Vous êtes sur la page 1sur 28

BUKU PANDUAN

RENCANA PEMBANGUNAN
KABUPATEN/KOTA
17/09/2007

RPIJMRENCANA PROGRAM INVESTASI


JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA
Contact Person:
Subdit Kebijakan dan Strategi
DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
Jl. Pattimura No. 20 Jakarta Selatan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Telp/Fax. 021-72796582
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH i
RPIJM BIDANG PU/CIPTA KARYA

KATA PENGANTAR

Buku Panduan Rencana Pembangunan Kabupaten/Kota dimaksudkan


untuk memberikan penjelasan ringkas secara terperinci mengenai Rencana
Pengembangan Perkotaan baik itu di propinsi maupun Kabupaten/Kota dari
berbagai aspek (fisik, sosial, ekonomi, budaya, ekologis) yang merupakan
bagian dari panduan penyusunan Rencana Program Investasi Jangka
Menengah (RPIJM) Bidang PU/Cipta Karya.
Produk penyusunan Buku Panduan Rencana Pembangunan
Kabupaten/Kota ini merupakan turunan dari rencana tata ruang yang
digunakan sebagai acuan keterpaduan penyiapan program RPIJM yang
nantinya diharapkan dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat sesuai
dengan prinsip pengembangan wilayah yang berkelanjutan
Rencana Pembangunan Kabupaten/Kota berisikan pokok-pokok
perencanaan strategis yang berkaitan dengan struktur pengembangan
wilayah dan struktur pembangunan infrastruktur dalam rangka mendukung
kegiatan sosial-ekonomi dan lingkungan.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih atas perhatiannya, semoga
Buku Panduan Rencana Pembangunan Kabupaten/Kota ini bermanfaat bagi
kita semua untuk mewujudkan kebersamaan antara pemerintah Pusat,
Propinsi, dan daerah Kabupaten/Kota secara berkelanjutan.

September 2007

Tim Penyusun
.


ii BUKU PANDUAN
RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA


RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH iii
RPIJM BIDANG PU/CIPTA KARYA

DAFTAR ISI

BAB I PETUNJUK UMUM ....................................................................... 1


1.1 Umum.................................................................................... 1
1.2 Fenomena Peekembangan Kota ............................................ 2
1.3 Arahan Kebijakan dan Program Jangka Panjang.................. 3
1.4 Arahan Kebijakan dan Program Jangka Menengah.............. 5
1.5 Langkah-Langkah Penyusunan Strategi Pembangunan
Perkotaan............................................................................... 8
1.5.1 Materi yang Dikandung Dalam Skenario Pembangunan
Kota 8
BAB II SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH
KABUPATEN/KOTA..................................................................... 9
BAB II SKENARIO PENGEMBANGAN WILAYAH
KABUPATEN/KOTA..................................................................... 9
2.1 Arahan Pengembangan Struktur Kabupaten/ Kota ............... 9
2.2 Fungsi dan Peran Kota .......................................................... 9
2.3 Identifikasi Wilayah yang Dikendalikan .............................. 9
2.4 Identifikasi Wilayah yang Didorong Pertumbuhannya ...... 10
2.5 Arahan Pengembangan Penduduk dan Permukiman .......... 10
2.6 Arahan Rencana Induk Sistem Prasarana dan Sarana ........ 10
BAB III SKENARIO PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA ........ 15
3.1 Rencana Induk Sistem (RIS)/Masterplan Infrastruktur...... 15
3.2 Identifikasi Kebutuhan Investasi Pembangunan
Infrastruktur ........................................................................ 15
3.3 Logical Framework: Keterkaitan Rencana
Pengembangan Wilayah dan Rencana Pembangunan
Infrastruktur (Masterplan Infrastruktur)............................. 16
3.4 Prioritas Pembangunan Infrastruktur Kabupaten/Kota....... 17


iv BUKU PANDUAN
RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA


RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 1
RPIJM BIDANG PU/CIPTA KARYA

BAB I PETUNJUK UMUM

1.1 UMUM

Pengembangan kawasan perkotaan, baik untuk kabupaten/kota, menjadi


acuan dalam pengembangan tata ruang dan rencana pembangunan
prasarana dan sarana. Sesuai dengan UU 26/2007 tentang penataan ruang,
telah diatur bahwa penataan ruang adalah upaya untuk mewujudkan
struktur dan pola ruang melalui penyusunan dan pelaksaan program beserta
pembiayaannya, dimana struktur ruang adalah pusat-pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara herarki mempunyai
hubungan fugsional, dan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang
dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung
dan untuk fungsi budidaya. Sejalan denga hal tersebut, perlu disadari
bahwa semua pembangunan bidang PU/Cipta Karya mempunyai dimensi
"ruang" dan merupakan instrumen dalam mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang, sebagai bagian dari pemanfaatan ruang. Lingkup pembangunan
bidang PU/Cipta Karya sendiri meliputi pembangunan dengan komponen
sektor-sektor: jalan kota, pengendalian banjir, air minum, penyehatan
lingkungan, pengembangan permukiman, dan penataan ruang. Oleh karena
itu dalam menyusun RPIJM bidang PU/Cipta Karya harus didasarkan pada
penataan ruang yang menjadi acuan untuk mewujudkan keterpaduan
pembangunan.
Dalam penyelenggaraan pembangunan, daerah harus sudah mempunyai
RTRW yang menjadi dasar dalam menyusun rencana program
pembangunan. RTRW kemudian dijabarkan pada rencana pengembangan
Kabupaten/Kota yang mencakup pula penyusunan struktur dan sistem
infrastruktur kota. Rencana pengembangan Kabupaten/Kota berfungsi
sebagai penentu arah pengembangan fisik ruang dan pengembangan
pelayanan publik, terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar (basic
needs) dan dalam mendukung peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
Apabila pemerintah Kabupaten/Kota belum memiliki rencana tata ruang,
atau sedang dilakukan review, dapat dipersiapkan Rencana Pengembangan
Wilayah dengan mendasarkan pada assessment terhadap perkembangan
wilayah pada tahun awal perencanaan. Assessment tersebut harus
mencakup seluruh aspek strategis yang secara signifikan berpengaruh
terhadap arah pengembangan wilayah, serta kemungkinan-kemungkinan
pengembangan sampai pada akhir tahun perencanaan. Penyusunan Rencana


