Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB 1.

PENDAHULUAN

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan terbesar di


Indonesia. Kelapa sawit adalah salah satu jenis tumbuhan yang memiliki peranan
yang sangat penting dalam berbagai jenis industri, seperti industri kosmetik,industri
pangan, industri margarin, industri minyak goreng, dan lain - lain. Dalam suatu
industri, setiap proses pengolahan terhadap bahan baku dilakukan, maka akan
dihasilkan pula produk samping yang dinamakan limbah, tidak terkecuali pada
industri kelapa sawit.
Salah satu produk samping dari pengolahan kelapa sawit adalah cangkang dan
tandan kosong sawit. Cangkang sawit merupakan bagian paling keras pada komponen
yang terdapat pada kelapa sawit. Saat ini pemanfaatan cangkang sawit dan tandan
kosong di berbagai industri pengolahan minyak CPO belum begitu maksimal.
Cangkang dan tandan sawit dapat diolah menjadi beberapa produk yang bernilai
ekonomis tinggi, seperti karbon aktif, fenol, asap cair, tepung tempurung dan briket
arang. Pengolahan cangkang kelapa sawit sebagai arang aktif adalah salah satu cara
mudah untuk menambah nilai ekonomis. Arang aktif adalah arang yang diaktifkan
dengan cara perendaman dalam bahan kimia atau dengan cara mengalirkan uap panas
ke dalam bahan, sehingga pori pori bahan menjadi lebih terbuka dengan luas
permukaan berkisar antara 300 hingga 2000 m 2/g. Permukaan arang aktif yang
semakin luas berdampak pada semakin tingginya daya serap terhadap bahan gas atau
cairan. Pemanfaatan arang aktif dalam bidang industri sangat banyak, diantaranya
sebagai desulfurisasi pada pemurnian gas dan pengolahan LNG, bahan pembantu
proses penyaringan dan lain-lain.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Arang Aktif

