Vous êtes sur la page 1sur 10

2.

a anatomi tulang

4. Apa yang menyebabkan kram tersebut?

Kram merupakan kontraksi otot tertentu yang berlebihan dan terjadi secara mendadak dan
tanpa disadari. Kram otot dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain:
1. Otot-otot mengalami kelelahan dan tiba-tiba meregang, maka otot tersebut akan teregang
secara penuh.

2. Ketidak sempurnaan biomekanik tubuh karena adanya ketidaksejajaran dari bagian kaki
bawah atau karena keadaan otot yang terlalu kencang.

3. Kekurangan elektrolit yang membuat otot-otot tidak bekerja secara maksimal.

4. Terbatasnya suplai darah yang tersedia pada otot-otot tersebut sehingga menyebabkan
terjadinya kram otot pada saat melakukan latihan dan pertandingan.

8. Bagaimana proses adaptasi otot saat berlari?


Pada latihan strengthening dengan resistance exercise akan memberikan dampak atau respon
terhadap otot. Adaptasi yang dapat terjadi setelah latihan diantaranya adalah adaptasi
neurological, adaptasi struktural dan adaptasi metabolik.

1. Adaptasi Neurological

Pada orang tak terlatih yang memulai program latihan penguatan pertama kali akan
merasakan peningkatan kekuatan otot secara dramatis. Peningkatan ini akan berlanjut secara
linear selama 8-12 minggu. Mekanisme yang mendominasi pada awal latihan penguatan
adalah adaptasi neurologi secara alami. (Morianti, 1979; Sale, 1988). Adaptasi ini dapat
terjadi dengan atau tanpa peningkatan cross sectional area.

2. Adaptasi Struktural

Adaptasi structural pertama pada resistance exercise untuk meningkatkan kekuatan otot
adalah meningkatnya kekuatan jaringan itu sendiri. Hypertropi otot atau peningkatan ukuran
otot skeletal dengan resistance exercise dapat dilihat sebagai adaptasi struktural yang utama.
Kompensasi ini merupakan penyesuaian untuk meningkatkan kapasitas otot dalam
menghasilkan tegangan sehingga kekuatan otot dapat meningkat.

3. Adaptasi Metabolik

Pada adaptasi metabolik terdapat tiga enzim kompleks yang terlibat dalam adaptasi resistance
exercise, yaitu: phosphocreatine ATP kompleks, glycolysis/ glycogenolosis kompleks dan
lypolysis kompleks. Adaptasi ini merupakan adaptasi yang berkaitan dengan sistem energi
yang digunakan selama latihan.

Lesmana, Syahmirza Indra. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Terhadap


Kekuatan Dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditinjau Dari Perbedaan Gender (Studi
Komparasi Pemberian Latihan Beban Metode Delorme Dan Metode Oxford Pada
Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Fisioterapi Universitas Indonusa Esa Unggul
Jakarta). Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April 2005.

11. Bagaimana metabolisme otot ekstremitas bawah?

ATP diperlukan ketika otot berkontraksi yang bergantung pada jumlah energi. ATP yang
tersedia didalam otot meskipun otot tersebut sudah terlatih dengan baik daya tahan ototnya
hanya akan bertahan sekitar 3 detik. Agar ATP dapat dibentuk maka dibutuhkan suatu sistem
metabolisme. Sistem metabolisme otot dibagi menjadi tiga yaitu :

a) Sistem fosfagen
Pada sistem fosfagen ini adalah gabungan dari dua proses,yang pertama adalah fosfokreatin
dipecah menjadi kreatin dan ion fosfat. Saat terjadi pemecahan ini energi yang dihasilkan sangat
besar yang berasal dari ikatan fosfat. Yang kedua adalah ADP dan AMP yang diubah jadi ATP
dengan bantuan ikatan fosfat yang mempunyai banyak energi oleh fosfokreatin.

