Vous êtes sur la page 1sur 33

Kelompok 6

LAPORAN DISKUSI PEMICU 1

MODUL MUSKULOSKELETAL

Disusun Oleh :
Daniel Rychards Watopa I1011131023
M. Rivaldo I1011151037
Muhammad Wildan Refaldi I1011161004
Wenny Tri Rahmawati I1011161016
Rita Noviana I1011161028
Ajeng Trinanda I1011161041
Florentina Vina I1011161043
M. Thariq Alkadrie I1011161048
Saskya Maulidya Astari I1011161052
Heri Irawan I1011161057
Novta Rouli Sihombing I1011161071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pemicu

Soleus, seorang mahasiswa FKIP, akan mengikuti perlombaan marathon minggu depan. Ia
melakukan persiapan dengan berlatih setiap hari selama 3 hari ini karena sudah lama ia tidak
latihan rutin. Meskipun cuaca panas, ia tetap semangat berlatih karena bertekad ingin
memenangkan perlombaan. Pada malam hari setelah latihan hari ketiga, ia terbangun dari
tidurnya karena merasakaan nyeri yang sangat di betis kanannya karena kram. Pergelangan kaki
kanannya tampak menekuk ke arah betis. Ia berteriak memanggil Satorius, adiknya yang
merupakan mahasiswa kedokteran. Sartorius segera mendorong telapak kaki Soleus hingga
pergelangan kakinya menekuk ke arah berlawanan. Setelah beberapa saat ditahan pada posisi
tersebut, kram pada betis Soleus pun hilang. Soleus merasa lebih nyaman meskipun masih
tersisa sedikit rasa sakit pada betisnya.

1.2 Klarifikasi dan Definisi

1.3 Kata Kunci

a. Soleus seorang mahasiswa FKIP


b. Perlomaan marathon
c. Berlatih selama 3 hari
d. Nyeri di malam hari
e. Nyeri di betis kanan karena kram
f. Pergelangan kaki kanan menekuk ke arah betis
g. Sartorius mendorong telapak kaki soleus menekuk ke arah berlawanan.

1.4 Rumusan Masalah

Soleus mahasiswa FKIP mengalami nyeri di betis kanan karena kram pada malam hari
setelah 3 hari berlatih untuk persiapan verlombaan marathon.

1
1.5 Analisis Masalah

Soleus mahasiswa
FKIP

Keluhan:
- Sudah 3 hari latihan - Telapak kaki ditarik
- Nyeri pada malam hari - Kram hilang
- Nyeri karena kram - Masih terasa nyeri

Sistem
Muskuloskeletal

Nyeri otot

Tatalaksana

1.6 Hipotesis
Soleus mengalami kram yang disebabkan oleh otot yang terus-menerus berkontraksi yang
dipicu oleh latihan yang berlebihan pada siang hari yang panas dan adaptasi otot yang tidak
adekuat.

1.7 Pertanyaan Diskusi

1. Otot (ektremitas bawah/rangka)


a. Anatomi
b. Histologi
2. Tulang (ektremitas bawah)
a. Anatomi
b. Histologi
3. Sendi (ektremitas bawah)
a. Anatomi
b. Histologi
4. Apa yang menyebabkan kram tersebut?
5. Bagaimana mekanisme kontraksi dan relaksasi otot?
6. Apa-apa saja faktor yang berpengaruh dalam kerja otot?
7. Bagaimana pengaruh suhu terhadap aktivitas otot?
8. Bagaimana proses adaptasi otot saat berlari?
9. Bagaimana hubungan cuaca dengan kasus di pemicu?
10. Bagaimana gerak sendi?
11. Bagaimana metabolisme otot ekstremitas bawah?

2
12. Bagaimana pencegahan pada nyeri dam kram otot
13. Tatalaksana farmako dan nonfarmako pada kasus
14. Struktur saat berlari
15. Gerakan saat berlari
16. Latihan rutin terhadap struktur otot
17. Lengkung refleks (peran muscel spindel dan tendon)
18. Mengapa saat kaki didorong kearah berlawanan nyeri hilang?
19. Kenapa masih ada nyeri saat kram hilang?
20. Mekanisme timbulnya nyeri?

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Otot (ektremitas bawah/rangka)
a. Anatomi

Gambar 1. Anatomi otot.1

1. Komponen Jaringan Ikat


Jaringan ikat mengelilingi dan melindungi jaringan otot. Lapisan subkutan atau
hypodermis yang memisahkan jaringan otot dengan kulit, tersusun atas jaringan ikat
longgar dan lemak. Lapisan jaringan ikat longgar ini menyediakan jalan untuk saraf,
pembuluh darah, pembuluh limfe untuk masuk dan keluar dari jaringan otot. Jaringan
lemak berperan sebagai lapisan penghangat yang mengurangi keheilangan panas dan
sebagai pelindung jaringan otot.2
Terdapat tiga lapisan jaringan ikat yang berfungsi untuk melindungi dan menguatkan
jaringan otot rangka. Lapisan epimysium, merupakan lapisan terluar yang menyelubungi
keseluruhan otot. 2
Lapisan perimysium menyelubungi 10 hingga 100 serat otot dan memisahkan serat
otot tersebut menjadi kelompok-kelompok fascicles.Lapisan endomysium menyelubungi
masing-masing serat otot dan memisahkan serat otot yang satu dengan yang lainnya. 2
2. Saraf dan Suplai Darah

4
Gambar 2. Anatomi pembuluh darah otot

Otot rangka memiliki suplai saraf dan pembuluh darah yang baik. Secara umum, satu
pembuluh arteri dan satu atau dua pembuluh vena menemani satu sel saraf pada otot
rangka. Saraf yang menstimulasi otot rangka untuk berkontraksi merupakan sel saraf
somatik. Pembuluh kapiler berukuran mikroskopik banyak ditemukan pada jaringan otot.
Pembuluh kapiler ini membawa oksigen dan nutrient serta menghilangkan panas dan
produk sisa dari metabolisme otot. 2
3. Anatomi Mikroskopik dari Serat Otot Rangka

Gambar 3. Anatomi Mikroskopik dari Serat Otot Rangka

Komponen terpenting dari otot rangka adalah serat otot. Diameter serat otot dewasa
berkisar 10-100 m. Panjang serat otot biasanya 10 cm, meskipun beberapa serat otot
panjangnya dapat mencapai 30 cm. Sel otot rangka muncul pada saat perkembangan
embrionik dan merupakan fusi dari ratusan atau lebih sel mesodermal kecil yang disebut
myoblasts sehingga satu sel otot rangka dewasa memiliki ratusan atau lebih inti sel. 2
Perkembangan sel otot terjadi secara dramatis setelah lahir melalui hypertrophy.
Pada masa kanak-kanak, hormone pertumbuhan and hormone lainnya meningkatkan

5
ukuran otot rangka. Otot rangka tetap memiliki kemampuan untuk berfusi dengan sel otot
lainnya atau dengan sel otot yang mengalami kerusakan. 2
1. Sarcolemma, Transverse Tubules, and Sarcoplasm
Sarcolemma (sarc- _ flesh; -lemma _ sheath), merupakan membrane plasma dari sel
otot. Ribuan invaginasi kecil dari sarcolemma disebut transverse (T) tubules, yang
membentuk terowongan dari permukaan hingga ke bagian tengah dari serat otot. T
tubules terekspos lingkungan luar serat otot dan terisi oleh cairan interstitial. 2
Potensial aksi otot berjalan sepanjang sarcolemma dan melewati T tubules, menyebar
dengan cepat pada serat otot. Susunan ini memungkinkan potensial aksi mengeksitasi
semua bagian serat otot pada saat yang bersamaan. Sarcoplasm merupakan sitoplasma
serat saraf. Sarcoplasm mengandung glikogen yang dapat digunakan dalam sintesis ATP
dan myoglobin yang hanya ditemukan pada otot yang mampu mengikat oksigen.
Myoglobin membebaskan oksigen ketika diperlukan dalam produksi ATP oleh
mitokondria. 2
2. Myofibrils and Sarcoplasmic Reticulum
Myofibrils merupakan organel kontraktil otot rangka. Myofibrils memiliki diameter 2 m.
Myofibrils inilah yang membuat otot rangka tampak memiliki garis gelap dan terang.
Sarcoplasmic reticulum menyelubungi setiap myofibril. Ujung sarcoplasmic reticulum
disebut terminal cisterns. Satu T Tubule dan dua terminal cisterns membentuk triad. Pada
otot yang sedang relaksasi, sarcoplasmic reticulum menyimpan ion kalsium. Keluarnya
ion kalsium dari sarcoplasmic reticulum menstimulais terjadinya kontraksi otot. 2
3. Filaments and the Sarcomere
Di dalalm myofibrils terdapat stuktur yang lebih kecil lagi yaitu filaments. Filamen tipis
memiliki diameter 8 nm dan panjang 12 m sedangkan filament tebal memiliki diameter
16 nm dan panjang 12 m. 2
Baik filament tipis maupun filament tebal berperan dalam proses kontraksi otot. 2

