Vous êtes sur la page 1sur 21

Objek Hukum

Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum
dan yang dapat menjadi objek suatu hubungan hukum karena hal itu
dapat dikuasai oleh subjek hukum. Dalam bahasa hukum, objek hukum
dapatjuga disebut hak atau benda yang dapat dikuasai dan/atau dimiliki
subyek hukum. Misalnya, Andi meminjamkan buku kepada Budi. Di
sini, yang menjadi objek hukum dalam hubungan hukum antara Andi
dan Budi adalah buku. Buku menjadi objek hukum dari hak yang
dimiliki Andi.
Objek hukum dapat berupa benda, baik benda yang bergerak, (misalnya
mobil dan hewan) maupun benda tidak bergerak (misalnya tanah dan
bangunan). Di samping itu, objek hukum dapat berupa benda berwujud
(misalnya tanah, bangunan, dan mobil) maupun benda tidak berwujud
(misalnya hak cipta, hak merek, dan hak paten).

Objek hukum ialah segala sesuatu yang menjadi sasaran pengaturan hukum dimana
segala hak dan kewajiban serta kekuasan subjek hukum berkaitan di dalamnya.

Misalkan benda-benda ekonomi, yaitu benda-benda yang untuk dapat diperoleh


manusia memerlukan pengorbanan dahulu sebelumnya.

Hal pengorbanan dan prosudur perolehan benda-benda tersebut inilah yang


menjadi sasaran pengaturan hukum dan merupakan perwujudan dari hak dan
kewajiban subjek hukum yang bersangkutan sehingga benda-benda ekonomi
tersebut menjadi objek hukum. Sebaliknya benda-benda non ekonomi tidak
termasuk objek hukum karena untuk memperoleh benda-benda non ekonomi tidak
diperlukan pengorbanan mengingat benda-benda tersebut dapat diperoleh secara
bebas.

Akibatnya, dalam hal ini tidak ada yang perlu diatur oleh hukum. Karena itulah
akan benda-benda non ekonomi tidak termasuk objek hukum. Misalkan sinar
matahari, air hujan, hembusan angin, aliran air di daerah pegunungan yang terus
mengalir melalui sungai-sungai atau saluran-saluran air.

Untuk memperoleh itu semua kita tidak perlu membayar atau mengeluarkan
pengorbanan apapun juga, mengingat jumlahnya yang tak terbatas dan selalu ada.
Lain halnya dengan benda-benda ekonomi yang jumlahnya terbatas dan tidak
selalu ada, sehingga untuk memperolehnya diperlukan suatu pengorbanan tertentu,
umpamanya melalui, pembayaran imbalan, dan sebagainya.

Akibat hukum ialah segala akibat.konsekuensi yang terjadi dari segala perbuatan
hukum yang dilakukan oleh subjek hukum terhadap objek hukum ataupun akibat-
akibat lain yang disebabkan oleh kejadian-kejadian tertentu yang oleh hukum yang
bersangkutan sendiri telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum.

