Vous êtes sur la page 1sur 4

4.

2 Kondisi Geomorfologi Daerah Penelitian

Geomorfologi wilayah peneltian dapat menjadi salah satu indikasi kondisi serta sejarah
geologi suatu wilayah. Pada sub bab ini dibahas gambaran bentuk (morfografi), penilaian
kuantitatif kemiringan lereng (morfometri), asal usul atau proses terjadinya bentuk
(morfogenetik) serta satuan geomorfologi wilayah penelitian. Daerah penelitian berlokasi
pada Desa Cileles, Kecamatan Jatinangor.
1. Morfografi Daerah Penelitian
Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk permukaan bumi atau
arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi dapat dibedakan menjadi
bentuk lahan perbukitan/pegunungan, pegunungan atau gunungapi, lembah dan
daratan. Berdasarkan klasifikasi Van Zuidam (1985) yang menbandingkan antara
ketinggian absolut dengan unsur morfografi, maka secara keseluruhan daerah
penelitian memiliki ketinggian 808 846 meter di atas permukaan laut termasuk ke
dalam unsur morfografi perbukitan tinggi.

2. Morfometri Daerah Penelitian


Berdasarkan perhitungan analisis morfometri yang dilakukan untuk mengelompokkan
daerah berdasarkan penentuan kemiringan lereng, maka didapatkan empat klasifikasi
kemiringan lereng yang dominan yaitu: lereng sangat landai, lereng landai, lereng agak
curam, dan lereng curam (Van Zuidam, 1985).

Tabel 4.2 Tabel Kemiringan Lereng ( Morfometri )


Kelas Lereng Proses Karakteristik, dan Simbol Warna
Kondisi Lahan
0-20 Lahan memiliki Hijau
(0-2 %) kemiringan datar, tidak
ada erosi yang besar dapat
diolah dengan mudah
dalam kondisi kering
0-20 Lahan memiliki Hijau Muda
(0-2 %) kemiringan lereng agak
landai, bila terjadi longsor
bergerak dengan kecepatan
rendah, pengikisan dan
erosi akan meninggalkan
bekas yang sangat dalam
4-80 Lahan memiliki Kuning
(7- 15%) kemiringan lereng agak
landai, bila terjadi longsor
bergerak dengan kecepatan
rendah, sangat rawan
terhadap erosi
8-160 Lahan memiliki Jingga
(15- 30%) kemiringan lereng agak
curam, rawan terhadap
bahaya longsor, erosi
permukaan dan erosi alur
16-350 Lahan memiliki Merah Muda
(30- 70%) kemiringan lereng curam,
sering terjadi erosi dan
gerakan tanah dengan
kecepatan yang perlahan
lahan. Daerah rawan erosi
dan longsor
25-350 Lahan memiliki Merah
(70- 140%) kemiringan lereng terjal,
dan ditemukan singkapan
batuan rawan terhadap
erosi
>550 Lahan memiliki Ungu
(>140%) kemiringan lereng sangat
terjal, singkapan batuan
muncul di permukaan
rawan terhadap longsor
batuan

Gambar 1. Morfometri daerah penelitian berdasarkan klasifikasi simbol warna

yang disarankan (Van Zuidam, 1985)

3. Morfogenetik Daerah Penelitian

Proses geomorfologi yang mempengaruhi pembentukkan bentang alam pada daerah

penelitian sangat berkaitan dengan interaksi litologi dan struktur geologi serta kondisi

iklim saat ini. Kondisi kondisi tersebut mencirikan tingginya intensitas gaya eksogen
berupa pelapukan, aliran air, aliran massa, serta pengaruh erosi oleh angin. Gaya endogen

berupa tenaga yang membentuk perbukitan.

Vous aimerez peut-être aussi