Vous êtes sur la page 1sur 59

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan ketika seseorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang

lain di sekitarnya.Individu mersa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak

mampu membina hubungan yang berati dengan orang lain (Budi anna Keliat,

2009).
Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidak mampuan untuk

mengadakan hubungan dengan orang lain atau lingkungan sekitarnya secara

wajar dan hidup dalam khayalan sendiri yang tidak relaistis (stuart and

Sundeen, 2001).

Isolasi Sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh orang

lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend, 2002, hal 152).

Keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan

kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain

tetapi mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 2000 hal, 389).

2. Rentang Respon Neurobiologis Pada Isolasi Sosial ( Townsend, 1998)

Respons Adaptif Respons Maladaptif

4
Menarik diri
Ketergantungan
Manipulasi
Curiga

1. Respons adaptif
Respons adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma

sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu

tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini

adalah sikap yang termasuk respons adaptif.


a. Menyendiri, respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan

apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.


b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,

pikiran, dan perasaan dalam hubungab social.


c. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama

lain.
d. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain

dalam membina hubungan interpersonal.

2. Respons maladaptive
Respons maladaptive adalah respons yang menyimpang dari norma sosial dan

kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah prilaku yang termasuk respons

maladaptif.
a. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina

hubungan secara terbuka dengan orang lain.


b. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri

sehingga tergantung, dengan orang lain.

5
c. Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek

individu sehingga tidak dapat membina hubungan social secara mendalam.


d. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang

lain.

3. Faktor Predisposisi

Menggambarkan factor yang melatarbelakangi terjadinya perubahan

penyimpangan dan perkembangan yang mempengaruhi perilaku (Budi sanna

Keliat, 2001)

1. Proses perkembangan

Terjadi hambatan pada masa perkembangan

2. Faktor herediter

Biasa ditemukan pada klien depresi dan skizoferenia


Pada dasarnya kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai dengan

proses tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai dewasa lanjut. Untuk

mengembangkan hubungan Sosial yang positif setiap tugas perkembangan

sepanjang kehidupan diharapkan dpat dilalui dengan sukses. Kemampuan

berperan serta dalam proses hubungan diawali dengan kemampuan

ketergantungan pada masa bayi dan berkembang pada masa dewasa dengan

kemampuan saling tergantung dan mandiri. Sistem keluarga yang terganggu

dapat menunjang perkembangan respon Sosial maladaptive .


1. Bayi
Bayi sangat tergantung pada oranglain dalam biologis dan

psikologis.Bayi umumnya menggunakan komuniksi yang sangat

sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya, misalnya menangis untuk

kebutuhan.

6
Respon lingkungan (Ibu atau pengasuh) terhadap kebutuhan bayi

akan respon atau perilakunya dan rasa percaya bayi terhadap oranglain.
2. Pra Sekolah
Anak pra sekolah mulai memperluas hubungan sosialnya diluar

lingkungan keluarga khususnya Ibu (pengasuh).


Anak menggunakan kemampuan berhubungan dengan lingkungan

di luar keluarga.Dalam hal ini anak membutuhkan dukukngan dan bantuan

dari keluarga khususnya pemberian yang positif terhadap perilaku anak

yang adaptif.
Hal ini merupakan dasar rasa otonomi anak yang berguna untuk

mengembangkan kemampuan hubungan independen.

3. Anak Sekolah
Anak mulai mengenal hubungan yang lebih luas khususnya

lingkungan sekolah. Pada usia ini anak mulai mengenal bekerja,

kompetisi, kompromi. Konflik yang terjadi dengan orang tua karena

pembahasan dan dukungan yang tidak konsisten.


Berteman dengan orang dewasa diluar keluarga (guru, orangtua,

teman) merupakan sumber pendukung yang penting bagi anak.


4. Remaja
Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dngan teman

sebaya dan sejenis dan umumnya mempunyai sahabat karib.


Hubungan dengan teman sangat tergantung sedangkan hubungan

dengan orang tua mulai independen. Kegagalan membina hubungan

dengan teman dan kurangnya dukungan orang tua akan mengakibatkan

keraguan akan identitas.


5. Dewasa Muda
Pada usia ini individu mempertahankan hubungan independen dengan

orang tua dan teman sebaya.

7
Individu belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan saran

dan pendapat orang lain seperti : memilih pekerjaan, memilih karier dan

melangsungkan perkawinan.
6. Dewasa tengah
Individu pada usia dewasa tengah umumnya telah pisah tempat

tinggal dengan orang tua. Khususnya individu yang telah menikah.


Jika telah menikaah maka peran menjadi orang tua dan mempunyai

hubungan antar orang dewasa merupakan situasi tempat menguji

kemampuan hubungan independen.


7. Dewasa Lanjut
Pada usia ini individu akanmengalami kehilangan, baik itu

kehilangan fungsi fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman sebaya

dan pasangan), anggota keluarga (kematian orang tua). Individu tetap

memerlukan hubungan yang memuaskan dengan orang lain.


Individu yang mempunyai perkembangan yang baik dapat

menerima kehilangan yang terjadi dalam kehidupan dan bahwa dukungan

orang laindapat membantu dalam menghadapi kehilangannya (Budi sanna

Keliat, 2001).

4. Faktor Presipitasi (Stuart and Sundeen,2002)

a. Faktor Biologik
Factor genetic dapat menunjang terhadap respon Sosial maladaptive ada

bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotranshmiter dalam perkembangan

gangguan ini. Namun tetap masih diperlukan penelitian lebih lanjut (Stuart

and Sundeen, 2002)


b. Faktor Komunikasi dalam keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang kedalam

gangguan berhubungan bila keluarga hanya mengkomunikasikan hal-hal

yang negatif akan mendorong anak mengembnagkan harga diri rendah.

8
Adanya dua pesan yang bertentangan pada saat bersamaan

mengakibatkan anak menjadi bingung dan kecemasan meningkat.


Hal ini dapat menjadi pengalaman yang traumatic bagi anak dalam

komunikasi, menyebabkan anak enggan berkomunikasi denga oranglain.

Keadaan ini akan menimbulkan perilaku menarik diri.


c. Faktor Sosio Kultural
Isolasi Sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan, ini

skibstnorma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau

tidak menghargai anggota masyarakat yangtidak produktif seperti lansia,

orang cacat dan berpenyakit kronik (Stuart and Sundeen).


d. Stressor Biokimia
Dihubungkan dengan dopamin diotak.

5. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala Isolasi Sosial antara lain apatis, ekspresi sedih,

efektumpul, menghindar dari orang lain(menyendiri), komunikasi kurang atau

tidak ada, tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, berdiam diri/klien

kurang mobilitas, menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan

percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, tidak melakukan kegiatan

sehari-hari (keliat,1998).
Menurut Towsend,(1998) dan carpenito (1998) Isolasi Sosial menarik diri

sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut:


1. Data subjektif :

1) Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan.

2) Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki.