Akibat hukum inilah yang selanjutnya merupakan sumber lahirnya hak dan
kewajiban lebih lanjut bagi subjek-subjek hukum yang bersangkutan.
Pengertian Objek Hukum Obyek hukum adalah segala sesuatu yang menjadi
obyek dalam suatu hubungan hukum. merupakan kepentingan bagi subyek hukum
yang dapat bersifat :- material dan berwujud- dapat bersifat imaterial, misalnya
obyek hak cipta. Obyek hukum dapat berupa benda atau barang ataupun hak yang
dapat dimiliki dan bernilai ekonomis.back
3. Obyek hukum menurut pasal 499 KUH Perdata, yakni benda. Benda adalah
segala sesuatu yangberguna bagi subyek hukum atau segala sesuatu yang menjadi
pokokpermasalahan dan kepentingan bagi parasubyek hukum atau segala sesuatu
yang dapat menjadi obyek hak milik.
4. Jenis Objek HukumBerdasarkan pasal 503-504 KUH Perdata disebutkan
bahwa benda dapat dibagi menjadi 2, yakni: Benda yang bersifat kebendaan
(Materiekegoderen) Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriekegoderen)
back
5. Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen)adalah suatu benda yang
sifatnya dapat dilihat, diraba, dirasakan denganpanca indera, terdiri dari benda
berubah / berwujud, meliputi : 1 Benda bergerak / tidak tetap, berupa benda yang
dapat dihabiskan dan benda yang tidak dapat dihabiskan.Dapat dibedakan menjadi
sebagai berikut : Benda bergerak karena sifatnya, menurut pasal 509 KUH
Perdata adalah benda yang dapat dipindahkan dan yang dapat berpindah sendiri.
Benda bergerak karena ketentuan undang-undang, menurut pasal 511 KUH Perdata
adalah hak-hak atas benda bergerak, misalnya hak memungut hasil
(Uruchtgebruik) atas benda-benda bergerak, hak pakai (Gebruik) atas benda
bergerak, dan saham-saham perseroan terbatas.
6. 2 Benda tidak bergerakdapat dibedakan menjadi sebagai berikut : Benda
tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah dan segala sesuatu yang melekat
diatasnya Benda tidak bergerak karena tujuannya, yakni mesin alat-alat yang
dipakai dalam pabrik. Mesin senebar benda bergerak, tetapi yang oleh pemakainya
dihubungkan atau dikaitkan pada bergerak yang merupakan benda pokok. Benda
tidak bergerak karena ketentuan undang-undang, ini berwujud hak-hak atas benda-
benda yang tidak bergerak misalnya hak memungut hasil atas benda yang tidak
dapat bergerak, hak pakai atas benda tidak bergerak dan hipotik.
7. Dengan demikian, membedakan benda bergerak dan tidakbergerak ini
penting, artinya karena berhubungan dengan 4 hal,yakni :Pemilikan
(Bezit)Pemilikan (Bezit) yakni dalam hal benda bergerak berlaku azasyang
tercantum dalam pasal 1977 KUH Perdata, yaitu berzitterdari barang bergerak
adalah pemilik (eigenaar) dari barangtersebut. Sedangkan untuk barang tidak
bergerak tidak demikianhalnya.Penyerahan (Levering)Penyerahan (Levering)
yakni terhadap benda bergerak dapatdilakukan penyerahan secara nyata (hand by
hand) atau daritangan ke tangan, sedangkan untuk benda tidak bergerakdilakukan
balik nama.
8. Daluwarsa (Verjaring)Daluwarsa (Verjaring) yakni untuk benda-benda
bergeraktidak mengenal daluwarsa, sebab bezit di sini samadengan pemilikan
(eigendom) atas benda bergeraktersebut sedangkan untuk benda-benda tidak
bergerakmengenal adanya daluwarsa.Pembebanan (Bezwaring)Pembebanan
(Bezwaring) yakni tehadap benda bergerakdilakukan pand (gadai, fidusia)
sedangkan untuk bendatidak bergerak dengan hipotik adalah hak tanggunganuntuk
tanah serta benda-benda selain tanah digunakanfidusia. back
9. Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriekegoderen)Benda yang
bersifat tidak kebendaan(Immateriegoderen) adalah suatu benda yang
dirasakanoleh panca indera saja (tidak dapat dilihat) dan kemudiandapat
direalisasikan menjadi suatu kenyataancontohnya merk perusahaan, paten, dan
ciptaan musik /lagu. back
10. Objek Hukum InternasionalObyek hukum internasional adalah pokok-
pokok permasalahan yang dibicarakan atau dibahas dalam hukum internasional.
kawasan geografis suatu Negara (difined territory) juga dapatdikatakan sebagai
objek hukum internasional dikarenakan sifatobjek hukum internasional hanya bisa
dikenai kewajiban tanpa bisa menuntut haknya.
11. Contoh-contoh objek hukum internasional adalah: Hukum Internasional
Hak Asasi Manusiasemua norma hukum internasional yang ditunjukkan
untukmenjamin perlindungan terhadap pribadi (individu) Hukum Humaniter
Internasionalsemua norma hukum internasional yang bertujuan
memberiperlindungan pada saat timbul konflik bersenjata bukaninternasional,
kepada anggota pasukan tempur yang tidak bisa lagimenjalankan tugasnya lagi,
atau orang-orang yang tidak terlibatdalam pertempuran Hukum Kejahatan
terhadap Kemanusiaan (massal)Istilah ini dikeluakan oleh pengadilan Nurenberg
untuk perbuatankejam Nazi Jerman terhadap warga negaranya sendiri.
Namun,dewasa ini genosida (pembunuhan massal dilatar belakangikebencian
terhadap etnis, suku tertentu) juga termasuk dalam backhukum ini.
12. Hak KebendaanHak kebendaan adalah hak mutlak sedangkan lawannya
adalah hak yangnisbi/ hak relative yang kedua merupakan bagian dalam hak
perdata. HakMutlak1. Hak kepribadian2. Hak yang terletak dalam hukum
keluarga3. Hak mutlak atas suatu benda inilah disebut hak kebendaan. Hak Nisbi
Yaitu semua hak yang timbul karena adanya hubungan perutangan, sedangkan
perutangan timbul dari perjanjian, undang- undang.Hak kebendaan didalam KUHP
dibedakan menjadi dua:1.Hak kebendaan yang sifatnya memberikan kenikmatan
atas suatubenda.2.Hak kebendaan yang sifatnya memberikan jaminan atas
pelunasanhutang.. http://www.slideshare.net/atikaratri/objek-huku-mfix
Peristiwa Hukum

Peristiwa Hukum adalah suatu kejadian dalam masyarakat yang dapat menimbulkan

akibat hukum atau yang dapat menggerakkan peraturan tertentu sehingga peraturan yang

tercantum di dalamnya dapat berlaku konkrit. Peristiwa hukum adalah peristiwa-peristiwa

kemasyarakatn yang oleh hukum diberikan akibat-akibat. Apabila akibat sesuatu perbuatan tidak

dikehendaki oleh orang yang melakukannya, maka perbuatannya tersebut bukan merupakan

peristiwa hukum. Suatu peristiwa dapat menimbulkan hukum apabila peristiwa itu oleh peraturan

hukum dijadikan peristiwa hukum.1[1] Seperti misalnya perkawinan antara pria dan wanita

Demikian pula misalnya kematian seseorang, akan pula membawa berbagai akibat hukum,

seperti penetapan pewaris, ahli waris dan harta waris.

Kalau kita cermati sebenarnya peristiwa hukum dalam hukum adat memiliki sedikit

kemiripan dalam hal pembagiannya dengan hukum formal. Dalam hukum formal, peristiwa

hukum dikelompokkan menjadi dua, yakni (i) Peristiwa yang merupakan perbuatan subyek

hukum, yang meliputi : perbuatan hukum bersegi satu dan perbuatan hukum bersegi dua. (ii)

Perbuatan yang bukan merupakan perbuatan hukum, yang meliputi : Zaakwarneming dan

Onrechtmatigedaad.

