Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
sebagai bahan sharing bagi seluruh mahasiswa kesehatan By : Yohanes Oda Teda Ona
widarma
A. DEFINISI
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau
terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau
radiasi (radiation) .
Luka bakar adalah suatu keadaan dimana integritas kulit atau mukosa terputus akibat trauma
api, air panas, uap metal, zat kimia, dan listrik atau radiasi.
B. ANATOMI FISIOLOGI
ANATOMI KULIT
1. Lapisan kulit
a. Epidermis
1) Stratum korneum
c) Makin keluar makin tipis dan terlepas untuk digantikan lapisan dibawahnya
d) Hampir tidak mengandung air dan sangat efektif untuk pencegahan penguapan air
2) Stratum lusidum
d) Sel tak keliahatan karena bening sehingga membentuk satu kesatuan lapisan yang bening
c) Lapisan ini berfungsi untuk menghalangi benda asing, kuman, dan bahan kimia masuk ke
dalam tubuh.
4) Stratum spinosum
a) Terdiri dari banyak lapisam sel yang berbentuk kubus dan poligonal yg besarnya berbeda2
c) Sitoplasmanya berisi berkas serat yang terpaut pada dermosom (jembatan sel)
e) Bentuknya tebal dan kuat terdapat pada bagian tubuh yang sering bersentuhan atau
d) Terdiri 2 lapis :
ii. Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clearcell, berwarna muda, dg cytoplasma basofilik,
b. Dermis
Lapisan dermis ini menyatu dengan lapisan subkutis (hipodermis) dengan ketebalan 0,5
3 mm. lapisan dermis memiliki sifat ulet, elastis, berguna untuk melindungi bagian yang
lebih dalam . Terdiri dari serat-serat kalogen, serabut-serabut elastis , bersama pembuluh
darah dan pembuluh getah bening anyaman yang memberi perdarahan untuk kulit . lapisan
karang)
jaringan berpigmen
c. Subkutis
1) Merupakan jaringan ikat longgar dengan komponen serat longgar, elastik dan jaringan
lemak .
2) Terdiri dari sel2 lemak yang besar dan bulat dengan inti dipinggir.
3) Mendukung mobilitas kulit diatasnya dengan adanya bantal lemak penikulus adiposa.
5) Terdapat arteri, vena, dan anyaman syaraf, dan kelenjar getah bening
2. Adneks kulit
a. Kelenjar
a) Kelenjar ekrin
Terdapat diseluruh permukaan kulit, terbanyak di telapak tangan & kaki, dahi dan aksila.
b) Kelenjar apokrin
Terdpt di aksila, pubis, areola mame, labia minora, dan saluran telinga luar.
a) Terdpt diseluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan kaki.
b. Kuku
1) Nail root :akar kuku, bagian kuku yang tertanam di dlm kulit jari.
c. Rambut
2) Rambut terminal pada orang dewasa banyak mengandung pigmen, kasar. Terdapat di
kepala, bulu mata, alis, kumis, pubis, janggut dan pertumbuhanya dipengaruhi oleh hormon
FISIOLOGI KULIT
1. Fungsi proteksi
a. Proteksi fisis dan mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.ketebalan lapisan kulit dan lemak
subcutis.
b. Proteksi kimiawi : zat iritan stratum korneum impermeabel, dan lepas secara teratur.
2. Fungsi ekskresi
a. Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat2 sisa metabolisme berupa : NaCl, Urea, asam
urat, amonia.
a. Pada stratum basale ; jumlah dan besarnya melanosomes menentukan warna kulit.
b. Warna kulit juga ditentukan oleh kadar Hb, Oksi Hb, dan karoten.
Epidermis terdiri dari keratinosit, sel langerhans dan melanosit. Keratinosit terus bergerak
keatas dan berubah bentuknya menjadi spinosum granulosum keratin ; proses ini berjalan
c. Taktil /rabaan BADAN MEISNER papila dermis dan BADAN MARKEL RANVIER
epidermis.
8. Fungsi absorbs
a. Kulit yang sehat tidak menyerap air, larutan atau benda padat, tapi hanya cairan yang
b. Permeabilitas kulit terhadap O2 dan CO2 serta uap air memungkinkan kulit berperan proses
respirasi jaringan.
c. Absorbsi diserap lebih banyak dari sel2 epidermis daripada saluran2 kelenjar.
