Vous êtes sur la page 1sur 11

[tutup]

Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di Facebook, Twitter, Instagram, dan Telegram

Budi daya perairan


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
"Budi daya perikanan" beralih ke halaman ini. Untuk pemeliharaan ikan, lihat budi daya ikan.

Pertanian

Umum

Agribisnis

Agroindustri

Agronomi
Ilmu pertanian

Jelajah bebas
Kebijakan pertanian

Lahan usaha tani


Mekanisasi pertanian

Menteri Pertanian
Perguruan tinggi pertanian
Perguruan tinggi pertanian di Indonesia
Permakultur

Pertanian bebas ternak


Pertanian berkelanjutan
Pertanian ekstensif
Pertanian intensif

Pertanian organik
Pertanian urban

Peternakan
Peternakan pabrik

Wanatani

Sejarah
Sejarah pertanian
Sejarah pertanian organik
Revolusi pertanian Arab
Revolusi pertanian Inggris

Revolusi hijau
Revolusi neolitik

Tipe
Akuakultur

Akuaponik

Hewan ternak
Hidroponik

Penggembalaan hewan
Perkebunan

Peternakan babi
Peternakan domba

Peternakan susu
Peternakan unggas
Peladangan

Portal:Pertanian

Pemanenan ikan lele di sungai Mississipi.

Budi daya perairan (akuakultur) merupakan bentuk pemeliharaan dan penangkaran berbagai
macam hewan atau tumbuhan perairan yang menggunakan air sebagai komponen pokoknya.
Kegiatan-kegiatan yang umum termasuk di dalamnya adalah budi daya ikan, budi daya udang, budi
daya tiram, budi daya rumput laut (alga). Dengan batasan di atas, sebenarnya cakupan budi daya
perairan sangat luas namun penguasaan teknologi membatasi komoditi tertentu yang dapat
diterapkan.
Budi daya perairan adalah bentuk perikanan budi daya, untuk dipertentangkan dengan perikanan
tangkap.
Di Indonesia, budi daya perairan dilakukan melalui berbagai sarana. Kegiatan budi daya yang paling
umum dilakukan di kolam/empang, tambak, tangki, karamba, serta karamba apung.

Daftar isi
[sembunyikan]

1Sejarah
2Spesies yang dibudidayakan
o 2.1Ikan
o 2.2Crustacea
o 2.3Mollusca
o 2.4Spesies lainnya
3Dampak
o 3.1Dampak terhadap ikan liar
o 3.2Ekosistem pantai
4Prospek
5Lihat pula
6Referensi

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Masyarakat pribumi Gunditjmara di Australia kemungkinan telah memelihara belut pada 6000 tahun
SM. Terdapat bukti bahwa mereka telah mengubah dataran seluas 100 km2 di dekat danau
Condah menjadi sekumpulan selat dan bendungan menggunakan anyaman yang digunakan
sebagai jebakan ikan dan menjaga populasi belut agar dapat dimakan sepanjang tahun.[1][2]
Akuakultur di China telah beroperasi sejak 2500 tahun SM.[3] Pasca peluapan musiman sungai,
beberapa jenis ikan, umumnya ikan mas terperangkap di kolam. Pembudidaya memberi makan
ikan-ikan tersebut dengan larva dan kotoran ulat sutra. Seleksi telah menciptakan ikan koi dan ikan
hias lainnya sejak Dinasti Tang.
Bangsa Romawi telah membudidayakan ikan di kolam.[4] Di Eropa tengah, berbagai biara umat
kristiani mengadopsi praktik akuakultur bangsa Romawi.[5] Akuakultur di Eropa menyebar pada Abad
Pertengahan karena ikan dan produk ikan harus diasinkan supaya awet sebelum didistribusikan ke
tempat yang jauh dari perairan dan ketika itu transportasi cukup mahal.[6]
Di Amerika Serikat, pengembangan ikan spesies Salvelinus fontinalis dimulai pada tahun 1859 dan
perbenihan ikan komersial dimulai pada tahun 1864.[7] Warga California memanen kelp pada tahun
1900 dan berusaha untuk menjaga suplainya agar tetap lestari. Kelpyang dipanen disuplai
untuk Perang Dunia I.[8]
Hingga tahun 2007, sekitar 430 spesies ikan telah dibudidayakan oleh manusia, dengan 106
spesies baru dimulai di dekade tersebut. Berbeda dengan budi daya tanaman di mana saat ini
hanya 0.08% tumbuhan yang telah didomestikasi dan budi daya hewan darat yang
baru mendomestikasikan 0.0002% spesies hewan darat, spesies hewan laut yang telah
didomestikasikan elah mencapai 0.13% dan tumbuhan laut 0.17%. Domestikasi umumnya dilakukan
setelah puluhan tahun penelitian dan pengamatan.[9] Domestikasi spesies perairan memiliki risiko
yang lebih rendah karena tidak menularkan penyakit ke manusia dan cenderung tidak
membahayakan.[10]Tertahannya volume perikanan tangkap yang diakibatkan oleh eksploitasi
berlebih dari spesies laut membuat para pelaku budi daya perikanan mulai mendomestikasikan
hewan laut.[11][12]