2. Data objektif

a. Tampak menyendiri dalam ruangan

b. Tidak berkomunikasi, menarik diri

9
c. Tidak melakukan kontak mata

d. Tampak sedih, afek datar

e. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke

pintu

f. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan

perkembangan usianya

g. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya

h. Kurang aktivitas fisik dan verbal

i. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi

j. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

6. Pohon Masalah

Akibat Resiko gangguan persepsi halusinasi


(Efek)

Masalah utama Isolasi sosial


(Care Problem)

Penyebab HDR

7. Tindakan Keperawatan

1. Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain


2. Tujuan khusus I : klien dapat membina hubungan saling percaya.
a. Kriteria evaluasi : setelah dilakukan 2x interaksi klien menunjukan tanda-

tanda percaya kepada perawat:


a) Wajah cerah, tersenyum
b) Mau berkenalan
c) Ada kontak mata
d) Bersedia menceritakan perasaannya
e) Bersedia mengungkapkan masalahnya

b. Intervensi keperawatan :

10
a). Membina hubungan saling percaya

b). Beri salam setiap berinteraksi

c). Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat

berkenalan

d). Tanyakan dan panggil nama kesukaan klie

e). Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi

f). Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien

g). Buat kontrak interaksi yang jelas

h). Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien

3. Tujuan khusus II : klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri (isolasi

sosial).

a. Kriteria Evaluasi : setelah 2x interaksi klien dapat menyebutkan minimal satu

penyebab menarik diri (isolasi social) :

a) Diri sendiri
b) Orang lain
c) Lingkungan
b. Intervensi keperawatan:
Tanyakan pada klien tentang :
a) Orang yang serumah/teman sekamar klien

b) Orang yeng terdekat dengan klien dirumah / diruang perawatan

c) Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut

d) Orang yang tidak dekat dengan klien dirumah / diruang perawatan

e) Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut

f) Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain

11
g) Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul

dengan orang lain


h) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
.

4. Tujuan khusus III : klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan

sosial dan kerugian menarik diri.

a. Kriteria evaluasi : setelah 2x interaksi dengan klien dapat menyebutkan

keuntungan berhubungan sosial misalnya :

a) Banyak teman

b) Tidak kesepian

c) Bisa diskusi

d) Saling menolong

Dan kerugian menarik diri misalnya :

a) Sendiri

b) Kesepian

c) Tidak bisa berdiskusi

b. Intervensi keperawatan :

Tanyakan pada klien tentang :

a) Manfaat hubungan social


b) Kerugian menarik diri.
c) Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan sosial dan

kerugian menarik diri


d) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.

5. Tujuan khusus IV : klien melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.


a. Kriteria evaluasi : setelah 2x interaksi klien dapat melaksanakan hubungan

sosial secara bertahap dengan :

12
a). Perawat

b). Perawat lain

c). Klien lain

d). Kelompok

b. Intervensi keperawatan:

a). Observasi prilaku klien saat berhubungan sosial

b). Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan / berkomunikasi dengan:

1). Perawat lain

2). Klien lain

3). kelompok

c) Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi


d) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan klien bersosialisasi.beri motivasi klien untuk melakukan

kegiatan sesuai kegiatan harian yang telah disebut


e) Beri pujian terhadap kemampuan klienmemperluas pergaulannya melalui

aktivitas yang dilaksanakan

6. Tujuan khusus V : klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan


social.
a. Kriteria Evaluasi : setelah 2x interaksi klien dapat menjelaskan perasaan

setelah berhubungan sosial dengan:

a) Orang lain

b) Kelompok
b. Intervensi keperawatan:

a) Diskusikan dengan klien tentang perasaan setelah berhubungna sosial

dengan :

13
1) Orang lain

2) Kelompok

b). Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.

7. Tujuan khusus VI : klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

a. Kriteria evaluasi : setelah 2x interaksi klien menyebutkan :

a). Manfaat minum obat

b). Kerugian tidak minum obat

c). Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat.

d). Klien mendominasikan penggunaan obat dengan benar

e). Klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi

dokter.

b. Intervensi keperawatan :

a). Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum

obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping obat

b). Pantau klien saat penggunaan obat

c). Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar

d). Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan

dokter.

e). Anjurkan klien berkonsultasi dengan dokter/ perawat jika terjadi hal-

hal yang tidak diinginkan.

14
8. Strategi Pelaksanaan

a. Non medis

ISOLASI SOSIAL SP PASIEN SP KELUARGA

SP 1 SP 1

1) Mengidentifikasi 1) mendiskusikan
penyebab isolasi sosial masalah yang
pasien dirasakan keluarga
2) Berdiskusi dengan
dalam merawat pasien
pasien tentang 2) menjelaskan
keuntungan berinteraksi pengertian, tanda dan
dengan orang lain gejala isolasi sosial
3) Berdiskusi dengan
yang dialami pasien
pasien tentang kerugian
beserta proses
tidak berinteraksi
terjadinya
dengan orang lain 3) menjelaskan cara -
4) Mengajarkan pasien cara
cara merawat pasien
berkenalan dengan satu
isolasi social
orang
5) Menganjurkan pasien
SP 2
memasukkan kegiatan
latihan berbincang - 1) evaluasi kegiatan

bincang dengan orang keluarga dalam

lain melatih pasien


berkenalan
SP 2
6) Mengevaluasi jadwal
2) jelaskan kegiatan RT
kegiatan harian pasien
yang dapat melibatkan
7) Memberikan
pasien berbicara
kesempatan kepada
(makan dan solhat
pasien mempraktekkan

15
cara berkenalan dengan bersama)
satu orang
8) Membantu pasien 3) latih cara

memasukkan kegiatan membimbing pasien

berbincang - bincang berbicara

dengan orang lain


4) anjurkan membantu
sebagai salah satu
pasien sesuai jadwal
kegiatan harian
dan beri pujian

SP 3 SP 3

1) Mengevaluasi jadwal 5) evaluasi kegiatan


kegiatan harian pasien keluarga dalam
melatih pasien
2) Memberikan
berkenalan, berbicara
kesempatan kepada
saat melakukan
klien berkenalan dengan
kegaitan harian dan
dua orang atau lebih
RT
3) Menganjurkan klien
6) Jelaskan cara melatih
memasukkan dalam
pasien melakukan
jadwal kegiatan harian
kegiatan sosial seperti
Keluarga
belanja dan meminta
SP 4 sesuatu

4) Mengevaluasi jadwal 7) Latih pasien dalam


kegiatan harian pasien mengajak pasien
berbelanja
5) Latih cara berbicara
sosial 8) Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
6) Latih berkenalan lebih
dan berikan pujian
dari 5 orang baru
berbicara saat SP 4

16
melakukan kegiatan 9) evaluasi kegiatan
harian keluarga dalam
melatih pasien
7) Menganjurkan klien
berkenalan, berbicara
memasukkan dalam
saat melakukan
jadwal kegiatan harian
kegaitan harian dan
RT dan berbelanja

10) Menjelaskan follow


up ke PKM, tanda
kambuh

11) anjurkan membantu


pasien sesuai jadwal
dan beri pujian

b. Medis
a) Clorpromazine
1. Indikasi
Untuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan

menilai realityas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma Sosial

dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam dungsi-fungsi mental :

faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau

tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari,

tidak mampu bekerja, hubungan Sosial dan melakukan kegiatan rutin.


2. Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak

khususnya system ekstra pyramidal.

17
3. Efek Samping
a. Gangguan otonomi (hypotensi) antikolinergik / parasimpatik,

mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defiksi, hidung tersumbat,

mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama

jantung.
b. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom

parkinsontren, atau bradikinesia regiditas)


c. Gangguan endoktrin (amenorhoe, ginermasti)
d. Metabolic (Soundiee)
e. Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka

panjang.
4. Kontra Indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung.Febris ,

ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran disebabkan oleh

depresan.

b) Haloperidol (HLP)
1. Indikasi
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental

serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari.


2. Mekanisme kerja
Obat anti psikis dalam memblokade dopamine pada reseptor pasca

sinaptik neuron otak khususnya , system limbic dan system ekstra

pyramidal.
3. Efek Samping
Sedasi dan inhibisi psikomotorgangghuan miksi dan parasimpatik,

defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi,

gangguan irama jantung.