b) Sistem glikogen dan asam laktat

Pada sistem ini prinsipnya adalah glikogen dipecah jadi glukosa untuk digunakan sebagai
energi pada otot. Sistem glikogen dan asam laktat terdiri dari dua tingkatan,yaitu gikolisis dan
juga oksidatif

Glikolisis dalam metabolismenya tidak menggunakan oksigen dan disebut sebagai


metabolism anaerobik. Pemecahan dua molekul asam piruvat dibentuk oleh molekul glukosa
yang dibarengi dengan pembentukan 4 molekul ATP oleh karena pelepasan energi dari tiap
masing-masing molekul glukosa

Pada tahapan oksidatif asam piruvat mulai masuk kedalam mitokondria sel otot. Oksigen akan
berikatan dengan asam piruvat untuk membentuk molekul ATP yang lebih banyak. Jika selama
tahap oksidatif jumlah oksigen tidak mencukupi maka asam piruvat sebagian besar akan diubah
jadi asam laktat. Kemudian asam laktat akan mengubah AMP jadi ADP yang kemudian diproses
jadi ATP dengan cara asam laktat akan berdifusi dari sel otot ke jaringan interstitial

c) Sistem aerobik

Sistem aerobik akan menghasilkan energi karena proses oksidasi bahan makanan didalam
mitokondria. Bahan makanan yang digunakan seperti seperti asam lemak,glukosa,dan asam
amino. Bahan makanan tersebut akan berikatan dengan oksigen dan mengubah AMP dan ADP
jadi ATP dengan melepaskan energi yang besar

Putra, Seva Renando Wizara, Sigit Moerjono, Rochman Basuki. Hubungan VO2
Maksimal Dan Kekuatan Otot Harmstring Terhadap Ketahanan Lahir 400 Meter Pada Atlit
Lari Di Kota Semarang. 2017.

13. Bagaimana fisiologi nyeri otot?

Mekanisme kontraksi otot dimulai dengan adanya beda potensial pada motor end
plate akibat suatu stimulus sehingga tercetusnya suatu potensial aksi pada serat otot.
Penyebaran depolarrisasi terjadi ke dalam tubulus T dan mengakibatkan pelepasan Ca2+
dari sisterna terminal retikulum sarkoplasmik serta difusi Ca2+ ke filamen tebal dan
filaman tipis. Selanjutnya terjadi suatu pengikatan Ca2+ oleh troponin C, yang membuka
tempat pengikatan miosin dari aktin. Proses tadi menyebabkan terbentuknya ikatan silang
(cross links) antara aktin dan miosin dan terjadi pergeseran filamen tipis pada filemen
tebal (pemendekan atau kontraksi). Apda tahap relaksasi Ca2+ akan dipompakan kembali
ke dalam retikulum sarkoplasmik dan terjadi pelepasan Ca 2+ dari troponin sehingga
interaksi antara aktin dan miosin berhenti.

1) Proses transduksi (transduction)

Merupakan proses dimana stimulasi nyeri diubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan
diterima oleh ujung-ujung saraf (nerve ending). Stimulus ini bisa berupa stimulasi fisik mekanik
(tekanan), termis (panas dan dingin) atau kimiawi (substansi nyeri). 2) Proses transmisi
(transmission) yaitu penyaluran impuls melalui saraf sensoris menyusul proses transduksi. Impuls
ini akan disalurkan oleh serabut saraf A delta dan serabut saraf C sebagai neuron pertama dari
perifer ke medulla spinalis dimana bimpuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke
thalamus oleh traktus spinotalamikus sebagai neuron kedua. Dari thalamus selanjutnya impuls
disalurkan ke daerahsomato sensorik dikortek serebri melalui neuron ketiga dimana impuls
tersebut diterjemahkan dan dirasakan sebagai persepsi nyeri. 3) Proses modulasi (modulation)
Adalah proses dimana terjadi interaksi antara system analgesic endogen yang dihasilkan oleh
tubuh dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis. Sistem analgesic
endogen ini meliputi enkefalin, endorphin, serotonin dan adrenalin memiliki efek yang dapat
menekan impuls nyeri. Proses perjalanan nyeri sampai terjadi sensasi melalui modulasi dalam 4
tingkat yaitu :

