Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
AL IMAMMUL HAFIZH.A.SY
15.822.0068
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MEDAN AREA
BAB I
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Salah satu komoditas potensial yang terdapat di Kota Cilegon adalah melon
apollo (Tabel 6), karena memiliki produksi terbesar ketiga setelah mangga dan dan
pisang. Potensi melon apollo cukup bagus untuk dikembangkan, terlebih lagi
kecocokan agroklimat Kota Cilegon sangat mendukung untuk melakukan
budidaya melon apollo. Selain itu, peluang pasar yang masih terbuka membuat
Pemerintah Kota Cilegon berusaha untuk mengembangkan komoditas ini dan
menjadikan melon apollo sebagai komoditas unggulan1 .
Pemilihan komoditas melon apollo tentunya dilandasi oleh adanya
keinginan memperoleh keuntungan yang tinggi pada saat panen. Dibanding
dengan tanaman hortikultura lain, tanaman melon memerlukan perawatan yang
intensif dikarenakan sifat tanaman yang sangat rentan terhadap hama dan
penyakit. Selain itu, semakin mahalnya harga sarana produksi maupun upah
tenaga kerja juga akan mempengaruhi keuntungan yang akan diterima. Dengan
berbagai kondisi tersebut, petani harus dapat mengalokasi faktor produksi yang
digunakan agar dapat mengelola usahatani melon secara efisien. Perilaku harga
input yang berfluktuasi dan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki petani
menyebabkan petani dalam memaksimalkan keuntungan maupun pendapatannya
lebih banyak memilih dengan menekan biaya serendah mungkin.
Jumlah produksi total melon apollo di Kota Cilegon pada tahun 2013
sebesar 1129.48 kwintal yang berasal dari 6 kecamatan, antara lain Citangkil,
Pulomerak, Purwakarta, Grogol, Jombang, dan Cibeber. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 6 yang memuat data jumlah produksi melon apollo dari beberapa kecamatan
di Kota Cilegon. Diperoleh informasi bahwa melon merupakan salah satu
komoditas dengan produksi terbesar jika dibandingkan dengan mangga dan
pisang. Melon apollo yang merupakan jenis tanaman musiman yang jika
dibudidayakan dengan benar akan menghasilkan produksi tinggi dan kualitas baik
sehingga akan berpengaruh pada harga yang tinggi.
Tabel 6 Jumlah produksi melon apollo di Kota Cilegon 2013
Jumlah Produksi (kwintal)
Kecamatan Jambu Pisang
Mangga Pepaya Nangka Sawo Melon
Biji (rumpun)
Ciwandan 50.00 11.00 30.00 45.00 70.00 25.00 -
Citangkil 3.20 - 15.00 1.11 7.30 - 92.00
Pulomerak - 9.00 - 42.00 35.00 - 228.00
Purwakarta 10 336.80 25.51 50.85 849.80 25.60 32.40 226.48
Grogol 480.00 - 16.00 25.00 - - 228.00
Cilegon 16.00 23.00 16.00 150.00 30.00 3.00 -
Jombang 341.00 39.00 34.00 24.00 - 6.00 161.00
Cibeber 525.00 14.00 225.00 34.00 2.00 98.00 194.00
Jumlah 11 752.00 122.61 386.85 1 170.91 170.90 164,40 1 129.48
Sumber : BPS Kota Cilegon 2014
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Pertanian, jumlah kelompok
tani SOP melon kuning sebanyak 22 kelompok tani pada tahun 2013. Sedangkan
pada tahun 2014 jumlah petani yang mengusahatanikan melon sebanyak 14 orang,
hanya sebanyak 6 orang SOP dan sebanyak 8 orang petani non SOP. Penurunan
jumlah petani yang mengusahatanikan melon diduga berimplikasi pada produksi
melon apollo yang menurun.
Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa penurunan jumlah petani
merupakan akibat dari petani yang mengalami kegagalan dalam panen. Kegagalan
panen tersebut berasal dari petani yang tidak mengikuti anjuran untuk menerapkan
SOP. Tujuan dari penerapan SOP oleh Dinas Pertanian Kota Cilegon agar aktivitas
usahatani diarahkan pada peningkatan kualitas dan produktivitas buah melon
apollo. Melalui rangkaian aktivitas usahatani dari proses pembenihan, pemupukan
hingga pemanenan, maka akan terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas pada hasil
buah. Peningkatan pada kualitas (mutu buah) dan hasil produksi akan berimplikasi
pada harga yang diterima petani. Perbedaan yang paling terlihat antara kegiatan
budidaya SOP dan dengan cara non SOP yaitu dalam hal kegiatan pemupukan,
pengairan dan penggunaan pestisida.
Anjuran yang terdapat dalam SOP sudah diumumkan oleh pihak penyuluh
pertanian kepada para petani melon, tetapi tidak semua petani melalukan hal
tersebut. Sehingga harus dilakukan pengkajian penerapan SOP kepada petani melon
mengenai SOP, produksi dan pendapatan pada tiap petani dan rata-rata dari
keseluruhan petani (Lampiran 1). Berdasarkan data Dinas Pertanian Kota Cilegon
(2014) menunjukkan bahwa produksi melon apollo di Kota Cilegon pada tahun
2011 sebesar 435 ton sedangkan pada tahun 2012 jumlah produksi sebesar 437 ton.
Peningkatan produksi diharapkan selalu bertambah setiap tahunnya, sehingga
analisis perbandingan penerapan SOP dan non Sop dapat dilakukan untuk membuat
keputusan usahatani dalam hal budidaya, sehingga petani dapat merencanakan
tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan
usaha yang sedang berjalan. Melihat besarnya fungsi tentang informasi tersebut,
maka penelitian ini mencoba untuk menganalisis beberapa permasalahan yang
terkait dengan pendapatan dan keuntungan, yaitu :
1. Bagaimana keragaan usahatani melon apollo SOP dan non SOP di Kota
Cilegon ?