4. Kontradiksi
Penyakit hati, penyakit darahm epilepsy, kelainan jantung.Febris

ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran.

c) Trihexyphenidil ( THP )

18
1. Indikasi
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan

idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan

fenotiazine.
2. Mekanisme kerja
Sinergis dengan kiniden, obat depreson dan anti kolin energik lainnya.
3. Efek Samping

Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung,

agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.

4. Kontra indikasi
Hypersensitive terhadap Trihexyphenidil (THP), glaucoma sudut

sempit, psikosis berat psikoneurosis. Hypertropi prostat dan obstruksi

saluran edema.

d) Elektro konvulsif theraphy (ECT)


ECT adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik di gunakan

pada otak dengan manggunakan dua elektroda yang ditempatkan dan

bagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan).Arus memberikan

kesenjangan grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan

terapeutik.
Biasanya tindakan ECT di lakukan 2 sampai 5 kali dalam seminggu,

terapi di hentikan jika sudah tampak kemajuan klinis. Respon bangkitan

listrik di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam

otak.

19
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS DENGAN ISOLASI SOSIAL

1. Pengkajian
1) Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal

MRS (Masuk Rumah Sakit), informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien

dan alamat klien


2) Alasan Masuk
Biasanya sering menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang

atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain,

tidak melakukan kegiatan sehari hari, dependen.


3) Faktor predisposisi
Biasanya kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua

yang tidak realistis, kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari kelompok

sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya

harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu

karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan , tituduh KKN, dipenjara tiba

tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien atau perasaan negatif

terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.


4) Aspek fisik / biologis
Biasanya Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB)

dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5) Asfek Psikososial

a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi

b. Konsep diri
(1) Citra tubuh :
Biasanya Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau

tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.

Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatip tentang tubuh

20
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus asaan,

mengungkapkan ketakutan.
(2) Identitas diri
Biasanya Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan

tidak mampu mengambil keputusan .


(3) Peran
Biasanya Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit ,

proses menua , putus sekolah, PHK.


(4) Ideal diri
Biasanya Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya:

mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.


(5) Harga diri
Biasanya Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri

sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri,

dan kurang percaya diri.

(6) Hubungan Sosial


Biasanya Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan

hubungan social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok

yang diikuti dalam masyarakat.

(7) spiritual

Biasanya Kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah

(spritual)

(8) Status Mental

a. Penampilan
Biasanya penampilan pasien kurang rapi, rambut acak-acakan dan kotor,

kuku kotor dan panjang, gigi kotor, serta penggunaan pakaian yang tidak

diganti-ganti karena pasien merasa sudah tidak berguna lagi maka dari itu

pasien tidak memperhatikan perawatan diri.


b. Pembicaraan

21
Biasanya pembicaraan pasien lambat, pasien berbicara dengan nada suara

lemah.

(9) Aktivitas Motorik


Biasanya pasien tampak lesu dan tidak bersemangat.Biasanya pasien lebih

suka mengurung diri dan tidak mau melakukan aktivitas.

(10) Alam perasaan

Biasanya klien merasa sedih, merasa takut, cemas dan merasa tidak berdaya

untuk melakukan sesuatu.

(11) Afek
Biasanya saat pasien diajak bicara wajah pasien datar yaitu tidak

menampilkan ekspresi wajah senang atau sedih.


(12) Interaksi selama wawancara
Biasanya klien sering menundukkan kepala atau kontak mata kurang,

menunjukkan sikap tidak percaya pada orang lain dan tidak percaya diri.

(13) Persepsi

Biasanya pasien dengan isolasi sosial lebih suka menyendiri, tidak

mau bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain. Pasien sibuk dengan

dirinya sendiri sehingga mengakibatkan halusinasi.

(14) Proses pikir

Biasanya pasien berbicara tidak berbelit- belit tetapi pasien bicara atau

menjawab dengan jawaban yang singkat. Untuk proses berpikir pasien tidak

terganggu.
(15) Isi pikir
Biasanya depersonalisasi yaitu pasien merasa asing terhadap diri sendiri,

orang, atau lingkungan.


(16) Tingkat kesadaran

22
Biasanya pasien tidak mengeluhkan rasa melayang-layang, pasien biasanya

sadar.
(17) Memori
Biasanya pasien mengeluhkan tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi

lebih dari satu bulan.


(18) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Biasanya pasien tidak mengeluhkan sulit berkonsentrasi dan berhitung.
(19) Kemampuan penilaian
Biasanya jika pasien diberikan kesempatan untuk memilih mandi dulu

sebelum makan atau makan dulu baru mandi, pasien memilih mandi dulu

baru makan.
(20) Daya tilik diri
Biasanya pasien tidak merasa ada gejala penyakit pada dirinyas baik

perubahan fisik, maupun emosi dan tidak membutuhkan pertolongan.

6) Kebutuhan persiapan pulang.

1. Makan

Biasanya pasien mengatakan makan tiga kali sehari dengan jumlah porsi

dilengkapi dengan makanan yang bervariasi.Biasanya klien sudah mampu

mempersiapkan makanan dan membersihkan alat makan.

2. BAK/BAB
Biasanya pasien mampu BAB atau BAK ke WC sendiri dan mampu

membersihkannya.Biasanya pasien bisa merapikan celana dengan baik

setelah eliminasi.
3. Mandi
Biasanya pasien mandi dua kali sehari, pasien mandi menggunakan sabun,

pasien menyikat gigi, pasien mencuci rambutnya.

4. Berpakaian

23
Biasanya pasien memakai baju dan celana rapi, pasien mengganti baju dua

kali sehari.
5. Istirahat dan Tidur
Biasanya pasien tidur 6-8 jam sehari dan pasien istirahat dengan menonton

TV.
6. Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya pasien minum obat secara teratur di rumah, kebersihan diri seperti

mandi, gosok gigi, mencuci rambut pasien dapat mengerjakannya.


7. Kegiatan didalam rumah
Biasanya pasien mau mengerjakan kegiatan dirumah seperti menyajikan

makanan, merapikan tempat tidur, dapur, mencuci pakaian, menyapu, dan

mengepel.
8. Kegiatan di luar rumah
Biasanya klien membutuhkan bantuan orang lain untuk belanja keperluan

sehari- hari karena pasien tidak mau keluar rumah.

7) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada

orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri)


8) Masalah psikososial dan Lingkungan

Biasanya pasien lebih banyak berdiam diri di rumah, dan pasien merasa

takut dikucilkan oleh masyarakat di lingkungan rumahnya.

9) Pengetahuan
Biasanya pasien tidak tahu bahwa individu sedang sakit, pasien menolak

untuk meminum obat karena tidak ada gunanya.

10) Aspek Medik


Terapi yang diterima klien bisa berupa therapi farmakologi ECT,

Psikomotor, therapi okopasional, TAK dan rehabilitas.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Isolasi Sosial

24
b. Harga diri rendah

c. Gangguan sensori persepsi halusinasi

3. Rencana Keperawatan
Merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang

dibutuhkan untuk mencegah,menurunkan atau mengurangi etiologi dan

masalah-masalah klien.