Sedang dalam hukum adat Peristiwa Hukum dikelompokkan dalam 3 segi, yaitu:

1. Keadaan, keadaan dapat bersegi :

a. Alamiah, misal: siang hari atau malam.


b. Kejiwaan, misal: normal, abnormal.

c. Sosial, misal: keadaan darurat, perang.

2. Kejadian.

3. Sikap tindak dalam hukum, yang dapat dibedakan :

a. Sikap tindak (menurut) hukum yang sepihak atau jamak,

b. Sikap tindak yang melanggar hukum, berupa :

Exess de pouvoir (melampaui batas kekuasaan) dibidang hukum tata negara.

Detournement de pouvoir (menyalahgunakan kekuasaan) di bidang hukum administrasi negara.

Onrechtmatigedaad (penyelewengan perdata)

Strafbarfeit (peristiwa pidana) yang merupakan peristiwa (penyelewengan) di tiga bidang lainnya,

tetapi diancam dengan straf (pidana).

c. Sikap tindak yang lain, misal : jual beli dalam hukum adat, zaakwaarneming menurut BW.2[2]

2. Hubungan Hukum

Hubungan hukum ialah hubungan antara dua atau lebih subyek hukum. Dalam hubungan

hukum ini, hak dan kewajiban pihak yang satu akan berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak

yang lain. Dengan demikian hukum memberikan suatu hak kepada subyek hukum untuk berbuat

sesuatu atau menuntut sesuatu yang diwajibkan oleh hak tersebut. Pada akhirnya terlaksananya

hak dan kewajiban itu dijamin oleh hukum. Setiap hubungan hukum mempunyai 2 segi, yaitu

kewenangan/hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban ini keduanya timbul dari satu peristiwa
hukum dan lenyapnya pun bersamaan. Unsur-unsur hubungan hukum setidaknya ada 3 hal, yaitu

adanya para pihak, obyek, dan hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau

adanya hubungan atas obyek yang bersangkutan.3[3] Sementara Jenis-jenis Hubungan Hukum,

antara lain:

1. Hubungan hukum yang bersegi 1. Dalam hal ini hanya satu pihak yang memiliki hak sedangkan

lainnya hanya memiliki kewajiban.

2. Hubungan hukum bersegi 2. Contohnya ialah perjanjian, dimana kedua belah pihak masing-

masing memiliki hak dan kewajiban.

3. Hubungan antara subyek hukum dengan beberpa subyek hukum lainnya. Contoh dalam hal

sewa-menyewa, maka si pemilik memiliki hak terhadap beberapa pihak / subyek hukum lainnya,

yang menyewa atas si pemilik.4[4]

Dalam hukum adat jenis Hubungan Hukum terbedakan menjadi dua, yaitu:

1. Hubungan sederajat (nebeinander) dan beda derajat (nacheinander.)

Hubungan sederajat, misal : hubungan suami-isteri, hubungan antara provinsi yang satu dengan

yang lain.

Hubungan beda derajat, misal : hubungan orangtua dengan anak, hubungan antara pemerintah

dengan rakyat.

2. Hubungan timbal balik dan hubungan timpang.


Hubungan timbal balik terjadi karena para pihaknya sama-sama memiliki hak dan kewajiban.

Hubungan Timpang terjadi jika hanya satu pihak saja yang memiliki hak, sedangkan pihak lain

yang memiliki kewajiban.

Dalam hal ini hubungan sederajat tidak selalu menimbulkan hubungan timbal balik, contoh:

pinjam meminjam merupakan hubungan sederajat, tetapi timpang. Sedangkan hubungan beda

derajat kadang menimbulkan hubungan timbal balik, contoh: hubungan buruh dengan

majikannya.5[5]

3. Obyek Hukum

segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum (manusia/badan hukum) dan yang dapat

menjadi obyek sesuatu perhubungan hukum bagi para subyek hukum. Oleh karenanya dapat

dikuasai oleh subyek hukum. Biasanya obyek hukum adalah benda atau zaak, yaitu segala

barang-barang dan hak-hak yang dapat dimiliki orang.

Penggolongan benda dalam hukum formal dapat di bedakan atas benda berwujud, dan

tidak berwujud :

1. Benda berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat diraba oleh panca indera, seperti : buku,

bolpoint, dll.
2. Benda tak berwujud, yaitu segala macam hak, seperti : hak cipta, hak merek dagang, dll.

Dan benda yang bergerak dan tidak bergerak :

1. Benda yang bergerak (benda tak tetap), yaitu benda yang tak dapat dipindahkan, seperti : sepeda

motor, hewan peliharaan, wesel, dll.

2. Benda yang tidak bergerak (benda tetap), yaitu benda yang tidak dapat dipindahkan, seperti :

tanah, dan segala yang ditanam atau dibangun diatasnya, pohon, gedung, mesin-mesin pabrik,

dll.6[6]

Sedang dalam hukum adat, obyek hukum dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Bersifat material dan berwujud yang dalam bahasa indonesia disebut benda/barang, namun tidak

sam dengan pengertian zaak yang luas sekali penggunaanya, dan bukan juga goed yang mungkin

imaterial, seperti listrik.