2. Apakah terdapat perbedaan pendapatan dan R/C rasio pada petani melon
apollo SOP dan non SOP di Kota Cilegon ?
Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis keragaan usahatani melon apollo di
Kota Cilegon SOP dan non SOP.
2. Menganalisis pendapatan dan R/C ratio baik setiap petani maupun secara
rata-rata petani melon apollo.
Kegunaan Penelitian
1. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam
pengambilan kebijakan guna terwujudnya peningkatan produktivitas melon
apollo
3. Bagi masyarakat akademik dapat digunakan sebagai sumber inspirasi dan
bahan referensi bagi penelitian selanjutnya
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terbatas pada tujuh Kecamatan di Kota Cilegon, antara lain :
Grogol, Citangkil, Cibeber, Pulomerak, Purwakarta, Jombang, dan Cilegon.
ktivitas yang diamati adalah aktivitas yang dilakukan petani dalam usahatani melon
apollo. Penelitian ini fokus pada aktivitas usahatani melon apollo yang dilakukan
secara langsung oleh petani. Analisis yang akan dilakukan yaitu mengenai
pendapatan petani, keuntungan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya usahatani
melon apollo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
METODE PENELITIAN
Analisis Usahatani
Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani terdiri dari penerimaan tunai, penerimaan yang
diperhitungkan, dan penerimaan total. Secara matematis persamaan dari
penerimaan dapat ditulis (Soekartawi 1986) :
= ()
Keterangan :
TR = Total Penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py = Harga komoditas Y yang dihasilkan
Pengeluaran Usahatani
Pengeluaran usahatani adalah seluruh pengorbanan yang dikeluarkan dalam
kegiatan usahatani untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang dibutuhkan.
Perhitungan pengeluaran usahatani dapat dirumuskan (Soekartawi 1986) :
= ()
Keterangan :
TC = Total biaya
Px = Harga Input
X = Jumlah Input
Pendapatan Usahatani
Dalam Soekartawi et al. (1986), Pendapatan usahatani adalah selisih antara
penerimaan dan biaya. Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai
dan pendapatan atas biaya total. Perhitungan analisis pendapatan usahatani dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Perhitungan analisis pendapatan usahatani
1 Penerimaan Tunai Harga x Hasil Panen dijual (kg)
2 Penerimaan yang diperhitungkan Harga x Hasil Panen dikonsumsi (kg)
3 Total Penerimaan Jumlah seluruh penerimaan tunai dan
yang diperhitungkan
4 Biaya Tunai a. Biaya sarana produksi
b. Biaya tenaga kerja luar keluarga
5 Biaya yang diperhitungkan a. Biaya tenaga kerja dalam keluarga
b. Penyusutan peralat
6 Total Biaya (4) + (5)
7 Pendapatan atas biaya tunai (1) (4)
8 Pendapatan atas biaya total (3) (6)
9 Pendapatan bersih (8) Bungan pinjaman
10 Return to total capital (9) - (5)
11 Return to Labour (9) - Bungan Modal
12 R/C R/C atas biaya tunai dan R/C biaya total
Sumber : Soekartawi et al. 1986
Analisis Biaya Penyusutan
Penilaian alat-alat dan bangunan yang mempunyai daya tahan lama,
biasanya dilakukan dengan menghitung penyusutannya. Menurut Hernanto (1989)
ada beberapa metode dalam menghitung penyusutan yang dapat dipakai, yaitu
metode garis lurus ( straight line method ), double declining balance method,
dan sum of year digit method. Dalam analisis ini digunakan metode garis lurus
dengan perhitungan :
=
Keterangan :
NB : Nilai Beli Alat dan Bangunan
NS : Tafsiran Nilai Sisa Alat dan Bangunan
UE : Umur Ekonomis
Uji Beda
Analisis perbandingan rata-rata digunakan untuk melihat adakah
perbedaan rata-rata. Dalam hal ini, yang akan dilihat adalah perbedaan rata-rata
pendapatan yang diterima oleh petani SOP dan petani Non SOP, dengan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
x1 = rata-rata sampel 1 s1 = Simpangan baku sampel 1
x2 = rata-rata sampel 2 s2 = Simpangan baku sampel 2
s12 = varians sampel 1 s22 = Varian sampel 2
r = Korelasi
Hipotesis :
H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata variabel (pendapatan) antara kelompok
SOP dan Non SOP
H1 : terdapat perbedaan rata-rata variabel antara kelompok SOP dan Non SOP.