Spesies yang dibudidayakan[sunting | sunting sumber]


Ikan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Budi daya ikan
Ikan merupakan hewan yang paling umum dibudidayakan dalam akuakultur. Budi daya ikan
mengusahakan pemeliharaan ikan secara komersial di kolam, tangki, atau laut dengan pembatas
atau pelindung. Budi daya ikan juga membesarkan ikan untuk tujuan pemancingan rekreasi atau
suplemen untuk meningkatkan jumlah ikan yang ada di alam liar. Saat ini ikan yang paling banyak
dibudidayakan yaitu ikan mas, salmon, nila, dan lele.[13]
Di Mediterania, nelayan menjaring ikan tuna sirip biru Atlantik muda dalam keadaan hidup dan
memeliharanya di dekat pantai hingga siap dipanen.[14]
Crustacea[sunting | sunting sumber]
Budi daya udang di Asia Tenggara kini beranjak dari usaha tradisional hingga industri skala besar.
Peningkatan teknologi meningkatkan kepadatan udang di dalam kolam, dan bibit udang dijual ke
seluruh dunia. Saat ini seluruh jenis udang yang dibudidayakan berasal dari
famili Penaeidae dengan 80%-nya berasal dari spesies Penaeus monodon dan Litopenaeus
vannamei. Secara umum udang air tawar maupun air laut memiliki karakteristik dan penyakit yang
sama.[15]
Praktik monokultur udang sangat rentan terhadap penyebaran penyakit yang mampu
membinasakan seluruh udang yang dipelihara serta membahayakan lingkungan sekitar,
sehingga praktik pemeliharaan secara lestari dipromosikan oleh berbagai organisasi lingkungan.[16]
Produksi udang secara global (tanpa kepiting dan lobster) pada tahun 2003 adalah 230 ribu ton.[17]
Mollusca[sunting | sunting sumber]

Budi daya abalon

Budi daya kerang mencakup juga tiram dan spesies bivalvia lainnya. Mereka merupakan hewan
penyaring dan deposit yang bergantung pada keberadaan plankton sebagai
makanannya..[18] Pembudidayaan kerang secara umum amat bergantung pada jenis spesies dan
kondisi lingkungan tempat ia hidup. Kerang dapat dipelihara di tambak pantai, menggunakan rawai,
atau dikurung di dalam kandang mengapung. Kerang liar juga dapat ditangkap dengan
mengambilnya secara manual dengan tangan atau mengeruknya dari dasar laut.
Abalon dipelihara sejak tahun 1950an di Jepang dan Cina.[19] Sejak tahun 1990an industri ini terus
berkembang[20] yang disebabkan menurunnya suplai tangkapan abalon akibat penangkapan
berlebih.[21]
Spesies lainnya[sunting | sunting sumber]
Rumput laut dan alga juga termasuk spesies yang dipelihara dalam budi daya perairan. Hewan
lainnya seperti timun laut, landak laut, ular laut, dan ubur-ubur juga dipelihara meski masih jarang.
Di Cina, timun laut telah dipelihara di kolam.[22]