25
Rencana Keperawatan Pada Klien Dengan Isolasi Sosial

Diagnosa Perencanaan
No Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
1 Isolasi sosial Pasien mampu : Setelah pertemuan pasien SP 1 Pasien
Identifikasi penyebab
Menyadari dapat : Siapa yang satu rumah dengan pasien Mengetahui penyebab isolasi
Siapa yang dekat dengan pasien? Apa
penyebab isolasiMembina hubungan saling soaial dan memudahkan
penyebabnya?
sosial percaya Siapa yang tidak dekat dengan pasien apadalam intervensi selanjutnya.
Berinter-aksi Menyadari penyebab isolasi
sebabnya?
dengan orang lain sosial, keuntungan danTanyakan keuntungan dan kerugian
Apersepsi dengan pasien dan
kerugian berinteraksi denganberinteraksi dengan orang lain
Tanyakan pendapat pasien tentangmenambah pengetahuan
orang lain
Melakukan interaksi dengankebiasaan berinteraksi dengan orang lain pasien tentang keuntungan
Tanyakan apa yang menyebabkan pasien
orang lain secara bertahap dan kerugian tidak
tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
Diskusikan keuntungan bila pasienberinteraksi

memiliki banyak teman dan bergaul

akrab dengan mereka Menambah pengetahuan dan

4
Diskusikan kerugian bila pasien hanyaketerampilan pasien dalam

mengurung diri dan tidak bergaul denganberkenalan dengan orang lain.

orang lain
10. Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap

kesehatan fisik pasien Latih berkenalan


11. Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi

dengan orang lain


12. Berikan contoh cara berinteraksi dengan

orang lain
13. Beri kesempatan pasien mempraktekan

cara berinteraksi dengan orang lain yang

dilakukan dihadapan perawat


14. Mulailah bantu pasien berinteraksi

dengan satu orang teman / anggota

keluarga
15. Bila pasien sudah menunjukan kemajuan

tingkatkan jumlah interaksi dengan 2, 3,

5
4 orang dan seterusnya
16. Beri pujian untuk setiap kemajuan

interaksi yang telah dilakukan oleh

pasien
17. Siap mendengarkan ekspresi perasaan

pasien setelah berinteraksi dengan orang

lain, mungkin pasien akan

mengungkapkan keberhasilan atau

kegagalannya, beri dorongan terus

menerus agar pasien tetap semangat

mengingatkan interaksinya
18. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 2 Pasien Mengetahui perkembangan

2 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) pasien dan data dasar untuk
Latih berhubungan sosial secara
intervensi selanjutnya
Menumbuhkan keterbiasaan

Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien dan motivasi untuk

6
berinteraksi
Mendisiplinkan dan melaitih

pasien untuk terus berkenalan


SP 3 Pasien
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & 2)
3 Latih cara berkenalan dengan dua orangMengetahui perkembangan

atau lebih pasien dan data dasar untuk

Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien intervensi selanjutnya


Menumbuhkan keterbiasaan

dan motivasi untuk

berinteraksi dengan orang

yang lebih banyak


Memotivasi pasien untuk

terus berinteraksi dengan

orang lain
Keluarga mampu: Setelah pertemuan keluargaSP. 1 Keluarga

4 Merawat klien mampu menjelaskan tentang: Identifikasi masalah yang ada Diharapka keluarga dapat

isolasi sosial Masalah isolasi sosial dandihadaopan keluarga dalam merawat merawat klien dengan benar

7
dirumah dampaknya pada pasien klien. dan baik.
Penyebab isolasi sosial Penjelasan tentang masalah yang ada Diharapkan keluarga dapat
Sikap keluarga untuk
pada klien (isolasi Sosial). mengerti dampak, penyebab,
membantu pasien mengatasiCara perawatan klien dengan isolasi
dan tanda gejalanya
isolasi sosialnya sosial.
Pengobatan yangLatih (simulasi)
RTL keluarga/jadwal keluarga untuk
berkelanjutan dan untuk
merawat klien.
mencegah putus obat
Tempat rujukan dan fasilitas

kesehatan yang tersedia bagi

pasien
SP.2 Keluarga

5 Evaluasi kegiatan sebelumnya (Sp 1). Diharapkan keluarga dapat


Latih keluarga/klien dihadapan keluarga
melakukannya dengan benar
dan klien
RTI keluarga/klien untuk merawat klien.
SP.3 Keluarga
Diharapkan keluarga dapat
6 Evaluasi kegiatan sebelumnya (Sp 1 dan
melakukannya dengan benar

8
2).
Latih keluarga/klien dihadapan keluarga

dank lien
RTI keluarga/klien untuk merawat klien.
SP.4 Keluarga

7 Evaluasi kemampuan keluarga Mengetahui tingakat


Evaluasi kemampuan pasien
Rencana tindak lanjut keluarga keberhasilan implementasi
Follow up
Rujukan

9
4. Implementasi Keperawatan

Merupakan langkah ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan

melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah

direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau

tidak.

4
BAB III

LAPORAN HASIL

A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 10 juli 2015
Ruangan : Flamboyan
1. Identitas Klien
Nama : Ny. Y
U mur : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Lengkap: Ampang RT 03 RW 07
Tanggal Masuk : 4 juli 2015
No MR :-
Informan : Klien dan status rekam medic
2. Alasan Masuk
Klien masuk IGD pada tanggal 4 juli 2015 jam 12.30 dengan keluhan :

bebicara sendiri, tertawa sendiri, bicara kotor, marah-marah tanpa sebab,

pandangan tidak tentu, merusak alat rumah tangga jika marah, tindakan yang

dilakukan keluarga terhadap klien saat dirumah tidak ada, keluarga langsung

membawa klien ke IGD RSJ Prof Dr. HB Saanin Padang.

3. Faktor Presdidposisi
a. Klien Pernah mengalami gangguan jiwa kurang lebih 10 tahun yang lalu.
b. Dengan penyakit yang diderita klien, klien mendapat obat jalan dirumah,

yaitu haloperidol 3 x 2,5 mg, trihexyphenidil 2x 2 mg, dan clorpomazine


47
1x 100 mg, tapi tidak berhasil pengobatannya tersebut, karena klien putus

obat sehingga penyakitnya dulu kambuh lagi karena tidak ada anggota

keluarga klien yang mengontrol klien untuk minum obat.


c. Aniaya fisik, klien pernah menjadi korban aniaya fisik di dalam keluaga,

yaitu di pukul dengan kayu di bagian punggungnya oleh ibunya sendiri

5
saat klien remaja, dan klien tidak pernah menjadi pelaku dan saksi dalam

aniaya fisik, Aniaya seksual, klien tidak pernah menjadi pelaku,saksi dan

korban dalam aniaya seksual, Penolakan, klien pernah menjadi korban

penolakan dala keluarga yaitu dianggap sebagai anak tiri dalam anggota

keluargannya.

Pada saat pengkajian didapat data objektif, klien tampak diam dan

tidak mau berinteraksi dengan orang lain, klien lebih banyak menunduk

dank lien memalingkan kontak mata dari perawat saat diajak brbicara,

Kekerasan dalam rumah tangga, klien pernah menjadi korban kekerasan

dalam keluarga saat klien berusia remaja, klien, pernah menjadi pelaku

kekerasan dalam rumah tangga yaitu ingin memukuin memukul,

membanting alat rumah tangga, Tindakan criminal, klien pernah menjadi

korban tindakan kriminal, tidak pernah menjadi pelaku dan saksi dalam

tindakan kriminal.

MK : Gangguan proses keluarga dan Respon pasca trauma

d. Klien mengatakna tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit

gangguan jiwa seperti yang dialami klien saat ini.

MK : Tidak ada masalah keperawatan

e. Klien pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu

klien mengalami penolakan dalam keluarga seperti : dianggap seperti

bukan anak kandung sendiri, klien tampak sedih.

6
MK : Gangguan proses keluarga

4. Fisik
Tanda-tanda vital
Tekanan darah :120/80 mmHg
Pernafasan : 20 x/i
Nadi : 82 x/i
Suhu : 36
Berat badan : 40 kg
Tinggi Badan : 150 kg
Keluhan fisik :
Klien mengeluh rasa sakit pada pungungnya karena ada luka bekas jatuh

kedalam sumur.

