara-gara tahu tentang
kondom atau menerima pembagian kondom gratis maka seseorang mendadak lalu jadi
berani jajan seks atau melakukan hubungan seks berisiko.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Mekanisme yang di lalui jejaring sosial dan dukungan sosial memiliki dampak positif
terhadap kesehatan fisik, mental, dan sosial serta memiliki hubungan timbal balik satu
dengan yang lainnya.
2. Aspek sosial memiliki pengaruh yang besar dalam masalah kesehatan reproduksi dan
keluarga
3.2 Saran
Uraian sebelumnya telah memperlihatkan bahwa dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan reproduksi dan keluarga melalui program-program pembangunan kesehatan perlu
memperhatikan aspek-aspek sosial-budaya masyarakat. Menempatkan petugas kesehatan dan
membangun fasilitas kesehatan semata tidaklah cukup untuk mengatasi masalah-masalah
kesehatan reproduksi di suatu daerah. Seperti diketahui ternyata perilaku-perilaku kesehatan
di masyarakat baik yang menguntungkan atau merugikan kesehatan banyak sekali
dipengaruhi oleh faktor sosial budaya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M. M (1992). Keperawatan keluarga: Teori dan Praktik, edisi ketiga. Jakarta:
EGC.
Masunah, Juju. 2012. Profil Pendidikan, Kesehatan, dan Sosial Remaja Kota Bandung :
Masalah dan Alternatif Solusinya. http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Hasil a Kota
Bandung Masalah dan Alternatifnya.pdf. Bandung :LPPM Universitas Pendidikan Indonesia.
(15 September 2017)
Kuntjoro, Z. S. (2002). Dukungan pada Lansia. Dibuka pada tanggal 2 Desember 2006, dari
http://www.e-psikologi.com/usia/160802.htm
20