Dampak[sunting | sunting sumber]


Akuakultur dibandingkan perikanan tangkap dapat lebih merusak lingkungan secara lokal namun
lebih bersahabat secara global, per kg hasil.[23] Kerusakan lokal mencakup masalah penanganan
limbah, penggunaan antibiotik, kompetisi antara hewan budi daya dan hewan liar, dan penggunaan
ikan tangkapan dan budi daya untuk membudidayakan ikan karnivora. Spesies budi daya dapat
menjadi spesies invasif jika terlepas ke lingkungan karena mereka diseleksi untuk tumbuh dan
berkembang biak dengan cepat.Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengurangi masalah
tersebut.[24]
Limbah dari akuakultur umumnya bersifat organik dan dapat terurai menjadi nutrisi untuk organisme
lain. Namun keberadaan limbah organik yang terlalu banyak dapat mempengaruhi kadar oksigen
terlarut di dalam air karena proses dekomposisi, sehingga membahayakan hewan yang amat
tergantung pada oksigen terlarut.[25]
Dampak terhadap ikan liar[sunting | sunting sumber]
Ikan salmon kini sedang disorot karena praktik budi dayanya. Ikan salmon merupakan karnivora
yang membutuhkan ikan hasil tangkapan nelayan sebagai sumber pakannya.[26]Meski dapat diberi
makan dari sumber nabati, namun hasilnya akan kurang baik karena salmon terkenal dengan
kandungan asam lemak omega 3 yang hanya didapatkan dari akumulasi pada rantai makanan.
Secara keseluruhan, nutrisi yang dihasilkan dari salmon jauh lebih rendah dari nutrisi yang
didapatkan dari ikan yang diberikan kepada salmon. Total kadar minyak ikan dari ikan yang
diberikan ke salmon lebih tinggi 50% dibandingkan minyak ikan yang dihasilkan salmon.[27] Dalam
massa daging, satu kg daging ikan salmon didapatkan setelah memberikan beberapa kg ikan hasil
tangkapan ke salmon. Pengembangan budi daya ikan salmon akan menyerap lebih banyak lagi ikan
hasil tangkapan nelayansehingga penangkapan ikan akan melebih batas kelestarian.[28]
Ikan salmon hasil budi daya juga telah diseleksi dan dimodifikasi secara genetika untuk
menghasilkan salmon yang superior[29] sehingga lepasnya ikan salmon ke alam liar
dapat mencemari genetika populasi ikan liar jika terjadi perkembangbiakan dengan spesies
liar[30] dan menjadi spesies invasif.[31][32] Dalam sebuah percobaan di lab, ikan salmon liar yang
bersilangan dengan ikan salmon hasil modifikasi genetika lebih agresif namun pada akhirnya tidak
mampu bertahan.[33] Hal ini dapat menyebabkan punahnya salmon di alam liar.
Ekosistem pantai[sunting | sunting sumber]
Akuakultur dapat membahayakan ekosistem perairan dekat pantai. Sekitar 20% dari hutan bakau di
seluruh dunia telah dirobohkan sejak tahun 1980an untuk membangun tambak udang.[34] Biaya
eksternal pada sistem perekonomian primitif tidak diperhitungkan sehinga secara keseluruhan
kerugian jauh lebih besar dibandingkan keuntungan yang didapatkan.[35] Selama empat dekade di
Indonesia, 269 ribu hektare hutan mangrove telah diubah menjadi tambak udang dan saat ini telah
dibiarkan karena terjadi penumpukan toksin akibat usaha budi daya yang tidak lestari..[36][37]
Budi daya salmon mampu mencemari perairan setempat dengan fesesnya, yang seringkali
mengandung antibiotik dan pestisida sistemik yang diberikan untuk menangkal penyakit dan
hama.[28] Akumulasi logam juga terjadi, terutama tembaga dan seng.[38]