Hasil analisis uji-t dapat digunakan untuk mengetahui hipotesis nol (H0)
diterima atau ditolak, maka dibandingkan t hitung dengan t tabel. Jika t tabel t
hitung t tabel maka H0 diterima atau pendapatan usahatani melon apollo SOP
sama dengan pendapatan usahatani melon non SOP, jika sebaliknya maka H0
ditolak atau pendapatan usahatani melon apollo SOP lebih besar dibandingkan
dengan pendapatan usahatani melon non SOP. Begitu juga dengan nilai signifikansi
apabila lebih kecil dari 0,1 maka Tolak H0. Artinya terdapat perbedaan rata-rata
pendapatan antara kelompok SOP dan Non SOP, pada taraf nyata 90 persen, jika
sebaliknya maka H0 diterima.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Biaya Tani
1 Benih 21 086 419.75 15.2 15 926 605.5 14.45
Total
2 Pupuk Dasar 555 555.56 0.4
POC 1 561 728.40 1.13 1 477 064.22 1.34
Kapur 1 574 074.07 1.13 880 733.94 0.80
Humustar 444 444.44 0.32 688.07 0.00
NPK Ponskar 5 925 925.93 4.27 6 165 137.61 5.59
Total biaya pupuk
10 061 728.40 7.25 8 523 623.85 7.73
dasar
3 Total biaya semai 637 037.04 0.46 310 550.46 0.28
4 Total biaya pupuk 12 970 751.85 9.35 4 963 385.32 4.50
Total biaya Hama
5 3 763 761.47 2.71 2 215 596.33 2.01
dan Penyakit
6 Sewa Lahan 6 790 123.46 4.89 4 630 541.87 4.20
7 Mulsa 9 370 370.37 6.75 9 284 403.67 8.42
8 Tali Raffia 305 555.56 0.22 337 155.96 0.31
9 Tali Blabar 305 555.56 0.22 330 275.22 0.30
10 TKLK 46 560 185.19 33.56 28 751 146.79 26.08
11 Irigasi/Bensin 212 970.37 0.15 630 733.94 0.57
Total Biaya Tunai 111 851 488.6 80.61 75 273 284.99 68.28
B Biaya non tunai
Total biaya
1 1111.11 0.01 13 271.6 0.01
sekam
2 TKDK 2 239 814.81 1.61 3 272 222.22 2.97
Total biaya
3 24 650 198.86 17.77 31 683 707.08 28.74
penyusutan
Total biaya non 19.39 34 969 200.91 31.72
26 801 124.78
tunai
Biaya Total 138 752 613.4 100.00 110 242 485.9 100.00
Sumber : Data Primer, 2004
Dari hasil analisis struktur biaya usahatani melon apollo biaya tenaga kerja
luar keluarga merupakan proporsi biaya tertinggi, hal ini sekaligus membuktikan
bahwa tenaga kerja luar keluarga merupakan komponen biaya tertinggi pada
usahatani melon apollo. Kebutuhan tenaga kerja didasarkan pada banyaknya
aktivitas budidaya dan luasan lahan. Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) pada
usahatani melon merupakan salah satu biaya tidak tetap tunai selain sarana
produksi. Jumlah tenaga kerja menggunakan satuan HOK (Hari Orang Kerja).
Jumlah jam kerja di lokasi penelitian berkisar kurang lebih delapan jam per
hari, yaitu dimulai dari pukul 07.00-12.00 kemudian dilanjutkan dari pukul 13.00-
16.00 wib yang dihitung sebagai satu HOK. Satu HOK di lokasi penelitian bernilai
Rp 77 000 78 000 atau Rp 9 500 per jam kerja. Biaya usahatani untuk tenaga kerja
luar keluarga SOP yaitu sebesar Rp 46 560 185.19 atau 33.56 persen dari biaya
total. Biaya tersebut berasal dari upah yang dikeluarkan oleh petani terhadap tenaga
kerjanya. Pada petani yang memiliki luasan lahan kurang dari sama dengan 2 000
m2 sebanyak 4 petani responden menggunakan jumlah tenaga kerja sebanyak 3
orang dengan 2 orang tenaga kerja luar keluarga dan satu orang tenaga kerja dalam
keluarga, pada luasan lahan 3 000 m2 petani responden menggunakan tenaga kerja
sebanyak 3 orang tenaga kerja luar keluarga dan satu orang tenaga kerja dalam
keluarga. Pada luasan lahan 5 000 m2 petani responden menggunakan 5 orang
tenaga kerja luar keluarga dan satu orang tenaga kerja dalam keluarga.
Hal yang sama juga terdapat pada usahatani non SOP, biaya terbesar yang
dikeluarkan petani yaitu terdapat pada biaya tenaga kerja luar keluarga sebesar Rp
28 751 146,79 atau 26.08 persen. Upah harian yang dibayarkan pada tenaga kerja
usahatani non SOP sama besarnya dengan upah usahatani SOP, tetapi yang
membedakan yaitu pada jumlah tenaga kerjanya. Pada petani yang memiliki lahan
yang kurang dari 3 000 m2 yaitu sebanyak tiga orang petani responden
menggunakan jumlah tenaga kerja sebanyak 2 orang tenaga kerja luar keluarga
dalam aktivitas harian dan 7-8 orang pekerja pada saat panen. Pada petani yang
lahannya 3 000 m2 - 4 000m2 yaitu sebanyak empat orang petani menggunakan
tenaga kerja sebanyak 2 orang tenaga kerja luar keluarga dan satu orang tenaga
kerja dalam keluarga dan 7-8 orang pada saat panen. Terdapat satu petani yang
memiliki lahan 5 000 m2 menggunakan tenaga kerja sebanyak 3-4 orang dan pada
saat panen 8-9 orang. Jumlah pekerja yang digunakan oleh petani non SOP
menunjukkan jumlah yang sedikit hal ini yang menyebabkan biaya upah menjadi
lebih kecil dari petani SOP. Aturan yang ditetapkan dalam SOP adalah luas lahan
berbanding lurus dengan tenaga kerja, jika lahan yang digunakan untuk budidaya
semakin luas maka akan semakin banyak juga jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
pada SOP menyebutkan setiap lahan berukuran 1000 m2 minimal membutuhkan
satu orang pekerja. Hal tersebut tidak dilakukan oleh petani non SOP.