MK : Kerusakan integritas kulit


5. Psikososial
a. Genogram

Ket :
: Laki-laki : Klien
: Perempuan : Orang terdekat
: Laki-laki meninggal : Tinggal serumah

7
: Perempuan meninggal

Klien adalah anak ke-2 dari 5 bersaudara, ibu klien sudah meninggal dan klien

sekarang sudah menikah. Orang yang tinggal serumah dengan klien adalah

suami dan ayah klien, tidak ada keluarga klien yang menderita penyakit

gangguan jiwa seperti yang dialami klien saat ini.


b. Konsep Diri
1. Citra tubuh
Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya, namun yang tidak disukai

adalah rambutnya karean rambut klien sangat pendek dan keriting tidak sesuai

dengan yang diinginkan klien.


2. Identitas diri
a. Klien merupakan anak ke-2 dari 5 bersaudara, dan klien sudah menikah,

sekarang dikaruniai 2 orang anak laki-laki yang kembar, klien bekerja sebagai

ibu rumah tangga.


b. Klien merasa tidak puas posisinya didalam rumah tangga sehingga klien

merasa tidak berarti. namun sebagai wanita klien merasa puas.


c. Klien merasa puas sebagai perempuan.
3. Peran diri
a. Klien bertugas sebagai ibu rumah tangga dan klien tidak dapat melaksanakan

tugasnya sebagai ibu rumah tangga.


b. Klien tidak berperan di dalam masyarakat. Saat pengkajian klien tampak

menyendiri, klien merasa tidak berguna, pandangan hidup pesimis,bicara

lambat, lebih banyak menunduk,suara lemah.


4. Ideal diri
a. Harapan klien saat dirawat di RSJ Prof. Dr. HB Saanin Padang, klien

berharap keadaannya baik-baik saja. Keluarga bisa menerima selayaknya anak

kandung.
b. Klien juga berharap lingkungannya dapat menerima klien dengan baik.
c. Klien berharap penyakitnya bisa disembuhkan.

8
5. Harga Diri
a. Klien mengatakan malu terhadap dirinya sendiri karena klien tidak bisa

menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga, klien mengatakan suka

dilecehkanoleh orang lain dilingkungannya, klien kurang percaya diri dalam

berhubungan dengan orang lain, klien merasa tidak mampu melakukan

aktivitas sehari-hari.
b. Klien dianggap sebagai anak tiri, klien juga merasa tidak dianggap dalam

keluargannya, klien tampak sedih tidak ada keluarga yang mengunjunginya,

klien tampak selalu mengkritik dirinya sendiri, klien tampak tidak mau

bergaul dengan orang lain.


MK : Gangguan Harga Diri Rendah

c. Hubungan sosial
a. Klien mengatakan mempunyai hambatan dalam melakukan hubungan sosial

dengan orang lain dalam kehidupannya, klien mengatakan tidak merasa aman

jika berada diantara orang lain, klien merasa kesepian dan klien merasa

ditolak dalam keluargannya karena dianggap sebagai anak tiri, klien juga

mengatakan tidak bisa/tidak mampu berkosentrasi dalam membuat keputusan,

klien mengatakan dirinya tidak berguna di dalam keluarganya, klien tampak

tidak mempunyai teman dekat, klien tampak menarik diri, klien tampak sedih

dan selalu menyendiri.


b. Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan kelompok dalam masyarakat.
c. Klien mengatakan tidak terlibat dalam kegiatan kelompok dalam masyarakat
MK : Isolasi Sosial

d. Spiritual
1. Nilai dan Keyakinan, Klien mengatakan yakin dengan agama islam yang

dianutnya.

9
a. Klien mengatakan beragam islam dan klien mengerti tentang ajaran islam,

tetapi tidak klien shalat, klien mengatakan tidak merasa bersalah tidak

melakukuan shalat.
b. Klien mengatakan masyarakat disekitarnya menjauhi klien karena klien

diaggap sebagai orang gila.

2. Klien tidak ada melakukan kegiatan selama klien sakit.


a. Klien mengatakan selama dirumah klien ada melaksanakan kegiatan

ibadah seperti shalat lima waktu.


b. Klien mengatakan kegiatan ibadah itu perlu dilakukan, apalgi shalat lima

waktu.

MK : Distres spiritual

e. Status Mental
1. Penampilan
a. Dari data observasi yang didapat, penampilan klien tidak rapi, rambut

klien berantakan, mulut klien terlihat kotor.


b. Baju klien jarang diganti, dan klien tampak tidak menggunakan sandal,

klien juga mengatakan tidak mau mengganti bajunnya karena itu adalah

baju kesanyanyangannya.
c. Klien tampak tidak bisa berpakain dengan baik, sesuai dengan waktu,

tempat dan sikon.


d. Klien mengatakan tidak mau menyisir rambutnnya yang sudah pendek,

klien juga mengatakan malas untuk mandi karena airnya dingin.

MK : Defisit Perawatan Diri

2. Pembicaraan

10
a. Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatak malas berbicara, klien

mengatakan lebih senang berdiam diri, klien tampak berbicara dengan pelan,

suara klien lambat dan klien juga tidak mampu untuk memulai pembicaraan.
b. Klien tampak sering mengalihkan pembicaraan yang ditanyakan.
MK : Hambatan Komunikasi

3. Aktivitas motorik
a. Pada saat pengkajian klien tampak lesu, sukar bergerak, dan malas untuk

bangun dari tempat tidur, klien juga mengatakan badannya tersa lemah, klien

mengatakan kepalanya pusing jika dibawa duduk dan klien jugan

mengatakansusah untuk berjalan karena sakit pada bagian pinggang

belakangnya akibat jatuh masuk kedalam sumur, sehingga klien

membutuhkan bantuan perawat dan orang lain dalam melakukan aktivitas

sehari-hari.
b. Klien tampak gelisah(angitasi).
c. Klien terlihat gelisah (tik).
d. Gerakan otot muka klien selalu berubah jika ada hal yang membuat klien

sedih dan senang.


e. Jari-jari klien tidak terlihat tremor.
f. Tidak ada kegiatan yang dilakukan klien secara berulang-ulang.
MK : Intoleransi Aktifitas

4. Alam Perasaan
a. Klien mengatakan sedih jika bayangan-bayangan palsu itu muncul.
b. Klien mengatakan merasa takut dengan hal-hal sensasi palsu yang

dideritannya, seperti melihat bayangan-bayangan yang tidak ada dan

mendengar suara-suara.
c. Klien mengatakan merasa kwatir dengan hal-hal sensasi palsu yang

dideritannya, seperti melihat bayangan-bayangan yang tidak ada dan

mendengar suara-suara.

11
d. Dari data objektif yang didapati, klien tampak sedih, putus asa, dan klien

banyak menangis, serta klien cemas dengan suara-suara dan byangan dari

sensasi palsu tersebut.


MK : Ketakutan

5. Afek
a. Afek klien datar, terlihat ada perubahan pada roman muka klien saat stimulus

menyenangkan dan menyedihkan.


b. Afek klien tidak tumpul.
c. Afek klien labil dibuktikan dengan cepatnya emosi berubah dari senang ke

sedih jika ada hal yang membuat klien sedih. Klien juga mengatakan sedih

jika teringat masa lalunnya atau saat ibunnya meninggal.


d. Afek klien tidak sesuai, ditunjukkan dengan emosi yang bertentangan dengan

stimulus yang ada.