2. Bersifat imaterial seperti objek hak cipta yang tidak harus disamakan dengan hasil ciptaannya,

misalnya patung adalah berwujud material, akan tetapi model patung tersebut bersifat

imaterial.7[7]

http://yvlyk003.blogspot.com/2014/01/peristiwa-hukum-hubungan-hukum-dan.html

Tentang Hubungan Hukum


Hubungan hukum yang ingin diuraikan dalam artikel adalah hubungan yang terjadi dalam ranah
hukum sehingga dapat menimbulkan konsekuensi hukum. Hubungan antara subyek hukum
dalam kehidupan sehari-hari memiliki pengertian yang berbeda dengan hubungan hukum.
Hubungan dalam kehidupan sehari-hari diciderai oleh sikap dan tindakan yang merugikan atau
melukai perasaan seseorang baik karena ingkar janji atau ketersinggungan akibat perilaku
seseorang tidak akan menimbulkan akibat hukum kecuali bila didalamnya terdapat tindakan
melanggar ketentuan dalam hukum publik, seperti perbuatan melawan hukum.

Demikian halnya bahwa dalam hubungan sehari-hari suatu perjanjian antara seseorang dengan
seseorang yang lain hanya bergerak dalam lapangan moral dan mungkin hanya akan sampai pada
sanksi sosial jika dianggap merugikan kepentingan umum. Hubungan hukum tidak terbatas
pada hal tersebut, karena hubungan dalam hukum telah diikat suatu perjanjian yang karena
ingkar atau pelanggaran terhadap perjanjian tersebut akan mengakibatkan suatu konsekuensi
hukum atau akibat hukum.

Penjelasan Hubungan Hukum

Hubungan hukum dikenal pula dengan istilah rechtsverhouding atau rechtsbetrekking. Hubungan
hukum adalah hubungan yang terjadi antara subyek hukum yang satu dengan subyek hukum
lainnya dan atau antara subyek hukum dengan obyek hukum yang terjadi dalam masyarakat
dimana hubungan tersebut diatur oleh hukum dan karenanya terdapat hak dan kewajiban diantara
pihak-pihak dalam hubungan hukum.

Subyek hukum adalah sesuatu yang menyandang hak dan kewajiban. Subyek hukum ada dua
bentuk, yakni orang dan badan hukum. Sedangkan obyek hukum adalah segala sesuatu yang
diperoleh dengan pengorbanan. Obyek hukum juga biasa disebut dengan benda-benda ekonomi.
Oleh karena obyek hukum membutuhkan pengorbanan untuk dapat diwujudkan, maka
pengorbanan dan cara mendapatkan obyek hukum tersebut menjadi sasaran pengaturan hukum
dan merupakan bentuk perwujudan hak dan kewajiban dari subyek hukum.

Dalam hubungan hukum melekat hak dan kewajiban kepada para pihak didalamnya. Hubungan
hukum tesebut merupakan hubungan yang diatur dan diakui oleh hukum sehingga apabila terjadi
pertentangan di dalam hubungan hukum terdapat akibat-akibat hukum dan prosedur penyelesaian
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Contoh Hubungan Hukum

Hubungan hukum berkaitan dengan perjanjian sesungguhnya lebih banyak daitur berada dalam
ranah hukum privat. Secara khusus lagi diatur dalam hukum perikatan. Perikatan dan perjanjian
adalah dua hal yang berbeda. Hukum perikatan memiliki makna yang lebih luas daripada
perjanjian karena hukum perikatan juga mengatur suatu hubungan hukum yang tidak timbul dari
perjanjian atau atas suatu persetujuan.

http://statushukum.com/hubungan-hukum.html
PERISTIWA HUKUM

Yang dimaksud dengan peristiwa hukum atau kejadian hukum atau rechtsfeit adalah peristiwa

kemasyarakatan yang akibatnya diatur oleh hukum, agar lebih jelas akan disampaikan beberapa contoh yang relevan

dengan istilah peristiwa hukum, sebab tidak setiap peristiwa kemasyarakatan akibatnya diatur oleh hukum.

Contoh pertama :

Peristiwa transaksi jual beli barang. Pada peristiwa ini terdapat akibat yang diatur oleh hukum, yaitu

timbulnya hak dan kewajiban, sebagaimana pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa Jual

beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu

kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.

Contoh kedua :

Peristiwa kematian seseorang. Pada peristiwa kematian seseorang secara wajar, dalam hukum perdata akan

menimbulkan berbagai akibat yang diatur oleh hukum, misalnya penetapan pewaris dan ahli waris. Pada pasal

830 Kitab Undang-undang Hukum Perdata berbunyi Pewarisan hanya berlangsung karena kematian.

Sedangkan apabila kematian seseorang tersebut akibat pembunuhan, maka dalam hukum pidana akan timbul

akibat hukum bagi si pembunuh yaitu ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya sebagaimana

disebutkan pada pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana bahwa Barang siapa dengan sengaja
menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena makar atau pembunuhan atau doodslag, dengan hukuman

penjara selama-lamanya lima belas tahun.

Contoh ketiga :

Seorang pria menikahi wanita secara resmi. Peristiwa pernikahan atau perkawinan ini akan menimbulkan

akibat yang diatur oleh hukum yakni hukum perkawinan dimana dalam peristiwa ini timbul hak dan

kewajiban bagi suami istri. Pada pasal 31 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

berbunyi Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum. Sedangkan pasal 34 ayat (2)

menetapkan Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.

Setelah memperhatikan contoh-contoh diatas, ternyata peristiwa hukum itu dapat di bedakan menjadi 2, yaitu

a. Peristiwa hukum karena perbuatan subyek hukum;

b. Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subyek hukum.

Peristiwa hukum karena perbuatan subyek hukum adalah semua perbuatan yang dilakukan manusia atau

badan hukum yang dapat menimbulkan akibat hukum. Contoh peristiwa pembuatan surat wasiat dan peristiwa

tentang penghibahan barang.

Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subyek hukum adalah semua peristiwa hukum yang tidak timbul

karena perbuatan subyek hukum, akan tetapi apabila terjadi dapat menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu. Misal

kelahiran seorang bayi, kematian seseorang, dan kadaluarsa (aquisitief yaitu kadaluarsa yang menimbulkan hak dan

extinctief yaitu kadaluarsa yang melenyapkan kewajiban).

Perbuatan subyek hukum dapat di bedakan menjadi dua, yaitu :

a. Perbuatan subyek hukum yang merupakan perbuatan hukum;


b. Perbuatan subyek hukum yang bukan perbuatan hukum.

Perbuatan subyek hukum yang merupakan perbuatan hukum adalah perbuatann subyek hukum yang akibat

hukumnya dikehendaki pelaku. Jadi unsur kehendak merupakan unsur esensial dari perbuatan tersebut. Contoh

perbuatan jual beli, perjanjian sewa menyewa rumah, dan lain sebagainya.

Perbuatan hukum ada 2 macam yakni perbuatan hukum yang bersegi satu (eenzijdig) dan perbuatan hukum

yang bersegi dua (tweezijdig). Suatu perbuatan hukum bersegi satu adalah setiap perbuatan yang berakibat hukum

(rechtsgevolg) dan akibat hukum ditimbulkan oleh kehendak satu subyek hukum, yaitu satu pihak saja (yang telah

melakukan perbuatan itu). Misalnya, perbuatan hukum yang disebut dalam pasal 132 KUHPerdata (hak seorang istri

untuk melepaskan haknya atas barang yang merupakan kepunyaan suami istri berdua setelah mereka kawin, benda

perkawinan), perbuatan hukum yang disebut dalam pasal 875 KUHPerdata (perbuatan mengadakan testamen adalah

suatu perbuatan hukum yang bersegi satu), perbuatan hukum yang mendirikan yayasan (stichtingshandhandeling).

Suatu perbuatan hukum yang bersegi dua adalah setiap perbuatan yang akibat hukumnya ditimbulkan oleh kehendak

dua subyek hukum, yaitu dua pihak atau lebih. Setiap perbuatan hukum yang bersegi dua merupakan perjanjian

(overeenkomst) seperti yang tercantum dalam pasal 1313 KUHPerdata : Perjanjian itu suatu perbuatan yang

menyebabkan satu orang (subyek hukum) atau lebih mengikat dirinya pada seorang (subyek hukum) lain atau

lebih.

Perbuatan subyek hukum yang bukan perbuatan hukum adalah perbuatan subyek hukum yang akibat hukumnya

tidak dikehendaki pelaku. Contoh :

1. Zaakwaarneming (perwakilan sukarela) yaitu perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum, walapun bagi

hukum tidak perlu akibat tersebut dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan itu. Misalnya pada pasal

1354 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi :

Jika seseorang dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili urusan orang lain

dengan atau tanpa pengetahuan orang ini, maka ia secara diam-diam mengikat dirinya untuk meneruskan

serta menyelesaikan urusan tersebut, hingga orang yang diwakili kepentingannya dapat mengerjakan
sendiri urusan itu. Ia memikul segala kewajiban yang harus dipikulnya, seandainya ia dikuasakan dengan

suatu pemberian kuasa yang dinyatakan dengan tegas.

2. Onrechtmatigedaad (perbuatan melawan hukum), misalnya pada pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata atau pasal 1401 Burgerlijk Wetboek, yang menetapkan :

Elke onrechtmatigedaad, waardoor aan een ander schade wordt toegebragt, stelt dengene door wiens

shuld die schade veroorzaakt is in de verpligting om dezelve te vergoeden.

Soebekti dan Tjitrosudibio menterjemahkannya sebagai berikut :

Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang

karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.

Peristiwa Hukum (Rechtsfeit)


Posted by : Ahmad Rifa'i Rabu, 24 April 2013
Peristiwa hukum adalah suatu kejadian dalam masyarakat yang dapat menimbulkan akibat
hukum atau yang dapat menggerakkan peraturan tertentu sehingga peraturan yang tercantum di
dalamnya dapat berlaku konkrit8[1]. Misalnya suatu peraturan hukum yang mengatur tentang
kewarisan tentang kematian, akan tetap merupakan perumusan yang kata-kata abstrak sampai
ada seseorang yang meninggal dunia dan menimbulkan masalah kewarisan.
Jadi, peristiwa hukum adalah peristiwa-peristiwa kemasyarakatn yang oleh hukum diberikan
akibat-akibat dan akibat itu dikehendaki oleh yang bertindak. Apabila akibat sesuatu perbuatan
tidak dikehendaki oleh orang yang melakukannya, maka perbuatannya tersebut bukan
merupakan peristiwa hukum.
Menurut van Apeldorn bahwa peristiwa hukum adalah peristiwa yang berdasarkan hukum
menimbulkan atau menghapuskan hak.9[2] Begitu pula pendapat Bellefroid yang menjelaskan
bahwa peristiwa hukum adalah peristiwa sosial yang tidak secara otomatis dapat
merupakan/menimbulkan hukum. Suatu peristiwa dapat menimbulkan hukum apabila peristiwa
itu oleh peraturan hukum dijadikan peristiwa hukum.10[3] Seperti misalnya perkawinan antara
pria dan wanita Demikian pula misalnya kematian seseorang, akan pula membawa berbagai
akibat hukum, seperti penetapan pewaris, ahli waris dan harta waris. Dan apabila dibidang
hukum pidana, seandainya kematian tersebut akibat perbuatan seseorang, maka orang
bersangkutan terkena akibat hukum berupa pertanggung jawab pidana.
Dengan demikian peristiwa hukum ini dapat mengenai berbagai segi hukum baik hukum
publik, privat, tata negara, tata usaha negara, hukum pidana dan perdata.
Dalam hukum dikenal dua macam peristiwa hukum yaitu:
1. Perbuatan subyek hukum (persoon) yaitu berupa perbuatan manusia atau badan hukum (recht
persoon) sebagai pendukung hak dan kewajiban.
2. Peristiwa lain yang bukan perbuatan subyek hukum.11[4]
http://ahmad-rifai-uin.blogspot.com/2013/04/peristiwa-hukum-rechtsfeit.html