C. ETIOLOGI
2. Luka bakar cair: kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas.
3. Luka bakar kimia: asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan jaringan
organik.
Bisa timbul dari sambaran petir atau aliran listrik. Luka bakar listrik memiliki karakteristik
yang unik, sebab sekalipun sumber panas (listrik) berasal dari luar tubuh,
kontak langsung dengan obyek panas, misalnya dengan wajan panas atau knalpot sepeda
motor.
D. KLASIFIKASI
kurang beresiko
terjadinya infeksi.
Tingkat kesembuhan
3-5 hari
nyeri. Penyembuhan
berwarna
kenitaman,Edema,
Penyembuhan dapat
14-21 hari.
kehitaman (nekrosis)
Edema. Penyembuhan
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
pada saat injuri dan juga disebabkan oleh menurunnya produksi sel darah merah karena
Dapat terjadi leukositosis (peningkatan sel darah putih/White Blood Cell) sebagai respon
d. Karboksihemoglobin (COHbg)
e. Serum elektrolit :
1. Potasium pada permukaan akan meningkat karena injuri jaringan atau kerusakan sel darah
merah dan menurunnya fungsi renal; hipokalemiadapat terjadi ketika diuresis dimulai;
2. Sodium pada tahap permulaan menurun seiring dengan kehilangan air dari tubuh;
f. Sodium urine
Jika lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, sedangkan jika
g. Alkaline pospatase
h. Glukosa serum
j. Urin
Adanya albumin, Hb, dan mioglobin dalam urin mengindikasikan kerusakan jaringan yang
adanya mioglobin
k. Rontgen dada
l. Bronhoskopi
Untuk mendiagnosa luasnya injuri inhalasi. Mungkin dapat ditemukan adanya edema,
m. ECG
Untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung pada luka bakar karena elektrik.
n. Foto Luka
F. PENATALAKSANAAN
Perawatan luka
1) Hidroterapi
Membersihkan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini terdiri
dari merendam (immersion) dan dengan shower(spray). Tindakan ini dilakukan selama 30
menit atau kurang untuk klien dengan LB akut. Jika terlalu lama dapat meningkatkan
pengeluaran sodium (karena air adalah hipotonik) melalui luka, pengeluaran panas, nyeri dan
stress. Selama hidroterapi, luka dibersihkan secara perlahan dan atau hati-hati dengan
menggunakan berbagai macam larutan seperti sodium hipochloride, providon iodine dan
chlorohexidine.
2) Debridemen
a) Debridemen mekanik
dan forcep untuk memotong dan mengangkat eschar. Penggantian balutan merupakan cara
lain yang juga efektif dari tindakan debridemen mekanik. Tindakan ini dapat dilakukan
dengan cara menggunakan balutan basah ke kering (wet-to-dry) dan pembalutan kering
kepada balutan kering (wet-to-wet). Debridemen mekanik pada LB dapat menimbulkan rasa
nyeri yang hebat, oleh karena itu perlu terlebih dahulu dilakukan tindakan untuk mengatasi
b) Debridemen enzymatic
topical proteolitik dan fibrinolitik. Produk-produk ini secara selektif mencerna jaringan yang
yang basah agar menjadi lebih efektif dan digunakan secara langsung terhadap luka.
c) Debridemen pembedahan
tehnik yang dapat digunakan : Tangential Excision danFascial Excision. Pada tangential
exccision adalah dengan mencukur atau menyayat lapisan eschar yang sangat tipis sampai
terlihat jaringan yang masih hidup. sedangkan fascial excision adlaah mengangkat jaringan
luka dan lemak sampai fascia. Tehnik ini seringkali digunakan untuk LB yang sangat dalam.
3) Balutan
Luka bakar yang dalam atau full thickness pada awalnya dilakukan dengan
pembersihan, debridemen dan inspeksi luka. Perawat perlu melakukan kajian terhadap
adanya eschar, granulasi jaringan atau adanya reepitelisasi dan adanya tanda-tanda infeksi.