Gambar 4.1. Filamen dan Sarcomere

Secara umum, terdapat dua filament tipis untuk setiap satu filament tebal pada
daerah filament overlap. Filamen di dalam myofibril tidak sepanjang serat otot namun
mereka tersusun dalam kompartemen yang disebut sarcomeres (-mere _ part), yang
merupakan unit fungsional dari myofibril. 2

6
Gambar 4.2. Filamen dan Sarcomere

Gambar 4.3 Filamen dan Sarcomere

Gambar 4.4 Filamen dan Sarcomere

7
b. Histologi
Tiga jenis jaringan otot pada mamalia dapat dibedakan berdasarkan ciri morfologis dan
fungsional dan struktur setlap jenis jaringan otot disesuaikan dengan peran fisiologisnya,
yaitu otot rangka, otot polos, dan otot jantung.3

Gambar 5. Jenis otot.3

a. Otot rangka
Terdiri atas serabut otot, yang merupakan sel multinuklear silindris yang sangat
panjang dengan diameter 10-100 m. Susunannya terdiri dari massa serabut yang
menyusun berbagai jenis otot tersusun dalam berkas-berkas teratur yang
dikelilingi oleh epimisium, suatu selubung luar jaringan ikat padat yang mengelilingi
seluruh otot. Dari epimisium, septa tipis jaringan ikat menyusup ke dalam, dan
mengelilingi fisciculus atau berkas serabut di dalam otot. jaringan ikat di sekitar
masing-masing berkas serabut otot disebut perimisium. Setiap serabut otot
dikelilingi selapis halus jaringan ikat, yaitu endomisium, yang terdiri atas sebuah
lamina basal yang disintesis oleh serabut multinuklear serta serat-serat retikular
dan fibroblas. Di dalam setiap serabut, inti sel bergeser ke tepi terhadap
sarkolemma. 3

Gambar 6. Mikrograf memperlihatkan potongan melintang otot rangka,


yang menunjukkan jaringan ikat dan inti sel. Ketiga jaringan tersebut
mengandung kolagen tipe I dan lll (retikular). 200x. H&E. 3

8
Seperti yang tampak dengan mikroskop cahaya, serabut otot rangka yang
terpotong memanjang memperlihatkan garis melintang dari pita terang dan gelap
secara bergantian. Pita yang lebih gelap disebut pita A; pita yang lebih terang
disebut pita I. Dengan TEM, setiap pita I terlihat terbelah dua oleh garis gelap
melintang, yakni garis Z. Subunit fungsional yang berulang-ulang dari alat
kontraktil ini, yaitu sarkomer, terbentang dari garis Z ke garis Z dan panjangnya
sekitar 2,5 m pada otot yang sedang beristirahat. 3

Gambar 7. Bagian ketiga serabut otot yang dipisahkan oleh sejumlah kecil
endomisium. Sebuah inti fibroblas (F) diperlihatkan. lnti (N) otot tampak menekan
sarkolema. Di sepanjang setiap serabut, ribuan pita A yang terpulas gelap
berselingan dengan pita I yang lebih terang. 200x. H&E. 3

Gambar 8. Gambaran TEM yang memperlihatkan pita A lebih padat elektron


yang terbelah oleh suatu regio sempit tidak terlalu padat elektron yang disebut
zona H dan di pita l, adanya sarkoplasma dengan mitokondria (M), granula
glikogen, dan sisterna kecil RE kasar di sekitar garis Z.24.000x. (Gambar 10-7c,
atas izin dari Mikel H. Snow, Department of Cell and Neurobiology, Keck School
of Medicine at the University of Southern California.) 3

9
Gambar 9. Susunan molekular sarkomer memiliki pita dengan densitas protein
yang lebih besar dan lebih kecil sehingga perbedaan pulasan yang
menghasilkan pita yang terpulas gelap dan terang dapat dilihat dengan
mikroskop cahaya dan TEM. 3

Jaringan otot terdiri atas sel-sel yang telah berdiferensiasi untuk penggunaan
optimal sifat universal sel yang disebut kontraksi sel. Mikrofilamen dan protein
terkait bersama-sama menghasilkan daya yang diperlukan untuk kontraksi sel,
yang menghasilkan gerakan dalam organ tertentu dan tubuh secara keseluruhan.
Hampir semua sel otot berasal dari mesoderm, dan sel-sel ini terutama mengalami
diferensiasi terutama melalui suatu proses pemanjangan sel secara bertahap
dengan sintesis protein myofibril secara bersamaan.3

Tiga jenis jaringan otot dapat dibedakan berdasarkan ciri morfologis dan fungsional
dan struktur setiap jenis jaringan otot disesuaikan dengan peran fisiologisnya. 3

1. Otot rangka, terdiri atas berkas-berkas sel multinuclear dan silindris yang sangat
panjang, yang memiliki garis-garis melintang (lurik). Kontraksinya cepat, kuat,
dan biasanya dipengaruhi kehendak. Kontraksi ini disebabkan oleh interaksi
antara filamen aktin tipis dan filamen myosin tebal, dengan konfigurasi molekul
yang memungkinkan kedua filamen tersebut bergeser saling tumpang tindih.
Tenaga yang diperlukan untuk bergeser dibangkitkan oleh interaksi lemah di
jembatan-jembatan di antara aktin pada miosin. Otot rangka terdiri atas serabut
otot, yang merupakan sel multinuklear silindris yang sangat panjang dengan
diameter 10-100m. Inti yang banyak ini terbentuk akibat peleburan sel
mesenkimal embrional yang disebut mioblas. Inti lonjong yang panjang umumnya
terdapat di tepian sel di bawah membran sel. Lokasi inti sel yang khas ini
membantu membedakan otot rangka dari otot jantung dan otot polos dengan inti
yang berada ditengah. Massa serabut yang menyusun berbagai jenis otot tersusun
dalam berkas-berkas teratur yang dikelilingi oleh epimisium suatu selubung luar
jaringan ikat padat yang mengelilingi seluruh otot. Dari epimisin septa tipis jaringan
ikat menyusup ke dalam dan mengelilingi fasciculus atau berkas serabut di dalam

10
otot. Jaringan ikat di sekitar masing-masing berkas otot disebut perimisium. Setiap
serabut otot dikelilingi selapis halus jaringan ikat yaitu endomisium yang terdiri
atas sebuah lamina basal yang disintesis oleh serabut multinuklear serta serat-
serat retikular dan fibroblas. 3

2. Otot jantung juga memiliki garis-melintang dan terdiri atas sel-sel panjang yang
bercabang, yang terletak paralel satu sama lain. Di tempat kontak ujung-ke-
ujung terdapat discus intercalaris, suatu struktur yang hanya terdapat pada otot
jantung. Kontraksi otot jantung bersifat involunter, giat, dan ritmis. Sel otot
jantung yang matur berdiameter sekitar 15 prm dan panjangnya antara 85 sampai
100 prm. Sel-sel tersebut memperlihatkan pola garis melintang yang identik
dengan pola otot rangka. Akan tetapi, berbeda dengan otot rangka yang berinti
banyak, setiap sel otot jantung hanya memiliki safu atau dua inti pucat yang
terletak di tengah. Di sekeliling sel-sel otot terdapat selubung halus jaringan ikat
endomisium yang mengandung jejaring kapiler luas. Satu ciri unik yang dapat
membedakan otot jantung adalah adanya garis gelap melintang yang melintasi
deretan sel-sel jantung dengan interval yang tidak teratur. Diskus interkalaris ini
adalah kompleks pertautan yang terdapat pada pertemuan antar sel-sel otot
jantung yang bersebelahan. Regio transversal di diskus yang menyerupai tangga
ini memiliki banyak desmosom dan fascia adherentes (yang menyerupai zonula
adherentes di antara sel-sel epitel) dan bersama-sama berfungsi mengikat sel-sel
jantung secara erat untuk mencegah agar sel tersebut tidak terpisah pada saat
aktivitas kontraksi yang berlangsung konstan. Bagian yang berada lebih
longitudinal di setiap diskus memiliki berbagai taut celah, yang memungkinkan
pertukaran ion secara kontinu di antara sel-sel yang bersebelahan. 3
3. Otot polos terdiri atas kumpulan sel-sel fusiform yang tidak bergaris bila
diamati dengan mikroskop cahaya. Kontraksinya lambat dan tidak di bawah
kendali volunter. Serabut otot polos merupakan sel panjang yang runcing tanpa
garis melintang, dan setiap sel dibungkus oleh lamina basal dan jejaring serat
retikular halus. Jaringan ikat tersebut berfungsi menggabungkan kekuatan yang
dibangkitkan oleh setiap serabut otot polos menjadi aksi bersama, misalnya
gerakan peristaltik usus. Panjang sei otot polos dapat bervariasi dari 20 prm pada
pembuluh darah kecil sampai 500 prm pada uterus di masa kehamilan. Setiap sel
memiliki satu inti di pusat pada bagian sel yang terlebar. Agar dapat berhimpit lebih
erat, bagian sel yang sempit terletak berdampingan dengan bagian yang lebar dari
sel tetangga. Bila potongan melintang susunan tersebut dilihat, akan tampak
berbagai ukuran diameter dan hanya penampang besar saja yang mengandung
inti. Bila otot polos berkontraksi, batas-batas sel tampak bergelombang dan bentuk
intinya berubah. 3