Pengertian dan Unsur-unsur Perbuatan


Melawan Hukum
27 May
Di post kali ini, saya akan mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan perbuatan melawan
hukum. Silakan disimak baik-baik ya :)

A. Pengertian Perbuatan Melawan Hukum (PMH)


Sebagai landasan hukum menyangkut perbuatan meawan hukum adalah Pasal 1365 KUH
Perdata, yang berbunyi:
Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan
orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian untuk mengganti kerugian tersebut.
PMH tidak hanya bertentangan dengan undang-undang, tetapi juga berbuat atau tidak berbuat
yang melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban orang yang berbuat atau
tidak berbuat bertentangan dengan kesusilaan maupun sifat berhati-hati, kepantasan dan
kepatutan dalam lalu lintas masyarakat.
B. Unsur-unsur Perbuatan Melawan Hukum (PMH)

Ada 4 unsur Perbuatan Melawan Hukum (PMH):

1. Adanya Perbuatan Melawan Hukum

Dikatakan PMH, tidak hanya hal yang bertentangan dengan UU, tetapi juga jika berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang memenuhi salah satu unsur berikut:

- Berbertentangan dengan hak orang lain;

- Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri;

- Bertentangan dengan kesusilaan;

- Bertentangan dengan keharusan (kehati-hatian, kepantasan, kepatutan) yang harus diindahkan


dalam pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau benda.

2. Adanya unsur kesalahan

Unsur kesalahan dalam hal ini dimaksudkan sebagai perbuatan dan akibat-akibat yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada si pelaku.

3. Adanya kerugian

Yaitu kerugian yang timbul karena PMH. Tiap PMH tidak hanya dapat mengakibatkan kerugian
uang saja, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian moril atau idiil, yakni ketakutan, terkejut,
sakit dan kehilangan kesenangan hidup.

4. Adanya hubungan sebab akibat

Unsur sebab-akibat dimaksudkan untuk meneliti adalah hubungan kausal antara perbuatan
melawan hukum dan kerugian yang ditimbulkan sehingga si pelaku dapat
dipertanggungjawabkan.
http://sciencebooth.com/2013/05/27/pengertian-dan-unsur-unsur-perbuatan-melawan-hukum/