Selain tenaga kerja sebagai biaya terbesar yang dikeluarkan dalam struktur
biaya, biaya benih merupakan biaya terbesar kedua setelah tenaga kerja. Benih
merupakan input paling penting dalam usahatani melon apollo, karena jika tidak
ada benih maka produksi buah melon tidak akan ada. Benih yang digunakan oleh
petani melon merupakan benih dengan kualitas baik yang pengadaannya berasal
dari pemesanan ke negara lain. Harga benih yang ditetapkan tidak berfluktuatif
sehingga setiap petani mendapatkan harga yang sama yaitu Rp 560 000 untuk satu
bungkus benih yang berisi 500-550 biji. Dalam tiap luasan lahan benih yang
dibutuhkan disesuaikan dengan ukuran lahan. Anjuran menurut SOP, dalam tiap
hektar lahan membutuhkan 20 000 - 25 000 benih melon apollo, hal ini menandakan
bahwa jumlah benih yang dibutuhkan adalah dua kali lipatnya ukuran lahan.
Sebanyak Rp 21 086 419.75 atau 15.2 persen biaya benih yang dikeluarkan oleh
petani SOP. Biaya tersebut dikarenakan setiap petani SOP mengikuti aturan yang
ditetapkan. Lain halnya dengan petani non SOP biaya yang dikeluarkan untuk
kebutuhan benih sebesar Rp 15 926 605.5 atau 14.45 persen, jumlah benih yang
digunakan hanya dilebih kan sedikit dari ukuran lahan, contohnya petani yang
memiliki luasan lahan 3 300m2 menggunakan benih sebanyak 10 kantung yaitu
sekitar 5 000-5 600 biji benih. Petani tidak mengikuti aturan SOP dikarenakan
keterbatasan modal selain itu kehawatiran petani akan resiko gagal panen juga
menjadi alasan petani hanya menggunakan benih tidak dua kali dari ukuran luasan
lahannya.
Biaya pupuk dan obat-obatan yang terdapat dalam struktur biaya tidak
terlalu besar, tetapi kebutuhan pupuk dan obat-obatan termasuk faktor yang sangat
penting dalam budidaya melon apollo karena pupuk merupakan makanan yang
diperlukan tanaman sehingga dapat menghasilkan buah yang berkualitas baik dan
obat-obatan berfungsi mencegah terjadinya gagal panen akibat serangan hama atau
cuaca. Tetapi apabila cuaca sangat ekstrim, kemungkinan gagal panen tidak dapat
dihindari oleh petani sehingga obat-obatan hanya berpengaruh kecil. Biaya yang
dikeluarkan oleh petani SOP untuk kebutuhan pupuk dasar sebanyak Rp 10 061
728.4 atau 7.25 persen, biaya pupuk daun sebesar Rp 12 970 751.85 atau 9,35
persen, biaya obat-obatan sebesar 3 763 761.47 atau 2.71 persen. Besarnya biaya
yang dikeluarkan berdasarkan kebutuhan tanaman. Pemberian pupuk dan tanaman
dilakukan pada selang waktu yang sama dimulai dari hari ke-7 setelah benih semai
ditanam dilahan. Lain halnya biaya yang dikeluarkan oleh petani non SOP, biaya
pupuk dasar sebesar Rp 8 523 623.85 atau 7,73 persen, biaya pupuk daun sebesar
Rp 4 963 385.32 atau 4,5 persen, dan biaya obat-obatan sebesar Rp 2 215 596,33
atau 2,01 persen. Perbedaan biaya terjadi karena perbedaan penangan oleh petani
non SOP, petani tersebut menggunakan dosis dan jenis pupuk juga obat-obatan
berdasarkan pengalaman mereka. Petani tersebut sebenarnya sudah mengetahui
dosis yang dianjurkan dalam SOP, tetapi mereka tidak mau mengikuti karena
alasannya sudah terbiasa walaupun hasil produksinya sedikit. Mereka menganggap
SOP yang ditetapkan tersebut justru akan membuat produksi menurun.
Nilai pada biaya sewa lahan antara petani SOP dan petani non SOP
menunjukkan perbedaan, hal ini disebabkan karena biaya sewa lahan berdasarkan
kesepakatan tawar-menawar harga antara petani dengan pemilik lahan. Biaya sewa
lahan petani SOP lebih besar dibanding dengan petani non SOP, karena petani SOP
selalu menggunakan lahan yang berpindah dalam setiap musim tanam sehingga
diperlukan tawar-menawar harga dengan pemilik yang baru. Lain halnya dengan
petani non SOP, lahan yang digunakan cenderung digunakan lebih dari satu kali
sehingga ataupun jika pindah hanya bergeser tidak jauh dari lahan yang
sebelumnya. Pemilik lahan karena ada unsur kepercayaan dan kekeluargaan maka
biaya sewanya menjadi tidak begitu besar. Anjuran menurut SOP mengenai lahan
yang digunakan adalah satu kali tanam dan jika ingin melakukan penanaman maka
harus berpindah ke lahan lain karena setiap tanah memiliki unsur hara dan tingkat
kesuburan yang apabila lahan tersebut digunakan terus menerus maka, lahan akan
kehilangan unsur haranya sehingga tanaman cenderung kurang gizi yang nantinya
akan mempengaruhi hasil produktivitas. Selanjutnya biaya saprodi yang meliputi
biaya tali raffia, biaya tali blabar, biaya mulsa, dan biaya bensin untuk keperluan
irigasi. Berdasarkan presentasi terhadap biaya total, baik usahatani SOP dan tidak
menerapkan SOP menggunakan kebutuhan yang sama sesuai dengan luasan lahan.
Sebagai cotoh : petani SOP yang memiliki luasan lahan 5 000 m2 akan
menggunakan mulsa sebanyak 10 roll begitu pula dengan petani non SOP yang
memiliki luasan lahan 5 000 m2 akan menggunakan mulsa sebanyak 10 roll.
Pada biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan, baik petani SOP
maupun petani non SOP keduanya memiliki biaya tidak tunai seperti biaya sekam,
biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya penyusutan. Biaya sekam termasuk
biaya yang diperhitungkan karena sekam yang digunakan sebagai media
penyemaian adalah sekam busuk hasil dari petani padi sehingga didapat secara
gratis atau hibah.