11
2.2 Tulang (ektremitas bawah)
a. Anatomi

Gambar 10. Anatomi ekstermitas bawah.4

Anatomi ekstremitas bawah terdiri atas tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal,
metatarsal, dan tulang-tulang phalangs. 4
a) Pelvis
Pelvis terdiri dari sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang pipih.
Tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium. Ilium terletak
di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium terletak
di bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-medial. Bagian
ujung ilium disebut sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari
pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan di
bagian pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk
artikulasi dengan tulang femur. 4
b) Femur
Pada bagian proksimal berartikulasi dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi
dengan tibia melalui condyles. Di daerah proksimal terdapat prosesus yang disebut
trochanter mayor dan trochanter minor, yang dihubungkan oleh garis intertrochanteric.
Di bagian distal anterior terdapat condyle lateral dan condyle medial untuk artikulasi
dengan tibia, serta permukaan untuk tulang patella. Di bagian distal posterior terdapat
fossa intercondylar. 4

12
c) Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding dengan
fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di mana keduanya
merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk
berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuberositas
untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia membentuk artikulasi dengan tulang-
tulang tarsal dan malleolus medial. 4
d) Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding dengan
tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal,
fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang
tarsal. 4
e) Tarsal
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan di proksimal
dan dengan metatarsal di distal.Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu calcaneus (berperan
sebagai tulang penyanggah berdiri), talus, cuboid, navicular, dan cuneiform. 4
f) Metatarsal
Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan
dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2
tulang sesamoid. 4
g) Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki.Terdapat 2 tulang phalangs di ibu jari dan 3
phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi pelana di ibu jari kaki,
menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan. 4

b. Histologi
1) Kartilago
Tulang rawan terdiri atas sel-sel, yang disebut kondrosit (Yun. chondros, tulang
rawan , + kytos, sel) dan matriks ekstrasel luas, yang terdiri atas serat dan substansi
dasar. Kondrosit menyintesis dan menyekresi ECM, dan sel-selnya sendiri terdapat di
dalam rongga-rongga matriks yang disebut lakuna. Kolagen, asam hialuronat,
proteoglikan, dan sejumlah kecil glikoprotein adalah makromolekul utama yang
terdapat di semua jenis matriks tulang rawan. 3
Tiga bentuk tulang rawan:
Kartilago hialin, yaitu bentuk yang paling umum dijumpai, kolagen II merupakan
tipe kolagen utamanya. Kartilago hialin dapat ditemukan pada hidung, laring, akhir
dari tulang iga, persendian, trakea dan bronkus. 3

Gambar 11. Kartilago hialin. 3

13
Kartilago elastin yang lebih lentur dan dapat teregang, memiliki banyak serat
elastin di dalam matriksnya selain kolagen tipe II. Kartilago ini dapat ditemukan
di pinna telinga dan internal auditory tubes. 3

Gambar 12. Kartilago elastin. 3


Fibrokartilago, yang dijumpai pada bagian-bagian tubuh yang mengalami tarikan,
ditandai dengan suatu matriks yang mengandung anyaman padat serat kolagen
tipe I yang kasar. Jenis ini dapat ditemukan di diskus intervertebralis dan di
persendian lainna sepeti lutut, mandibula, dan sternoclavicular. 3

Gambar 13. Fibrokartilago.3


Ketiga tulang rawan tidak mempunyai pembuluh darah dan mendapat nutrisi
melalui difusi dari kapiler jaringan ikat di dekatnya (perikondrium) atau melalui
cairan sinovia dari rongga sendi. 3

2) Tulang sejati
Secara anatomi, lapisan tulang dibagi menjadi dua, yaitu tulang kompakta (padat)
dan area-area dengan banyak rongga yang saling berhubungan-yang sesuai dengan
tulang spongiosa (berongga). 3
Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antar sel berkapur, yaitu
matriks tulang, dan tiga jenis sel: 3
Osteosit (Yun. osteon, tulang, + kytos, sel)
Terdapat dalam rongga-rongga (lakuna) di antara lapisan (lamela) matriks tulang
(Gambar 8-1). 3

14
Gambar 14. Komponen tulang. Diagram ini memperlihatkan pandangan
gambaran dasar tulang, termasuk tiga tipe sel utama, osteosit, osteoblas dan
osteoklas; lokasinya yang biasa; dan susunan lamelar yang tipikal di tulang. 3

Osteoblas (osteon + Yun. blastos, benih), yang berperan pada sintesis


komponen organik matriks tulang, yang terdiri atas kolagen tipe I, proteoglikan
dan glikoprotein termasuk osteonektin. Osteoblas hanya terdapat pada
permukaan matriks tulang, dan letaknya bersebelahan, yang mirip dengan epitel
selapis (Gambar 8-2). 3

Gambar 15. Osteosit dan osteoblas.3


15
Osteoklas (osteon + Yun. klnstos, pecah), yang merupakan sel raksasa
multinukleus yang terlibat dalam reasorpsi dan remodeling jaringan tulang.
Karena metabolit tidak dapat berdifusi melalui matriks tulang yang telah
mengapur, pertukaran zat antara osteosit dan kapiler darah bergantung pada
komunikasi melalui kanalikuli (L. canalis, saluran), yang merupakan celah-celah
silindris halus, yang menerobos matriks (Gambar 8-1). 3

Gambar 16. Osteosit dalam lakuna. 3

Permukaan bagian luar dan dalam semua tulang dilapisi lapisan-lapisan jaringan
yang mengandung sel-sel osteogenik-endosteum pada permukaan dalam dan
periosteum pada permukaan luar. 3
Periosteum terdiri atas lapisan luar berkas kolagen dan fibroblas (Gambar 8-1 dan
8-6). Endosteum (Gambar 8-1 dan 8-6) melapisi rongga-dalam di dalam tulang.
Endosteum merupakan selapis sel jaringan ikat yang sangat tipis, yang berisi osteoblas
dan osteoprogenitor gepeng/ yang melapisi trabekula atau spikula kecil tulang yang
berprojeksi ke dalam rongga tersebut. 3

Gambar 17. Periosteum dan endosteum. 3

16
2.3 Sendi (ektremitas bawah)
a. Anatomi
Klasfikasi struktural dari sendi didasarkan pada dua kriteria: 2
1. Ada atau tidaknya ruang synovial
2. Jenis jaringan ikat yang mengikat tulang
Secara struktural, sendi diklasifikasikan menjadi:
Fibrous joints : Tidak ada ruang synovial dan tulang-tulang diikat oleh
jaringan ikat padat ireguler yang kaya akan serat kolagen.
Cartilaginous joints : Tidak ada ruang synovial dan tulang-tulang diikat oleh
tulang rawan.
Synovial joints : Tulang yang membentuk persendian jenis ini memiliki
ruang synovial dan disatukan oleh jaringan ikat padat ireguler.
Secara fungsional, sendi diklasifikasikan menjadi:
Synarthrosis : sendi yang tidak dapat digerakkan.
Amphiarthrosis : sendi yang dapat digerakkan sedikit.
Diarthrosis : Sendi yang dapat digerakkan dengan bebas. Semua sendi
diarthroses merupakan jenis sendi synovial.
a) Synovial Joints
Karakteristik unik sendi synovial yang membedakannya dengan sendi lain adalah
adanya ruang synovial (ruang sendi) yang memungkinkan tulang dapat bergerak
secara bebas. 2