2 BUKU PANDUAN
RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA

Pengembangan Kabupaten/Kota harus mempertimbangkan dan


memperhitungkan isu strategis dan target pencapaian serta permasalahan
perkembangan Kabupaten/Kota.

1.2 FENOMENA PEEKEMBANGAN KOTA

Perkembangan kota di Indonesia mengalami pertumbuhan penduduk dan


pertumbuhan fisik kota yang cepat, terutama dalam dua dasawarsa terakhir.
Pertumbuhan fisik dan terutama jumlah penduduk tentunya memberikan
implikasi bagi pembangun daerah. Selain itu dilihat dari sebaran penduduk,
penduduk perkotaan memberikan kecenderungan terjadinya urban sprawl
dan conurbation dari kawasan perkotaan. Selain itu, pelayanan perkotaan
menjadi tidak efisien dan akhirnya menyebabkan penurunan kinerja kota.
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan fisik kota perlu didukung dengan
kemampuan pengelolaan kota, dan rencana pengembangan kota yang
mampu memberikan pelayanan prasarana dan sarana dasar (infrastruktur
bidang PU/Cipta Karya) yang mampu mendukung dan meningkatkan
kualitas kehidupan daerah.
Berangkat dari cepatnya pertumbuhan fisik dan jumlah penduduk
perkotaan, perlu didukung dengan pembangunan infrastruktur yang
memadai yang didukung dengan investasi kegiatan ekonomi di wilayah
perkotaan. Kegiatan sector jasa pada umumnya berada di lingkungan
perkotaan, diharapkan dapat meningkatkan kontribusinya dalam
mendukung pembangunan wilayah perkotaan dalam suatu Kabupaten/Kota.
Sejalan dengan kecenderungan pertumbuhan perkotaan dan pergeseran
fungsi perkotaan, terdapat beberapa kondisi yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Meningkatnya peran swasta dan masyarakat dalam pembangunan fisik
perkotaan;
2. Munculnya kelompok-kelompok yang berminat pada pembangunan
perkotaan;
3. Perubahan sikap masyarakat dalam pembangunan kota;
4. Perubahan bentuk peran dan sikap swasta dalam pembangunan fisik
kota;
5. Perubahan peran masyarakat dalam menentukan arah pembangunan
kota;
6. Pergeseran posisi fungsi kota dalam konteks global


RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 3
RPIJM BIDANG PU/CIPTA KARYA

7. Kondisi perekonomian global


a. Perkembangan blok-blok perdagangan
b. Pengaruh munculnya kekuatan-kekuatan Mutli National Corporation
(MNC)
Perkembangan tersebut membutuhkan penanganan pembangunan
perkotaan yang mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan maupun dalam
menentukan arah pengembangan daerah, khususnya untuk wilayah
perkotaan. Untuk itu dibutuhkan arah pembangunan kota yang tidak saja
mengarah kepada pemenuhan kebutuhan dasar penduduk perkotaan (basic
needs approach), tetapi juga kepada pengembangan ekonomi (development
approach).

1.3 SASARAN DAN KEBIJAKAN JANGKA PANJANG

Pengaturan penataan ruang sesuai dengan peruntukan lahan merupakan


tantangan pada masa yang akan datang yang harus dihadapi untuk
mengatasi krisis penataan ruang yang telah terjadi. Untuk itu diperlukan
penataan ruang yang baik dan berada dalam satu sistem yang menjamin
konsistensi antara perencanaan, pemanfaatan, da pengendalian tata ruang.
Penataan ruang yang baik diperlukan bagi: a) Arahan lokasi kegiatan;
b) Batasan kemampuan lahan, termasuk di dalamnya adalah daya dukung
lingkungan dan kerentanan terhadap bencana alam; c) Efisiensi dan
pemanfaatan ruang dalam rangka penyelenggaraan berbagai kegiatan.
Penataan ruang yang baik juga harus didukung dengan regulasi tata ruang
yang searah dalam arti tidak saling bertabrakan antar sektor, dengan tetap
memerhatikan keberlanjutan dan daya dukung lingkungan, serta kerentanan
wilayah terhadap kejadian bencana.
Pembangunan perkotaan dan perdesaan diharapkan dapt mewujudkan
pembangunan yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh komponen
bangsa di berbagai wilayah Indonesia akan meningkatkan partisipasi aktif
masyarakat dalam pembangunan, mengurangi gangguan keamanan, serta
menghapuskan potensi konflik sosial untuk tercapainya Indonesia yang
maju, mandiri dan adil. Pengembangan wilayah diselenggarakan dengan
memerhatikan potensi dan peluang keunggulan sumberdaya setiap wilayah
serta memerhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung
lingkungan. Tujuan utama pengembangan wilayah adalah peningkatan
kualitas hidup dan kesejahteraan serta pemerataannya. Pelaksanaan
pengembangan wilayah tersebut dilakukan secara terencana dan terintegrasi
dengan semua rencana pembangunan sektor dan bidang. Rencana
pembangunan, termasuk bidang PU/Cipta Karya, dijabarkan dan