Selain sekam, biaya tenaga kerja dalam keluarga termasuk kedalam biaya
yang diperhitungkan karena biaya tersebut tidak dikeluarkan secara tunai. Petani
non SOP lebih banyak melibatkan tenaga kerja dalam keluarga untuk setiap
aktivitas budidaya. Lain halnya dengan petani SOP, tenaga kerja dalam keluarga
yang dilibatkan hanya sebagai mandor atau hanya membantu sesekali kegiatan
budidaya dan tidak selalu ada di lahan. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan
biaya tenaga kerja dalam keluarga, yaitu sebanyak Rp 2 239 814.81 atau 1.61 persen
pada usahatani SOP dan sebesar Rp 3 272 222.22 atau 2.97 persen.
Biaya selanjutnya adalah biaya penyusutan, biaya tersebut diperoleh dari alat-
alat yang digunakan petani sebagai penunjang dalam kegiatan budidaya. Alat alat
yang digunakan antara lain seperti sprayer, cangkul, golok, gunting, ajir, palang,
timbangan, keranjang, refractometer, selang, ember, drum dan mesin pompa.
Penyusutan tersebut berdasarkan umur ekonomis setiap alat. Jumlah alat yang
digunakan tidak terlalu diperhatikan dalam SOP karena hanya sebagai penunjang
saja. Berdasarkan hasil analisis uji statistic uji-t diketahui bahwa terdapat perbedaan
biaya total antara usahatani SOP dan usahatani non SOP pada taraf nyata 10 persen
dengan nilai signifikasin 2 tailed sebesar 0.019 (Lampiran 2) begitu pula dengan
biaya tunai diketahui bahwa terdapat perbedaan antara usahatani SOP dan usahatani
non SOP pada taraf nyata 10 persen dengan nilai signifikasin 2 tailed sebesar 0.015
lebih kecil dari 0.1 atau tolak Ho. (Lampiran 2).
Analisis Rata-rata Pendapatan Petani Melon Apollo
Hasil analisis tiap petani yang telah dijelaskan sebelumnya menunjukkan
pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total pada budidaya
melon yaitu usahatani SOP memiliki pendapatan yang lebih besar dari pada
usahatani melon non SOP. Hal ini dikarenakan penerapan SOP menggunakan
sarana produksi yang lebih besar dan memiliki penerimaan yang lebih besar pula,
sehingga mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dari usahatani yang tidak
menerapakan SOP. Berdasarkan hasil analisis usahatani di Kota Cilegon dan hasil
uji-t sampel bebas maka didapat informasi semakin tinggi penerapan SOP
memberikan penggaruh pada penerimaan petani akan meningkatkan pendapatan
tunai dan total.
Rata-rata pendapatan atas biaya tunai pada usahatani melon SOP sebanyak
Rp 138.162.696,56 sedangkan rata-rata pendapatan tunai pada usahatani melon non
SOP adalah Rp 70.654.173,72. Usahatani melon SOP mempunyai rata-rata
pendapatan atas biaya total Rp 111.261.571,77 sementara rata-rata pendapatan atas
biaya total usahatani Melon non SOP Rp 35.684.972,82 (Tabel 24). Berdasarkan
informasi maka didapat kesimpulan bahwa pendapatan usahatani melon baik tunai
maupun total pada usahatani SOP lebih tinggi dari usahatani melon non SOP.
Tabel 24 Analisis pendapatan usahatani melon petani responden, di Kota Cilegon 2014
NO Uraian Usahatani SOP Usahatani non SOP
1. Pendapatan Total (Rp/Ha) 111 261 571.77 35 684 972.82
2. Pendapatan 70 654 173.72
138 162 696.56
Tunai (Rp/Ha)
3. 1.32
R/C Total 1.80
4. 1.93
R/C Tunai 2.23
5 Return to otal 29.40
78.57
capital (%)
6 Retutn to 30 316 163.75
104 504 319.5
labor(Rp/Ha)
Sumber : Data primer, 2014
Analisis rasio R/C (revenue and cost ratio) menunjukkan perbandingan
antara penerimaan dan biaya usahatani. Nilai dari R/C menunjukkan pendapatan
kotor (penerimaan) yang diterima pengelola usahatani atas setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk kegiatan usahatani. R/C ratio yang digunakan pada penelitian ini
meliputi R/C ratio atas biaya tunai dan R/C ratio atas biaya total. R/C ratio atas
biaya tunai pada usahatani melon SOP adalah 2.23 dan R/C ratio atas biaya tunai
pada usahatani Melon non SOP adalah 1.93. Nilai tersebut mempunyai makna
bahwa setiap satu juta rupiah biaya yang dibayarkan pada usahatani SOP, usahatani
tersebut mendapatkan penerimaan usahatani Melon sebesar Rp 2 330 000 dan
usahatani melon non SOP akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 1 930 000.
Hal ini disebabkan keragaman dari nilai R/C ratio atas biaya tunai sangat tinggi.
Gambar 5 Persentase R/C ratio atas biaya tunai usahatani melon petani responden,
di Kota Cilegon
Sumber : Data Primer, 2014
Pada kegiatan usahatani SOP tidak ada petani yang memiliki R/C kurang
dari 1, sedangkan pada usahatani non SOP sebanyak 12.5 persen. Usahatani melon
SOP sebanyak 33.33 persen memiliki nilai R/C ratio atas biaya tunai di atas 2
sedangkan usahatani melon non SOP sebanyak 50 persen. Usahatani melon SOP
sebanyak 66.67 persen memiliki nilai R/C ratio atas biaya tunai diatas 2 sedangkan
usahatani melon non SOP sebanyak 37.5 persen. Hal ini menjelaskan bahwa petani
SOP memiliki nilai R/C ratio atas biaya tunai lebih besar. Hal ini diperkuat dengan
hasil uji-t saling bebas yaitu terdapat perbedaan R/C ratio atas biaya tunai antara
usahatani SOP dengan non SOP pada taraf nyata 10 persen dengan nilai p value
sebesar 0.043 (Lampiran 2).