Gambar 18.1. Anatomi sendi

Gambar 18.2. Anatomi sendi

17
b) Kapsul Artikular
Kapsul articular terdiri atas dua lapisan, lapisan luar yaitu fibrous membrane yang
mengandung jaringan ikat padat ireguler (serat kolagen) yang merupakan kelanjutan
dari periosteum tulang dan lapisan dalam yaitu synovial membrane yang
mengandung jaringang ikat longgar (serat elastin). 2
c) Cairan Synovial
Synovial membrane mensekresikan cairan jernih dan kental berwarna kuning
pucat yang memiliki penampilan mirip dengan putih telur yang tidak dimasak. Cairan
synovial mengandung asam hyaluronic yang disekresikan oleh sel fibroblast-like di
synovial membrane dan cairan interstitial yang disaring dari plasma darah. Cairan
synovial berfungsi untuk mengurangi gesekan dengan memperlicin sendi, menyerap
tekanan, menyuplai oksigen dan nutrient serta membuang karbon dioksisda dan sisa
metabolisme tulang rawan. Cairan synovial juga mengandung sel fagosit. 2
d) Accessory Ligaments and Articular Discs

b. Histologi
Sendi adalah daerah tulang yang ditutupi dan dikelillngi oleh jaringan ikat yang
menahan tulang dan menentukan jenis dan derajat pergerakan di antaranya. Sendi dapat
digolongkan sebagai diartrosis, yang memungkinkan pergerakan tulang secara bebas,
dan sinartrosis (Yun. syn, bersama, + arthrosis, artikulasi), dengan sedikit pergerakan
yang dapat dilakukan atau tidak sama sekali. Terdapat tiga jenis sinartrosis, berdasarkan
jenis jaringan yang memisahkan permukaan tulang: 3
Sinostosis, tulang disatukan oleh jaringan tulang dan tidak ada gerakan yang dapat terjadi.
Pada orang dewasa yang lebih tua, sinostosis menyatukan tulang-tulang tengkorak,
sedangkan Pada anak dan remaja, dipersatukan oleh jaringan ikat padat. 3
Sinkondrosis, tulang disatukan oleh tulang rawan hialin. Lempeng epifisis pada tuiang
yang sedang tumbuh adalah salah satu contohnya, dan pada orang dewasa, sinkondrosis
menyatukan iga pertama pada sternum dengan sedikit pergerakan. 3
Sindesmosis, yaitu tulang-tulang disatukan oleh suatu ligamen interoseus jaringan ikat
padat atau fibrokartilago (misalnya simfisis pubis, Gambar 7-1), dengan pergerakan yang
sangat terbatas. 3
Diartrosis (Gambar 8-19) adalah sendi yang umumnya menyatukan tulang-tulang
panjang dan memiliki mobilitas besar, seperti sendi siku dan lutut. Pada diartrosis, ligamen
atau suatu simpai jaringan ikat mempertahankan susunan tulang yang benar. 3

Gambar 19. Diartrosis atau sendi sinovia. 3

18
Gambar 20. Potongan longitudinal melalui suatu diartrosis tulang panjang yang sedang
tumbuh memperlihatkan posisi dekat baias simpai (C) lempeng pertumbuhan epifisis (E)
tempat terjadinya osifikasi endokondral. Gambar tersebut juga memperlihatkan kartilago
sendi (A) dan lipatan membran sinovia (SM) yang menjulur ke dalam rongga sendi dari
jaringan ikat simpai untuk produksi cairan sinovia. 10x. Pulasan PSH. 3

2.4 Apa yang menyebabkan kram tersebut ?


Kram otot skelet adalah salah satu akibat dalam berolahraga dan aktivitas fisik lainnya.
Bahkan atlet yang fit terkadang harus menyerang karena kram. Sebagai bukti empiris tumbuh
mengenai etiologi dan manajemen yang efektif (pengobatan dan pencegahan) kram otot yang
berhubungan dengan olahraga, semakin jelas bahwa ada dua kategori umum yang berbeda
dari kram otot terkait olahraga (bila tidak ada patologi lain yang mendasari atau kondisi
abnormal saat ini), yaitu: 5
a. Kelebihan beban otot dan kelelahan
Selama kompetisi dan pelatihan olahraga atau berbagai aktivitas fisik intens lainnya,
kegiatan berulang atau kegiatan pada otot tertentu dapat menyebabkan ketegangan otot
dan tendon serta kelelahan lokal. Kelelahan otot menunjukkan dapat memicu perubahan
rangsangan (peningkatan) pada aktivitas aferen spindle otot dan penurunan inhibitor organ
titer Golgi yang menyebabkan pengenduran neuron motorik abnormal dan aktivitas
neuron motorik yang berkelanjutan. Artinya, mekanisme saraf yang dirancang untuk
menghambat kontraksi otot, sebagai respons terhadap ketegangan otot yang dideteksi oleh
organ tendon Golgi, terganggu atau tertekan. Predisposisi faktor risiko yang terkait dengan
kelebihan beban dan kram otot terkait kelelahan mungkin termasuk usia yang lebih tua,
kebiasaan peregangan yang buruk, pengkondisian yang tidak memadai, riwayat kram, dan
intensitas dan durasi latihan yang berlebihan, dan gangguan metabolik terkait. 5
b. Defisit elektrolit
Keringat yang berlebihan dan defisit natrium seluruh tubuh yang signifikan dapat
menyebabkan kram otot lebih meluas, bahkan bila ada sedikit atau tidak ada kelebihan
beban dan kelelahan otot. Atlet biasanya berkeringat secara ekstensif dengan kehilangan
elektrolit keringat yang cukup besar, terutama natrium dan klorida. Baik dalam
pertandingan, atau sesi latihan panjang atau akibatnya pada latihan latihan yang sama atau
berulang kali. Ambang defisit yang menyebabkan kram otot belum dijelaskan secara rinci;
Namun, diperkirakan kehilangan akibat keringat sebesar 20% -30% dari total Na+ yang

19
dapat dipertukarkan telah dicatat dengan kram otot yang parah. Seberapa mudah hal ini
terjadi tergantung pada tingkat berkeringat, konsentrasi natrium peredam (biasanya 20-80
mmolL-1) dan asupan makanan. Dan dengan aktivitas fisik yang terus menerus selama
periode waktu yang lama (mis., 3-4 jam atau lebih), konsentrasi natrium berkeringat tinggi
umumnya tetap tinggi, bahkan saat air tubuh utuh dan defisit natrium semakin meningkat.5
2.5 Bagaimana mekanisme kontraksi dan relaksasi otot?

Gambar 21.1. Siklus kontraksi otot

1. Siklus Kontraksi
Pada saat terjadi kontraksi, sarcoplasmic reticulum melepaskan ion kalsium Ca2+ ke dalam
sitosol. Ion Ca2+ ini berikatan dengan troponin. Troponin memindahkan tropomyosin dari
daerah myosinbinding sites aktin. Pada saat binding sites ini free, siklus kontraksi dimulai.
Siklus kontraksi ini terdiri atas empat langkah: 2
Hidrolisis ATP. Kepala myosin memiliki ATP-binding site dan sebuah ATPase, enzim yang
menghidrolisis ATP menjadi ADP dan kelompok fosfat. Reaksi hidrolisis ini
mengorientasikan kembali dan memberikan energi kepada kepala myosin. Perhatikan
bahwa produk dari hidrolisis ATPADP dan grup fosfattetap menempel pada kepala
myosin. 2
Penempelan Myosin ke Actin untuk Membentuk Crossbridges. Kepala myosin yang
mengandung energy menempel pada myosin-binding site dan melepaskan grup fosfat
yang terhidrolisis sebelumnya. Ketika kepala myosin menempel pada aktin selama
kontraksi, mereka disebut sebagai crossbridges. 2
Power Stroke. Setelah crossbridges terbentuk, power stroke terjadi. Selama terjadi power
stroke, daerah tempat ADP menempel terbuka sehingga crossbridges berotasi dan
membebaskan ADP. Crossbridges ini menghasilkan energy pada saat ia berotasi menuju
ke bagian tengah dari sarkomer, menyebabkan filament tipis dan filament tebal saling
tumpang tindih. 2
Pelepasan Myosin dari Actin. Pada bagian akhir dari power stroke, crossbridge tetap
menempel pada actin hingga ia menempel pada molekul ATP yang lain. Ketika ATP baru
menempel pada ATPbinding site kepala myosin, kepala myosin ini akan lepas dari aktin.

20
Gambar 21.2. Siklus kontraksi otot

Membran sarcoplasmic reticulum juga mengandung pompa tranport aktif Ca2+ yang
menggunakan ATP untuk memindahkan Ca2+ dari sitosol ke SR. Ketika potensial aksi di otot
berjalan hingga ke T tubules, channel Ca2+ terbuka dan ion Ca2+ yang masuk ke dalam sitosol
lebih cepat daripada ion Ca2+ yang dipompa balik ke SR. Setelah potensial aksi terakhir
berjalan di T tubules, channel Ca2+ tertutup. Pompa ion Ca2+ memindahkan ion Ca2+ kembali
ke SR sehingga konsentrasi ion Ca2+ di sitosol menurun secara drastis. Menurunnya
konsentrasi ion Ca2+ di sitosol ini menyebabkan tropomyosin menutupi myosin-binding sites
sehingga serat otot berelaksasi. Di dalam SR terdapat protein calsequestrin yang mengikat
ion kalsium sehingga konsentrasi konsentrasi ion Ca2+ di dalam SR 10.000 kali lebih banyak
daripada konsentrasi ion Ca2+ di sitosol pada serat otot yang berelaksasi.2
2. Mekanisme Relaksasi Otot.
Relaksasi terjadi kalau : 6
a) Konsentrasi Ca2+ menurun hingga di bawah 10-7 mol/L sebagai akibat dari pelepasannya
kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh Ca2+ ATPase.
b) TpC- 4 Ca2+ kehilangan Ca2+
c) Troponin lewat interaksinya dengan tropomyosin menghambat interaksi selanjutnya
kepala myosin- F aktin.
d) Dengan adanya ATP kepala myosin terlepas dari F aktin.
Dengan demikian ion Ca2+ mengendalikan kontraksi otot lewat mekanisme alosterik yang
diantarai di dalam otot oleh TpC, TpI, TpT, tropomyosin dan F aktin.