4 BUKU PANDUAN
RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA

disinkronisasikan ke dalam rencana tata ruang yang konsisten, baik materi


maupun jangka waktunya.
Pengembangan wilayah dikembangkan dengan mengubah arah kebijakan
pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking
menjadi outward looking. Melalui upaya tersebut dapat mendukung
pengembangan produk unggulan daerah, dan mendorong terwujudnya
koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antar sektor, dunia
usaha, dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan investasi
daerah.
Pembangunan kota-kota metropolitan, besar, menengah dan kecil
diseimbangkan pertumbuhannya dengan mengacu pada sistem
pertumbuhan perkotaan nasional. Upaya itu diperlukan untuk mencegah
terjadinya pertumbuhan fisik kota yang tidak terkendali (urban sprawl and
conurbation). Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan keterkaitan
kegiatan ekonomi sejak tahap awal.
Pengembangan kota besar dan metro dikendalikan dalam suatu sistem
wilayah pembangunan metropolitan yang kompak, nyaman, efisien dalam
pengelolaan, serta mempeetimbangkan pembangunan berkelanjutan
melalui: i) penerapan manajemen perkotaan; ii) pengembangan kegiatan
ekonomi kota yang ramah lingkungan; iii) revitalisasi kawasan kota; v)
peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial, busaya dan penataan fasilitas
publik. Untuk kota sedang dan kecil diupayakan percepatan pembangunan,
terutama untuk kawasan di luar pulau Jawa, sehingga diharapkan dapat
menjalanka perannya sebagai "motor penggerak" pembangunan wilayah
disekitarnya maupun dalam melayani kebutuhan warga kotanya.
Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan antara lain dengan
pemenuhan kebutuhan dasar perkotaan sesuai dengan tipologi kota masing-
masing.
Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dengan
kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan didorong secara sinergis (hasil
produksi wilayah perdesaan meupakan backward lingkages dari kegiatan
ekonomi di wilayah perkotaan) dalam suatu sistem pengembangan
ekonomi. Peningkatan keterkaitan tersebut memerlukan adanya perluasan
dan diversifikasi aktivitas ekonomi dan perdagangan (non pertanian) di
perdesaan yang terkait dengan pasar di perkotaan.
Dari aspek kelembagaan, ke depan diharapkan kapasitas pemerintah daerah
terus dikembangkan, terutama terkait pengembangan perkotaan dan
perdesaan, melalui peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah. Selain
itu, pemberdayaan masyarakat akan terus dikembangkan melalui
peningkatan pengetahuan dan keterampilan, peningkatan akses pada modal


RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 5
RPIJM BIDANG PU/CIPTA KARYA

usaha dan sumberdaya alam, pemberian kesempatan kerja untuk


mengaspirasikan terhadap kebijakan dan peraturan yang menyangkut
kehidupan mereka, serta peningkatan kesempatan ekonomi produktif yang
mendatangkan kemakmuran dan mengatasi kemiskinan.

1.4 SASARAN DAN KEBIJAKAN JANGKA MENENGAH

Pembangunan wilayah di Indonesia masih menghadapi berbagai


permasalahan seperti masih belum meratanya pembangunan, dimana
sebagian wilayah masih dapat dikategorikan kurang maju (tertinggal).
Kondisi wilayah-wilayah yang masih relatif belum maju membutuhkan
intervensi kebijakan pembangunan dari pemerintah, sehingga diharapkan
dapat mempercepat pembangunan di wilayah tersebut yang pada akhirnya
dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan. Sasaran dari pembangunan wilayah yang diharapkan dapat
mengurangi ketimpangan pembangunan antara lain melalui: i) terwujudnya
percepatan pembangunan di wilayah-wilayah tumbuh dan strategis,
termasuk wilayah dengan suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi
yang terintegrasi dan sinergis; ii) terwujudnya keseimbangan pertumbuhan
antar kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil secara hirarkis
dalam suatu sistem pembangunan perkotaan nasional; iii) terwujudnya
percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah, terutama di luar
Pulau Jawa, sehingga diharapkan dapat menjalankan peran sebagai motor
penggerak pembangunan di wilayah-wilayah pengaruhnya dalam suatu
sistem wilayah pengembangan ekonomi, termasuk dalam melayani
masyarakat warga kotanya; iv) terkendalinya pertumbuhan kota-kota besar
dan metropolitasn dalam suatu sistem wilayah pembangunan
metropolitan yang compact, nyaman, efisien dalam pengelolaan, serta
mempertimbangkan pembangunan berkelanjutan; v) terwujudnya kegiatan
ekonomi antar wilayah perktaan dan perdesaan dalam suatu sistem
wilayah pengembangan ekonomiyang berkelanjutan; vi) terwujudnya
keserasian pemanfaatan dan pengendalian ruang dalam suatu sistem
wilayah pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan tersebut, diperlukan arah
kebijakan: i) Mendorong percepatan pemabngunan dan pertumbuhan
wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh sehingga dapat
mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu
sistem wilayah pengembangan ekonomi yang strategis, tanpa
mempertimbangkan batas administrasi, tetapi lebih ditekankan pada
pertimbangkan pada keterkaitan mata rantai proses industri dan distribusi.
Upaya ini dapat dilakukan melalui pengembangan produk unggulan daerah,
serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan


6 BUKU PANDUAN
RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA

kerjasama antar sector, antar pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat


dalam mendukung peluan berusaha dan investasi daerah; ii) Mengubah
arah kebijakan pembangunan daerah yang cenderung berorientasi inward
looking menjadi berorientasi outward looking, sehingga kawasan dapat
diwujudkan menjadi kawasan yang mendukung pembangunan ekonomi; iii)
menyeimbangkan pertumbuhan antar kota metropolitan, besar, menengah,
dan kecil secara hirarkis dalam suatu sistem pembangunan perkotaan
nasional. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan keterkaitan
kegiatan ekonomi sejak awal; iv) meningkatkan percepatan pembangunan
kota kecil dan menengah, terutama diluar Pulau Jawa, sehingga diharapkan
dapat menjalankan peran sebagai motor penggerak pembangunan
wilayah-wilayah sekitarnya, maupun dalam melayani kebutuhan warga
kotanya. Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan adalah
memenuhi kebutuhan pelayanan dasar perkotaansesuai dengan tipologi
kota masing-masing; v) mendorogn peningkatan keterkaitan ekonomi di
wilayah perkotaan dengan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan secara
sinergis dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi; vi)
mengendalikan pertumbuhan kota besar dan metropolitan dalam suatu
sistem wilayah pembangunan metropolitan yang compact, nyaman,
efisien dalam pengelolaan, serta mempertimbangkan pembangunan
berkelanjutan.
Berkaitan dengan pembangunan perdesaan, dalam kurun jangka menengah
diharapkan dapat mencapai: i) meningkatnya peran dan kontribusi kawasan
perdesaan sebagai basis pertumbuhan ekonomi nasional yang diukur dari
meningkatnya peran sector pertanian dan non-pertanian yang terkait dalam
mata rantai pengolahan produk-produk berbasis perdesaan; ii) terciptanya
lapangan kerja berkualitas di perdesaan, khususnya lapangan kerja non
pertanian, yang ditandai dengan berkurangnya angka pengangguran terbuka
dan setengah pengangguran; iii) meningkatnya kesejahteraan masyarakat
perdesaan dengan ditandai berkurangnya penduduk miskin serta
meningkatnya taraf kesehatan dan pendidikan masyarakat;
iv) meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur karasan permukiman
perdesaan terutama dengan meningkatnya prosentase rumah tangga
perdesaan yang memiliki akses terhadap pelayanan air minum hingga
30 persen dan seluruh rumah tangga telah memiliki jamban (free open
defecation); v) meningkatnya akses, kontrol dan partisipasi seluruh elemen
masyarakat dalam kegiatan pembangunan perdesaan yang ditandai dengan
terwakilinya aspirasi semua kelompok masyarakat dan meningkatnya
kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pembangunan.


RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 7
RPIJM BIDANG PU/CIPTA KARYA

Dalam menyusun rencana pembangunan kabupaten/kota (baik perkotaan


maupun perdesaan) hendaknya harus mendasarkan pada beberapa hal
pokok yaitu:
1. Skenario Pembangunan Wilayah
Dalam skenario pembangunan wilayah, pengembangan suatu wilayah
dirumuskan sesuai dengan rencana pengembangan kawasan-kawasan di
dalamnya, baik yang mencakup rencana pengembangan kawasan baru,
kawasan permukiman, kawasan industri, dan mempertimbangkan
keberadaan kawasan permukiman kumuh.
2. Skenario Pembangunan Perkotaan
Skenario pembangunan perkotaan merupakan rencana strategis
pembangunan kawasan dengan mempertimbangkan permasalahan dan
tantangan pembangunan kawasan perkotaan, yang sudah dijabarkan pada
program pembangunan dan pembiayaannya. Dalam skenario pembangunan
kota sudah dirumuskan indikasi kebutuhan (need) pembangunan prasarana
dan sarana bidang PU/Cipta Karya di setiap kawasan pengembangan yang
dibagi sesuai dengan kebutuhan pemenuhan basic need penduduk dan basic
service Kabupaten/Kota, serta kebutuhan pengembangan kegiatn sosial
ekonomi di setiap kawasan pengembangan
Baik di dalam skenario pengembangan wilayah maupun dalam skenario
pembangunan perkotaan, keterlibatan peran serta masyarakat dan swasta
perlu diperhatikan. Dalam hal ini indikasi besaran peran serta masyarakat
dalam pengembangan dan pembangunan perlu diperhitungkan. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam penyelesaian Rencana Pembangunan
Kabupaten/Kota sesuai dengan peranan dan fungsi masing-masing pihak
terkait adalah sebagai berikut:
Didalam merumuskan skenario pengembangan wilayah keterlibatan
Pemerintah daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota sangat
diperlukan untuk mendapatkan kesepakatan tentang rencana
pengembangan kawasan;
Penyiapan skenario pembangunan infrastruktur dasar dilakukan
melalui masukan dari aspek-aspek sektoral Prasarana dan Sarana
Dasar secara interaktif dengan dunia usaha dan masyarakat serta
pihak lain agar diperoleh skenario pengembangan yang mendekati
kenyataan untuk dapat dilaksanakan;
Produk konkrit dari skenario pembangunan Prasarana dan Sarana
Dasar (infrastruktur) akan digunakan oleh setiap aspek atau
kelembagaan, serta dalam penyiapan rencana dan program. Oleh