Prospek[sunting | sunting sumber]


Perikanan tangkap secara global mengalami penurunan dengan rusaknya berbagai habitat
ikan.[39] Budi daya ikan karnivora seperti salmon tidak membantu karena salmon justru memakan
ikan lain yang sesungguhnya dapat dikonsumsi manusia.[40][41] Ikan yang berada pada tingkatan
trofik yang tinggi pada rantai makanan cenderung tidak efisien sebagai produsen pangan.
Beberapa jenis akuakultur fotosintetik (alga dan rumput laut) dan hewan penyaring
seperti kerang dan tiram cenderung lebih ramah lingkungan.[12] Mereka juga menyerap polusi dan
nutrisi berlebih di perairan sehingga meningkatkan kualitas air.[42] Rumput laut menyerap nutrisi
anorganik secara langsung dari air,[43] dan hewan penyaring menyerap fitoplanktondan partikel
organik sehingga berperan sebagai detritivora.[44]
Berbagai organisasi akuakultur mempromosikan praktik usaha yang menguntungkan secara lestari
dan berkelanjutan.[45] Metode ini mengurangi risiko pencemaran dan meminimalisasi stres pada
ikan, mengistirahatkan kolam, dan menerapkan manajemen hama terpadu.
Penggunaan vaksin diutamakan untuk mengurangi antibiotik.[46]
Sistem resirkulasi mendaur ulang air dengan menyaring kotoran ikan dan sisa makanan dan
mengembalikan air yang telah bersih ke dalam tangki pemeliharaan. Sistem ini menghemat
penggunaan air, dan limbah yang terkumpul dapat digunakan sebagai kompos. Sistem ini dapat
diterapkan pada air tawar maupun air laut.[47]
Beberapa negara kini menggunakan energi terbarukan untuk akuakultur.[48] Di California, berbagai
usaha budi daya ikan yang memproduksi ikan nilai, bass, dan lele mengambil air dari
sumber geotermal sehingga mengurangi energi yang diperlukan untuk menghangatkan air. Dengan
terjaganya temperatur air, ikan dapat tumbuh secara optimal sepanjang tahun dan menjadi dewasa
lebih cepat. Secara kolektif, perikanan budi daya di California menghasilkan 4.5 juta kilogram ikan
per tahun.[48]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]


Portal pertanian

Akuaponik

Referensi[sunting | sunting sumber]