a) Level sensorik Jika terjadi kerusakan jaringan, maka sel-sel yang rusak melepaskan
zat-zat kimiawi seperti prostaglandin, histamine dan bradikinin. Zat-zat iritan yang meningkatkan
sensitivitas nosiseptor sehingga timbul nyeri hebat atau hiperalgesia. Selama proses
peradangan, juga terjadi ketidak seimbangan ion pada membran sel saraf dimana ion Na+
cenderung terakumulasi didalam sel sehingga terbentuk aksi potensial yang terus menerus pada
serabut aferen A-delta dan C. Semakin besar aktivitas serabut aferent A-delta dan C maka
semakin cepat konduksinya. Modulasi nyeri melalui level sensorik dapat dicapai dengan
mengangkut zatzat algogen, mengaktifkan kembali sodium potassium pump sehingga tercipta
keseimbangan ion secara normal, dengan demikian terjadi penurunan aksi potensial serabut
afferent Adelta dan C serta menghambat atau memperlambat konduktivitas serabut afferent
tersebut.

b) Level Spinal Adanya stimulus fisik-mekanik, thermis dan kimiawi yang dapat
menimbulkan nyeri menyebabkan aksi potensial dari ujung-ujung saraf sensoris. Stimulus nyeri
tersebut menjadi aktivitas listrik yang disebut dengan impuls nyeri. Impuls tersebut dibawa ke
kornu posterior medulla spinalis melalui serabut afferen A-delta dan C. Serabut saraf afferen A-
delta dan C merupakan serabut saraf nyeri yang berdiameter kecil. Serabut saraf A-delta memiliki
myelin tipis, sedangkan serabut saraf C tidak bermyelin sehingga konduksi serabut saraf afferen
A-delta lebih besar dari serabut saraf afferent C. Pada nyeri akut, nyeri pertama dibawa oleh
serabut afferent A-delta dengan sifat nyeri yang terlokalisir dan lebih khas, sedangkan nyeri
kedua dibawa oleh serabut afferent C dengan sifat nyeri yang menyebar (difusi) dan kurang khas.
Modulasi nyeri pada level spinal diarahkan pada stimulasi terhadap serabut saraf afferent A-beta
dan propiosepsi yang berdiameter besar untuk memblokade impuls-impuls nyeri yang dibawa
oleh serabut afferent A delta dan C di kornu posterior medulla spinalis.

c) Level Supra Spinal Modulasi nyeri pada level supraspinal melibatkan sistem analgesik
endogen yang dihasilkan oleh tubuh. Sistem analgesik endogen ini meliputi enkefalin, endorphin,
serotonin dan adrenalin dimana memiliki efek yang dapat menekan impuls nyeri pada kornu
posterior medulla spinalis. Pelepasan sistem analgesik endogen oleh tubuh dipengaruhi oleh
stimulasi pada serabut saraf afferen yang berdiameter kecil (serabut A-delta dan C). Adanya
serabut saraf afferen A-delta dan C dapat merangsang pelepasan sistem analgesik endogen dan
analgesik endogen tersebut dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis
sehingga menutup pintu gerbang pada kornu posterior. Modulasi nyeri pada level supraspinalis
dapat dihasilkan oleh modalitas fisioterapi, yaitu Ultrasonik dan transfer friction dengan efek
mekaniknya dapat merangsang serabut afferen A-delta dan C sehingga memicu pelepasan
system analgesic endogen oleh tubuh.