MK : Hambatan Komunikasi

6. Interaksi selama wawancara


a. Pada saat diwawancarai klien tampak tidak kooperatif atau mudah

tersinggung.
b. Pada saat klien berinteraksi dengan perawat kontak mata klien kurang, klien

kurang menatap lawan bicara, lebih suka menunduk, ketidak mampuan

memulai pembicaraan, klien juga mengatakan tidak mampu memulai

pembicaraan, klien mengatakan tidak mampu membina hubungan dengan

orang lain, klien juga merasa bosan dalam menghabiskan waktunnya saat

diwawancarai.
c. Klien tampak selalu mempertahankan pendapatnya yang diaggap selalu benar.
d. Klien mengatakan kurang percaya diri saat diwawancarai oleh perawat.

MK : Isolasi Sosial

12
7. Perasepsi
a. Halusinasi pendengaran dan penglihatan.
b. Klien mengatakan sewaktu dirumah klien prnah mendengar bisikan-bisikan

yang mempengaruhi klien serta melihat bayangan-bayangan yang menyuruh

klien untuk bunuh diri, dalam satu hari bayangan itu muncul sebanyak 3x,

yaitu saat siang hari, mgrib dan tengah malam, respon klien melihat bayangan

itu bias saja, karena bayangan tersebut sudah sering mendatangi klien,tetapi

sejak sudah di rawat di RSJ Prof. Dr. HB Saanin padang klien sudah jarang

medengar bisikan-bisikan atau bayangan-bayangan yang menyuruh dirinya

untuk bunuh diri.


Mk : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran dan penglihatan

8. Proses/ Arus piker


a. Pembicaraan klien tidak sirkumtansial, ditunjukan dengan klien bisa

menjawab pertanyaan perawat sampai tujuan.


b. Klien tampak tangensial, karena pembicaraan klien berbelit-belit tapi sampai

ketujuan.
c. Pembicaraan klien tampak tidak tidak ada hubungannya antara satu kalimat

dengan kalimat lain dank lien tidak menyadarinnya.


d. Pembicaraan klien sampai ketunjuan yang ditanyakan.
e. Pembicaraan klien lancar tanpa gangguan eksternal.
MK :Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi pikir
a. Klien tidak mengalami obsesi.
b. Klien tidak mengalami phobia.
c. Klien tidak mengalami hipokondria.
d. Klien tidak tampak deporsonalisasi.
e. Klien tidak mengalami ide terkait.
f. Klien tidak mengalami pikiran magis.
g. Tidak ada waham agama, somatik, kebesaran, curiga dan nihilitik yang

dialami klien.

13
MK :_Tidak ada masalah keperawatan

10. Tingkat kesadaran


a. Klien tidak terlihat bingung saat diwawancarai.
b. Klien tidak mengalami sedasi (merasa melayang-layang antara sadar atau

tidak).
c. Klien tidak mengalami stupor.
d. Klien dapat berorientasi pada waktu, tempat, dan orang lain.

MK : Tidak ada masalah keperawatan

11. Memori
a. Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, karean klien

dapat menceritakan hal-hal masa lalunya.


b. Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka pendek, karena klien

dapat mengingat kejadian dalam minggu terakhir.


c. Klien tidak mengalami gangguan daya ingat saat ini, karena klien dapat

mengingat kejadian hari ini.


d. Klien tidak mengalami konfabulasi (pembicaraan yang tidak sesuai dengan

kenyataannya).
MK :tidak ada masalah keperawatan

12. Tidak kosentrasi dalam berhitung


a. Perhatian klien tidak mudah dialihkan.
b. Klien mampu berkosentrasi
c. Klien mampu berhitung dengan benar dibuktikan dengan klien bisa

menjumlahkan 6 x 6 = 36 dan 55 20 = 35.


MK :Tidak ada masalah keperawatan

13. Kemampuan penilaian


a. Klien tidak mengalami gangguan penilaian ringan karena, klien mampu

mengambil penilaian dalam mengambil keputusan.


b. Klien tidak mengalami gangguan penilaian bermakna.

14
c. Contoh pilihan yang diberikan kepada klien untruk memilih mandi dulu

sebelum makan atau makan dulu baru mandi, klien memilih mandi dulu baru

makan.

MK :Tidak ada masalah keperawatan

14. Daya tarik diri


a. Klien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan jiwa.
b. Klien menganggap orang lain sebagai penyebab klien klien mengalami

gangguan jiwa.

MK : Gangguan proses piker

6. Kebutuhan persiapan pulang


a. Makan
a. Klien mengatakan makan 3 x sehari, porsi makan 1 piring tapi klien tampak

tidak menghabiskan makanan.


b. Klien tampak belum mampu menyiapakan makanan dengan baik.

MK : Perubagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

b. BAB/BAK
1. BAB/BAK klien tidak ada masalah, bisa menggunakan toilet dengan

baik dan tahu dimana tempak toilet.


2. Klien bias membersihkan diri dan merapikan alat-alat.
MK :Tidak ada masalah keperawatan

c. Mandi
1. Klien mengatakan mandi 2 x sehari, gosok gigi tidak ada, cuci rambut

tiap pagi tapi tidak penah menggunakan sampo.


2. Kebersihan diri klien kurang bersih.
MK :Gangguan pemeliharaan Kesehatan

d. Berpakaian
1. Klien tidak mampu memilih pakaian sendiri.
2. Penampilan klien tampak tidak rapi.

15
3. Klien jarang mengganti pakaiannya setelah mandi, karena klien kaian

itu adalah pakaian kesukaannya.


4. Klien kurang bisa mengambil, memilih pakaian yang akan dikenakan.
MK : Gangguan pemeliharaan kesehatan

e . Istirahat dan tidur


1. Klien mengatakan lama tidur siang 2 jam, tidur malam klien 8 jam,

dan klien mengatakan tidur malamnya sangat nyenyak.


2. Klien mengatakan aktivitas yang dilakukan klien sebelum adalah

berdoa.
3. Klien mengatakan aktivitas yang dilakukan klien sesudah bangun tidur

adalah merapikan tempat tidur.


MK : Tidak ada masalah keperawatan

f. Penggunaan obat
a. Klien mengatakan frekuensi, jenis, cara, dosis dan waktu minum obat

klien diatur oleh perawat, klien patuh dalam teraphy minim obat.
b. Klien mengatakan tidak ada reaksi obat setelah klien minum obat.
MK : Tidak ada masalah keperawatan

g. Pemeliharaan kesehatan
a. Klien mengatakan untuk melakukan perawatan dan pengobatan lanjut,

klien di bantu keluarga dan di bawa kepelayanan kesehatan.


b. Sistem pendukung yang dimiliki klien adalah keluarga.
MK : Tidak ada masalah keperawatan

h. Kegiatan didalam rumah


a) Klien mampu merencanakan kegiatan didalam rumah dan menyajikan

makan dengan baik.


b) Klien mampu merapikan rumahnya dengan baik, seperti merapikan tempat

tidur, membersihkan dapur dan mengepel rumahnya.


c) Klien mampu mencuci pakain dengan bersih.

16
d) Klien mampu mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
MK : Tidak ada masalah keperawatan

i. Kegiatan diluar rumah


a) Klien mengatakan membutuhkan bantuan orang lain untuk belanja

kebutuhannya sehari-hari.
b) Klien mengatakan tidak pernah berbelanja keluar rumah dengan jalan kaki,

klien mengatakan kadang diantar oleh suaminya.


c) Klien mengatakan tidak ada kegiatan lain diluar rumah yang dilakukan klien.
MK : Prilaku mencari bantuan kesehatan

7. Mekanisme Koping
a) Koping adaptif
1) Klien mampu mengendalikan diri dalam berbicara dengan ornag lain.
2) Klien mengatakan kurang mampu menyelesaiakn masalah sendiri,

klien membutuhkan bantuan orang lain.