1. ^ Aborigines may have farmed eels, built huts ABC Science News, 13
March 2003.
2. ^ Lake Condah Sustainability Project. Retrieved 18 February 2010.
3. ^ "History of Aquaculture". Food and Agriculture Organization, United
Nations. Diakses tanggal 23 Agustus 2009.
4. ^ McCann, Anna Marguerite (1979). "The Harbor and Fishery
Remains at Cosa, Italy, by Anna Marguerite McCann". Journal of Field
Archaeology 6 (4): 391411. JSTOR 529424.
5. ^ Jhingran, V.G., Introduction to aquaculture. 1987, United Nations
Development Programme, Food and Agriculture Organization of the
United Nations, Nigerian Institute for Oceanography and Marine
Research.
6. ^ Salt: A world History Mark Kurlansky
7. ^ Milner, James W. (1874). "The Progress of Fish-culture in the United
States". United States Commission of Fish and Fisheries Report of the
Commissioner for 1872 and 1873. 535 544
<http://penbay.org/cof/cof_1872_1873.html>
8. ^ Peter Neushul, Seaweed for War: California's World War I kelp
industry, Technology and Culture 30 (July 1989), 561-583.
9. ^ [1]
10. ^ Guns, Germs, and Steel. New York, New York: W.W. Norton &
Company, Inc. 2005. ISBN 978-0-393-06131-4.
11. ^ "'FAO: 'Fish farming is the way forward.'(Big Picture)(Food and
Agriculture Administration's 'State of Fisheries and Aquaculture'
report)." The Ecologist 39.4 (2009): 8-9. Gale Expanded Academic
ASAP. Web. 1 October 2009.
<http://find.galegroup.com/gtx/start.do?prodId=EAIM.>.
12. ^ a b "The Case for Fish and Oyster Farming," Carl Marziali, University
of Southern California Trojan Family Magazine, May 17, 2009.
13. ^ Based on data sourced from the FishStat database
14. ^ Volpe, J. (2005). "Dollars without sense: The bait for big-money tuna
ranching around the world". BioScience 55 (4): 301302. ISSN 0006-
3568. doi:10.1641/0006-3568(2005)055[0301:DWSTBF]2.0.CO;2.
15. ^ New, M. B.: Farming Freshwater Prawns; FAO Fisheries Technical
Paper 428, 2002. ISSN 0429-9345.
16. ^ "About Seafood Watch". Monterey Bay Aquarium.
17. ^ Data extracted from the FAO Fisheries Global Aquaculture
Production Database for freshwater crustaceans. The most recent
data sets are for 2003 and sometimes contain estimates. Retrieved
June 28, 2005.
18. ^ Burkholder, J.M. and S.E. Shumway. 2011. Bivalve shellfish
aquaculture and eutrophication. In, Shellfish Aquaculture and the
Environment. Ed. S.E. Shumway. John Wiley & Sons.
19. ^ "Abalone Farming Information". Diarsipkan dari versi asli tanggal 13
November 2007. Diakses tanggal 2007-11-08.
20. ^ "Abalone Farming on a Boat". Wired. 25 January
2002. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 January 2007. Diakses
tanggal 2007-01-27.
21. ^ World Wildlife Fund. "Sustainable Seafood, Farmed Seafood".
Diakses tanggal May 30,2013.
22. ^ Ess, Charlie. "Wild product's versatility could push price beyond $2
for Alaska dive fleet". National Fisherman. Diakses tanggal 2008-08-
01.
23. ^ Diamond, Jared, Collapse: How societies choose to fail or
succeed, Viking Press, 2005, pp. 479485
24. ^ Costa-Pierce, B.A., 2002, Ecological Aquaculture, Blackwell
Science, Oxford, UK.
25. ^ Thacker P, (June 2008) Fish Farms Harm Local Food
Supply, Environmental Science and Technology, V. 40, Issue 11, pp
34453446
26. ^ 8 species of wild fish found in aquaculture feed
27. ^ FAO: World Review of Fisheries and Aquaculture 2008: Highlights of
Special StudiesRome.
28. ^ a b Seafood Choices Alliance (2005) It's all about salmon
29. ^ Mcleod C, J Grice, H Campbell and T Herleth (2006) Super Salmon:
The Industrialisation of Fish Farming and the Drive Towards GM
Technologies in Salmon Production CSaFe, Discussion paper
5, University of Otago.
30. ^ David Suzuki Foundation: Open-net-cage fish farming
31. ^ "'Aquaculture's growth continuing: improved management
techniques can reduce environmental effects of the
practice.(UPDATE)." Resource: Engineering & Technology for a
Sustainable World 16.5 (2009): 20-22. Gale Expanded Academic
ASAP. Web. 1 October 2009.
<http://find.galegroup.com/gtx/start.do?prodId=EAIM.>.
32. ^ < http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S1679-
62252011000400024>
33. ^ Devlin RH, D'Andrade M, Uh M and Biagi CA (2004). "Population
effects of growth hormone transgenic coho salmon depend on food
availability and genotype by environment
interactions" (PDF). Proceedings of the National Academy of
Sciences 101 (25): 93039308. doi:10.1073/pnas.0400023101.
34. ^ Nickerson, DJ (1999). "Trade-offs of mangrove area development in
the Philippines". Ecol. Econ. 28 (2): 279298. doi:10.1016/S0921-
8009(98)00044-5.
35. ^ Gunawardena1, M; Rowan, JS (2005). "Economic Valuation of a
Mangrove Ecosystem Threatened by Shrimp Aquaculture in Sri
Lanka". Journal of Environmental Management36 (4): 535
550. doi:10.1007/s00267-003-0286-9.
36. ^ Hinrichsen D (1998) Coastal Waters of the World: Trends, Threats,
and StrategiesIsland Press. ISBN 978-1-55963-383-3
37. ^ Meat and Fish AAAS Atlas of Population and Environment.
Retrieved 4 January 2010.
38. ^ FAO: Cultured Aquatic Species Information
Programme: Oncorhynchus kisutch(Walbaum, 1792) Rome. Diakses 8
Mei 2009.
39. ^ Tietenberg TH (2006) Environmental and Natural Resource
Economics: A Contemporary Approach. Page 28. Pearson/Addison
Wesley. ISBN 978-0-321-30504-6
40. ^ Knapp G, Roheim CA and Anderson JL (2007) The Great Salmon
Run: Competition Between Wild And Farmed Salmon World Wildlife
Fund. ISBN 978-0-89164-175-9
41. ^ Eilperin, Juliet; Kaufman, Marc (2007-12-14). "Salmon Farming May
Doom Wild Populations, Study Says". The Washington Post.
42. ^ OSTROUMOV S. A. (2005). "Some aspects of water filtering activity
of filter-feeders". Hydrobiologia 542: 400. Diakses tanggal September
26, 2009.
43. ^ Chopin T, Buschmann AH, Halling C, Troell M, Kautsky N, Neori A,
Kraemer GP, Zertuche-Gonzalez JA, Yarish C and Neefus C. (2001).
"Integrating seaweeds into marine aquaculture systems: a key toward
sustainability.". Journal of Phycology 37: 975986.
44. ^ "Environmental impacts of shellfish aquaculture" (PDF). 2008.
Diakses tanggal 2009-10-08.
45. ^ "Aquaculture: Issues and Opportunities for Sustainable Production
and Trade". ITCSD. July 2006.
46. ^ "Pew Oceans Commission report on Aquaculture"
47. ^ "Growing Premium Seafood-Inland!". USDA Agricultural Research
Service. February 2009.
48. ^ a b "Stabilizing Climate" in Lester R. Brown, Plan B 2.0 Rescuing a
Planet Under Stress and a Civilization in Trouble (NY: W.W. Norton &
Co., 2006), p. 199.