Umumnya obat-obat antimikroba yang sering digunakan. Tidak ada satu obat yang digunakan
secara umum, oleh karena itu dibeberapa pusat pelayanan luka bakar ada yang memilih krim
secara merata dan dibiarkan terbuka terhadap udara tanpa dibalut. Cream tersebut dapat
diulang penggunaannya sesuai kebutuhan, yaitu setiap 12 jam sesuai dengan aktivitas obat
tersebut. kelebihan dari metode ini adalah bahwa luka dapat lebih mudah diobservasi,
memudahkan mobilitas dan ROM sendi, dan perawatan luka menjadi lebih sederhana/mudah.
balutan yang digunakan. Balutan disiapkan untuk digunakan sebagai penutup pada cream
yang digunakan. Dalam menggunakan balutan hendaknya hati-hati dimulai dari bagian distal
kearah proximal untuk menjamin agar sirkulasi tidak terganggu. Keuntungan dari metode ini
adalah mengurangi evavorasi cairan dan kehilangan panas dari permukaan luka , balutan juga
membantu dalam debridemen. Sedangkan kerugiannya adalah membatasi mobilitas
terbatas, karena hanya dapat dilakukan jika sedang mengganti balutan saja.
4. Penutupan luka
Penutupan luka sementara sering digunakan sebagai pembalut luka. Ada berbagai
macam penutup luka baik yang biologis, biosintetis, dan sintetis yang telah tersedia. Setiap
produk penutup luka tersebut mempunyai indikasi khusus. Karakteristik luka (kedalamannya,
banyaknya eksudat, lokasi luka pada tubuh dan fase penyembuhan/pemulihan) serta tujuan
tindakan/pengobatan perlu dipertimbangkan bila akan memilih penutup luka yang lebih tepat.
2) Pencangkokan kulit
Pencangkokan kulit yang berasal dari bagian kulit yang utuh dari penderita itu sendiri
(autografting) adalah pembedahan dengan mengangkat lapisan kulit tipis yang masih utuh
dan kemudian digunakan pada luka bakar yang telah dieksisi. Prosedur ini dilakukan di ruang
5. Nutrisi
Mempertahankan intake nutrisi yang adekuat selama fase akut sangatlah penting
untuk meningkatkan penyembuhan luka dan pencegahan infeksi. BMR (basal metabolik rate)
mungkin 40-100% lebih tinggi dari keadaan normal, tergantung pada luasnya luka bakar.
Dukungan nutrisi yang agresif diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang
meningkat guna meningkatkan penyembuhan dan mencegah efek katabolisme yang tidak
diharapkan.
6. Managemen nyeri
Faktor fisiologis yang yang dapat mempengaruhi nyeri meliputi kedalaman injuri,
luasnya dan tahapan penyembuhan luka. Faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
persepsi seseorang terhadap nyeri adalah kecemasan, ketakutan dan kemampuan klien untuk
tentang nyeri, kepribadian, latar belakang keluarga, dan perpisahan dengan keluarga dan
rumah. Dan perlu diingat bahwa persepsi nyeri dan respon terhadap stimuli nyeri bersifat
individual oleh karena itu maka rencana penanganan perawatan dilakukan secara individual
juga.
berkaitan dengan luka bakar meliputi hipnotis, guided imagery, terapi bermain, tehnik
relaksasi, distraksi, dan terapi musik. Tindakan ini efektif untuk menurunkan kecemasan dan
menurunkan persepsi terhadap rasa nyeri dan seringali digunakan bersamaan dengan
7. Terapi fisik
Perawat harus bekerja secara teliti dengan fisioterapist dan occupational terapist untuk
ambulasi, aktifitas sehari-hari harus diimplementasikan secara dini pada pemulihan fase
Kontraktur luka dan pembentukan scar (parut) merupakan dua masalah utama pada
klien LB. Kontraktur akibat luka dapat terjadi pada luka yang luas. Lokasi yang lebih mudah
meliputi terapi posisi, ROM exercise, dan pendidikan pada klien dan keluarga.
a) Posisi Terapeutik
Tabael dibawah ini merupakan daftar tehnik-tehnik posisi koreksi dan terapeutik
untuk klien dengan LB yang mengenai bagian tubuh tertentu selama periode tidak ada
bagian tubuh tertentu dengan tepat untuk mengantisipasi terjadinya kontraktur atau
deformitas.
b) Exercise
Latihan ROM aktif dianjurkan segera dalam pemulihan pada fase akut untuk
mengurangi edema dan mempertahankan kekuatan dan fungsi sendi. Disamping itu
dan ROM. Ambulasi dapat juga mempertahankan kekuatan dan ROM pada ekstremitas
bawah dan harus dimulai bila secara fisiologis klien telah stabil. ROM pasif termasuk bagian
dari rencana tindakan pada klien yang tidak mampu melakukan latihan ROM aktif.