3) Klien mampu melakukan teknik relaksasi dengan bantuan perawat.
4) Klien tidak pernah melakukan aktivitas kontruktif
5) Klien mengatakan kadang ikut melakukan olah raga dipagi hari.
b) Koping Maladaptif
1) Klien mengatakan tidak pernah minum-minuman alkohol.
2) Reaksi klien tampak lambat jika mau melakukan sesuatu.
3) Klien mengatakan tidak pernah bekerja yang terlalu berlebihan.
4) Klien tampak menghindar dari orang lain.
5) Klien tampak mencerai diri atau tidak mau berkumpul dengan orang

lain.
MK ; Gangguan penyesuaian diri

8. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Dari data yang didapat dari klien selama wawancara klien mengatakan di

lingkungan tempat tinggalnya klien pernah diejek oleh orang lain, klien

17
dianggap sebagai orang gila, dan di dalam keluargannya klien dianggap

sebagai anak tiri sehingga klien merasa tidak berguna didalam kelurganya.
MK : Harga diri rendah

9. Pengetahuan
Dari hasil data wawancara tentang penyakit jiwa klien mengatakan kurang

mengerti, karena klien mengagap bahwa dirinya tidak gila. Tentang faktor

presdisposisi klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa dan sudah

mendapatkan obat, tapi klien mengatakan putus obat karena klien

mengganggap bahwa dirinnya sudah sembuh dan keluargannya juga tidak ada

yang mengontrol klien untuk minum obat, klien juga mengatakan kurang

mengerti tentang fungsi-fungsi obat tersebut, yang klien tau obat tersebut bias

meredakan emosinya disaat klien sedang marah.


MK : Ketidak efektifan penelaksanaan program terapeutik
10. Aspek medik
a) Diagnosa medik
Skizo paranoid
b) Teraphy medik
- Haloperidol 3 x 2,5 mg
- Trihexyphenidil 2 x 2 mg
- Clorpromazine 1 x 100 mg

ANALISA DATA

NO DATA MASALAH

1 Data Subjektif : Gangguan persepsi sensori : Halisinasi


- Klien mengatakan sebelum

18
masuk RSJ Prof Dr. HB pendengaran dan penglihatan
Saanin Padang klien pernah
mendengar bisikan-bisikan
yang mempengaruhi klien,
dan sering melihat
bayangan-bayangan yang
menyuruh klien untuk bunuh
diri.
Data Objektif :
- Klien tampak tertawa sendiri
dan menunjuk-nunjuk kearah
tertentu.

2 Data Subjektif : Isolasi Sosial


1. Klien mengatakan
mempunyai hambatan dalam
berhubungan dengan orang
lain terdekat dalam
kehidupannya.
2. Klien mengatakan tidak
merasa aman jika berada
diantara orang lain.
3. Klien mengatakan merasa
kesepian karena tidak ada
keluarga yang
mengunjunginnya.
4. Klien mengatakan tidak
mampu berkosentrasi dalam
membuat keputusan.
5. Klien mengatakan tidak
mampu membina hubungan

19
dengan orang lain.
Data Objektif :
1. Klien tampak tidak
mempunyai teman dekat.
2. Klien tampak menarik diri
atau selalu menyendiri.
3. Klien tampak sedih.
4. Kontak mata klien kurang.
5. Klien kurang menatap lawan
bicara.
6. Klien tampak suka
menunduk.

3 Data Subjektif : Harga Diri Rendah


1. Klien mengatakan malu
tehadap dirinya sendiri
karena tidak mampu
menjalankan perannya
sebagai ibu rumah tangga.
2. Klien mengatakan suka
dilecehkan orang lain.
3. Klien mengatakan kurang
percaya diri dalam
berhubungan dengan orang
lain.
4. Klien mengatakan tidak
dihargai oleh orang lain.
5. Klien merasa dianggap
sebagai anak tiri.
6. Klien merasa tidak dianggap
didalam keluargannya.
Data Objektif :
1. Klien tampak sedih tidak ada
keluarga yang

20
mengunjunginya.
2. Klien tampak selalu
mengkritik dirinya sendiri.
3. Klien tampak tidak mau
bergaul dengan orang lain.

4 Data Subjektif : Defisit Perawatan Diri


1. Klien mengatakan malas
mandi.
2. Klien mengatakan malas
mengganti bajunya karena
baju yang dipaki adalah baju
kesanyangannya.
3. Klien mengatakan tidak mau
menyisir rambutnya yang
sudah pendek.
Data Objektif :
1. Klien tampak tidak bersih
dan bau.
2. Klien tampak jarang ganti
baju.
3. Klien tampak tidak
menggunakan sandal.
4. Rambut klien berantakan.
5. Mulut klien tampak tidak
bersih.

5 Data Subjektif : Hambatan Komunikasi


-Klien mengatakan malas
berbicara.
Klien mengatakan lebih senang
berdiam diri.
Data Objektif :
-Klien tampak berbicara lambat
dan pelan.

21
-Klien tampak tidak bias
memulai pembicaraan.

6 Data Subjektif : Intoleransi Aktifitas


-Klien mengatakan susah untuk
berjalan karena sakit dibagian
pinggang belakangnya akibat
jatuh kedalam sumur sewaktu
dirumah.
-Klien mengatakan Kepalannya
pusing jika duduk terlalu lama.
-Klien mengatakan badannya
terasa lemah.
Data Objektif :
-Klien tampak lesu dan lemah
-Klien sukar berjalan.
-Klien tampak malas bangun
dari tempat tidur.

7 Data Subjektif : Ketakutan


-Klien mengatakan merasa
kwatir dan takut dengan hal-hal
sensasi palsu/bayangan dan
suara-suara yang tidak ada.
Data Objektif :
-Klien tampak sedih.
-Klien tampak menangis.
-Klien tampak cemas.

8 Data Subjektif : Gangguan Proses Keluarga


-Klien mengatakan pernah
dipukul ibunya saat remaja.
-Klien mengatakan dianggap
sebagai anak tiri dalam
keluargannya.

22
Data Objektif :
-Klien tampak sedih.
-Klien pernah menjadi pelaku
kekerasan dalam rumah tangga
yaitu memukul anggota
keluarganya.

9 Data Subjektif : Gangguan Penyesuaian Diri


-Klien mengatakan kurang
mampu menyelesaikan masalah
sendiri, kliem membutuhkan
orang lain.
Data Objektif :
-Klien tampak lambat dalam
melakukan hubungan dengan
orang lain.
-Klien tampak menghindar dari
orang lain.
-Klien tampak mencerai atau me
nghindar dari orang lain.

10 Data Subjektif :
-Klien mengatakan beragama
islam dan mengerti tentang
ajaran islam tapi klien tidak
melakukan shalat.
-Klien mengatakan tidak merasa
bersalah tidak melakukan shalat.
Data Objektif :
-Klien tampak biasa tidak
melaksanakan shalat.