[tampilkan]

s
Bidang utama teknologi

[tampilkan]

b
s
Perikanan
Kategori:
Perikanan
Teknologi pertanian
Sistem pangan berkelanjutan
Budi daya perairan
Hewan yang dijinakkan
Menu navigasi
Belum masuk log

Pembicaraan

Kontribusi

Buat akun baru

Masuk log
Halaman
Pembicaraan
Baca
Sunting
Sunting sumber
Versi terdahulu
Pencarian
Lanjut

Halaman Utama
Perubahan terbaru
Peristiwa terkini
Halaman baru
Halaman sembarang
Komunitas
Warung Kopi
Portal komunitas
Bantuan
Wikipedia
Tentang Wikipedia
Pancapilar
Kebijakan
Menyumbang
Hubungi kami
Bak pasir
Bagikan
Facebook
Twitter
Google+
Cetak/ekspor
Buat buku
Unduh versi PDF
Versi cetak
Dalam proyek lain
Wikimedia Commons
Perkakas
Pranala balik
Perubahan terkait
Halaman istimewa
Pranala permanen
Informasi halaman
Item di Wikidata
Kutip halaman ini
Bahasa lain

Deutsch
English
Espaol
Franais
Bahasa Melayu
Portugus


43 lagi
Sunting interwiki
Halaman ini terakhir diubah pada 3 April 2016, pukul 07.28.
Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan
tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi

Tentang Wikipedia

Penyangkalan

Pengembang

Cookie statement

Tampilan seluler

Vous aimerez peut-être aussi