Arang aktif adalah arang yang diaktifkan dengan cara perendaman dalam
bahan kimia atau dengan cara mengalirkan uap panas ke dalam bahan, sehingga pori
pori bahan menjadi lebih terbuka dengan luas permukaan berkisar antara 300
hingga 2000 m2/g. Permukaan arang aktif yang semakin luas berdampak pada
semakin tingginya daya serap terhadap bahan gas atau cairan (Rahmawati, 2006).
Arang aktif merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon,
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu
tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan tidak terjadi kebocoran udara
didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut
hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi.
Karbon aktif adalah bahan karbon berpori yang telah mengalami reaksi
dengan gas atau dengan penambahan bahan kimia (KOH, NaOH, ZnCl) sebelum,
selama atau setelah karbonisasi untuk meningkatkan sifat serapnya. Karbon aktif
memiliki sifat penting yaitu daya serap / adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu peristiwa
fisika atau kimia pada permukaan yang dipengaruhi oleh suatu reaksi kimia antara zat
penyerap /adsorben dan zat terserap / adsorbat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
daya serap adalah sifat adsorben, jumlah serapan, temperatur, pH / derajat keasaman,
dan waktu (Sembiring dan Sinaga, 2003).
Luas permukaan arang aktif berkisar antara 300-2000m3/gr, dan ini
berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan arang aktif mempunyai
sifat sebagai adsorben. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa
kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-
pori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-100%
terhadap berat arang aktif.
2.2 Pembuatan Arang Aktif Secara Umum
Cheremisinoff dan A.C. Moressi (1978), mengemukakan bahwa proses
pembuatan arang aktif terdiri dari tiga tahap yaitu :
a) Dehidrasi: proses penghilangan air. Bahan baku dipanaskan
sampai temperature 170oC .
b) Karbonisasi: pemecahan bahan-bahan organic menjadi karbon.
Temperature di atas 170oC akan menghasilkan CO, CO2 dan asam asetat.
Pada temperature 275oC, dekomposisi menghasilkan tar, methanol dan
hasil sampingan lainnya. Pembentukkan karbon terjadi pada temperature 400-
600oC.
c) Aktivasi: dekomposisi tar dan perluasan pori-pori. Dapat
dilakukan dengan uap atau CO2 sebagai aktivator.
Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Dalam hal ini, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorbsi, yaitu :
1.Sifat Adsorben
Arang aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang
sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing berikatan
secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non polar.
Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting
diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil pori-
pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian
kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan
agar menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Jumlah atau dosis arang aktif
yang digunakan, juga diperhatikan.
2.Sifat
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi
kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing senyawa.
Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul
serapan dari struktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorpsi juga
dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai
dari senyawa serapan.
3. Kadar Air Terikat (Inherent Moisture)
Kandungan air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam karbonaktif
setelah bahan baku berkarbon melalui tahapan karbonisasi dan aktivasikimia,
baik yang terikat secara kimiawi maupun akibat pengaruh kondisi luarseperti iklim,
ukuran butiran maupun proses penyaringan. Penetapan ini bertujuanuntuk mengetahui
sifat higroskopis karbon aktif.
4. Abu (Ash Content)
Abu di dalam karbon aktif merupakan kada rmineral matter yang
terkandung di dalamnya yang tidak terbakar pada proses karbonisasi dan tidak
terpisah pada proses aktivasi.
5.Temperatur
Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk menyelidiki temperature pada
saat berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum yang bisa diberikan
mengenai temperature yang digunakan dalam adsorpsi. Faktor yang mempengaruhi
temperatur proses adsorpsi adalah viskositas dan stabilitas termal senyawa serapan.
Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi
perubahan warna maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik
didihnya. Untuk senyawa volatile, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar atau
bila memungkinkan pada temperatur yang lebih kecil.
6.pH (Derajat Keasaman)
Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu
dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam
mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila pH asam
organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang
sebagai akibat terbentuknya garam.
7.Waktu Kontak
Bila arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk
mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan
jumlah arang yang digunakan. Selain ditentukan oleh dosis arang aktif
pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan dimaksud kan
untuk memberi kesempatan pada partikel arang aktif untuk bersinggungan dengan
senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai viskositas tinggi, dibutuhkan waktu
singgung yang lebih lama.
2.3 Proses Karbonisasi
Karbonisasi adalah proses pemecahan/peruraian selulosa menjadi karbon pada
suhu berkisar 275oC (Tutik M dan Faizah H, 2001)
1. Pada suhu 100-120oC terjadi penguapan air dan sampai suhu 270oC
mulai terjadi peruraian selulosa. Distilat mengandung asam organic dan
sedikit methanol. Asam cuka terbentuk pada suhu 200-270oC.
2. Pada suhu 270-310oC reaksi eksotermik berlangsung dimana terjadi
peruraian selulosa secara intensif menjadi larutan piroligant, gas kayu dan
sedikit tar. Asam merupakan asam organic dengan titik didih rendah seperti
asam cuka dan methanol sedang gas kayu terdiri CO dan CO2.
3. Pada suhu 310-500oC terjadi peruraian lignin, dihasilkan lebih banyak
tar sedangkan larutan pirolignat menurun, gas CO2 menurun sedangkan gas
CO dan CH4 dan H2 meningkat.
4. Pada suhu 500-1000oC merupakan tahap dari pemurnian arang atau
kadar karbon. (R. Sudrajat, 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses karbonisasi :
1. Waktu karbonisasi
Bila waktu karbonisasi diperpanjang maka reaksi pirolisis semakin sempurna
sehingga hasil arang semakin turun tetapi cairan dan gas semakin meningkat.
waktu karbonisasi berbeda-beda tergantung pada jenis-jenis dan jumlah bahan
yang diolah. Misalnya : tempurung kelapa memerlukan waktu 3 jam (BPPI
Bogor,1980) dan tempurung kemiri 1 jam (BArdi M dan A Munim,1999).
2. Suhu karbonisasi
Suhu karbonisasi yang berpengaruh terhadap hasil arang karena semakin
tinggi suhu, arang yang diperoleh makin berkurang tapi hasil cairan dan
gas semakin meningkat. untuk tempurung kemiri suhu karbonisasi 400oC
(Bardi M dan A Munim, 1999), dan tempurung kelapa suhu karbonisasi
600oC (BPPI Bogor, 1980).
2.4 Proses Aktivasi
Proses aktivasi merupakan hal yang penting diperhatikan di samping
bahan baku yang digunakan. Aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang
bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon
atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami
perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar
dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Metode aktivasi yang umum digunakan
dalam pembuatan arang aktif adalah:
a) Aktivasi Kimia : proses pemutusan rantai karbon dari
senyawa organik dengan pemakaian bahan-bahan kimia.
b) Aktivasi Fisika : proses pemutusan rantai karbon dari
senyawa organik dengan bantuan panas, uap dan CO2.
Untuk aktivasi kimia, aktivator yang digunakan adalah bahan-bahan kimia
seperti: hidroksida logam alkali garam-garam karbonat, klorida, sulfat, posfat dari
logam alkali tanah dan khususnya ZnCl2 asam-asam organic seperti H2SO4 dan
H3PO4. Untuk aktivasi fisika, bahan baku terlebih dahulu dibuat arang. Selanjutnya
arang tersebut digiling, diayak untuk selanjutnya diaktifasi dengan cara pemanasan
pada temperature 1000oC yang disertai pengaliran uap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses aktivasi :
1. Waktu perendaman
Perendaman dengan bahan aktivasi ini dimaksudkan untuk menghilangkan
atau membatasi pembentukan lignin, karena adanya lignin dapat
membentuk senyawa tar. Waktu perendaman untuk bermacam-macam zat
tidak sama.
2. Konsentrasi activator
Semakin tinggi konsentrasi larutan kimia aktifasi maka semakin kuat
pengaruh larutan tersebut mengikat senyawa-senyawa tar sisa karbonisasi
untuk keluar melewati mikro pori-pori dari karbon sehingga permukaan
karbon semakin porous yang mengakibatkan semakin besar daya adsorpsi
karbon aktif tersebut.
3. Ukuran bahan
Makin kecil ukuran bahan makin cepat perataan keseluruh umpan
sehingga pirolisis berjalan sempurna.
2.4 Aplikasi Arang Aktif
Karbon aktif dapat dimanfaatkan sebagai agen penyerap,elektroda, katalis,
pengolahan limbah cair atau gas / waste treatment dan sebagai penyimpan gas / gas
adsorptive strorage. Selain itu juga karbon aktif banyak digunakan dalam proses
pemurnian air baik dalam proses produksi air minum maupun dalam penanganan
limbah (Wu, 2004).
Karbon aktif berfungsi sebagai filter untuk menjernihkan air, permunian gas,
industri minuman, farmasi, katalisator, dan berbagai macam penggunaan lain. Karbon
aktif juga bisa digunakan untuk mengadsorbsi senyawa sianida termasuk bahan
beracun berbahaya (B3) pada aliran air sungai dan limbah cair pada industry.

