Vous êtes sur la page 1sur 18

PANDUAN ASUHAN PASIEN YANG

SERAGAM RSUD DOMPU

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN DOMPU
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1. Pendahuluan
Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama
berhak mendapatkan kualitas asuhan yang sama di rumah sakit. Untuk
melaksanakan prinsip kualitas asuhan yang seragam mengharuskan pimpinan
merencanakan dan mengkoordinasi pelayanan pasien. Secara khusus, pelayanan
yang diberikan kepada populasi pasien yang sama pada berbagai unit kerja,
dipandu oleh kebijakan dan prosedur yang menghasilkan pelayanan yang
seragam. Sebagai tambahan, pimpinan harus menjamin bahwa rumah sakit
menyediakan tingkat kualitas asuhan yang sama setiap hari dalam seminggu dan
pada setiap shift. Kebijakan dan prosedur tersebut harus sesuai dengan undang-
undang dan peraturan yang berlaku yang membentuk proses pelayanan pasien dan
dikembangkan secara kolaboratif.

Asuhan pasien yang seragam terefleksi sebagai berikut :

1. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai, tidak tergantung atas
kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembiayaan.
2. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang diberikan oleh praktisi yang
berkompeten yang tidak tergantung atas hari-hari tertentu atau waktu
tertentu.
3. Ketepatan (acuity) mengenali kondisi pasien dalam menentukan alokasi
sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pasien.
4. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien (misalnya pelayanan
anestesia) sama di seluruh rumah sakit.

2. Defenisi
Asuhan pasien yang seragam di seluruh rumah sakit merupakan proses
pelayanan yang dilakukan oleh seluruh rumah sakit kepada pasien untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
3. Tujuan

Untuk memenuhi kebutuhan pasien, dalam menangani masalah kesehatan


pasien seperti yang dilakukan oleh seluruh rumah sakit tentang asuhan pasien
yang seragam.
BAB II
RUANG LINGKUP

Asuhan pasien yang seragam meliputi :

1. Pelayanan Yang Seragam


Rumah Sakit Umum Dompu dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan menerapkan prinsip non-diskriminatif yaitu pelayanan yang
seragam tanpa membedakan status sosio-ekonomi, budaya, agama dan
waktu pelayanan.
Asuhan pasien dan pengobatan diberikan oleh praktisi yang kompeten
memadai selama 24 jam.
Penentuan alokasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pasien
didasarkan atas ketepatan mengenali kondisi pasien.
Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien, sama di seluruh rumah
sakit.
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien sama dengan asuhan
keperawatan di seluruh rumah sakit.

2. Pelayanan Kedokteran Dan Keperawatan


Asuhan Pasien meliputi Pelayanan Kedokteran dan Keperawatan yang
mengacu pada Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan Standar
Prosedur Operasional sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

3. Pelayanan Kasus Emergency


Pelayanan Kasus Emergency diidentifikasi, dan dilakukan oleh tenaga medis
yang bersertifikat dan kompeten di Instalasi Gawat Darurat.

4. Pengintegrasian Dan Pengkoordinasian Asuhan Pasien


Proses asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak praktisi
pelayanan kesehatan dan dapat melibatkan berbagai unit kerja dan
pelayanan.
Asuhan kepada pasien direncanakan dan ditulis di rekam medis.
Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP), Perawat dan Tim Medis lainnya dalam waktu kurang
dari 24 jam setelah pasien diopname di RSUD Dompu.
Rencana asuhan pasien bersifat holistik dan berdasarkan data asesmen
awal pasien.
Rencana asuhan pasien dicatat dalam rekam medis untuk melihat
pelayanan apa saja yang sudah diberikan oleh praktisi pelayanan
kesehatan.
Kemajuan yang diantisipasi dicatat atau direvisi sesuai kebutuhan,
berdasarkan hasil asesmen ulang pasien oleh praktisi pelayanan kesehatan.
Rencana asuhan untuk tiap pasien di review dan di verifikasi oleh DPJP
dengan mencatat kemajuannya.
Asuhan yang diberikan kepada setiap pasien dicatat dalam rekam medis
oleh pemberi pelayanan.

5. Penulisan Perintah Dalam Rekam Medis


Perintah harus tertulis bila diperlukan dan mengikuti pedoman rekam
medis rumah sakit.
Permintaan pemeriksaan diagnostik imaging dan laboratorium klinis harus
disertai indikasi klinis (sesuai PPK).
Hanya mereka yang diizinkan boleh menuliskan perintah, sesuai dengan
pedoman rekam medis rumah sakit.
Perintah berada di lokasi tertentu yang seragam di rekam medis pasien.