Subjek Hukum Adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi pendukung (dapat
memiliki) hak dan kewajiban. Yang dapat dikategorikan sebagai Subjek Hukum adalah Manusia
(Natuurlijk persoon) dan Badan Hukum (Rechts persoon)
3. Subjek Hukum Manusia (NatuurlijkPersoon) Adalah setiap orang yang mempunyai
kedudukan yang sama selaku pendukung hak dan kewajiban. Pada prinsipnya orang sebagai
subjek hukum dimulai sejak lahir hingga meninggal dunia. Namun ada pengecualian menurut
Pasal 2 KUHPerdata, bahwa bayi yang masih ada di dalam kandungan ibunya dianggap telah
lahir dan menjadi subjek hukum jika kepentingannya menghendaki, seperti dalam hal kewarisan.
Namun, apabila dilahirkan dalam keadaan meninggal dunia, maka menurut hukum ia dianggap
tidak pernah ada, sehingga ia bukan termasuk subjek Hukum Ada juga golongan manusia yang
tidak dapat menjadi subjek hukum, karena tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum
(Personae miserabile) yaitu : 1. Anak yang masih dibawah umur, belum dewasa dan belum
menikah. 2. Orang yang berada dalam pengampuan (curatele) yaitu orang yang sakit ingatan,
pemabuk, pemboros, dan Isteri yang tunduk pada pasal 110 KUHPer, yg sudah dicabut oleh
SEMA No.3/1963
4. Subjek Hukum Badan Hukum (Rechtspersoon) Adalah suatu perkumpulan atau lembaga
yang dibuat oleh hukum dan mempunyai tujuan tertentu. Sebagai subjek hukum, badan hukum
mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum yaitu : (Teori Kekayaan bertujuan)
1. Memiliki kekayaan yg terpisah dari kekayaan anggotanya. 2. Hak dan Kewajiban badan
hukum terpisah dari hak dan kewajiban para anggotanya.
5. Badan Hukum Badan Hukum terbagi atas dua macam : a. Badan Hukum Privat, seperti PT,
Koperasi, Yayasan dsb. b. Badan Hukum Publik, seperti Negara, dan instansi pemerintah. Ada
empat teori yg digunakan sebagai syarat badan hukum untuk menjadi subyek hukum. Yaitu : 1.
Teori Fictie 2. Teori Kekayaan Bertujuan 3. Teori Pemilikan 4. Teori Organ
6. Objek Hukum Adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum dan dapat
menjadi objek dalam suatu hubungan hukum. Objek Hukum berupa benda atau barang ataupun
hak yang dapat dimiliki dan bernilai ekonomis. Dapat dibedakan antara lain : - Benda berwujud
dan tidak berwujud - Benda bergerak dan tidak bergerak
7. Hak dan Kewajiban serta Kewenangan dalamHukum Tidak seorangpun manusia yang
tidak mempunyai hak, tetapi konsekwensinya bahwa orang lain pun memiliki hak yang sama
dengannya. Jadi hak pada pihak yang satu berakibat timbulnya kewajiban pada pihak yang lain.
Untuk terjadinya hak dan kewajiban, diperlukan suatu peristiwa yang oleh hukum
dihubungkan sebagai suatu akibat. Artinya, hak seseorang terhadap sesuatu benda
mengakibatkan timbulnya kewajiban pada orang lain, yaitu menghormati dan tidak boleh
mengganggu hak tersebut.
8. HAK Ada dua teori dalam ilmu hukum untuk menjelaskan keberadaan Hak, yaitu ; 1. Teori
Kepentingan (Belangen Theorie), dianut Rudolf von Jhering, yang berpendapat hak itu sesuatu
yang penting bagi seseorang yg dilindungi oleh hukum, atau suatu kepentingan yg terlindungi.
Teori ini dibantah oleh Utrecht, menurutnya hukum itu memang mempunyai tugas melindungi
kepentingan dari yang berhak, tetapi orang tidak boleh mengacaukan antara hak dan
kepentingan. Karena hukum sering melindungi kepentingan dengan tidak memberikan hak
kepada yang bersangkutan.
9. HAK2. Teori Kehendak (Wilsmacht Theorie), hak adalah kehendak yang diperlengkapi
dengan kekuatan dan diberi oleh tata tertib hukum kepada seseorang. Dianut oleh Bernhard
Winscheid. Berdasarkan kehendak sesorang dapat memiliki rumah, mobil, tanah, dll. Sedangkan
anak dibawah umur atau orang gila tidak dapat beri hak, karena belum menyatakan
kehendaknya.Teori ini dibantah oleh Utrecht, menurutnya walaupun dibawah pengampuan
mereka tetap dapat memiliki mobil, rumah, dsb. Namun, yg menjalankan adalah wali atau
kuratornya.
10. Hak dapat timbul pada subjek hukum disebabkanoleh beberapa hal berikut : Adanya
subjek hukum baru, baik orang maupun badan hukum. Terjadi perjanjian yg disepakati oleh
para pihak yg melakukan perjanjian. Terjadi kerugian yg diderita oleh seseorang akibat
kesalahan atau kelalaian orang lain. Karena seseorang telah melakukan kewajiban yg
merupakan syarat memperoleh hak. Terjadinya daluarsa (verjaring)
11. Hapusnya suatu hak menurut hukum dapatdisebabkan oleh empat hal yaitu : Apabila
pemegang hak meninggal dunia dan tidak ada pengganti atau ahli waris yang ditunjuk, baik oleh
pemegang hak maupun ditunjuk oleh hukum. Masa berlakunya hak telah habis dan tidak dapat
diperpanjang lagi. Telah diterimanya suatu benda yang menjadi objek hak. Karena daluarsa
(verjaring)
12. KEWAJIBAN Kewajiban sesungguhnya merupakan beban, yg diberikan oleh hukum
kepada subjek hukum. Kewajiban dalam ilmu hukum menurut Curzon dibedakan beberapa
golongan, yaitu1. Kewajiban Mutlak dan Kewajiban Nisbi2. Kewajiban Publik dan Kewajiban
Perdata3. Kewajiban Positif dan Kewajiban Negatif
13. Lahir dan timbulnya suatu Kewajiban, disebabkanoleh hal sebagai berikut : Karena
diperoleh suatu hak yang membebani syarat untuk memenuhi kewajiban. Berdasarkan suatu
perjanjian yang telah disepakati. Adanya kesalahan atau kelalaian seseorang yg menimbulkan
kerugian bagi orang lain, sehingga ia wajib membayar ganti rugi. Karena telah menikmati hak
tertentu yg harus diimbangi dengan kewajiban tertentu. Karena daluarsa (verjaring) contoh