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Alat

1. Oven
2. Ayakan 60 Mesh
3. Furnace
4. Pengaduk

3.2 Bahan

1. Cangkang Kelapa Sawit


2. Asam Fosfat
3. Air Panas
4. pH Universal
5. Kertas Whatmann

3.3 Skema Kerja

3.3.1 Skema Kerja Pembuatan Arang Aktif dari Tandan Kelapa Sawit dengan
activator asam phospat

Tempurung dan Tandan Kelapa

Karbonisasi 400C selama 3 jam

Penghalusan
Pengayakan

Aktivasi dengan menggunakan asam fosfat


selama 7 jam

Penyaringan dengan kertas


Whatmann no.40

Pengeringan pada suhu 1050C

Penetralan Ph dengan
menggunakan air panas

Pengeringan pada suhu 1000C

3.3.2 Skema Kerja Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa Sawit
dengan ZnCl2 dan Na2CO3

Tempurung

Karbonisasi 7000 C selama 4 jam

Penghalusan

Pengayakan
Aktivasi dengan menggunakan selama
ZnCl2 dan Na2CO3

Penyaringan dengan kertas


Whatmann no.40

Pengeringan pada suhu 1050C

Penetralan Ph dengan
menggunakan air panas

Pengeringan pada suhu 1000C

3.3.3 Skema Kerja Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa Sawit
dengan H2O

Tempurung

Karbonisasi 400C,500 dan sampai


600 selama 20, 40 dan 60 menit

Penghalusan

Pengayakan
Aktivasi dengan menggunakan selama
H2O 7 jam

Penyaringan dengan kertas


Whatmann no.40

Pengeringan pada suhu 1050C

Penetralan Ph dengan
menggunakan air panas

Pengeringan pada suhu 1000C

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Karakterisasi Luas Permukaan Bet (Braunanear,Emmelt dan Teller) Karbon