6. Pasien Dan Keluarga Diberi Tahu Tentang Hasil Asuhan Dan


Pengobatan Termasuk Kejadian Yang Tidak Diharapkan
Setiap tindakan pelayanan yang diberikan kepada pasien yang
berhubungan dengan kejadian yang tidak diharapkan diberitahukan
terlebih dahulu kepada keluarga dan pasien kemudian menandatangani
form persetujuan tindakan.
7. Penanganan Dan Pemberian Produk Darah
Setiap penggunaan dan pemberian darah dan atau produk darah harus
berdasarkan atas permintaan dokter.
Pemberian darah dan atau produk darah harus selalu memperhatikan
keselamatan pasien.
Darah atau produk darah yang diberikan kepada pasien harus dijamin
bebas dari bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit yang dapat
ditularkan melalui transfusi darah dan atau dari produk darah. Oleh sebab
itu produk darah yang akan diberikan untuk pasien sudah diskrining dari
UTD (unit tranfusi darah).
Sebelum melakukan pemberian darah atau produk darah (transfusi) pasien
harus melakukan serangkaian pemeriksaan kelayakan.
Pada pelaksanaan pemberian darah dan atau produk darah harus dilakukan
secara aman dan meminimalkan risiko transfusi.
Pemberian darah dan atau produk darah harus dicatat di dalam rekam
medis.

8. Penyediaan Pelayanan Pasien Risiko Tinggi


a. Kasus emergency
Identifikasi pasien kasus emergency atau berisiko tinggi terjadinya
kasus emergency dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
Seluruh tenaga medis yang bertugas ditempat dengan kasus risiko
tinggi wajib memiliki sertifikat.
b. Pemberian pelayanan resusitasi
Resusitasi dapat dilakukan di seluruh unit rumah sakit.
Seluruh karyawan yang bertugas di semua unit rumah sakit diberikan
pelatihan Bantuan Hidup Dasar.
Resusitasi lanjut dilakukan oleh tim yang terlatih dengan nama Blue
Team dengan membawa alat-alat dan obat resusitasi yang diperlukan.
c. Asuhan pasien yang menggunakan peralatan bantuan hidup dasar atau
yang koma.
Identifikasi kebutuhan pasien dengan peralatan bantuan hidup dasar
atau yang koma dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
RS. Dompu sudah mampu melakukan asuhan pasien yang
menggunakan peralatan bantuan hidup dasar atau yang koma.
d. Asuhan pasien dengan penyakit menular dan mereka yang daya tahannya
diturunkan.
Identifikasi kebutuhan asuhan pasien dan resiko penularan akibat dari
penyakit atau akibat obat-obatan yang diberikan.
Bila fasilitas tidak memungkinkan untuk melakukan asuhan pasien
tersebut agar diberitahukan kepada pasien dan keluarga untuk dirujuk
ke tempat dengan fasilitas yang sesuai kebutuhan.
e. Asuhan pasien hemodialisa (cuci darah)
Setiap pasien yang akan menjalani hemodialisa di rujuk di Rumah Sakit
Rujukan.
f. Mengarahkan penggunaan alat penghalang (restraint) dan asuhan pasien
yang diberi penghalang.
Identifikasi penggunaan alat penghalang dilakukan pada pasien yang
tidak mengerti asuhan yang diberikan, seperti pasien anak dan geriatri,
pasien gelisah dan kesadaran menurun.
Asuhan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.
g. Asuhan pasien yang berisiko disiksa
Identifikasi pasien dengan risiko disiksa, seperti pasien lanjut usia,
cacat tubuh, cacat mental dan anak-anak.
Pelayanan pasien seperti diatas melibatkan multidisiplin ilmu dan
tersedia dalam suatu tim asuhan.
h. Mengarahkan asuhan pada pasien yang mendapat kemoterapi
Setiap pasien yang akan menjalani hemodialisa di rujuk di Rumah
Sakit Rujukan.