c) Pembidaian (Splinting)
memperbaiki kontraktur. Terdapat dua tipe splint yang seringkali digunakan, yaitu statis dan
dinamis. Statis splint merupakan immobilisasi sendi. Dilakukan pada saat immobilisasi,
selama tidur, dan pada klien yang tidak kooperatif yang tidak dapat mempertahankan posisi
dengan baik. Berlainan halnya dengan dinamic splint. Dinamic splint dapat melatih
d) Mengatasi Scar
Hipertropi scar sebagai akibat dari deposit kolagen pada luka bakar yang menyembuh.
Beratnya hipertropi scar tergantung pada beberapa faktor antara lain kedalaman LB, ras, usia,
dan tipe autograft. Metode nonoperasi untuk meminimalkan hipertropi scar adalah dengan
2) Skin flaps
3) Z-plasties
4) Tissue expansion.
1. DC
2. Catheter tekanan darah (CVP normal 0-8 mmHg) pada pasien luka bakar berat
> 50%.
mmHgtambahan Resusitasi
dikurangi + Deuretik.
Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek yang kering
G. KOMPLIKASI
Gagal ginjal
Infeksi
Syok hipovolemik
Sepsis
Neurovaskuler
Tromboplebitis
Ileus paralitik
Ulkus curling
H. PROGNOSIS
tahunnya untuk injuri yang disebabkan karena luka bakar. 70.000 diantaranya dirawat di
Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok
umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama
I. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika dilaporkan sekitar 2 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian
sekitar 5 6 ribu kematian per tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis
mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di
unit luka bakar RSCM Jakarta, pada tahun 1998 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar
yang dirawat dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo
Surabaya didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas
lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi
Hal-hal yang dapat dilakukan unyuk mencegah terjadinya luka bakar bagi anak-anak dirumah
1. Dapur
Jauhkan anak-anak dari oven dan pemanggang. Ciptakan zona larangan disekitarnya untuk
anak-anak
Jangan masukkan botol susu anak ke dalam mikrowave, dapat menimbulkan daerah yang
panas
Singkirkan taplak meja menjuntai ketika dirumah ada anak yang sedang belajar merangkak.
Jauhkan dan simpan bahan kimia (pemutih, amonia) yang dapat menyebabkan lika bakar
kimia.
Simpan korek api dan lilin jauh dari jangkauan.jangan pernah biarkan lilin menyala tanpa ada
pengawas.
Beli alat-alat listrik dengan kabel yang pendek dan tidak mudah lepas atau menggantung.
2. Kamar mandi
Patikan termostat pemanas air pada suhu 120oF (48oC) atau lebih rendah.
3. Disetiap ruangan
Tutup setiap tempat yang dapat dipakai untuk menusukkan kabel listrik
4. Menggunakan sunblock.
5. Pemasangan penyedot asap diruangan.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data baik data subyektif maupun data obyektif. Data subyektif diperoleh
berdasarkan hasil wawancara baik dengan klien ataupun orang lain, sedangkan data obyektif
1. Data biografi
Langkah awal adalah melakukan pengkajian terhadap data biografi klien yang
meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, ras, dan lain-lain. Setelah pengkajian data
Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah satu metode yang ada, yaitu
metode rule of nine atau metode Lund dan Browder, seperti telah diuraikan dimuka.
Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi 4 macam, yaitu luka bakar
derajat I, derajat II, derajat III dan IV, dengan ciri-ciri seperti telah diuraikan dimuka.