Gambar 6 Persentase R/C ratio atas biaya total usahatani melon petani responden,
di Kota Cilegon
Pada Usahatani melon SOP tidak ada petani yang memiliki R/C dibawah 1
sedangkan pada petani non SOP sebanyak 37.5 persen. Usahatani melon SOP
sebanyak 83.33 persen memiliki nilai R/C ratio atas biaya total di atas 1.1
sedangkan usahatani melon non SOP hanya 37.5 persen. Usahatani melon SOP
sebanyak 16.67 persen memiliki nilai R/C ratio atas biaya total di atas 2 sedangkan
usahatani melon non SOP sebanyak 25 persen. (Tabel 24). Hal ini membuktikan
bahwa tingkat penerapan SOP memberikan pengaruh pada efisiensi usahatani yang
dilihat dari analisis biaya total.
Berdasarkan hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) dapat
diinformasikan bahwa usahatani melon SOP merupakan usahatani yang
menguntungkan karena mempunyai nilai R/C ratio atas biaya tunai dan R/C ratio
atas biaya total yang lebih dari satu. Sehingga nilai R/C ratio atas biaya total yang
lebih dari satu menjelaskan bahwa penerimaan usahatani mencukupi untuk
memberikan imbalan atas semua input usahatani (biaya tunai dan biaya
diperhitungkan) dan usahatani masih mendapatkan sisa penerimaan tersebut yang
disebut dengan pendapatan (Musyarofah 2013).
Imbalan bagi modal petani (Return to Total Capital) pada penelitian ini
digolongkan menjadi dua yaitu imbalan kepada seluruh modal dan imbalan kepada
modal petani. Tetapi karena modal yang digunakan oleh petani melon merupakan
modal sendiri sehingga tidak memiliki pinjaman. Suku bunga yang digunakan
untuk menghitung persen bunga dari modal sendiri menggunakan suku bunga
deposito. Suku bunga selama kegiatan usahatani berlangsung sebesar 4.87 persen
baik bagi petani SOP maupun non SOP. Rata-rata imbalan bagi total modal petani
SOP adalah Rp 109 017 928.3 petani memperoleh imbalan bagi modal karena rasio
imbalan bagi modal terhadap modal yang dimiliki petani adalah sebesar 0.785.
Artinya rata-rata petani memperoleh imbalan 78.5 persen yang artinya setiap Rp.1,-
modal yang dimiliki akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 78.5 Hasil
perhitungan menunjukkan imbalan bagi modal yang diterima petani lebih tinggi
dari pada biaya modal yang dikeluarkan dalam mengelola usahatani melon. Hal ini
menunjukkan bahwa usahatani melon SOP secara ekonomis menguntungkan
karena imbalan yang diterima petani atas kepemilikan lahannya mampu
memberikan imbalan yang besar bagi faktor produksi modal yang telah
dipergunakan dalam kegiatan usahataninya.
Pada petani non SOP, rata-rata imbalan bagi total modal petani non SOP
adalah Rp 32 411 290.85 petani tidak memperoleh imbalan bagi modal karena rasio
imbalan bagi modal terhadap modal yang dimiliki petani adalah sebesar 0.294. Hal
ini menjelaskan bahwa rata-rata petani memperoleh imbalan 29.40 persen yang
artinya setiap Rp.1,- modal yang dimiliki akan mendapatkan kerugian sebesar Rp.
70.60. Hasil perhitungan menunjukkan imbalan bagi modal yang diterima petani
lebih rendah dari pada biaya modal yang dikeluarkan dalam mengelola usahatani
melon. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani melon SOP secara ekonomis tidak
menguntungkan karena imbalan yang diterima petani atas kepemilikan lahannya
tidak mampu memberikan imbalan bagi faktor produksi modal dalam usahatani
melon.
Dalam penelitian ini imbalan bagi tenaga kerja (Return to Labour) merupakan
pengukuran pendapatan yang diterima petani sebagai tenaga kerja dalam kegiatan
usahataninya. Petani dalam pelaksanaan kegiatan usahataninya cenderung untuk
menggunakan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga tetapi petani tidak
menyerahkan segala kegiatan lapangan kepada tenaga kerja luar keluarga, sebagian
kegiatan juga dilakukan oleh petani tersebut yang melibatkan anak atau istrinya.
Rangkaian kegiatan yang padat menyebabkan petani menggunakan tenaga kerja
luar keluarga lebih banyak sehingga biaya yang harus dikeluarkan sebagai upah
semakin besar besar. Pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa rata-rata imbalan bagi
tenaga kerja per petani SOP maupun tidak menerapkan SOP masing-masing adalah
Rp 104 504 319 dan Rp 30 316 163 75.
Rata-rata upah tenaga kerja yaitu Rp 77 000 per HOK untuk petani SOP. Hasil
perhitungan ini, menunjukkan imbalan bagi tenaga kerja lebih tinggi dari pada rata-
rata upah tenaga kerja yang berlaku di daerah penelitian Rp 50 000 60 000. Ini
berarti bahwa usahatani melon secara ekonomis menguntungkan. Pendapatan
tenaga kerja lebih besar dari pada upah biaya kegiatan sarana produksi karena
pendapatan tersebut diperoleh dari hasil usaha dalam mengolah modal dengan biaya
yang dikeluarkan sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan sebesarbesarnya.