9. Pelayanan Instalasi
a. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif,
Laboratorium dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan Rawat
Jalan sesuai dengan jadwal praktik dokter. Pelayanan Kamar Operasi
dilaksanakan dalam jam kerja (efektif/terencana) dan dilanjutkan dengan
sistem on call.
b. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
c. Seluruh staf Rumah Sakit Umum Daerah Dompu harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, pedoman/panduan dan standar prosedur
operasional yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi, etika dan
etiket Rumah Sakit Royal Prima Medan yang berlaku.
d. Seluruh staf Rumah Sakit Umum Daerah Dompu dalam melaksanakan
pekerjaannya wajib selalu sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3), termasuk dalam penggunaan alat
pelindung diri (APD).

10. Skrining Dan Triase


a. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah
pasien dapat dilayani oleh Rumah Sakit Umum Daerah Dompu.
b. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
c. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses
triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan
emergensi.

11. Transfer/ Perpindahan Di Dalam Rumah Sakit


a. Transfer dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Pasien yang ditransfer harus dilakukan pengelompokkan berdasarkan
kriteria pasien transfer terlebih dahulu sebelum dipindahkan.
c. Rumah Sakit Umum Dompu melaksanakan proses untuk memberikan
pelayanan asuhan pasien yang berkelanjutan didalam rumah sakit dan
koordinasi antar para tenaga medis.
d. Bila ada indikasi, rumah sakit dapat membuat rencana kontinuitas
pelayanan yang diperlukan pasien sedini mungkin.
12. Transfer Keluar Rumah Sakit / Rujukan
a. Melakukan konfirmasi terlebih dahulu ke Rumah Sakit yang dituju
sebelum dirujuk.
b. Merujuk berdasarkan atas kondisi kesehatan dan kebutuhan akan
pelayanan berkelanjutan.
c. Rumah Sakit menentukan Tim Medis yang bertanggung jawab selama
proses rujukan serta perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan
selama transportasi.
d. Sebelum pasien dirujuk, maka tim medis menjelaskan kepada keluarga
pasien dan meminta persetujuan keluarga dengan menandatangani form
inform consent.
e. RSUD DOMPU hanya melakukan rujukan ke rumah sakit rujukan.
f. Proses rujukan didokumentasikan didalam rekam medis pasien.
g. Setiap pasien yang dirujuk membawa surat rujukan dan disertai dengan
resume medis.

13. Penundaan Pelayanan


a. Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau
penundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan.
b. Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobatan.
c. Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan
informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik
mereka.

14. Pemulangan Pasien


a. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus
menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan.
b. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang
terbaik atau sesuai kebutuhan pasien.
c. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang
dan kelanjutan pelayanan medis (kontrol ulang).
d. Resume medis pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang.
e. Resume medis berisi semua tindakan medis yang sudah dilakukan dan
waktu kontrol ulang bila perlu.
f. Salinan resume medis pasien pulang didokumentasikan dalam rekam
medis.

15. Transportasi
a. Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan
yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan
pemeliharaan.
b. Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien.
c. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak
maupun milik rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai,
perbekalan dan medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang
dibawa.

16. Penolakan Pelayanan Dan Pengobatan


a. Pasien dan keluarga berhak menolak atau melanjutkan untuk dilakukan
tindakan medis.
b. Pihak RS wajib memberitahukan tentang konsekuensi dan tanggung
jawab yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
c. Pasien dan keluarga yang menolak untuk dilakukan pelayanan medis dan
pengobatan dari Tim Medis wajib menandatangani Surat Penolakan
Tindakan Medis setelah mendapatkan informed consent dari RS.
d. Posisi rumah sakit sesuai dengan norma agama dan budaya masyarakat,
serta persyaratan hukum dan peraturan.

17. Pelayanan Pasien Tahap Terminal


a. Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien Mendukung hak pasien untuk
mendapatkan pelayanan yang penuh hormat dan kasih sayang pada akhir
kehidupannya.
b. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua
aspek pelayanan pada tahap akhir kehidupan.
c. Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir
kehidupannya yaitu meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan
sekunder, manajemen nyeri, respon terhadap aspek psikologis, sosial,
emosional, agama dan budaya pasien dan keluarganya serta
keterlibatannya dalam keputusan pelayanan.

18. Asesmen Pasien


a. Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan
pelayanannya melalui suatu proses asesmen yang baku.
b. Asesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi faktor fisik, psikologis,
sosial dan ekonomi, termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.
c. Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan, undang-undang dan
peraturan yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan asesmen.
d. Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat
inap atau lebih dini/cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah
sakit.
e. Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak
rawat inap atau lebih cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah
sakit.
f. Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap, atau
sebelum tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari
30 hari, atau riwayat medis telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik telah
diulangi.
g. Untuk asesmen kurang dari 30 hari, setiap perubahan kondisi pasien yang
signifikan, sejak asesmen dicatat dalam rekam medis pasien pada saat
masuk rawat inap.
h. Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan
pasien (discharge planning).
i. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar
kondisi dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan
dan untuk merencanakan pengobatan atau untuk pemulangan pasien.
j. Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan.

