Vous êtes sur la page 1sur 12

Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Miastenia Gravis

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama : Ny. F
b. Alamat : Palur 01/05, Mojolaban, Sukoharjo
c. Umur : 54 tahun
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Status : Menikah
f. Suku bangsa : Jawa
g. Agama : Islam
h. Status : Menikah
i. Pendidikan : SMA
j. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
2. Catatan Masuk Rumah Sakit
a. Tanggal masuk : 26 Oktober 2017
b. Nomor RM : 41259323
c. Ruang : Mina
d. Diagnosa medis : Miastenia Gravis
3. Keluhan Utama
Pasien mengeluh badannya terasa lemah
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien mengatakan sekitar 1 minggu ini badannya terasa
lemah saat melakukan aktivitas, pasien sudah beristirahat
namun sakitnya tidak kunjung sembuh dan akhirnya dibawa
oleh keluarganya ke RSUD Surakarta.
b. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengatakan dahulu tidak pernah mengalami sakit
seperti yang dialaminya sekarang
c. Riwayat penyakit keluarga:
Pasien mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit
seperti pasien, dan juga tidak mempunyai penyakit
keturunan, dan penyakit menular lainnya.
5. Pola Fungsi Gordon:
a. Pola Persepsi Kesehatan
1) Sebelum sakit : pasien menganggap batuk yang dialami
adalah batuk biasa yang sembuh dengan membeli obat
di warung
2) Saat sakit : pasien tidak tahu mengapa batuknya tak
kunjung sembuh
a. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari dengan porsi sedang
dan selalu habis, pasien minum 8 gelas setiap hari.
2) Saat sakit : pasien makan 3x sehari, diit tinggi protein, pagi
makan bubur, siangdan malam makan nasi, ikan, dan sayur.
Klien minum air putih kurang dari lebih 5 gelas setiap hari,
nafsu makan menurun, berat badan 68 kg, tinggi 150cm
Albumin :
kretinin :
hemoglobin:
protein total:
GDS :
Limfosit :
b. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit : pasien BAB 1-2x sehari, BAK 3x sehari.
2) Saat sakit : pasien BAB 1x seharikonsistensi lembek warna kuning, tidak ada
kesulitan BAB, BAK 2X seharikonsistensi urine warna kuning pekat dan bau khas.
c. Pola aktivitas dan latihan
1) Sebelum sakit
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian

Eliminasi

Mobiliasasi

Pindah

Ambulasi

Naik tangga
Ket : 0 : mandiri, 1 : dibantu sebagian, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang
lain dan alat, 4 : tidak mampu.
2) Sesudah sakit
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eliminasi

Mobiliasasi

Pindah

Ambulasi
Naik tangga
Ket : 0 : mandiri, 1 : dibantu sebagian, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang
lain dan alat, 4 : tidak mampu.
d. Pola kognitif dan Persepsi
Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya, kesadaran compos mentis,
merespon terhadap rangsangan nyeri, pendengaran baik, penglihatan baik,
pembicaraan terarah dapat berinteraksi dengan orang lain.
e. Pola Persepsi- Konsep Diri
1) Identitas : klien berjenis kelamin laki-laki dan senang dengan identitasnya
sebagai laki-laki.
2) Harga diri : klien merasa bahwa ia berharga bagi anggota keluarga yang lain
dan ingin segera cepat sembuh.
3) Ideal diri : klien tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai petani karena
sakit.
4) Gambaran diri : klien merasa ia adalah seorang anggota masyarakat yang baik
dan kepala keluarga yang baik.
5) Peran :klien bekerja sebagai petani yang rajin dan sebagai kepala keluarga
yang baik bagi anggota keluarganya.
f. Pola Istirahat dan Tidur
1) Sebelum sakit : pasien tidur 7-8 jam setiap hari, tanpa terbangun di malam hari
2) Sesudah sakit : pasien tidur 4-5 jam setiap hari, terbangun karena batuk
g. Pola Peran Berhubungan
1) Sebelum sakit : pasien berhubungan baik di lingkungan keluarga, maupun
lingkungan masyarakat.
2) Sesudah sakit : pasien tidak dapat melakukan perannya dilingkungan keluarga,
maupun dilingkungan masyarakat karena sakitnya.
h. Pola Seksual Reproduksi
Pasein seorang laki laki usia 50 tahun mempunyai 1 orang istri dan 2 orang
anak.
i. Pola Toleransi Stress dan Koping
1) Sebelum sakit : apabila ada masalah pasien selalu menceritakan masalahnya,
dan bermusyawarah kepada keluarganya
2) Sesudah sakit : apabila ada masalah pasien selalu menceritakan masalahnya, dan
bermusyawarah kepada keluarganya
j. Pola Nilai Kepercayaan
1) Sebelum sakit : pasien beragama Islam dan selalu sholat 5 waktu
2) Sesudah sakit : pasien tetap menjalankan sholat.