8 BUKU PANDUAN
RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA

sebab itu, skenario Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar harus


mencakup besaran kebutuhan setiap Prasarana dan Sarana Dasar,
waktu pelaksanaan, dan lokasi pembangunan Prasarana dan Sarana
Dasar.


RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 9
RPIJM BIDANG PU/CIPTA KARYA

BAB II SKENARIO PENGEMBANGAN


WILAYAH KABUPATEN/KOTA

Skenario pengembangan Wilayah Kabupaten/Kota menguraikan arah dan


strategi pengembangan Kabupaten/Kota dalam kurun waktu 20 (dua puluh)
tahun sesuai dengan RTRW Kabupaten/Kota, dengan memperhatikan hasil
revisi lima tahunan RTRW tersebut. Skenario ini mencerminkan kondisi
perkembangan Kabupaten/Kota atau lingkungan strategisnya saat RPIJM
dibuat dan perkiraan lima sampai dua puluh tahun ke depan.

2.1 ARAHAN PENGEMBANGAN STRUKTUR KABUPATEN/


KOTA

Arahan pengembangan struktur Kabupaten/Kota menguraikan tentang


rencana struktur Kabupaten/Kota, pembagian wilayah kabupaten/kawasan-
kawasan kota, dan rencana penggunaan lahan, dilengkapi dengan tabel
rencana penggunaan lahan serta peta rencana struktur
wilayah/kabupaten/kota dan peta skenario pengembangan
wilayah/kabupaten/kota.

2.2 FUNGSI DAN PERAN KOTA

Fungsi dan peran kota menguraikan kedudukan kota terhadap wilayah yang
lebih luas dan konstelasi kota-kota sekitar, serta fungsi dan peran yang
diemban oleh kota dalam situasi tersebut. Bagian ini juga menjelaskan
fungsi dan peran setiap kawasan kota relatif terhadap kota dimaksud.
Uraian di atas merujuk kepada situasi saat ini dan yang akan datang dengan
memperhatikan rencana perkembangan kota dalam jangka menengah (lima
tahun) dan panjang (dua puluh tahun).

2.3 IDENTIFIKASI WILAYAH YANG DIKENDALIKAN

Bagian ini menguraikan wilayah kabupaten dan kawasan kota yang perlu
dikendalikan perkembangannya berkaitan dengan tingkat pelayanan PSD
dan adanya permasalahan yang disebabkan oleh kondisi fisik
wilayah/kawasan yang bersangkutan. Disamping itu uraian juga harus
berkaitan dengan peta indikasi permasalahan dan penanganannya.


10 BUKU PANDUAN
RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA

2.4 IDENTIFIKASI WILAYAH YANG DIDORONG


PERTUMBUHANNYA

Bagian ini menguraikan wilayah kabupaten/kawasan kota yang diarahkan


sebagai lokasi baru bagi pengembangan kegiatan-kegiatan perkotaan yang
mendukung strategi dan skenario pengembangan perkotaan. Di samping
itu, uraian ini dilampiri dengan peta indikasi pengembangan perkotaan di
masing-masing kawasan kota. Peta ini dapat digabung dengan peta indikasi
permasalahan dan penanganannya.

2.5 ARAHAN PENGEMBANGAN PENDUDUK DAN


PERMUKIMAN

Arahan ini menguraikan perkiraan perkembangan dan distribusi penduduk


dalam jangka menengah dengan memperhatikan rencana pengembangan
permukiman dalam RTRW. Arahan ini harus sejalan dengan rencana
pengembangan struktur kota dan rencana pengembangan fungsi dan peran
kota dan kawasan kota. Uraian ini dilampiri dengan tabel perkiraan jumlah
dan persebaran penduduk jangka menengah.

2.6 ARAHAN RENCANA INDUK SISTEM PRASARANA DAN


SARANA

Rencana induk sistem prasarana dan sarana menguraikan rencana


kebutuhan dan pengembangan prasarana dan sarana secara umum dalam
jangka panjang dengan dilengkapi peta-peta pendukung yang sesuai dan
lengkap.