Aktif dari Tempurung Kelapa dan Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan
Aktivasi Asam Fosfat (H3PO4)
Luas permukaan karbon aktif yang tidak di aktivasi jauh lebih rendah
dibandingkan dengan hasil pada karbon aktif yang di aktivasi menggunakan
H2SO3PO4 2.5 Molar .Hal ini dikarenakan H3PO4 memiliki Unsur-unsur mineral dari
persenyawaan kimia yang ditambahkan akan meresap ke dalam arang dan membuka
permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen kimia sehingga luas permukaan
yang aktif bertambah besar (Ketaren, 1986). Pada Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKS) dengan menggunakan aktivasi H dengan perlakuan lama perendaman 7 jam
dan variasi 2.5 Molar didapatkan nilai 56.557 m/g, Hal ini menunjukan bahwa angka
BET mengalami peningkatan oleh adanya pengaruh aktivasi dan pengaruh proses
lama perendaman karena pemberian konsentrasi Asam Posfat sebesar 2.5 Molar pada
variasi lama perendaman mampu meningkatkan angka BET yaitu mengembangkan
struktur pori baru maupun melalui terbukanya materi penyumbat pada pori tersebut.
Walaupun angka BET yang didapatkan tidak secara nyata hal ini dikarenakan
pemberian konsentrasi 2.5 Molar yang secara langsung belum memberikan efek
begitu besar pada peningkatan dari nilai BET. Pada lama perendaman 7 jam dan
variasi 2.75 Molar didapatkan nilai 60.731 m/g, dimana terdapat perubahan
peningkatan nilai angka BET secara signifikan dari nilai angka BET terendah yaitu
pada perendaman 7 jam denagn variasi 2.5 Molar. pada lama perendaman 7 jam dan
variasi 3 Molar didapatkan nilai 131.279 m 2/g, Pada pemberian konsentrasi sebesar
3 Molar terjadi kenaikan nilai BET dibandingkan pada konsentrasi 2.5 Molar dan
2.75 Molar, hal ini dikarenakan pemberian konsentrasi 3 Molar cenderung lebih pekat
dimana fenomena tersebut menunjukan bahwa terdapat proses destruksi bahan
mentah yang lebih baik terjadi pada konsentrasi 3 Molar. Pada lama perendaman 7
jam dan variasi 3.25 Molar didapatkan nilai 101.399 m/g, dan pada lama perendaman
7 jam dan variasi 3.5 Molar didapatkan nilai 67.967 m/g. Nilai diatas cenderung
menurun dari perlakuan 3 Molar hal ini disebabkan karena meningkatnya konsentrasi
bahan pengaktif maka jumlah mineral yang ditambahkan ( terkandung ) semakin
besar, sehingga tidak semua mineral tersebut dapat di eliminir, hal tersebut
mengakibatkan semakin sedikitnya struktur pori yang terbentuk dikarenakan tertutup
oleh sisa-sisa mineral yang tertinggal, sehingga menyebabkan daya adsorbsi karbon
menurun yang ditunjukan oleh penurunan angka BET dari karbon yang dihasilkan.

4.2 Pembauatn Karbon Aktif dari Arang Tempurung Kelapa Sawit dengan
Aktivator ZnCl2 dan Na2CO3 Sebagai Adsorben Untuk Mengurangi Kadar
Fenol Dalam Air Limbah
Karbon aktif dapat dibuat dari arang tempurung kelapa dengan aktivasi kimia
ZnCl2 dan Na2CO3 disertai pirolisis pada suhu 700o C selama 4 jam. Zat pengaktif
(aktivator) berfungsi sebagai agen pelarut mineral organik dan tar sisa pembakaran
arang yang menutupi pori-pori arang, sehingga semakin tinggi konsentrasi zat
pengaktif maka semakin banyak pula mineral organik dan tar yang melarut, hal ini
meyebabkan terbukanya pori-pori arang (memperluas permukaan karbon aktif)
Karakteristik karbon aktif yang dihasilkan telah sesuai dengan SII No.025879, kadar
air sebesar 0,382-1,619%, kadar abu 2,28-7,79%, iodine number 448,02-1599,72
mg/g, surface area 189,630-1900,69 m/g. Semakin tinggi konsentrasi aktivator maka
semakin tinggi persen removal dari fenol yang telah diadsorbsi oleh karbon aktif.
Persen removal tertinggi didapat pada karbon aktif dengan zat aktivator Na2CO3 5%
dengan persen removal sebesar 99,745%. Kapasitas optimum penyerapan fenol
dengan karbon aktif dari arang tempurung kelapa terbaik didapat pada karbon aktif
dengan zat aktivator Na2CO3 5% dengan kapasitas serapan sebesar 220,751 mg
fenol/gram karbon aktif.