d) Level Sentral Modulasi nyeri pada level sentral melibatkan sistem limbik sebagai pusat
emosional. Proses terakhir dari rangkaian proses nosisepsi adalah persepsi. Persepsi
merupakan cara seseorang memperlakukan secara aktual nyeri yang diraskaannya, yang
mencakupsifat/tingkah laku yang kompleks, psikis dan faktor emosional. Keadaan emosional
yang tinggi mencakup rasa takut yang berlebihan atau gembira, kadang-kadang secara temporer
dapat memblokade impuls nyeri di kornu posterior medula spinalis. Sebagai contoh nyeri kepala
dapat terabaikan jika seseorang melakukan aktivitas olahraga dengan semangat yang tinggi. 4)
Perseption atau persepsi, salah satu hasil akhir dari proses interaksi yang komplek dimulai dari
proses tranduksi, transisi dan modulasi yang pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan yang
subyektif yang dikenal dengan persepsi nyeri.

Hardjono, J., Azizah Ervina. Pengaruh Penambahan Contract Relax Stretching Pada
Intervensi Interferensial Current dan Ultrasound Terhadap Pengurangan Nyeri Pada
Sindroma Miofasial Otot Supraspinatus. Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 5 No. 1, April
2005.

15. Struktur saat berlari

Jaringan otot rangka merupakan penunjang utama gerakan atau bisa dikatakan sebagai alat
gerak aktif yang bekerja sama dengan jaringan tulang. Salah satu fungsi dari jaringan otot
adalah untuk membentuk gerakan yang timbul dari proses kontraksi. Gerakan tersebut timbul
akibat dari ketegangan otot hasil proses kontraksi yang seterusnya akan diteruskan ke tulang
melalui tendon. ( Michael J. Alter, 2003:3)

Struktur Otot

Menurut Sherwood (2012:278-281) dilihat dari strukturnya, otot memiliki satuan unit terkecil
yang disebut dengan miofibril. Kumpulan dari miofibril akan membentuk serat otot. Di dalam
miofibril itu sendiri terdapat filamen-filamen untuk kontraksi otot. Filamen yang tipis disebut
aktin sedangkan yang tebal disebut miyosin. Dilihat dari mikroskop terdapat jembatan silang
yang dibentuk dari kepala globular yang menonjol dari masing-masing filamen tebal.

(Sumber gambar : Principle of Anatomy and Phisiology: Tortora ed 4)


Dilihat dari mikroskop elektron, terdapat pita gelang (pita A) dan pita terang (pita B). Pita A
terbentuk dari tumpukan filamen tebal dan beberapa filamen tipis, sedangkan pita B terbentuk
dari hanya dari filamen tipis. Daerah bagian tengah pita A yang tidak dicapai oleh pita I terdapat
zona H. Selain itu terdapat protein yang berjalan vertikal di bagian tengah pita A yang disebut
dengan garis M. Di bagian tengah setiap pita I terdapat garis Z dan daerah diantara kedua garis
Z disebut sarkomer. (Menurut Sherwood, 2012:278)

(Sumber : PRINCIPLES OF ANATOMY AND PHYSIOLOGY - Tortora - 14th )

Selama berlari otot akan mengalami beberapa perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa
perubahan pada anatomi otot itu sendiri maupun perubahan fisiologi atau kimia dalam otot.

Perubahan anatomi

Saat berlari otot akan mengalami kontraksi. Kontraksi tersebut dibagi kedalam kontraksi
isometrik dan kontraksi isotonis. Kontraksi isometrik adalah kontraksi tanpa terjadi sliding
filament sedangkan kontraksi isotonis menyebabkan pemendakan otot namun tegangan otot
teteap stabil. Saat lari terjadi mekanisme kontraksi keduanya, kontraksi isometrik dalam
usaha mempertahankan tungkai dan kontraksi isotonis yang menggerakkan tungkai kaki.
(Menurut Guyton, Hall, 2014)

Saat kontraksi, sarkomer pada otot akan menyempit dan menyebabkan zona A dibagian
tengah pita A menjadi lebih kecil. Bersamaan dengan kejadian tersebut serat otot akan
memendek. (Menurut Sherwood, 2012:282)