6. Pemeriksaan Fisik
a. B1(breathing): dispnea, resiko terjadi aspirasi dan gagal pernafasan akut,
kelemahan otot diafragma
b. B2(bleeding): hipotensi / hipertensi, takikardi / bradikardi
c. B3(brain): kelemahan otot ekstraokular yang menyebabkan palsi okular,
jatuhnya mata atau dipoblia
d. B4(bladder): menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya
sensasi saat berkemih
e. B5(bowel): kesulitan mengunyah-menelan, disfagia, dan peristaltik usus turun,
hipersalivasi, hipersekresi
f. B6(bone): gangguan aktifitas / mobilitas fisik,kelemahan otot yang berlebih

B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan kelemahan otot
pernafasan
2. Gangguan persepsi sensori bd ptosis, dipoblia
3. Resiko tinggi cedera bd fungsi indra penglihatan tidak optimal
4. Gangguan aktivitas hidup berhubungan dengan kelemahan fisik umum,
keletihan
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan disfonia, gangguan
pengucapan kata, gangguan neuromuskular, kehilangan kontrol tonus otot
fasial atau oral
6. Gangguan citra diri berhubungan dengan ptosis, ketidakmampuan komunikasi

C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan kelemahan otot
pernafasan
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan intervensi pola pernapasan
klien kembali efektif
Kriteria hasil:
Irama, frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam batas normal
Bunyi nafas terdengar jelas
Respirator terpasang dengan optimal
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji Kemampuan ventilasi Untuk klien dengan penurunan
kapasitas ventilasi, perawat mengkaji
frekuensi pernapasan, kedalaman, dan
bunyi nafas, pantau hasil tes fungsi paru-
paru tidal, kapasitas vital, kekuatan
inspirasi), dengan interval yang sering
dalam mendeteksi masalah pau-paru,
sebelum perubahan kadar gas darah arteri
dan sebelum tampak gejala klinik.
2. Kaji kualitas, frekuensi, dan Dengan mengkaji kualitas,
kedalaman frekuensi, dan kedalaman
pernapasan,laporkansetiap perubahan pernapasan, kita dapatmengetahui
yang terjadi. sejauh mana perubahan kondisi
klien.

3. Baringkan klien dalam posisi yang Penurunan diafragma memperluas


nyaman dalam posisi duduk daerah dada sehingga ekspansi paru
bisa maksimal

4. Observasi tanda-tanda vital Peningkatan RR dan takikardi


(nadi,RR) merupakan indikasi adanya
penurunan fungsi paru

2. Gangguan persepsi sensori bd ptosis,dipoblia


Tujuan: Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal.
Kriteria hasil:
Adanya perubahan kemampuan yang nyata
Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang

Intervensi Rasional
1. Tentukan kondisi patologis klien untuk mengetahui tipe dan lokasi
yang mengalami gangguan.