Hasil Uji Beda Usahatani Melon Apollo SOP dengan Non SOP
Uji beda yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur
perbedaan secara statistik nilai pendapatan, biaya, penerimaan dan produksi antara
usahatani SOP dan non SOP. Jika nilai sig pada uji beda lebih dari nilai alpha yaitu
sebesar 10 persen (0,10) maka terima H0 atau variabel pada usahatani melon apollo
SOP sama dengan variable melon apollo non SOP. Apabila nilai sig. kurang dari
nilai alpha 10 persen (0,10) maka tolak H0 atau variabel pada usahatani melon
apollo SOP berbeda dengan variable melon apollo non SOP. Hasil uji beda
usahatani melon apollo SOP dan non SOP dapat dilihat pada tabel 25.
Tabel 25 Hasil uji beda pada alpa 10 persen
Uraian T-Hitung df Sig 2 tailed
Produktivitas -3.01 12 0.011
Penerimaan -1.968 12 0.073
Biaya total -1.512 12 0.019
Biaya tunai -1.856 12 0.015
Pendapatan atas biaya total -2.721 12 0.157
Pendapatan atas biaya tunai -2.835 12 0.088
R/C atas total biaya -0.816 12 0.431
R/C atas biaya tunai 1.716 12 0.112
Sumber : Data primer, 2014
Berdasarkan hasil uji beda pada usahatani melon apollo SOP dan non SOP
diketahui bahwa variable produktivitas, penerimaan, biaya total, biaya tunai,
pendapatan atas biaya tunai pada usahatani SOP berbeda dengan usahatani non
SOP. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai sig dari masing-masing variabel bernilai
lebih kecil dari nilai alpha 10 persen. Perbedaan tersebut terjadi karena secara rata-
rata penggunaan input seperti benih, pupuk, dan tenaga kerja serta biaya pada
struktur biaya yang dikeluarkan oleh petani SOP lebih besar dari pada petani non
SOP. Perbedaan penerapan SOP dan non SOP terletak pada penggunaan input yang
telah dijelaskan pada subbab sebelumnya. Selain dari nilai sig, nilai t hitung
menunjukan angka yang lebih kecil dari t tabel, artinya tolak H0 pada taraf 10
persen.
Secara rata-rata hasil pengujian pendapatan atas biaya total, R/C atas biaya
total, dan R/C atas biaya tunai menunjukan bahwa nilai sig lebih besar dari nilai
alpa 10 persen hal tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan pendapatan
atas biaya total dan R/C antara usahatani SOP dengan usahtani non SOP. Hal ini
terjadi karena penerimaan yang diterima masing-masing petani baik yang
menerapkan SOP maupun non SOP memiliki penerimaan yang besar hanya dua
orang petani saja yang memiliki nilai penerimaan rendah sehingga menyebabkan
pendapatan bernilai negatif dan bagi petani SOP juga terdapat dua orang petani
yang memiliki penerimaan rendah tetapi pendapatannya tidak ada yang negatif
(Tabel 22). Sama halnya dengan nilai R/C yang tidak terdapat perbedaan antara
usahatani SOP dan non SOP di karenakan sebaran nilai R/C petani yang tidak
menerapkan SOP ada yang memiliki nilai diatas 3 sedangkan usahatani SOP nilai
R/C tertinggi petani melon apollo hanya 2,49 dan jika berdasarkan dari keragaman
R/C non SOP memiliki keragaman yang tinggi dibandingkan dengan keragaman
R/C SOP yang memiliki keragaman rendah (Lampiran 3 dan 4).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dari penelitian dapat dilihat terdapat beberapa perbedaan pada keragaan
usahatani melon apollo di Kota Cilegon antara petani SOP dan petani non
SOP. Aktivitas pemupukan, petani SOP menggunakan pupuk, baik organik
maupun an-organik dalam jumlah yang sesuai dengan anjuran dalam SOP
dibandingkan petani non SOP. Aktivitas penanganan hama dan penyakit,
petani SOP seluruhnya menggunakan fungisida, insektisida sesuai dengan
dosis dan jadwal yang dianjurkan dalam SOP atau lebih intensif dan petani
non SOP menggunakan fungsida dan herbisida tidak sesuai dosis dan jadwal
. Aktivitas pengairan antara petani SOP dan Petani non SOP sama, yaitu
menyesuaikan dengan lokasi dan keadaan tanaman. Lahan yang digunakan
oleh petani SOP adalah lahan yang baru digunakan pertamakali untuk
usahatani melon sedangkan beberapa petani non SOP menggunakan lahan
yang sudah lebih dari satu kali untuk usahatani melon.
2. Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan tunai maupun
pendapatan total usahatani melon apollo dengan SOP lebih besar
dibandingkan dengan usahatani melon apollo non SOP. Nilai R/C rasio atas
biaya tunai yang diperoleh dalam usahatani melon apolllo dengan SOP lebih
besar dibandingkan dengan usahatani non SOP. Hal ini disebabkan hasil
produksi melon apollo dengan SOP lebih besar sedangkan petani yang tidak
menerapkan SOP memiliki produksi yang lebih kecil karena panen yang
dialami kurang baik. Biaya yang dikeluarkan usahatani melon apollo dengan
SOP juga lebih besar dibandingkan dengan biaya usahatani non SOP karena
input yang digunakan usahatani SOP lebih banyak dibandingkan dengan
usahatani non SOP. Berdasarkan hasil pengujian secara statistik, diketahui
terdapat perbedaan usahatani yang tidak menerapkan SOP dan non SOP
pada produksi, biaya tunai, biaya non tunai, penerimaan dan pendapatan atas
biaya tunai.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini maka saran yang
diberikan adalah:
1. Perlu dilakukan pemberian informasi yang lengkap mengenai penerapan dan
manfaat Standar Operasional Prosedur (SOP) kepada seluruh petani melon
apollo karena banyak petani yang belum menyadari manfaat penerapan SOP.