Saat berlari otot akan mengalami peningkatan massa total. Peningkatan tersebut disebut
dengan hipertrofi otot. Hipertofi merupakan proses peningkatan jumlah filamen aktin dan
miyosin yang menyebabkan pembesaran di setiap serabut otot. (Menurut Guyton dan Hall,
2014:84)

Menururt Guyton dan Hall (2014), belum diketahui bagaimana kontraksi yang kuat akan
menimbulkan hipertrofi. Namun telah diketahui bahwa selama hipertrofi akan terjadi
peningkatan jumlah aktin dan miyosin di miofibril. Miofibril tersebut kemudian akan memecah
di bagian hipertrofi. Tapi belum diketahui untuk apa miofibril memecah.

Perubahan fisiologi

Otot diinervasi oleh oleh akson yang berasal dari -motor neuron di bagian motor unit yang
merupakan unit fungsional dari otot. -motor neuron yang dapat diaktifkan tergantung dari
input eksitasi dan inhibisi. Motot unit sendiri terdiri dari motor neuron dan cabang motor
neuron. Motor unit dapat dikelompokkan berdasarkan struktur, yaitu motor neuron berukuran
kecil dan motor neuron berukuran besar. Motor neuron berukuran kecil siap diaktivasi dan
menginervasi sebagian dari serat otot, sedangkan motor neuron berukuran besar hanya
terlibat saat kontraksi besar terjadi. (Menurut Greig dan Jones, 2013:www.clinicalkey.com
diakses 9 Desember 2014)

Ketika akson dari motor neuron mengenai otot yang dituju, akson akan bercabang dan
berkomunikasi dengan serat otot. Komunikasi inilah yang disebut dengan neuromuscular
junction. Di neuromuscular junction akson akan bertambah di sepanjang membran. Otot
dirangsang untuk berkontraksi dengan adanya pelepasan asetilkolin (ACh). (Menurut Greig
dan Jones, 2013:www.clinicalkey.com diakses 9 Desember 2014)

Asetilkolin akan berikatan dengan reseptor di neuromuskular junction yang menyebabkan


potential aksi. Potential aksi sampai di terminal akson yang menyebabkan terbukanya kanal
voltasi kalsium. Akibat dari terbukanya kanal tersebut terjadi pemasukan kalsium yang akan
berikatan dengan troponin yang menyebabkan tropomiosin membuka penutup tempat
pengikatan jembatan silang di aktin. Setelah itu jembatan silang miosin akan berikatan
dengan aktin dan menarik filamen aktin menuju bagian sarkomer. Energi yang dibutuhkan
selama proses tersebut adalah ATP. Setelah tidak terdapat lagi potensial aksi, kalsium akan
lepas dari troponin dan akan diserap kembal. Akibat dari lepasnya kalsium dari troponin
adalah tropomiosin akan kembali kembali ke posisi semula untuk menutup tempat pengikatan
di aktin dan kontraksi pun selesai. Aktin akan kembali pada posisi semula saat dia
beristiraahat. (Menurut Sherwood, 2012:283-287)

(Sumber : PRINCIPLES OF ANATOMY AND PHYSIOLOGY - Tortora - 14th )

Perubahan kimiawi

Saat berlari otot kita sedangn kontraksi. Kontraksi tersebut membutuhkan energi berupa ATP.
Pembentukan ATP sendiri dimulai dari pemecahan molekul glikosa pada proses glikolisis.
Glukosa akan diubah menjadi asam piruvat di akhir prosesnya. pada tahap antara 1,3-
difofogliserat dengan 3-asam fosfogiserat dan diantara asam fosfoenolpiruvat dengan asam
piruvat akan terbentuk ATP sebagai hasil pembebasan energi. Total ATP yang terbentuk
sebayak 4 molekul. Namun 2 molekul ATP akan digunakan untuk pembentuksn 1.6-difosfat
sebelum glikolisis. Oleh karena itu akhir dari proses glikolisis hanya mengahsilkan 2 ATP.
(Menurut Guyton dan Hall, 2014: 880-881)