2. Kaji gangguan penglihatan terhadap untuk mempelajari kendala yang


perubahan persepsi berhubungan dengan disorientasi
klien.

3. Latih klien untuk melihat suatu agar klien tidak kebingungan dan
obyek dengan telaten dan seksama lebih berkonsentrasi.

4. Observasi respon perilaku klien, untuk mengetahui keadaan emosi


seperti menangis, bahagia, klien
bermusuhan, halusinasi setiap saat.

5. Berbicaralah dengan klien secara memfokuskan perhatian klien,


tenang dan gunakan kalimat-kalimat sehingga setiap masalah dapat
pendek. dimengerti.

3. Resiko tinggi cedera bd fungsi indra penglihatan yang tidak optimal


Tujuan: Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera.
Kriteria hasil:
Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan
faktor resiko dan melindungi diri dari cedera.
Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan
keamanan

Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji kemampuan klien dalam Menjadi data dasar dalam melakukan
melakukan aktivitas intervensi selanjutnya
2. Atur cara beraktivitas klien sesuai Sasaran klien adalah memperbaiki
kemampuan kekuatandan daya tahan. Menjadi
partisipan dalampengobatan, klien harus
belajar tentang fakta-faakta dasar
mengenai agen-agenan tikolinesterase,
kerja, waktu, penyesuaian dosis, gejala-
gejala kelebihan dosis, dan efek toksik.
Dan yang penting pada pengguaan
medikasi dengan tepat waktua dalah
ketegasan.
3. Evaluasi Kemampuan aktivitas Menilai singkat keberhasilan dari
motorik terapi yang boleh diberikan

4. Gangguan aktivitas hidup berhubungan dengan kelemahan fisik umum,


keletihan
Tujuan: Infeksi bronkhopulmonal dapat dikendalikan untuk menghilangkan
edema inflamasi dan memungkinkan penyembuhan aksi siliaris normal.
Infeksi pernapasan minor yang tidak memberikan dampak pada individu yang
memilikiparu-paru normal, dapat berbahaya bagi klien dengan PPOM
Kriteria hasil:
Frekuensi nafas 16-20 x/menit, frekuensi nadi 70-90x/menit
Kemampuan batuk efektif dapat optimal
Tidak ada tanda peningkatan suhu tubuh

Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji kemampuan klien dalam Menjadi data dasar dalam melakukan
melakukan aktivitas intervensi selanjutnya
2. Atur cara beraktivitas klien sesuai Sasaran klien adalah memperbaiki
kemampuan kekuatan dan daya tahan. Menjadi
partisipan dalam pengobatan, klien harus
belajar tentang fakta-faakta dasar
mengenai agen-agenan tikolinesterase,
kerja, waktu, penyesuaian dosis, gejala-
gejala kelebihan dosis, dan efek toksik.
Dan yang penting pada pengguaan
medikasi dengan tepat waktua adalah
ketegasan.
3. Evaluasi Kemampuan aktivitas Menilai singkat keberhasilan dari
motorik terapi yang boleh diberikan
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan disfonia, gangguan
pengucapan kata, gangguan neuromuskular, kehilangan kontrol tonus otot
fasial atau oral
Tujuan: Klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah komunikasi,
mampu mengekspresikan perasaannya, mampu menggunakan bahasa isyarat
Kriteria hasil:
Terciptanya suatu komunikasi di mana kebutuhan klien dapat dipenuhi
Klien mampu merespons setiap berkomunikasi secara verbal maupun
isyarat.

Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji komunikasi verbal klien. Kelemahan otot-otot bicara klien
krisis miastenia gravis dapat
berakibat pada komunikasi

2. Lakukan metode komunikasi yang Teknik untuk meningkatkan


ideal sesuai dengan kondisi klien komunikasi meliputi mendengarkan
klien, mengulangi apa yang mereka
coba komunikasikan dengan jelas
dan membuktikan yang
diinformasikan, berbicara dengan
klien terhadap kedipan mata mereka
dan atau goyangkan jari-jari tangan
atau kaki untuk menjawab ya/tidak.
Setelah periode krisis klien selalu
mampu mengenal kebutuhan
mereka.