2.6 Apa-apa saja faktor yang berpengaruh dalam kerja otot?


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan kontraksi otot adalah sebagai
berikut : 7

a. Jumlah serat otot dalam sebuah otot. 7

b. Panjang awal otot, yaitu panjang otot sebelum dirangsang. Panjang otot pada waktu
istirahat merupakan panjang otot yang dapat menghasilkan kontraksi maksimal otot,
karena bila panjang otot sebelum kontraksi lebih kecil atau lebih besar dari panjang

21
saat istirahat akan menghasilkan kekuatan kontraksi yang lebih rendah. Hal ini dapat
diterangkan dengan jumlah kepala myosin yang dapat mengadakan hubungan dengan
aktin. 7

c. Kecepatan pemendekan otot yang sangat dipengaruhi oleh beban yang diberikan
terhadap otot. Otot akan mengkerut cepat jika beban minimal dan kecepatannya akan
berkurang dengan beban yang lebih tinggi. 7

d. Pengaturan kekuatan kerutan, yaitu tergantung dari jumlah motor unit yang aktif dan
frekuensi peransangan. Makin banyak motor unit yang aktif makin besar kekuatan
ototnya dan makin tinggi frekuensi peransangan masing-masing motor unit makin tinggi
ketegangan otot. 7

e. Suhu, reaksi kimia pada proses metabolism atau proses kontrasi sel otot merupakan
aktifitas enzim yang dipengaruhi oleh suhu. Peningkatan suhu pada batas tertentu
akan mempercepat proses enzimatik dalam tubuh, sehingga kecepatan dan kekuatan
kontraksi otot akan meningkat pula. Peningkatan suhu yang lebih tinggi akan
menurunkan kecepatan dan kekuatan kontraksi, akibatnya terjadi denaturasi protein.
Suhu rendah akan menurunkan kecepatan dan kekuatan kontraksi sesuai dengan
tingkat penurunan metabolisme dalam otot. Suhu optimum untuk kontraksi otot adalah
37-400C. 7

2.7 Bagaimana pengaruh suhu terhadap aktivitas otot?


Pengaturan suhu tubuh sehingga kondisi internal yang konstan yang dipengaruhi oleh
suhu lingkungannya. Intesitas latihan juga berpengaruh langsung pada suhu tubuh,semakin
tinggi intesitas latihan yang dilakukan,maka makin tinggi pula peningkatan suhu yang terjadi
pada tubuh. Dalam kondisi tersebut suhu pada jaringan perifer tubuh (kulit dan otot))
merekflesikan suhu lingkungan sekitarnya. Suhu jaringan perifer ,mereflesikan laju
metabolisme dan lingkugan sekitar sebagai contoh terjadi peningkatan suhu pada otot yang
sedang berkontraksi,dan suhu pada daerah otot yang sedang berkontraksi tersebut akan
menjadi lebih tinggi pada saat diberikan beban kerja dan berlatih pada suhu lingkunagan
yang panas. Hampir semua keberlansungan mekanisme fisiologis tubuh seperti fungsi
sistem saraf,sangat bergantung pada suhu tubuh. Peningkatan dan penurunan suh tubuh
yang tidak normal merupakan bencana bagi organism tersebut. Pada suhu diatas 44oC,sel-
sel parenkim pada tubuh mulai rusak strukturnya dan berubah sifat. Heat stroke dan
kerusakan otak permanen dapat terjadi jika suhu tubuh tidak dapat segera control keposisi
normal. Pada suhu kurang dari 34oC metabolism selular akan menurun dengan tajam dapat
megakibatkan ketidaksdaran dan cardiac arhytmia. 8

2.8 Bagaimana proses adaptasi otot saat berlari?


Serat otot banyak beradaptasi sebagai respons terhadap kebutuhan yang dibebankan
kepadanya. Berbagai jenis olahraga menimbulkan pola lepas muatan neuron yang berbeda
ke otot yang bersangkutan. Di serat otot terjadi perubahan adaptif jangka panjang,
bergantung pada pola aktivitas neuron, yang memungkinkan serat berespons lebih efisien
terhadap kebutuhan yang dibebankan kepadanya. 9
a. Perbaikan kapasitas oksidatif
Latihan daya tahan aerobik yang teratur misalnya jogging jarak jauh atau berenang,
memicu perubahan-perubahan metabolik di dalam serat oksidatif, yaitu serat yang
terutama direkrut selama olahraga aerobik. Sebagai contoh, jumlah mitokondria,dan
jumlah kapiler yang menyalurkan darah ke serat-serat tersebut meningkat. Otot-otot

22
yang telah beradaptasi dapat menggunakan Oksigen, secara lebih efisien dan
karenanya lebih tahan melakukan aktivitas berkepanjangan tanpa kelelahan. Namun,
ukuran otot tidak berubah. 9
b. Interkonversi antara tipe-tipe otot cepat
Semua serat otot dalam satu unit motorik adalah dari tipe serat yang sama. Pola ini
biasanya tercipta pada awal kehidupan, tetapi kedua tipe serat kedut cepat dapat saling
dipertukarkan, bergantung pada upaya latihan. Yaitu, serat glikolitik cepat dapat diubah
menjadi serat oksidatif cepat, demikian sebaliknya, bergantung pada jenis kebutuhan
yang dibebankan kepadanya secara berulang. Perubahan adaptif pada otot rangka
secara bertahap kembali ke keadaan semula dalam waktu beberapa bulan jika
program latihan terarur yang memicu perubahan tersebut dihentikan. 9
Namun, serat lambat dan cepat tidak dapat saling dipertukarkan. Meskipun latihan
dapat memicu perubahan pada sistem penunjang metaboiik serat otot namun apakah
suatu serat adalah tipe kedut cepat atau lambat bergantung pada persarafan serat.
Serat kedut lambat disarafi oleh neuron motorik yang memperlihatkan pola aktivitas
listrik frekuensi rendah, sementara serat kedut cepat disarafi oleh neuron motorik yang
memperlihatkan letupan-letupan aktivitas listrik yang cepat intermiten. Perubahan
eksperimenral neuron motorik yang menyarafi serat otot lambar dengan yang
menyarafi serat cepat secara bertahap mengubah kecepatan serat-serat tersebut
berkontraksi. 9
2.9 Bagaimana hubungan cuaca dengan kasus di pemicu?
Kram (Heat cramps) yang terjadi setelah berkeringat berlebihan. Kehilangan garam
melalui keringat menghasilkan kontraksi otot yang menyakitkan; seperti kram yang
cenderung muncul pada otot yang digunakan pada saat bekerja tetapi kram itu tidak akan
timbul hingga orang berelaksasi setelah kerjaannya selesai. Minum minuman yang
mengandung garam dapat membantu memperbaiki keadaan ini dengan cepat. 2
2.10 Bagaimana gerak sendi?
Gerakan pada sendi terbagi menjadi osteokinetik dan arthrokinematik. Gerakan
osteokinetik adalah gerakan pada tulang, dimana gerakan tersebut diwakili oleh perubahan
sudut artikuler dan bersifat volunter. Gerakan ini terdiri dari fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi,
rotasi interna, dan rotasi eksterna. 10

1. Fleksi
Merupakan gerakan menekuk antara tulang yang satu dengan yang lain, menyebabkan
kedua bagian mendekat. Biasanya terjadi pada permukaan anterior tulang (kecuali pada
lutut). 10
2. Ekstensi
Merupakan gerakan meluruskan/ menjauhkan satu tulang dengan yang lain. Gerakan ini
biasanya digunakan untuk mengembalikan bagian tubuh ke posisi anatomis setelah telah
tertekuk. Hiperekstensi adalah kelanjutan dari ekstensi di luar kemampuan secara
anatomis. 10
3. Abduksi dan Adduksi
Abduksi adalah gerakan menjauh dari garis tengah tubuh, sedang adduksi adalah
gerakan menuju garis tengah. Sendi bahu dan pinggul dapat melakukan gerakan abduksi
dan adduksi. Pada jari tengah pada tangan dan kaki, titik acuan untuk gerakan ini adalah
jari kedua. 10
4. Rotasi internal dan eksternal
Rotasi adalah gerakan tulang di sekitar sumbu longitudinal. Rotasi internal (rotasi medial)
terjadi ketika permukaan anterior melakukan rotasi ke arah dalam menuju garis tengah.