denda
14. Hapusnya suatu Kewajiban karena hal-hal sebagaiberikut : Karena meninggalnya orang
yg mempunyai kewajiban, tanpa ada penggantinya, baik ahli waris maupun orang lain atau badan
hukum yang ditunjuk oleh hukum. Masa berlakunya telah habis dan tidak diperpanjang.
Kewajiban telah dipenuhi oleh yang bersangkutan. Hak yg melahirkan kewajiban telah dihapus
Daluarsa (verjaring) extinctief. Ketentuan undang-undang. Kewajiban telah beralih atau
dialihkan kepada orang lain. Terjadi suatu sebab di luar kemampuan manusia, sehingga tidak
dapat dipenuhi kewajiban itu.
15. Peristiwa Hukum Adalah semua kejadian atau fakta yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat yang mempunyai akibat hukum. Contoh ; Perkawinan, Jual beli, dsb. Peristiwa
hukum dibedakan menjadi : 1. Peristiwa hukum karena perbuatan subjek hukum, yaitu suatu
peristiwa hukum yang terjadi akibat perbuatan hukum, contohnya pembuatan wasiat, hibah. 2.
Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subjek hukum atau peristiwa hukum lainnya, yaitu
peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat yg bukan merupakan akibat dari perbuatan
subjek hukum. Misalnya, kelahiran, kematian.
16. Perbuatan dan Akibat Hukum Perbuatan hukum adalah setiap perbuatan atau tindakan
subjek hukum yg mempunyai akibat hukum, dan akibat hukum itu memang dikehendaki oleh
subyek hukum. Misalnya Sewa menyewa, jual-beli, hibah, nikah, dsb. Perbuatan Hukum terdiri
atas dua jenis, yaitu : 1. Perbuatan hukum bersegi satu, yaitu perbuatan hukum yg dilakukan oleh
satu pihak saja, misalnya pemberian wasiat, pengakuan anak, dsb. 2. Perbuatan hukum bersegi
dua, yaitu perbuatan hukum yg dilakukan oleh dua pihak atau lebih, misalnya perjanjian.
17. Akibat hukum Adalah akibat yg diberikan oleh hukum atas suatu peristiwa hukum atau
perbuatan dari subjek hukum. Ada tiga jenis akibat hukum, yaitu : Akibat hukum berupa
lahirnya, berubahnya, lenyapnya suatu keadaan hukum tertentu. Misalnya: Usia 21 tahun
melahirkan suatu keadaan hukum baru dari tidak cakap bertindak menjadi cakap bertindak. Atau
Orang dewasa yg dibawah pengampuan, melenyapkan kecakapan dalam tindakan hukum.
Akibat hukum berupa lahirnya, berubahnya, atau lenyapnya suatu hubungan hukum tertentu.
Misalnya : sejak Kreditur dan debitur melakukan akad kredit, maka melahirkan hubungan hukum
baru, yaitu utang-piutang. Atau Sejak pembeli melunasi harga suatu barang, dan penjual
menyerahkan barang tersebut, maka berubahlah atau lenyaplah hubungan hukum jual beli
diantara mereka.
18. Akibat Hukum Akibat hukum berupa sanksi, yang tidak dikehendaki oleh subjek hukum.
Sanksi dari suatu akibat hukum berdasarkan pada lapangan hukum, dibedakan menjadi :1. Sanksi
Hukum di bidang hukum publik, diatur dalam pasal 10 KUHP, yg berupa Hukuman Pokok dan
Hukuman Tambahan2. Sanksi Hukum di bidang hukum privat, terdiri atas : a. Melakukan
Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatigedaad), diatur dalam pasal 1365 KUHPer, adalah
suatu perbuatan seseorang yg mengakibatkan kerugian terhadap yg sebelumnya tidak
diperjanjikan, sehingga ia diwajibkan mengganti kerugian. b. Melakukan Wanprestasi, diatur
dalam pasal 1366 KUHPer, yaitu akibat kelalaian seseorang tidak melaksanakan kewajibannya
tepat pada waktunya, atau tidak dilakukan secara layak sesuai perjanjian, sehingga ia dapat
dituntut memenuhi kewajibannya bersama keuntungan yg dpt diperoleh atas lewatnya batas
waktu.
19. Sanksi dari aspek sosiologis Sanksi dari aspek sosiologis merupakan persetujuan atau
penolakan terhadap perilaku tertentu yg terdiri dari Sanksi Positif dan Sanksi Negatif. Sanksi
Positif misalnya pemberian tanda jasa karena prestasi. Sanksi Negatif yaitu penjatuhan hukuman
penjara kepada seseorang karena perbuatan pidana atau melawan Hukum. Sanksi Negatif dalam
arti luas terdiri : 1. Pemulihan Keadaan 2. Pemenuhan Keadaan 3. Penjatuhan Hukuman
Hukuman dalam arti luas dibedakan : 1. Hukuman Perdata, misalnya Ganti kerugian 2. Hukuman
Administratif, misalnya Pencabutan Izin Usaha 3. Hukuman Pidana, misalnya siksaan materiil
atau riil yaitu hukuman mati, penjara, dan kurungan. Dan siksaan moril atau idiil yaitu
pengumuman putusan hakim, dan pencabutan hak- hak tertentu.
20. Perbuatan Melawan Hukum(onrechtmatigedaad) Rumusan Pengertian dan Pelaksanaan
Perbuatan Melawan Hukum sebelum 1919 dan sesudah 1919 (Arrest Hogeraad) 19 Desember
1919, adalah sebagai berikut : Sebelum 1919, perbuatan melawan hukum terjadi, apabila
perbuatan itu bertentangan dengan hukum tertulis (UU) hanya dalam hal : 1. melanggar hak
orang lain yg diakui UU, atau melanggar ketentuan hukum tertulis saja. 2. bertentangan dengan
kewajiban hukum si pelaku, misalnya tidak memberi pertolongan terhadap seseorang korban
kecelakaan, padahal mengetahui kejadian kecelakaan.
21. Perbuatan Melawan Hukum(onrechtmatigedaad) Sesudah tahun 1919, yaitu setelah
keluarnya Arrest (putusan) Hogeraad (MA) Belanda, pada tanggal 31 Desember 1919,
memutuskan bahwa suatu perbuatan digolongkan melawan hukum apabila : 1. Setiap perbuatan
atau kealpaan yg menimbulkan pelanggaran terhadap orang lain, atau bertentangan dengan
kewajiban hukum si pelaku. 2. Melanggar baik terhadap kesusilaan maupun terhadap
kesaksamaaan yg layak dalam pergaulan masyarakat terhadap orang lain, atau benda milik orang
lain. http://www.slideshare.net/pendekarcambukangin/pih-pengertian-dasar-ilmu-hukum-
14548841

Vous aimerez peut-être aussi