(Sumber : PRINCIPLES OF ANATOMY AND PHYSIOLOGY - Tortora - 14th )

Setelah terbentuk asam piruvat, proses akan berlanjut pada dekarboksilasi oksidatif.asam
piruvat akan diuabah menjadi asetil-Koa agar bisa berlanjut pada proses selanjutnya. Piruvat
akan mengalami dekarboksilasi oleh komponen piruvat dehidroginase. Turunan dari
kompleks tersebut berupa tiamin difosfat.tiamin akan berikatan dengan gugus prostetik pada
dihidrolipoiltransasetilase untuk membentuk asetil lipoamida. Asetil lipoamida tersebut akan
berikatan dengan koenzim A membentuk asetil-koa. (Menurut Murray, Granner, Rodwell
:2013:162)
(Sumber : PRINCIPLES OF ANATOMY AND PHYSIOLOGY - Tortora - 14th )

Setelah terbentuk asetil-Koa proses akan berlanjut pada proses siklus krebs atau siklus asam
sitrat. Proses diawali dengan penggabungan asetil-koa dengan asam oksalaasetat
membentuk asam sitrat yang dikatalis oleh sitrat sentase. Oleh enzim akonitase sitrat akan
mengalami isomerase membentuk isositrat. Selanjutnya isositrat akan mengalami
dehidroginase membentuk oksalasuksinat yang selanjutnya mengalami dekarboksilasi

membentuk alpha-ketoglutarat. Dekarboksilasi tersebut memerlukan ion Mg atau Mn .
Selanjutnya terbentuk asam suksinat yang akan mengalami dehidrogenase membentuk
asam fumarat. Fumarase akan mengkatalisis penambahan air pada fumarat sehingga akan
terbentuk malat. Alat akan membentuk oksalaastetat yang akan berikatan dengan aseril-koa
untuk menjalankan siklus krebs kemabli. Dari satu putaran siklus krebs menghasilkan dua
belas molekul ATP (Menurut Murray, Granner, Rodwell, 2013:152-155)

(Sumber : PRINCIPLES OF ANATOMY AND PHYSIOLOGY - Tortora - 14th )

Kontraksi otot yang terus menerus saat berlari menyebabkan keadaan yang dikenal dengan
kelelahan otot. Kelelahan otot terjadi karena kurangnya pasokan oksigen untuk melakukan
glikolisis. Karena berkurangnya oksigen, pembentukan ATP akan akan dialihkan dengan cara
anaerob. Hasil dari proses anaerob di tahap glikolisis menyebabkan penumpukan asam
laktat. Asam laktat inilah yang menyebabkan kelelahan otot. (Sherwood, 2012:301)

th
Sherwood, L., 2007. Human Phisiology: From Cells to Systems ( 6 ed). Pendit, B.U.
2012 (Alih Bahasa),Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
th
Hall, J.E., 2011. Guyton And Hall Textbook of Medical Physiology ( 12 ed). Ilyas, E.I.I.I.
2014 (Alih Bahasa), Elsevier Inc., Indonesia.

Murray, R.K., Granner, D.K., Rodwell, V.W., 2006. Harpers Illustrated Biochemistry (
27th ed). Pendt, B.U. 2013 (Alih Bahasa), Penerbit Buku Kedotkteran EGC, Jakarta.

th
Derrickson, B., Tortora, G.J., 2014. Principles of Anatomy and Physiology (14 ed) .
United States of America: ISBN.

Alter, M.J., Sport Stetch. Habib, J. 2003 (Alih Bahasa), Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Greig, C.A., Jones, D.A., 2013. Muscle Phisiology and Contraction, Elsevier, 31:4, 147-
154.

19. Mengapa saat kaki didorong kearah berlawanan nyeri hilang?

22. Nyeri flexi dan ekstensi

Vous aimerez peut-être aussi