23
Rotasi eksternal (rotasi lateral) terjadi ketika permukaan anterior melakukan rotasi ke arah
luar, menjauhi garis tengah. 10
2.11 Bagaimana metabolisme otot ekstremitas bawah?
Terdapat empat langkah dalam proses eksitasi, kontraksi, dan relaksasi yang memerlukan
ATP : 11

1. Penguraian ATP oleh myosin ATPase menghasilkan energy untuk kayuhan kuat jembatan
silang.
2. Pengikatan molekul ATP beru ke myosin memungkinkan jembatan silang terlepas dari
filament aktin pada akhir kayuhan kuat sehingga siklus dapat diulang. ATP ini kemudian
terurai untuk menghasilkan energy bagi kayuhan jembatan silang selanjutnya.
3. Transport aktif Ca2+ kembali ke dalam kantong lateral reticulum sarkoplasma selama
relaksasi bergantung pada energi yang berasal dari penguraian ATP.
4. Transpor aktif Na+ ke cairan ekstrasel dan K+ ke cairan intrasel setelah potensial aksi
penghasil-kontraksi di sel otot dilaksanakan oleh pompa Na+ - K+ dependen-ATP.

Pemecahan ATP oleh ATPase pada miosin menyediakan energy untuk power stroke
(tarikan filament tipis ke posisi dimana diikat). Pengikatan molekul ATP yang baru pada
miosin menyebabkan pelepasan jembatan silang dari filament aktin pada akhir power stroke,
sebagai bagian dari siklus (ATP ini dipecah bertahap). Transport aktif kalsium ke SR selama
relaksasi memerlukan ATP. ATP yang tersedia pasa otot dalam jumlah yang terbatas. Keratin
fosfat, merupakan energy simpanan otot, yaitu ATP yang mengandung fosfat berenergi
tinggi. Kekurangan kreatin fosfat menyebabkan pemecahan simpanan glikogen menjadi
glukosa dan glikolisis. Dalam kondisi aerob, oksidasi fosforilasi terjadi pada mitokontria otot.
Perbedaan tipe serabut otot skelet telah digambarkan sebelumnya, pada umunya serabut
otot skelet berkontraksi lambat, serabut ekonomis dengan metabolism aerobic dari sumber
lipid dan serabut berkecepatan tinggi menggunakan energy karbohidrat hanya jika diperlukan
ketika kebutuhan meningkat. Otot polos sangat ekonomis karena mempunyai rasio miosin-
aktin yang rendah, aktivitas ATPase rendah dan kecepatan kontraksi rendah. Hal ini cocok
untuk otot spinkter dan otot pemeras yang lambat.Otot jantung berkontraksi cukup pelan,
tetapi ini digunakan secara terus menerus dan konsumsi energy total cukup tinggi. Hal ini
sepenuhnya untuk produksi energy dan mencapai laju metabolism tertinggi (dan ekstraksi
oksigen arteri-vena tertinggi) dari beberapa jaringan di dalam tubuh. Mitokondria
menunjukkan 30-40% dari massa ventrikel jantung. Laju metabolic yang tinggi ini
menyebabkan masalah difusi yang serius di dalam otot jantung. Terdapat densitas kapiler
yang tinggi dan sel berukuran kecil, dengan permukaan tinggi untuk rasio volume. Jaringan
banyak mengandung mioglobin (untuk transport oksigen) dan keratin fosfat (untuk transport
energy). Organ jantung menunjukkan preferensi yang berbeda untuk asam lemak bebas,
badan keton dan laktat, tetapi memerlukan insulin untuk efisiensi ambilan dan penggunaan
glukosa. 11
2.12 Bagaimana pencegahan pada nyeri dam kram otot
Pilihan pengobatan
Kebanyakan kram otot selesai setelah beberapa detik atau menit. Ada sangat sedikit
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui mana pengobatan yang terbaik tapi pilihan
pengobatan termasuk : 12
1. Peregangan dan pijat melebarkan otot yang kram dengan lembut, dilanjutkan dengan
peregangan ringan kemudian memijat daerah sampai kram reda. Jika Anda tidak yakin
bagaimana melakukan peregangan otot kaki, temui fisioterapis Anda untuk meminta
nasihat.

24
2. Icepack dalam kasus-kasus kram parah, kantong es diterapkan selama beberapa menit
dapat membantu otot untuk bersantai.
3. Obat beberapa obat dapat membantu untuk mengontrol kram otot. Temui dokter Anda
untuk informasi lebih lanjut.
4. Perawatan lebih lanjut lihat dokter Anda jika Anda mengalami kram otot biasa atau jika
kram berlangsung lebih lama dari beberapa menit. Anda mungkin memiliki kondisi medis
yang tidak terdiagnosis yang membutuhkan perawatan.
Saran tentang cara untuk mengurangi kemungkinan kram otot meliputi :
1. Meningkatkan tingkat kebugaran fisik.
2. Memasukkan peregangan yang teratur dalam rutinitas kebugaran Anda.
3. Lakukan pemanasan dan pendinginan secara menyeluruh setiap kali Anda berolahraga
atau bermain olahraga.
4. Minum banyak air sebelum, selama dan setelah berolahraga.
5. Pastikan makanan Anda bergizi cukup, dan termasuk banyak buah-buahan dan sayuran.
6. Sebuah pijat secara teratur dapat membantu untuk mengurangi ketegangan otot.
7. Memakai sepatu dipasang dengan benar dan menghindari sepatu hak tinggi.
2.13 Tatalaksana farmako dan nonfarmako pada kasus
1. Farmako
Obat relaksan otot dapat digunakan dalam jangka pendek dalam situasi tertentu untuk
relaksasi kram otot karna cedera atau peristiwa sementara lainnya, adapun obat-obat
yang dapat digunakan adalah cyclobenzaprine (flexeril), orphenadrrine (norflex), dan
baclofen (lioresal). 13
2. Non Farmako
Terapi tanpa obat-obatan medis bisa diterapkan pada insomnia tipe primer maupu
sekunder. Banyak peneliti menyarankan terapi tanpa medikamentosa pada penderita
insomnia karena tidak memberikan efek samping dan juga memberi kebebasan kepada
dokter dan penderita untuk menerapkan terapi sesuai keadaan penderita. 14,15 Terapi tipe
ini sangat memerlukan kepatuhan dan kerjasama penderita dalam mengikuti segala
nasehat yang diberikan oleh dokter. Terdapat beberapa pilihan yang bisa diterapkan
seperti yang dibahas di bawah ini :
1. Stimulus Conrol (14,15,16)
Tujuan dari terapi ini adalah membantu penderita menyesuaikan onset tidur dengan
tempat tidur. Dengan metode ini, onset tidur dapat dapat dipercepat. Malah dalam
suatu studi menyatakan bahwa jumlah tidur pada penderita insomnia dapat meningkat
30-40 menit. Metode ini sangat tergantung kepada kepatuhan dan motivasi penderita
itu sendiri dalam menjalankan metode ini, seperti :
Hanya berada ditempat tidur apabila penderita benar-benar kelelahan atau tiba
waktu tidur
Hanya gunakan tempat tidur untuk tidur
Hanya gunakan tempat tidur untuk tidur atau berhungan sexual.
Membaca, menonton TV, membuat kerja tidak boleh dilakukan di tempat tidur
Tinggalkan tempat tidur jika penderita tidak bisa tidur, dan masuk kembali jika
penderita sudah merasa ingin tidur kembali
Bangun pada waktu yang telah ditetapkan setiap pagi
Hindari tidur di siang hari
2. Sleep Restriction (15 17)
Dengan metode ini, diharapkan penderita menggunakan tempat tidur hanya waktu
tidur dan dapat memperpanjang waktu tidur, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas tidur penderita. Pendekatan ini dilakukan dengan alasan,