2. Penyuluhan dari dinas terkait terhadap penerapan SOP dilakukan secara
konsisten agar petani dapat lebih terarah dalam menjalankan usahataninya.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
Lampiran 1 Daftar nama kelompok tani melon apollo, di Kota Cilegon 2013
Alamat
NO Nama Kelompok Ketua Kelompok Varietas
Kecamatan
1 Ipik Holani Grogol Golden Apollo
2 Majawangi Ahmad Juhri Grogol Golden Apollo
3 Temiang Sejati Satiri Citangkil Golden Apollo
4 Sondol Jaya Hasbunah Citangkil Golden Apollo
5 Makmur Jaya Haerudin Cibeber Golden Apollo
6 Sangkan Makmur Jahisan Cibeber Golden Apollo
7 Combrang Ali Musa Cibeber Golden Apollo
8 Kepindis Sahlani Pulomerak Golden Apollo
9 Harapan Tani Marjii Purwakarta Golden Apollo
10 Suka Tani Rohmani Jombang Golden Apollo
Melon Mas
11 Mashadi Masdik Jombang Golden Apollo
Gemilang
12 Taruna Karya H.Ahmad Mahmud Jombang Golden Apollo
13 Harapan Tani I Edi Sutarwan Cilegon Golden Apollo
14 Terate I Arbain Grogol Golden Apollo
15 Blok Bayur Syarifudin Citangkil Golden Apollo
16 Mutiara Hartono Purwakarta Golden Apollo
17 Kali Tegal Badri Abd. Hak Citangkil Golden Apollo
18 Kaltim H. Sunhaji Cibeber Golden Apollo
19 Jaya Muda Tani A. Arifin Cibeber Golden Apollo
20 Jama Makmur Rahmat Jombang Golden Apollo
21 Perintis Nasrudin Pulomerak Golden Apollo
22 Alam Mamur Iwan IrwanSyah Pulomerak Golden Apollo
Lampiran 2 Uji Statistik
Independent Samples Test
Levene's Test for
90% Confidence Interval of the
Equality of t-test for Equality of Means
Difference
Variances
Sig. Mean Std. Error
F Sig T Df Lowe Upper
(2-tailed) Difference Difference
Pendapatan Equal variances assumed 1.771 .208 -1.512 12 .157 -1.67939E7 1.11101E7 -3.65953E7 3.00748E6
atas Equal variances not
-1.380 6.980 .210 -1.67939E7 1.21687E7 -3.98584E7 6.27061E6
biaya total assumed
Pendapatan Equal variances assumed 3.264 .096 -1.856 12 .088 -1.99830E7 1.07657E7 -4.34395E7 3.47353E6
atas Equal variances not
-1.670 6.469 .142 -1.99830E7 1.19641E7 -4.87514E7 8.78537E6
biaya Tunai assumed
Biaya Total Equal variances assumed 2.919 .113 -2.721 12 .019 -1.09447E7 4.02179E6 -1.81127E7 -3.77670E6
Equal variances not
Biaya Tunai -2.505 7.284 .039 -1.09447E7 4.36967E6 -1.91750E7 -2.71432E6
assumed
Penerimaan
Equal variances assumed 1.322 .273 -2.835 12 .015 -1.07899E7 3.80633E6 -1.75738E7 -4.00588E6
perhektar
Equal variances not
R/C Total -2.620 7.444 .033 -1.07899E7 4.11870E6 -1.85236E7 -3.05613E6
assumed
Equal variances assumed 3.372 .091
-1.968 12 .073 -2.77386E7 1.40972E7 -5.28638E7 -2.61341E6
Equal variances not
-1.773 6.512 .123 -2.77386E7 1.56460E7 -5.77186E7 2.24139E6
assumed
Equal variances assumed .286 .602 -.816 12 .431 -.22500 .27590 -.71673 .26673
R/C Tunai Equal variances not
-.826 11.394 .426 -.22500 .27239 -.71263 .26263
assumed
Equal variances assumed 5.145 .043 1.716 12 .112 .26479 .15435 -.07151 .60109
Equal variances not
1.883 10.734 .087 .26479 .14062 -.04565 .57523
assumed
Equal variances assumed 1.409 258 -3.010 12 .011 -8450.93601 2807.18054 -14567.25699 -2334.61503
Produktivitas Equal variances not
assumed -3.211 -3.211 11.809 .008 -8450.93601 2632.13519 -14196.17342 -2705.69860
LAMPIRAN 3
Lampiran 3 Persentase R/C ratio atas biaya tunai usahatani melon petani responden,
di Kota Cilegon 2014
Usahatani yang Usahatani yang tidak
R/C Atas Biaya Menerapkan SOP Menerapkan SOP
NO
Tunai
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
Petani Petani
1 0-1 0 0 1 12,5
2 1,1-2 2 33,33 4 50
3 2,01- < 3 4 66,67 3 37,5
Jumlah 6 100 8 100
LAMPIRAN 4
Lampiran 4 Persentase R/C ratio atas biaya total usahatani melon petani responden,
di Kota Cilegon 2014
Usahatani yang Usahatani yang tidak
R/C Atas Menerapkan SOP Menerapkan SOP
NO
Biaya Tunai Jumlah Jumlah
Persentase (%) Persentase (%)
Petani Petani
1. 0-1 0 0 3 37,5
2. 1,1-2 5 83,33 3 37,5
3. 2,01- < 3 1 16,67 2 25
Jumlah 6 100 8 100