19. Manajemen Nutrisi :


a. Pasien di skrining untuk status gizi.
b. Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor.
c. Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi risiko
kontaminasi dan pembusukan.
d. Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan
khusus.

20. Manajemen Nyeri:


a. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan
dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya.
b. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.
c. Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan protokol.
d. Komunikasi dengan dan mendidik pasien dan keluarga tentang
pengelolaan nyeri dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan
kepercayaan agama masing-masing.

21. Risiko Jatuh :


a. Penerapan asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen
ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan.
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap berisiko.
c. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara
tidak disengaja.
22. Komunikasi Efektif :
a. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut.
b. Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut.
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

\
BAB III
TATA LAKSANA

Proses pelayanan yang seragam

1. Tata cara asuhan rawat jalan :


a. Sebelum poliklinik dibuka, petugas menyiapkan formulir dan catatan
sebagai kelengkapan dokumen Rekam Medis (RM) yang akan digunakan.
b. Menerima dokumen RM dari TPPRJ (Tempat Pendaftaran Pasien Rawat
Jalan) dengan menandatanganinya pada buku ekspedisi.
c. Mengontrol pembayaran jasa pelayanan rawat jalan yang dibawa pasien
dan dicatat di buku register rawat jalan.
d. Memanggil pasien secara berurutan agar tidak terjadi antrian yang panjang
di ruang tunggu poliklinik yang bersangkutan.
e. Melakukan pemeriksaan dan terapi bila perlu melakukan tindakan serta
mencatat atau mengisi kedalam dokumen RM secara lengkap dan
ditandatangani.
f. Memberikan keterangan tentang penyakit kepada pasien dan diputuskan
perlu dirujuk atau tidak, dirawat inap atau tidak.
g. Apabila perlu dirawat inap, membuat surat perintah di rawat.
h. Apabila perlu dilakukan pemeriksaan penunjang, membuat surat
permintaan pemeriksaan penunjang.
i. Membuat pengantar pembayaran tindakan jasa rawat jalan diserahkan
kepada pasien untuk dibayarkan ke kasir.
j. Apabila diperlukan, membuat surat keterangan sakit/ sehat dan surat
keterangan kematian.
k. Mencatat identitas pasien rawat jalan ke dalam buku register poliklinik
dengan nomor urut nomor RM kedalam ringkasan riwayat penyakit rawat
jalan.
l. Membuat SHRJ yang diserahkan ke Unit Rekam Medik (URM), kecuali
untuk pasien yang dirawat inap.
m. Menjumlahkan pembayaran jasa pelayanan poliklinik dan jasa tindakan
poliklinik berdasarkan bukti pembayaran dari kasir untuk dicocokkan
dengan catatan di kasir.
2. Tata cara asuhan rawat inap :
a. Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien
harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien memerlukan
penanganan segera.
b. Penanganan pertama dari perawat harus mampu menaruh kepercayaan
bahwa pengobatan yang diterima dimulai secara benar.
c. Penanganan para dokter dan perawat yang professional akan menimbulkan
kepercayaan pasien bahwa pasien tidak salah memilih rumah sakit.
d. Ruang yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada rumah
sakit.
e. Peralatan yang memadai dengan operator yang professional.
f. Lingkungan rumah sakit yang nyaman.
3. Tata cara asuhan penyampaian informasi asesmen pasien
a. Tim dokter menmpersilahkan masuk kedalam ruangan dokter dan
mengucapkan salam kepada pasien dan keluarga pasien.
b. Tim dokter menyapa pasien dengan namanya.
c. Tim dokter menciptakan suasana yang nyaman untuk menyampaikan
informasi asesmen kepada pasien dan keluarga pasien karena informasi
yang akan diberikan adalah informasi yang penting tentang hasil asuhan
dan pengobatan pasien.
d. Tim dokter menjelaskan hasil tindakan medis yang dilakukan dengan
memberitahukan hasil diagnosa, bahwa dari hasil pemeriksaan dan
pengobatan pasien dinyatakan telah sembuh.
e. Apabila hasil asuhan dan pengobatan pasien telah disampaikan, dan tidak
ada lagi pertanyaan yang diajukan oleh pasien dan keluarga pasien maka
dokter akan membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang.
f. Dokter akan memberikan resep untuk jadwal makan obat dirumah atau
jadwal kontrol ulang untuk datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan
kembali.
4. Tata cara asuhan anestesia :
a. Asuhan pre anestesia
1) Mampu melakukan anamnesa riwayat kesehatan pasien.
2) Melakukan pemeriksaan dan penilaian status fisik pasien.
3) Melakukan pengecekan persiapan administrasi pasien.
4) Melakukan analisa hasil pengkajian dan merumuskan masalah.
5) Mampu menyusun rencana tindakan pelayanan pre anestesi.
6) Mampu melaksanakan tindakan perawatan pre anestesi.
7) Mampu berkolaborasi dalam melakukan tindakan pelayanan pre
anestesi.
8) Mempersiapkan pasien dan keluarga dalam pelaksanaan pendidikan
kesehatan.
b. Asuhan tindakan anestesia
1) Mampu membuat perencanaan teknik anestesi.
2) Mampu melaksanakan teknik anestesi.
3) Mampu melakukan pemasangan alat monitoring invasif dan non-
invasif.
4) Mampu melakukan intubasi.
5) Mampu melakukan pemberian obat anestesi.
6) Mampu melakukan pemberian obat tambahan dan cairan sesuai
kebutuhan pasien.
7) Mampu mengidentifikasi kebutuhan posisi fisiologis normal selama
tindakan pembedahan.
8) Mampu mengatasi gangguan yang timbul akibat anestesi atau
pembedahan.
9) Mampu melakukan pemeliharaan jalan nafas selama masa intra
anestesi.
10) Mampu melakukan pemasangan alat ventilasi mekanik.
11) Mampu melakukan pemasangan alat nebulizer.
12) Mampu melaksanakan tindakan untuk mengatasi kondisi gawat darurat
di meja operasi.
13) Mampu melaksanakan tindakan pengakhiran anestesi.
14) Mampu melakukan pencegahan komplikasi pengakhiran anestesi.
15) Mampu mengatasi komplikasi pengakhiran anestesi
16) Mampu berkolaborasi dalam melakukan tindakan intra anestesi.