25
berada di tempat tidur terlalu lama bisa menyebabkan kualitas tidur terganggu dan
terbangun saat tidur. Metode ini memerlukan waktu yang lebih pendek untuk
diterapkan pada penderita berbanding metode lain, namun sangat susah untuk
memastikan penderita patuh terhadap instruksi yang diberikan. Protocol sleep
restriction seperti di bawah :
Hitung rata-rata total waktu tidur pada penderita. Data didapatkan melalui catatan
waktu dan jumlah tidur yang dibuat penderita sekurang-kurangnya 2 minggu
Batasi jam tidur berdasarkan perhitungan jumlah waktu tidur
Estimasi tidur yang efisien setiap minggu dengan menggunakan rumus (jumlah
jam tidur/jumlah waktu di tempat tidur x 100)
Tingkatkan jam tidur 15-20 menit jika efisiensi tidurr > 90%, sebaliknya kurangi 15-
20 menit jika < 80%, atau pertahankan jumlah jam tidur jika efisiensi tidur 80-90%
Setiap minggu sesuaikan jumlah tidur berdasarkan perhitungan yang dilakukan
Jangan tidur kurang dari 5 jam
Tidur di siang hari diperbolehkan, tetapi tidak melebihi 1 jam
Pada usia lanjut, jumlah jam tidur dikurangi hanya apabila efisiensi tidur kurang
dari 75%
3. Sleep Hygiene (14,15,16)
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan merubah cara hidup dan
lingkungan penderita dalam rangka meningkatakan kualitas tidur penderita itu sendiri.
Sleep hygiene yang tidak baik sering menyebabkan insomnia tipe primer. Pada suatu
studi mendapatkan, seseorang dengan kualitas buruk biasanya mempunyai kebiasan
sleep hygiene yang buruk. Penelitian lain menyatakan, seseorang dengan sleep
hygiene yang baik, bangun di pagi hari dalam suasana yang lebih bersemangat dan
ceria. Terkadang, penderita sering memikirkan dan membawa masalah-masalah
ditempat kerja, ekonomi, hubungan kekeluargaan dan lain-lain ke tempat tidur,
sehingga mengganggu tidur mereka. Terdapat beberapa hal yang perlu dihindari dan
dilakukan penderita untuk menerapkan sleep hygiene yang baik, seperti dibawah :
Hindari mengkonsumsi alkohol, kafein dan produk nikotin sebelum tidur
Meminimumkan suasana bising, pencahayaan yang terlalu terang, suhu ruangan
yang terlalu dingin atau panas
Pastikan kamar tidur mempunyai ventilasi yang baik
Menggunakan bantal dan kasur yang nyaman dengan penderita
Hindarimakanan dalam jumlah yang banyak sebelum tidur
Elakkan membawa pikiran yang bisa mengganggu tidur sewaktu di tempat tidur
Lakukan senam secara teratur (3-4x/minggu), dan hindari melakukan aktivitas
yang berat sebelum tidur
4. Cognitive Therapy (14,15,17)
Pendekatan dengan cognitive therapy adalah suatu metode untuk mengubah pola
pikir, pemahaman penderita yang salah tentang sebab dan akibat insomnia.
Kebanyakan penderita mengalami cemas ketika hendak tidur dan ketakutan yang
berlebihan terhadap kondisi mereka yang sulit tidur. untuk mengatasi hal itu, mereka
lebih sering tidur di siang hari dengan tujuan untuk mengganti jumlah tidur yang tidak
efisien di malam hari. Namun itu salah, malah memperburuk status insomnia mereka.
Pada studi yang terbaru, menyatakan cognitive therapy dapat mengurangi onset tidur
sehingga 54%. Pada studi lainnya menyatakan, metode ini sangat bermanfaat pada
penderita insomnia usia lanjut, dan mempunyai efektifitas yang sama dengan
pengobatan dengan medikamentosa.

26
2.14 Struktur saat berlari
Saat berlari otot akan mengalami kontraksi. Terdapat tiga jenis utama kontraksi. Pada
komtraksi isotonik, tegangan otot tidak berubah sementara panjang otot berubah. Pada
kontraksi isokinetik, laju pemendekkan tetap konstan sementara panjang otot berubah.
Pada kontraksi isometrik, otot tidak dapat memendek sehingga terbentuk tegangan dengan
panjang otot tetap. 18

Namun pada saat berlari terjadi mekanisme kontraksi isometrik dan isotonik. Kontraksi
isometrik dalam usaha mempertahankan tungkai agar tetap berdiri dan kontraksi isotonik
yang menggerakkan tungkai kaki. 19

Mengapa kontraksi isokinetic tidak termasuk kedalam kontraksi saat berlari, ini
disebabkan karena kontraksi ini tidak terjadi dalam keadaan normal tetapi dapat dicapai
dengan menggunakan mesin olahraga khusus yang dapat diatur agar kontraksi otot terjadi
pada laju yang konstan di sepanjang seluruh kisaran gerakan. Salah satu keuntungan
olahraga isokinetic adalah cepat tercapainya kekuatan otot. 18

2.15 Gerakan saat berlari


1. Otot Primer (Primary)
Otot primer adalah otot yang paling utama digunakan saat berlari, yaitu: quadriceps
femoris group, hamstring group, gluteus maximus, iliopsoas dan gastrocnemius. 20

Gambar 22.1. Otot primer saat berlari

27
Gambar 22.2. Otot primer saat berlari

2. Otot Pendukung (Supporting)


Otot pendukung adalah otot yang dapat membantu gerak otot primer sehingga
menghasilkan gerakan yang lebih efisien, yaitu: otot biceps dan abdominal. Posisi
tangan yang ditekuk hingga 90 derajat saat mengayun akan meningkatkan kecepatan
lari. Kemudian posisi otot perut/abdominal yang terkunci akan membuat postur tubuh
saat berlari sejajar dengan kaki (artikel sehat saat berlari). Postur tubuh yang tepat ini
akan mempengaruhi kecepatan dan keamanan saat berlari. 20
3. Otot Tambahan (Auxiliary)
Otot tambahan adalah otot yang menunjang kerja otot utama dan pendukung agar
dapat berfungsi lebih baik lagi, yaitu otot intercostalis eksternal dan internal. Otot-otot ini
bekerja saat tubuh melakukan proses respirasi. Pengaturan pernapasan saat berlari
sangat mempengaruhi performa saat berlari. Ketika seorang pelari mulai terengah-
engah (kelelahan) akibat oksigen yang tersedia tidak tercukupi, maka performa pelari
akan menurun. 20

Gambar 23. Otot tambahan saat berlari.

28
2.16 Latihan rutin terhadap struktur otot
Olahraga sebenarnya bukan hanya memengaruhi otot, tetapi juga memengaruhi
keseluruhan sistem pergerakan, yaitu: tulang, sendi, ikat sendi, otot, tendo, saraf, dan
pembuluh darahnya secara berimbang. Perubahan yang terjadi sesuai dengan beban
latihan. Sepanjang latihan itu tidak melampaui batas kemampuan penyesuaian tubuh, pada
umumnya tidak akan terjadi cedera akibat latihan. Dengan latihan yang teratur semua
sistem akan menjadi makin baik mutu kerjanya dan kekuatannya. 21
Melalui latihan, ukuran serat otot bertambah besar (hipertrofi otot), dengan demikian
diameter otot menjadi besar. Jadi ketahanan dan kekuatan otot bertambah baik, sehingga
otot akan dapat melindungi sendi terhadap cedera yang disebabkan oleh beban tambahan
yang mendadak dari luar. Pada dasarnya perubahan yang terjadi pada latihan adalah
bertambahnya jumlah pembuluh darah, diameter serat otot, dan organel intrasel.
Bertambahnya kekuatan otot yang diperoleh melalui latihan tidak dapat diperoleh begitu
saja. Memerlukan waktu latihan rutin selama dua bulan barulah akan didapat peningkatan
yang bermakna. 21
Peningkatan kekuatan ini harus dipelihara terus sebab peningkatan yang telah dicapai
dalam waktu dua bulan itu akan hilang sama sekali jika tidak berlatih selama lima bulan
berikutnya.Tubuh cepat menyesuaikan diri dengan kebutuhan jasmani. Bila kebutuhan
berkurang maka massa otot akan berkurang (atrofi otot), dan volume darah yang mengalir
ke otot juga berkurang. Akibatnya efisiensi pengangkutan oksigen dari paru ke jaringan juga
menurun dan akhirnya pasokan energi ke ototpun ikut menurun. 21
Jenis latihan otot bermacam-macam. Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
dua kegiatan. Pertama, latihan statis, artinya otot berkontraksi tetapi tidak menghasilkan
gerakan. Kedua, latihan dinamis, artinya terjadi kontraksi otot yang menghasilkan gerakan
pada sendi. Dalam latihan dinamis terdapat dua jenis gerakan, yaitu gerakan konsentrik,
anggota badan mendekati tubuh, dan gerakan eksentrik anggota badan menjauhi tubuh.
Pada kedua gerakan dinamis ini terjadi pemanjangan dan pemendekan sekaligus. Kedua
jenis latihan di atas mempunyai pengaruh yang berbeda pada sifat otot, sekalipun dasar
perubahannya sama. Latihan statis biasanya digunakan pada latihan awal untuk rehabilitasi
pascacedera, sedangkan latihan dinamis dilakukan setelah pemulihan dianggap sempurna.
Latihan dinamis dapat memperbaiki kekuatan otot atau memelihara tingkat kekuatannya
pada taraf tertentu tanpa mengurangi kecepatan geraknya, sedangkan latihan statis dapat
mengurangi kecepatan gerak, artinya gerak otot yang bersangkutan menjadi lamban. Pada
saat istirahat volume darah total yang mengalir ke otot hanya 15-20%, setelah 10-20 menit
pemanasan, jumlah darah yang mengalir ke otot meningkat sampai 70-75%. Di sini terlihat
betapa besarnya otot mengambil pasokan darah agar dapat berfungsi normal. Otot akan
memperlihatkan kemampuan maksimal jika seluruh pembuluh darahnya berfungsi. Dengan
begitu artinya pemanasan sangat membantu mempertinggi kemampuan otot dan sekaligus
mencegah kemungkinan cedera. 21
2.17 Lengkung refleks (peran muscel spindel dan tendon)
Alur sistem refleks dimulai dari ransangan yang diterima suatu reseptor sampai
terjadinya respon yang oleh efektor. Suatu sistem alur tersebut dinamakan dengan
lengkung refleks atau reflex arc. 18

Adapun kegiata dalam lengkung refleks ini dimulai pada reseptor sensorik, sebagai
potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor ini
akan membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas pada saraf aferen.