2.7 LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN STRATEGI


PEMBANGUNAN PERKOTAAN

Terdapat delapan langkah penyusunan strategi pembangunan perkotaan


yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Mensepakati Proses Penyusunan Strategi Pembangunan Kota
Dalam tahap ini perlu diidentifikasi key-person yang akan menjadi actor
utama dalam penyusun Strategi Pembangunan Kota. Kesepakatan tersebut
terutama dalam:
a. Keseluruhan usaha penyusunan strategi pembangunan kota (perlu
atau tidak hal ini dilaksanakan)


RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 11
RPIJM BIDANG PU/CIPTA KARYA

b. Langkah-langkah apa yang harus dilaksanakan didalamnya termasuk


kesepatakan akan tujuan, langkah-langkah yang diharapkan format
dan penjadualan, peran dan fungsi masing-masing actor, dan
membentuk kelompok kerja.
2. Mengidentifikasi Apakah Fungsi dan Peranan Kota
Perlu diketahui kebijaksanaan yang telah ditetapkan bagi pemerintah
daerah yang bersangkutan dalam kaitan pembangunan kota. Perlu dipahami
bahwa sangat sedikit orang yang mengetahui peran dan fungsi kota
sebenarnya dalam proses pembangunan kota tersebut.
3. Mengidentifikasi Sasaran Jangka Waktu Tertentu
Dalam jangka waktu tertentu perlu diidentifikasikan apakah sasaran kota
dalam proses pembangunan nasional. Hal ini perlu dijabarkan dengan jelas.
4. Menilai Lingkungan Eksternal: Kesempatan dan Ancaman
Dalam melihat lingkungan eksternak tidak hanya bersifat fisik namun juga
ekonomi kota dalam arti seluas-luasnya.


12 BUKU PANDUAN
RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA

5. Menilai Lingkungan Internal: Kelembahan dan Kekuatan Kota


Aspek yang harus dilihat adalah kendala dan potensi fisik, social, budaya,
ekonomi maupun kelembagaan pemerintah dan stakeholder.
6. Mengidentifikasi Isu-Isu Strategis yang Dihadapi Kota
Dalam penyusunan strategi pembangun kota harus dapat dijabarkan isu
strategis yang dihadapi kota baik yang berkaitan dengan pembangunan
prasarana dan sarana bidang PU/Cipta Karya, kelembagaan, maupun social
kota.
7. Memformulasikan Strategi Dalam Menyelesaikan Isu Pembangunan
Kota
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memformulasikan
scenario pengembangan. Perlu ditentukan terlebih dahulu alternatif strategi
beserta keuntungan dan kerugian dari masing-masing strategi. Setelah itu
dihadapkan pada key actor untuk mendapatkan arahan strategi yang mana
yang akan diambil.
8. Menetapkan Langkah-Langkah Pembangunan Kota
Berdasarkan strategi terpilih, maka dapat ditentukan langkah-langkah
pembangunan kota yang harus dilaksanakan.

2.7.1 MATERI YANG DIKANDUNG DALAM SKENARIO


PEMBANGUNAN KOTA

Skenario pembangunan kota perlu memberikan gambaran jelas tentang


arah pembangunan kota yang sebaiknya dituju oleh kota tersebut dalam
rangka pemenuhan sasaran dan kebijakan baik di tingkat nasional
(RPJP, RPJMN), maupun di tingkat daerah (RPJMD) dengan
memperhatiikan dinamika pertumbuhan perkotaan, kendala pembangunan
kota baik fisik, social, ekonomi, maupun kelembagaan, serta
memperhatikan tantangan dan kemungkinan di masa yang akan dating.
Materi yang perlu dikandung dalam skenario pembangunan kota adalah:
1. Masukan Kebijakan
a. Skenario makro ekonomi
b. Indikasi kawasan andalan dan sektor unggulan
c. Sistem Perkotaan
d. Rencana Tata Ruang Wilayah
e. Kondisi Eksisting/dimanika perkembangan kota


RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 13
RPIJM BIDANG PU/CIPTA KARYA

2. Skenario Pengembangan Kota


a. Arah pengembangan perkotaan (struktur kota)
b. Rencana induk sistem prasarana dan sarana perkotaan
c. Fungsi dan peran kota
d. Arah pertumbuhan dan perkembangan penduduk
e. Identifikasi wilayah yang dikendalikan
f. Identifikasi wilayah yang didorong pertumbuhannya
3. Skenario Pembangunan Kota
a. Long-list kebutuhan program pembangunan (indikasi program)
b. Norma-norma hubungan sinkronisasi
c. Prioritas program pembangunan perkotaan
o Pembangunan kawasan
o Kegiatan pembangunan perkotaan
o Pembangunan Prasarana dan Sarana Bidang PU/Cipta Karya
o Mekanisme pelaksanaan program


14 BUKU PANDUAN
RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA

Gambar II-1 Bagan Alir Proses Penyusunan Skenario Pengembangan


Kota


RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 15
RPIJM BIDANG PU/CIPTA KARYA

BAB III SKENARIO PEMBANGUNAN


KABUPATEN/KOTA

Skenario pembangunan infrastruktur Kabupaten/Kota menguraikan


gambaran kebutuhan pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar (PSD)
untuk kurun waktu dua puluh tahun. Cakupan materi kegiatan Skenario
Pembangunan Perkotaan ini mencakup hal-hal sebagai berikut:

3.1 RENCANA INDUK SISTEM (RIS)/MASTERPLAN


INFRASTRUKTUR

Rencana Induk Sistem (RIS)/Masterplan Infrastruktur diharapkan dapat


mendorong Pemerintah Daerah, baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota
untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur secara terarah dan
terencana dalam kurun waktu selama 10-20 tahun. Selain itu, Masterplan
Infrastruktur dapat digunakan dalam menyusun Rencana Tata Ruang
Kabupaten/Kota yang mempertimbangkan keadilan, demokratis, dan
keberlanjutan bagi kehidupan masyarakat luas, sehingga pembangunan
infrastruktur dapat mendorong daerah mengoptimalkan sumberdaya yang
ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian,
Masterplan Infrastruktur dapat dijadikan dasar dalam menyusun Rencana
Investasi Prasarna dan Sarana Perkotaan.
Selain itu, mendorong daerah untuk dapat menyiapkan Rencana Program
Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya yang mengacu pada
RTRW Kabupaten/Kota dan RPJMD serta memperhatikan Kebijakan dan
Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan dengan proses yang partisipatif.
Rencana Induk Sistem/Masterplan Infrastruktur menguraikan rencana
kebutuhan pengembangan dan pembangunan infrastruktur secara rinci
sebagai pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat yang dilengkapi dengan peta/gambar
pendukung yang sesuai dan lengkap.

3.2 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN INVESTASI PEMBANGUNAN


INFRASTRUKTUR

Daftar kebutuhan program pembangunan PSD menguraikan tentang


gambaran kebutuhan ideal pembangunan PSD secara keseluruhan untuk
wilayah kabupaten atau setiap kawasan kota dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs) dan mengantisipasi kebutuhan


16 BUKU PANDUAN
RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA

pengembangan (development needs). Uraian ini dilengkapi dengan daftar


lengkap (long-list table) kebutuhan pembangunan PSD untuk wilayah
kabupaten atau kawasan kota.

3.3 LOGICAL FRAMEWORK: KETERKAITAN RENCANA


PENGEMBANGAN WILAYAH DAN RENCANA
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR (MASTERPLAN
INFRASTRUKTUR)

Bagian ini menguraikan keterkaitan antara rencana pengembangan


Kabupaten/Kota dan rencana pembangunan PSD di setiap wilayah
kabupaten/kawasan kota secara umum. Uraian ini dilengkapi matrik
hubungan antara kegiatan yang akan dikembangkan dengan PSD utama dan
penunjang yang dibutuhkan setiap wilayah kabupaten/kawasan kota.
Penjelasan keterpaduan, keterkaitan, dan keselarasan terhadap masalah
yang dihadapi oleh Kabupaten/Kota dan prioritas, hal ini dapat dilihat pada
Tabel III-1 Matrik Logical Framework.
Tabel III-1 Matrik Logical Framework
Pendekat
Isu/ Per-
an/ Ruang Perform Asumsi
masalahan Tujuan Output/
No. Strategi Kebijakan Program Lingkup ance dan
per /Sasaran Outcome
Pembang Kegiatan Indicator Resiko
Kawasan
unan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Keterangan:
Kolom (1) diisi dengan no urut.
Kolom (2) diisi dengan isu/permasalahan pada kawasan di Kabupaten/Kota yang
perlu menjadi perhatian dalam pembangunan Kabupaten/Kota tersebut.
Kolom (3) diisi dengan tujuan/sasaran pembangunan di Kabupaten/Kota
Kolom (4) diisi dengan pendekatan/strategi pembangunan yang diambil sesuai
dengan isu/permasalahan yang terjadi.
Kolom (5) diisi dengan kebijakan yang diambil sesuai dengan isu/permasalahan yang
terjadi.
Kolom (6) diisi dengan program yang diambil untuk mendukung kebijakan tersebut.


RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 17
RPIJM BIDANG PU/CIPTA KARYA

Kolom (7) diisi dengan ruang lingkup kegiatan untuk melaksanakan program
tersebut.
Kolom (8) diisi dengan output/outcome yang diharapkan dari kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan
Kolom (9) diisi dengan Performance Indicator atau indikasi kinerja yang akan
dicapai dari kegiatan yang dilaksanakan.
Kolom (10) diisi dengan asumsi dan resiko yang akan terjadi sehingga dapat
memperoleh gambaran ke depan dalam manajemen resikonya.

3.4 PRIORITAS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


KABUPATEN/KOTA

Prioritas pembangunan kabupaten dan kota menguraikan hal-hal sebagai


berikut:
Kegiatan pembangunan wilayah kabupaten dan kawasan perkotaan
yang menguraikan prioritas tahapan pembangunan dan dilengkapi
dengan peta tahapan pembangunan. Peta tahapan pembangunan
dapat digabungkan dengan peta prioritas pengembangan kawasan
bila memungkinkan;
Pembangunan wilayah/kawasan yang menjelaskan prioritas
wilayah/kawasan yang akan dibangun dan dilengkapi dengan peta
prioritas pembangunan wilayah/kawasan;
Pembangunan PSD yang berisi prioritas pembangunan PSD di
wilayah kabupaten/kawasan kota dan dilengkapi dengan peta
pembangunan PSD untuk setiap wilayah kabupaten/kawasan kota;
Mekanisme pelaksanaan pembangunan yang menguraikan tahapan
dan mekanisme pelaksanakan pembangunan untuk setiap wilayah
kabupaten dan kawasan kota