c. Asuhan pasca anestesia


1) Mampu menentukan kebutuhan pelayanan lanjutan pasca anestesi
regional.
2) Mampu menentukan kebutuhan perawatan lanjutan pasca anestesi
umum.
3) Mampu melakukan kolaborasi pada tindakan manajemn nyeri.
4) Mampu melaksanakan tindakan untuk mengatasi kondisi gawat daurat
di ruangan pemulihan.
5) Mampu melakukan perawatan pasca anestesi pada pasien dengan
tindakan anestesi regional.
6) Mampu melakukan perawatan anestesi pada pasien dengan tindakan
anestesi umum.
7) Mampu menentukan kondisi pasien pasca anestesi untuk pindah ke
ruang perawatan.
8) Mampu berkolaborasi dalam melakukan asuhan keperawatan pasca
anestesi.
9) Mampu mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan.
BAB IV
DOKUMENTASI

Asuhan pasien yang seragam di seluruh rumah sakit merupakan proses pelayanan
yang dilakukan oleh seluruh rumah sakit kepada pasien untuk memenuhi
kebutuhan pasien seperti asuhan rawat jalan, rawat inap, penyampaian informasi
asesmen pasien, dan asuhan anestesia yang diberikan RSUD Dompu pada asuhan
pasien melalui tim medis.

Buku panduan asuhan pasien yang seragam didampingi dengan dokumen sebagai
berikut :

Dokumen Regulasi

a. Kebijakan Asuhan Pasien Yang Seragam


b. Panduan Asuhan Pasien Yang Seragam
c. SPO Asuhan Pasien Yang Seragam

Demikian buku panduan ini dibuat untuk pedoman asuhan pasien yang seragam di
RSUD Dompu. Maka segala pelayanan pasien wajib berdasarkan buku pedoman
ini terhitung setelah ditandatangani oleh Direktur RSUD Dompu.

Ditetapkan : Dompu
Tanggal : Agustus 2017
Direktur RSUD Dompu

dr. H. Syafruddin
NIP. 19691201 200212 1 005

Vous aimerez peut-être aussi