29
Frekuensi potensial aksi yang terbentuk akan sebanding dengan besarnya potensial
generator. Pada sistem saraf pusat (SSP), terjadi lagi respon yang besarnya sebanding
dengan kuat rangsang yang berupa potensial eksitasi pascasinaps (Excitatory Postsynaptic
Potential=EPSP) dan potensial inhibisi postsinaps (Inhibitory Postsynaptic Potential=IPSP)
dihubungan-hubungan saraf (sinaps). Respon yang timbul di serat eferen juga berupa
respon yang bersifat gagal atau tuntas. Bila potesial aksi ini sampai ke efektor, maka akan
terjadi lagi respon yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Bila efektornya berupa
otot polos maka akan terjadi sumasi respon sehingga dapat mencetuskan potensial aks di
otot polos. Akan tetapi, di efektor yang berupa otot rangka, respon bertahap tersebut selalu
cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu menghasilkan kontraksi otot.
Perlu ditekankan bahwa hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di
sistem saraf pusat, dan kegiatan di dalam lengkung refleks ini dapat dimodifikasi oleh
berbagai masukan dari neuron lain yang juga bersinap pada neuron eferen tersebut. 18

2.18 Mengapa saat kaki didorong kearah berlawanan nyeri hilang?


Hal tersebut dilakukan agar otot menjadi regang. Berdasarkan skenario dimana seleus
mengalami kram pada betis kanannya pada saat malam hari dan adiknya memegang kaki
kanan seleus dan mendorong telapak kaki kanannya ke arah dorsal. Hampir semua otot
rangka terdapat reseptor regang sensitif yaitu gelendong neuromuscular atau junction
neuromuscularis fusi . Gelendong ini terdiri atas kapsul jaringan ikat , tempat ditemukannya
serat otot modifikasi yaitu serat intrafusal ( myofibra intrafusalis ) dan banyak ujung saraf
(terminationes neurales) dikelilingi oleh ruang berisi cairan . Gelendong neuromuscular
memantau perubahan ( peregangan ) panjang otot dan mengaktifkan reflex kompleks untuk
mengatur aktivitas otot. Otot dapat memendek atau meregang( kontraksi ) maksimal yang
disebut tonus , kemudian relaksasi. Namun seringkali rangsangan tertentu menyebabkan
tonus tidak diikuti oleh relaksasi , keadaan otot seperti ini yang disebut tetanus ( kejang ) .
Dengan melakukan pendorongan terhadap telapak kaki kanannya ke arah dorsal sehingga
akan terjadi peregangan yang berlebihan , peregangan yang berlebihan inilah yang
akhirnya menimbulkan relaksasi ( tonus otot meningkat terjadi relaksasi ). 22

2.19 Kenapa masih ada nyeri saat kram hilang?


Otot adalah salah satu organ yang terpenting dalam tubuh manusia, terutama untuk
melakukan pekerjaan fisik. Otot bekerja dengan jalan kontraksti dan relaksasi. Kontraksi
otot yang kuat dan lama mengakibatkan pembuluh-pembuluh darah diantara serat-serat
otot menjadi terjepit, sehingga peredaran darah dan juga pertukaran bahan nutrisi
terganggu. Hal tersebut menjadi sebab berkurangnya energy pada kelelahan otot. Kerja
terus menerus dari suatu otot, sekalipun bersifat dinamik, dapat mengakibatkan kelelahan
sehingga otot memerlukan istirahat untuk pemulihan, hal tersebut yang menyebabkan otot
masih terasa nyeri meski kram telah hilang. 23
2.20 Mekanisme timbulnya nyeri?
Adanya kerusakan jaringan (sebagai sumber stimuli nyeri) sampai dirasakan sebagai
persepsi nyeri terdapat suatu rangkaian proses elektrofisiologik yang secara kolektif disebut
sebagai nosisepsi. Ada empat proses yang jelas yang terjadi pada suatu nosisepsi, yakni :
24

1. Proses Transduksi (Transduction), merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri


(noxious stimuli) di rubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung
saraf (nerve ending). Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau
kimia (substansi nyeri). 24
2. Proses Transmisi (Transmison), dimaksudkan sebagai penyaluran impuls melalui saraf
sensoris menyusul proses transduksi. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut saraf A

30
delta dan serabut C sebagai neuron pertama, dari perifer ke medulla spinalis dimana
impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh traktus
sphinotalamikus sebagai neuron kedua. Dari thalamus selanjutnya impuls disalurkan
ke daerah somato sensoris di korteks serebri melalui neuron ketiga, dimana impuls
tersebut diterjemahkan dan dirasakan sebagai persepsi nyeri. 24
3. Proses Modulasi (Modulation), adalah proses dimana terjadi interaksi antara sistem
analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan imput nyeri yang masuk ke
kornu posterior medulla spinalis. Jadi merupakan proses acendern yang di kontrol oleh
otak. Sistem analgesik endogen ini meliputi enkefalin, endorfin, serotonin, dan
noradrenalin memiliki efek yang dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior
medulla spinalis. Kornu posterior ini dapat diibaratkan sebagai pintu yang dapat
tertutup atau terbukanya pintu nyeri tersebut diperankan oleh sistem analgesik
endogen tersebut di atas. Proses modulasi inilah yang menyebabkan persepsi nyeri
menjadi sangat subyektif orang per orang. 24
4. Persepsi (perception), adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
yang dimulai dari proses transduksi, transmisi, dan modulasi yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan yang subyektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri. 24

31
DAFTAR PUSTAKA
1. Lauralee, Sherwood. Human Physiology: from Cells to Systems. 9th ed. USA: Cengage
Learning; 2016.
2. Tortora, Gerard J and Derrickson Bryan. Principles of Anatomy and Physiology. USA:
John Wiley & Sons, Inc; 2009
3. Mescher, A.L. Histologi Dasar Junqueira, Teks dan Atlas, Edisi 12. EGC. Jakarta. 2012.
4. Paulsen F & Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jilid 1. Edisi 23. EGC. Jakarta.
2010.
5. Bergeron, Michael F. Muscle Cramps during Exercise-Is It Fatigue or Electrolyte Deficit?.
Current Sports Medicine Reports. 7(4):51-5, 2008.
6. Guyton and Hall : Textbook of Medical Physiology, 12th edition, Saunder Elsevier, 2011
7. Azrin Miftah. Pengaruh Latihan Berjalan dan Latihan Beban terhadap Kekuatan Otot
Tungkai Bawah pada Manusia Usia Lanjut. Riau : Jurnal Teknobiologi. Vol 1, No. 1 : 07
16. 2010.
8. Indra,Eka Novita.Adaptasi Fisiologis Tubuh Terhadap Latihan Di Suhu Lingkungan
Panas Dan Dingin .Yogyakarta: Falkutas Ilmu Keolahragaan. UNY. 2007
9. Sherwood, L. Fisiologi manusia : Dari Sel Ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC. 2014.
10. Lippert, LS. Clinical Kinesiology and Anatomy, 5 ed. Philadelphia: PA: F.A. Davis,
2011:8-36.
11. Saryono. Biokimia Otot. Yogyakarta:Nuha Medika. 2011.
12. Cahyani, N. Pengaruh Latihan Terhadap Kerja Otot Rangka. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.
13. Fauci, Anthony S., et al. Harrisons Pronciples of Internal Medicine. 17th ed. United
States: McGaw Hill Preofessional. 2008.
14. Erika N. Susan L. John ED. Treatment of Primary Insomnia. JABFP. June : 2004 ; 17 :
212-218
15. R.George L, Cynthia G. Nonpharmacologic Approaches to the Management on
Insomnia. JAOA. Nov : 2010; Vol 110: 695-700
16. Anne MMHH, Renee C. Anna L. The Diagnosis and Management of Insomnia in Clinical
Practice. CMAJ. 2000 ; 162 : 216-220
17. L Petit. N Azad. Anna B. Non-pharmacological Management of Primary and Secondary
Insomnia Among Older People. British geriatric Society. 2003 ; 32 : 19-25
18. Sherwood,L. Fisiologi Manusia, edisi 8. Jakarta : EGC. 2012
19. Hall,J.E. Guyton and Hall 12th Textbook of Medical Physiology . Elsevier Inc : Indonesia.
2014
20. APKI. Fitness Trainer Study Guide. Jakarta: Asosiasi pelatih kebugaran Indonesia.
2016.
21. Marini M, Veicsteinas A. The exercised skeletal muscle: a review. European Journal
Translational Myology. 2010;20(3):105-20.
22. Eroschenko VP.Atlas Histologi diFiore.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. h
123 4.
23. Sumamur Pk. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta. 1990
24. Morgan GE, dkk. Clinical Anesthesiology, 4ed. New York. Lange. 2006.

32

Vous aimerez peut-être aussi