18 BUKU PANDUAN
RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA

Tabel III-2 Prediksi Jumlah dan Persebaran Penduduk Wilayah


Kabupaten
Bagian Wilayah Rencana
Kabupaten Kepadatan Jumlah
(Wilayah Luas Kawasan Penduduk Penduduk
Pembangunan) Kecamatan Luas (Ha) Terbangun (Ha) (Jiwa/Ha) (Jiwa)
A1 200
A
A2 200
B1 150
B B2 100
B3 100
C1 150
C C2 150
C3 100
D1 150
D
D2 100
E1 230
E2 120
E3 120
E
E4 110
E5 190
E6 190
F1 100
F2 100
F3 109
F F4 190
F5 110
F6 120
F7 50
G G1 210
JUMLAH
Sumber: (diisi menurut data yang didapatkan)

Tabel III-3 Rencana Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten


Jenis
Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Penggunaan
Lahan (ha) (%) (ha) (%) (ha) (%) (ha) (%) (ha) (%)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Perumahan
2 Perkantoran
3 Perdagangan
4 Jasa
5 Industri
6 Fasilitas
- Pendidikan


RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 19
RPIJM BIDANG PU/CIPTA KARYA

Jenis
Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Penggunaan
Lahan (ha) (%) (ha) (%) (ha) (%) (ha) (%) (ha) (%)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
- Kesehatan
- Peribadatan
- Perdagangan
7 Penggunaan
bukan pada
perkotaan
- sampah
- ladang
- tegalan
- hutan
- lain-lain
Sumber: (diisi menurut data yang didapatkan)
Tabel III-4 Prediksi Jumlah dan Persebaran Penduduk Kawasan Kota
Unit Pelayanan Rencana
Perkotaan Luas Kawasan Kepadatan Jumlah
(Bagian Wilayah Unit Luas Terbangun Penduduk Penduduk
Kota) Lingkungan (Ha) (Ha) (Jiwa/Ha) (Jiwa)
A1 200
A
A2 200
B1 150
B B2 100
B3 100
C1 150
C C2 150
C3 100
D1 150
D
D2 100
E1 200
E2 200
E
E3 200
E4 200
F1 100
F2 100
F3 100
F F4 100
F5 100
F6 100
F7 100
G G1 100
JUMLAH
Sumber: (diisi menurut data yang didapatkan)


20 BUKU PANDUAN
RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA

Tabel III-5 Rencana Penggunaan Lahan Kota


Jenis
Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan
Penggunaan
Lahan (ha) (%) (ha) (%) (ha) (%) (ha) (%) (ha) (%)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Perumahan
2 Perkantoran
3 Perdagangan
4 Jasa
5 Industri
6 Fasilitas
- Pendidikan
- Kesehatan
- Peribadatan
- Perdagangan
7 Penggunaan
bukan pada
perkotaan
- sampah
- ladang
- tegalan
- hutan
- lain-lain
Sumber: (diisi menurut data yang didapatkan)


RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 21
RPIJM BIDANG PU/CIPTA KARYA

Gambar III-1 Pembagian Satuan Wilayah Pengembangan


Kabupaten/Kota

Gambar III-2 Rencana Struktur Pelayanan Kabupaten/Kota


22 BUKU PANDUAN
RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA

Gambar III-3 Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten/Kota

Gambar III-4 Rencana Pengembangan Jalan Kabupaten/Kota


RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH 23
RPIJM BIDANG PU/CIPTA KARYA

TIM PENGARAH
1. Ir. Agoes Widjanarko, MIP
2. Ir. Ismanto, MSc
3. Ir. Danny Sutjiono
4. Ir. Guratno Hartono, M.Bc
5. Ir. Antonius Budiono, MSc
6. Ir. Tamin M. Zakaria Amin, MSc
7. Ir. Susmono

TIM PENYUSUN
1. Ir. Andreas Suhono, MSc
2. Ir. Diana Kusumastuti, MT
3. Ir. Iwan Dharma S, M.Soc.Sci
4. Ir. Sitti Bellafolijani, M.Eng
5. Ir. Alex Abdi Chalik, MM, MT
6. Ir. Handy Bambang Legowo, MSES
7. Dra. Nyimas Nina Indrasari, MSc
8. Ir. Doddy Koeswanto
9. Ir. Iskandar Z
10. Ir. Halasan Sitompul
11. Ir. Didiet Akhdiat, MSc
12. Dades Prinandes, ST, MT
13. Yuke Ratnawulan, ST
14. Dra. Endah T. Widowati
15. Veronica Kusumawardhani, ST
16. Ade Syaiful, ST., MT
17. Meytri Wilda Ayuantari, ST
18. Ir. Bagus Mudiantoro, MM
19. Budi Hertanto, ST
20. Akhfian Mustika A, ST
21. Hidemiwan, ST
22. Azibi Taufik, ST

NARA SUMBER
1. Ir. Hendropranoto Suselo, MPW
2. Prof. Dr. Ir. Budhy Tjahjati
3. Ir. Gita Chandrika N., MCP
4. Ir. Sugiantoro

PENYELARAS AKHIR
STUDIO Jakstra BPCK
Jl. Pattimura No. 20 Gedung Menteri PU Lt. 4
Telp. +62 21 72796582/7244067 Faks. +62 21 72796582/7244067

Vous aimerez peut-être aussi