3. Beri peringatan bahwa klien di Untuk kenyamanan yang


ruang ini mengalami gangguan berhubungan dengan ketidak
berbicara, sediakan bel khusus bila mampuan komunikasi
perlu
4. Antisipasi dan bantu kebutuhan Membantu menurunkan frustasi oleh
klien karenak ketergantungan atau
ketidakmampuan berkomunikasi

5. Ucapkan langsung kepada klien Mengurangi kebingungan atau


dengan berbicara pelan dan tenang, kecemasan terhadap banyaknya
gunakan pertanyaan dengan jawaban informasi. Memajukan stimulasi
ya atau tidak dan perhatikan komunikasi ingatan dan kata-kata.
respon klien
6. Kolaborasi: konsultasi ke ahli Mengkaji kemampuan verbal
terapi bicara individual, sensorik, dan motorik,
serta fungsi kognitif untuk
mengidentifikasi defisit dan
kebutuhan terapi

6. Gangguan citra diri berhubungan dengan ptosis, ketidakmampuan komunikasi


verbal
Tujuan: Citra diri klien meningkat
Kriteria hasil :
Mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yangsedang terjadi
Mampu menyatakan penerimaan diriterhadap situasi
Mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam kosep diri dengan
cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif.

Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji perubahan dari gangguan Menentukan bantuan individual
persepsi danhubungan dengan derajat dalam menyusun rencana perawatan
ketidakmampuan atau pemilihan intervensi.

2. Identifikasi arti dari Kehilangan Beberapa klien dapat menerima dan


atau disfungsi pada klien. mengatur beberapa fungsi secara
efektif dengan sedikit penyesuaian
diri, sedangkan yang lain
mempunyai kesulitan
membandingkan mengenal dan
mengatur kekurangan.

3. Bantu dan anjurkan perawatan Membantu meningkatkan perasaan


yang baik dan memperbaiki harga diri dan mengontrol lebih dari
kebiasaan satu area kehidupan

4. Anjurkan orang yang terdekat Menghidupkan kembali perasaan


untuk mengizinkan klien melakukan kemandirian dan membantu
hal untuk dirinya sebanyak- perkembangan harga diri serta
banyaknya mempengaruhi proses rehabilitasi

5. Kolaborasi: rujuk pada ahli Dapat memfasilitasi perubahan


neuropsikologi dan konseling bila peran yang penting untuk
ada indikasi. perkembangan perasaan

D. Implementasi Keperawatan
1) Mengkaji kemampuan Ventilasi
2) Mengobservasi respon perilaku klien,seperti
menangis,bahagia,bermusuhan,halusinasi setiap saat.
3) Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
4) Mengkaji komunikasi verbal klien.
5) Mengkaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat
ketidakmampuan

E. Evaluasi Keperawatan
1. Dalam waktu 1x24 jam setelah diberikan intervensi,pola pernafasan klien kembali
efektif .
2. Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal.
3. Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan
melindungi diri dari cedera.
4. Klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah komunikasi, mampu
mengekspresikan perasaannya, mampu menggunakan bahasa isyarat
5. Klien mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang sedang terjadi.
.

DAFTAR PUSTAKA
http://books.google.co.id/asuhan+keperawatan+miastenia+gravis
http://www.scribd.com/doc/32307115/Miastenia-Gravis-By-Susilo-Eko-Putra
http://copyaskep.wordpress.com/2011/09/13/asuhan-keperawatan-pasien-dengan myasthenia-
gravis/
http://www.scribd.com/doc/76131269/Asuhan-Keperawatan-Myasthenia-Gravis
http://apps.um-surabaya.ac.id/jurnal/files/disk1/1/umsurabaya-1912-fahrunnurr-5-1-
mengenal-a.pdf

Vous aimerez peut-être aussi