4. Lokasi/area luka
oleh karena akibatnya yang dapat menimbulkan berbagai masalah. Seperti, jika luka bakar
mengenai derah wajah, leher dan dada dapat mengganggu jalan nafas dan ekspansi dada yang
diantaranya disebabkan karena edema pada laring . Sedangkan jika mengenai ekstremitas
edema dan jaringan scar. Oleh karena itu pengkajian terhadap jalan nafas (airway) dan
pernafasan (breathing) serta sirkulasi (circulation) sangat diperlukan. Luka bakar yang
mengenai mata dapat menyebabkan terjadinya laserasi kornea, kerusakan retina dan
Lebih lanjut data yang akan diperoleh akan sangat tergantung pada tipe luka bakar,
beratnya luka dan permukaan atau bagian tubuh yang terkena luka bakar. Data tersebut
melipuri antara lain pada aktivitas dan istirahat mungkin terjadi penurunan kekuatan otot,
kekakuan, keterbatasan rentang gerak sendi (range of motion / ROM) yang terkena luka
bakar, kerusakan massa otot. Sedangkan pada sirkulasi kemungkinan akan terjadi shok
karena hipotensi (shok hipovolemia) atau shock neurogenik, denyut nadai perifer pada bagian
distal dari ekstremitas yang terkena luka akan menurun dan kulit disekitarnya akan terasa
dingin. Dapat pula ditemukan tachikardia bila klien mengalami kecemasan atau nyeri yang
hebat. Gangguan irama jantung dapat terjadi pada luka bakar akibat arus listrik. Selain itu
terbentuk edema hampir pada semua luka bakar. Oleh karena itu pemantauan terhadap tanda-
tanda vital (suhu, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah) penting dilakukan.
Data yang berkaitan dengan respirasi kemungkinan akan ditemukan tanda dan gejala
yang menunjukan adanya cidera inhalasi, seperti suara serak, batuk, terdapat partikel karbon
dalam sputum, dan kemerahan serta edema pada oropharing, lring dan dapat terjadi sianosis.
Jika luka mengenai daerah dada maka pengembangan torak akan terganggu. Bunyi nafas
tambahan lainnya yang dapat didengar melalui auskultasi adalah cracles (pada edema
pulmoner), stridor (pada edema laring) dan ronhi karena akumulasi sekret di jalan nafas.
Data lain yang perlu dikaji adalah output urin. Output urin dapat menurun atau bahkan
tidak ada urin selama fase emergen. Warna urine mungkin tampak merah kehitaman jika
terdapat mioglobin yang menandakan adanya kerusakan otot yang lebih dalam. sedangkan
pada usus akan ditemukan bunyi usus yang menurun atau bahkan tidak ada bunyi usus,
terutama jika luka lebih dari 20 %. Oleh karena itu maka dapat pula ditemukan keluhan tidak
Adanya masalah kesehatan yang lain yang dialami oleh klien perlu dikaji. Masalah
kesehatan tersebut mungkin masalah yang dialami oleh klien sebelum terjadi luka bakar
seperti diabetes melitus, atau penyakit pembuluh perifer dan lainnya yang akan
memperlambat penyembuhan luka. Disamping itu perlu pula diwaspadai adanya injuri lain
yang terjadi pada saat peristiwa luka bakar terjadi seperti fraktur atau trauma lainnya.
Riwayat alergi perlu diketahui baik alergi terhadap makanan, obat-obatan ataupun yang
6. Data Penunjang
a. Sel darah merah (RBC): dapat terjadi penurunan sel darah merah (Red Blood Cell) karena
kerusakan sel darah merah pada saat injuri dan juga disebabkan oleh menurunnya produksi
b. Sel darah putih (WBC): dapat terjadi leukositosis (peningkatan sel darah putih/White Blood
c. Gas darah arteri (ABG): hal yang penting pula diketahui adalah nilai gas darah arteri
terutama jika terjadi injuri inhalasi. Penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2.
e. Serum elektrolit :
1) Potasium pada permulaan akan meningkat karena injuri jaringan atau kerusakan sel darah
merah dan menurunnya fungsi renal; hipokalemiadapat terjadi ketika diuresis dimulai;
f. Sodium urine :jika lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan,
sedangkan jika kurang dari 10 mEq/L menunjukan tidak adekuatnya resusitasi cairan.
sodium.
j. Urin : adanya albumin, Hb, dan mioglobin dalam urin mengindikasikan kerusakan jaringan
yang dalam dan kehilangan/pengeluaran protein. Warna urine merah kehitaman menunjukan
adanya mioglobin
k. Rontgen dada: Untuk mengetahui gambaran paru terutama pada injuri inhalasi.
l. Bronhoskopi: untuk mendiagnosa luasnya injuri inhalasi. Mungkin dapat ditemukan adanya
edema, perdarahan dan atau ulserasi pada saluran nafas bagian atas
m. ECG: untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung pada luka bakar karena elektrik.
luka bakar.
DIAGNOSA
Hasil