4.3 Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit Dengan


Menggunakan H2O Sebagai Aktivator Untuk Menganalisa
Proksimat, Bilangan Iodine dan Rendemen

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa cangkang kelapa sawit dapat


digunakan sebagai bahan utama pembuatan karbon, dengan menggunakan variasi
suhu pengkarbonisasian yaitu 400C, 500C dan 600C dengan waktu 20, 40 dan 60
menit serta pengaktivasian dengan suhu 900C dengan variasi waktu 20,40 dan 60
menit, sehingga dapat menghasilkan nilai kadar air yang terbaik terdapat pada suhu
600C yaitu sebesar 4,5% yang memenuhi Standar Industri Indonesia ( SII ), hal ini
menjelaskan bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan dalam proses
pengkarbonisasian maka kadar air semakin kecil karena jumlah air yang menguap
juga semakin besar, sebaliknya jika semakin tinggi kadar air maka dapat mengurangi
daya serap adsorpsi arang aktif terhadap cairan maupun gas.
Kadar abu dengan variasi waktu yang berbeda yaitu 400C, 500C dan 600C
dengan masing masing waktu selama 20, 40 dan 60 menit. Pada suhu 400C, kadar
abu yang terbentuk meningkat sesuai dengan bertambahnya waktu yang digunakan.
Kadar abu tertinggi diperoleh dengan waktu 60menit yaitu 8%,sedangkan nilai kadar
abu yang terendah yitu pada waktu 20 menit yaitu 4,3%. Begitu juga dengan suhu
500C dan 600C. Pada suhu 500C kadar abu tertinggi yaitu dengan waktu 60 menit
yaitu 8,8% dan yang terendah yaitu 5,5% pada waktu 20 menit, sedangkan kadar abu
yang diperoleh pada suhu 600C nilai tertinggi diperoleh pada waktu 60 menit yaitu
9,7% dan nilai terendah pada suhu tersebut yaitu pada waktu 20 menit dengan nilai
kadar abu 7%. Hal ini dapat dinyatakan bahwa semakin besar suhu dan waktu yang
digunakan maka semakin sedikit karbon yang diperoleh dan semakin besar kadar
abu yang dihasilkan, karena besarnya kadar abu disebabkan oleh proses pengarangan
dilakukan diudara terbuka sehingga terjadi kontak udara yang mengakibatkan
pembentukan arang yang tidak sempurna dan terbentuknya abu juga semakin besar.
Pengujian bilangan iodin dilakukan sebagai salah satu uji kualitasdari produk karbon
aktif. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan karbon aktif dalam
menyerap larutan berwarna. Rata-rata daya serap bilangan iodin yang dikarbonisasi
pada suhu 600C lebih besar dari daya serap bilangan iodin yang dikarbonisasi pada
suhu 500C dan 400C. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu karbonisasi
dan waktu aktivasi yang digunakan maka semakin besar nilai iodin yang diperoleh
karena semakin banyak permukaan karbon yang teraktivasi dan bereaksi dengan
uap air sehingga pengotor-pengotor yang terdapat pada pori-pori ikut teruapkan
sehingga permukaan karbon aktif semakin luas. Bilangan iodin terkecil terdapat
pada sampel karbon aktif yang dikarbonisasi pada suhu 400C yaitu sebesar 328
mg/gr. Sedangkan bilangan iodin terbesar terdapat pada sampel karbon aktif yang
dikarbonisasi pada suhu 600C yaitu 353 mg/gr dan merupakan bilangan iodin yang
terbaik.

Vous aimerez peut-être aussi