Vous êtes sur la page 1sur 4

Aspek Non Fisik

1. Sosial Kemasyarakatan
a. Stratifikasi Sosial
Sama dengan Desa Bali Aga yang lainnya, stratifikasi sosial masyarakat Desa
Pengotan terbagi menjadi 2, yaitu kelas atas dan kelas bawah. Perbedaannya terlihat
jelas dalam pembagian tugas ketika upacara keagamaan berlangsung. Yang mana
masyarakat kelas atas bertugas untuk memimpin jalannnya upacara, sedangkan
masyarakat kelas bawah bertugas mencari peralatan dan perlengkapan upacara. Antara
masyarakat kelas atas dan kelas bawah tidak boleh mengambil tugas-tugas masing-
masing diantara mereka.

b. Norma Sosial
Masyarakat Desa Pengotan memiliki norma-norma (awig-awig) yang akan
mengatur kehidupan masyarakat desa. Awig-awig tersebut harus dipatuhi oleh seluruh
penduduk Desa Pengotan. Beberapa awig-awig di Desa Pengotan diantaranya:
1. Pernikahan hanya boleh dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun berdasarkan
kalender Hindu. Pernikahan dilakukan pada sasih kapat (bulan keempat) dan sasih
kedasa (bulan kesepuluh) atau dalam kalender Masehi sekitar bulan September-
Oktober dan Februari-Maret
2. Upacara Pernikahan selalu dilaksanakan secara masal. Yang biasanya terdiri dari 5
sampai 70 pasangan.
3. Bila terdapat pengantin perempuan yang hamil atau memiliki anak di luar
pernikahan. Mereka akan didenda sekitar Rp 45.000 per bulan hingga pernikahan
massal itu berlangsung
4. Jika ada gadis dari Desa Pengotan ini menikah keluar, maka pihak mempelai pria
harus menyerahkan seekor sapi sebagai mas kawin.

c. Sistem Perkawinan
Pernikahan masyarakat Desa Pengotan sangat unik karena hanya diadakan dua
kali dalam setahun. Perempuan dari desa ini jarang sekali menikah dengan pemuda dari
luar desa. Ini dikarenakan mobilitas mereka sangat terbatas. Akibatnya, perkawinan
antar muda-mudi di desa ini cukup menonjol. Kondisi ini juga ditengarai sebagai faktor
pendorong terjadinya usia perkawinan dini (antara umur 14-18 tahun).
Upacara yang sudah mentradisi itu digelar di Pura Bale Agung setempat.
Dalam aturannya, setiap diadakan nikah massal harus memotong sekurang-kurangnya 1
ekor sapi untuk dipersembahkan di pura Agung Bali.

2. Ekonomi
Secara umum, perekonomian masyarakat Desa Pengotan didominasi oleh hasil
pertanian dan peternakan. Infrastruktur listrik (PLN) dan jalan penghubung antar dusun
cukup memadai, sudah menjangkau hampir semua wilayah desa ini. Dengan masuknya
jaringan listrik di desa ini, perekonomian masyarakat memiliki potensi dikembangkan.
Pada Desa Pengotan juga terdapat LPD, Koperasi simpan pinjam, dan satu pasar desa yang
menjadi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES).

Diketahui bahwa pekerjaan utama penduduk di sini adalah bertani dan berkebun.
Selain itu terdapat juga yang bermata pencaharian sebagai buruh tani, sebagai buruh
swasta, sebagai pengrajin, lainnya sebagai pedagang. Sisanya bekerja sebagai peternak.
Selain itu masyarakat Desa Pengotan juga sebagai pengrajin keranjang. Keranjang ini
terbuat dari bambu, yang kemudian akan dijual keluar daerah.

Keranjang bambu hasil masyarakat Desa Pengotan

Masyarakat miskin di Desa Pengotan yang bermata pencaharian bertani atau berkebun jarang
mempunyai tempat khusus untuk menyimpan hasil ladang mereka (namanya glebeg atau Jineng).
Penyimpanan padi dilakukan dengan cara unik yang disebut Najur yang terbuat dari batang pohon
pinang. Padi yang kering diletakkan melingkar di bagian atas najur (sekitar 2 meter dia atas tanah)
dan di bawahnya diberi penyangga agar tidak terkena hujan, bagian atas najur ditutup dengan daun
jerami.
3. Budaya
Kebudayaan masyarakat desa Pangotan sebagai masyarakat desa Bali Aga yaitu
bercocok tanam sebagai profesi yang diemban sebagaian besar masyarakatnya dan beternak
hewan seperti ayam, sapi dan babi serta yang lainnya sebagai sumber penghidupan
kebutuhan sehari hari. Budaya menyama braya atau gotong royong yang ada
dipermukiman ini sangat kuat, dan saling menjaga rasa toleransi antara satu dengan yang
lainnya.

Kebudayaan khas yang hanya dimiliki oleh masyarakat desa Pangotan ini adalah
pernikahan yang hanya dilaksanakan secara massal dan dilaksanakan selama 2 periode
pertahunnya, dan terdapat prosesi unik untuk pemakaman jenazah masyarakat desa yang di
Bali pada umumnya yaitu ngaben namun didesa ini hanya dikubur dan dilakukannya
prosesi lainnya.

Kegiatan mayoritas masyarakat desa


4. Politik

Dalam arahan Perda No. 9/2011 RTRWK Bangli (2011-2031) yaitu tentang tujuan
penataan ruang wilayah :

Penataan ruang wilayah kabupaten bertujuan untuk mewujudkan wilayah kabupaten yang
hijau, produktif dan berkelanjutan (sustainability) sebagai penopang pelestarian lingkungan
Bali yang berbasis keunikan alam, budaya daerah dan komoditas unggulan perkebunan,
perikanan, dan industry kecil yang mendukung kepariwisataan serta keasrian suatu
permukiman dalam mendorong pemerataan pengembangan wilayah dan kesejahteraan
masyarakat kota dan desa.

Adapula kebijakan penataan ruang wilayah yaitu :

Pemerataan pengembangan wilayah melalui peningkatan pusat pusat pelayanan


kawasan perkotaan yang terintegrasi dengan kawasan perdesaan.
Peningkatan aksesibilitas antar wilayah, antara kawasan perkotaan, dan antara kawasan
perdesaan diseluruh wilayah kabupaten.
Peningkatan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana diseluruh wilayah
kabupaten.
Pemantapan wilayah permukiman kota dan desa kabupaten Bangli yang hijau, produktif,
dan berkelanjutan, sebagai penopang pelestarian lingkungan alam Bali.
Pemanfaatan pontesi keunikan alam dan budaya daerah sebagai potensi kepariwisataan.
Pengelolaan wilayah yang memperhatikan daya dukung, daya tamping, mitigasi bencana
dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Vous aimerez peut-être aussi