Masalah Keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah

23
3. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran dan penglihatan
4. Defisit Perawatan Diri
5. Hambatan Komunikasi
6. Intoleransi Aktifitas
7. Ketakutan
8. Gangguan proses keluarga
9. Gangguan penyesuain diri
10. Distres spiritual

Pohon Masalah
(Akibat) Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

(Masalah Utama) Hambatan komunikasi Isolasi Sosial DPD

(Penyebab) Distres spiritual HDR

(Penyebab dari penyebab HDR) Gangguan proses keluarga

Ketakutan
Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran dan penglihatan
4. Defisit Perawatan Diri

24
D. Rencana Keperawatan

Rencana Keperawatan Pada Ny. Y Dengan Isolasi Sosial


Diagnosa Perencanaan
No Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
1 Isolasi sosial Pasien mampu : Setelah 6 x pertemuan pasien SP 1 Pasien (Tanggal 10 juli 2012

Menyadari dapat : Pertemuan pertama ) Mengetahui penyebab isolasi


19. Identifikasi penyebab
penyebab isolasiMembina hubungan saling
20. Siapa yang satu rumah dengan pasien soaial dan memudahkan
21. Siapa yang dekat dengan pasien? Apa
sosial percaya dalam intervensi selanjutnya.
Berinter-aksi Menyadari penyebab isolasipenyebabnya?
22. Siapa yang tidak dekat dengan pasien apa
dengan orang lain sosial, keuntungan dan
sebabnya? Apersepsi dengan pasien dan
kerugian berinteraksi dengan
23. Tanyakan keuntungan dan kerugian
menambah pengetahuan
orang lain berinteraksi dengan orang lain
Melakukan interaksi dengan
24. Tanyakan pendapat pasien tentangpasien tentang keuntungan

orang lain secara bertahap kebiasaan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak
25. Tanyakan apa yang menyebabkan pasien
berinteraksi
tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
26. Diskusikan keuntungan bila pasien

memiliki banyak teman dan bergaulMenambah pengetahuan dan

4
akrab dengan mereka keterampilan pasien dalam
27. Diskusikan kerugian bila pasien hanya
berkenalan dengan orang lain.
mengurung diri dan tidak bergaul dengan

orang lain
28. Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap

kesehatan fisik pasien Latih berkenalan


29. Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi

dengan orang lain


30. Berikan contoh cara berinteraksi dengan

orang lain
31. Beri kesempatan pasien mempraktekan

cara berinteraksi dengan orang lain yang

dilakukan dihadapan perawat


32. Mulailah bantu pasien berinteraksi

dengan satu orang teman / anggota

keluarga
33. Bila pasien sudah menunjukan kemajuan

tingkatkan jumlah interaksi dengan 2, 3,

5
4 orang dan seterusnya
34. Beri pujian untuk setiap kemajuan

interaksi yang telah dilakukan oleh

pasien
35. Siap mendengarkan ekspresi perasaan

pasien setelah berinteraksi dengan orang

lain, mungkin pasien akan

mengungkapkan keberhasilan atau

kegagalannya, beri dorongan terus

menerus agar pasien tetap semangat

mengingatkan interaksinya
36. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
-Setelah 11 x pertemuanSP 2 Pasien ( Tanggal 12 juli 2012 Mengetahui perkembangan

2 pasien mampu berinteraksipertemual ke-11 ) pasien dan data dasar untuk

dengan orang lain secaraEvaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) intervensi selanjutnya
Latih berhubungan sosial secara Menumbuhkan keterbiasaan
bertahap
dan motivasi untuk

6
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien berinteraksi
Mendisiplinkan dan melaitih

pasien untuk terus berkenalan


-Setelah 15 x pertemuanSP 3 Pasien ( Tanggal 13 juli 2012 Mengetahui perkembangan

3 pasien mampu : pertemuan ke-15 ) pasien dan data dasar untuk


Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & 2)
-Menyebutkan kegiatan yangLatih cara berkenalan dengan dua orangintervensi selanjutnya
Menumbuhkan keterbiasaan
sudah dilakukan. atau lebih
dan motivasi untuk
-Mampu berinnteraksi secaraMasukkan dalam jadwal kegiatan pasien
berinteraksi dengan orang
bertahap, berkenalan dengan 2
yang lebih banyak
orang / lebih. Memotivasi pasien untuk

terus berinteraksi dengan

orang lain

7
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Nama : Ny.Y
No MR : -

NO Diagnosa Hari/ tgl/ Implementasi Evaluasi Tanda


Keperawatan jam tangan
1 Isolasi Sosial Rabu/ 11 -Mengevaluasi SP S : Klien Dewi
juli 1 dan SP II mengatakan Lestari
2012/jam klien mau
11.00 wib -Mengajarkan berkenalan
klien berinteraksi dengan orang
secara berharap lain.
berkenalan
dengan dua orang/ O : -Klien
lebih. tampak mulai
berinteraksi
-Susun jadwal -Klien tampak
latihan berkenalan banyak diam
dengan orang lain
secara bertahap A : -Klien
dalam kegiatan. kadang-kadang
disuruh dulu
baru mau
berkenalan
dengan orang
lain

P : -Optimalkan
SP III
( Berkenalan
dengan 2 orang /
lebih )
-Tempat: Diteras
kamar
-Topik:
Berkenalan
dengan dua
orang lain/lebih

4
-Waktu: 11.00
Wib
2 Isolasi Sosial Kamis/12 -Mengevaluasi S : Klien Dewi
juli kegiatan harian mengatakan Lestari
2012/11.00 klien. klien mau
Wib berkenalan
-Memberikan dengan orang
kesempatan klien lain.
berkenalan
dengan 2 orang/ O : -Klien
lebih. tampak mulai
berinteraksi
-Memasukan -Klien tampak
dalam jadwal banyak diam.
harian klien
A : -Klien
kadang-kadang
disuruh dulu
baru mau
berkenalan
dengan orang
lain.

P : -Optimalkan
SP III
( Berkenalan
dengan 2 orang /
lebih )
-Tempat: Diteras
kamar
-Topik:
Berkenalan
dengan dua
orang lain/lebih
-Waktu: 11.00
Wib
3 Isolasi Sosial Jumat/13 -Mengevaluasi S : -Klien Dewi
juli kegiatan harian mengatakan Lestari
2012/12.30 klien. sudah bias

5
Wib berkenalan
-Memberikan dengan 2 orang
kesempatan klien atau lebih.
berkenalan
dengan 2 orang/ O : -Klien
lebih. mampu
berkenalan
-Memasukan dengan 2 orang
dalam jadwal atau lebih
harian klien. .
A : -Klien sudah
mampu
berkenalan
dengan 2 orang
atau lebih.

P : -Optimalkan
SP III
(Berkenalan
dengan 2 orang
atau lebih).
-Tempat :
Diteras
-Waktu : 11.00
Wib
4 Isolasi Sosial Sabtu/14 -Mengevaluasi S : -Klien Dewi
juli kegiatan harian mengatakan Lestari
2012/11.00 klien. sudah bias
Wib berkenalan
-Memberikan dengan 2 orang
kesempatan klien atau lebih.
berkenalan
dengan 2 orang/ O : -Klien
lebih. mampu
berkenalan
-Memasukan dengan 2 orang
dalam jadwal atau lebih.
harian klien A : -Klien sudah
mampu

6
berkenalan
dengan 2 orang
atau lebih.

P : -Optimalkan
SP III
(Berkenalan
dengan 2 orang
atau lebih).
-Tempat :
Diteras
-Waktu : 11.00
Wib

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

7
Pada pengkajian penulis menemukan kesenjangan antara teori dan

kasus pada etiologi di teori disebutkan predisposisi dari gangguan sensori

persepsi: halusinasi pendengaran yaitu faktor perkembanga, faktor sosial

budaya, faktor biologis, factor psikologis,

Pada perencanaan berdasarkan core problem pada teori adalah isolasi

sosial,, sedangkan pada kasus core problem yang ditemukan adalah Isolasi

sosial dapat disi mpulkan core problem antara teori dan kasus tidak ada

perbedaan.

B. Saran
Semoga apa yang penulis tuangkan dalam studi kasus ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa

keperawatan, yang dapat digunaka sebagai pedoman dalam pembuatan studi kasus

berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Kelliat, S.Kp, M.App.Sc. 2009, Penerbit Buku Kedokteran: EGC
Budi Anna Keliat.2001, Penerbit Buku Kedokteran: EGC

Fitria, nita. 2010. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan

Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Salemba Medika.

8
Keliat, Budi anna. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC

Rasmun,.(2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegresi dengan

Keluarga.Edisi 1.Jakarta : PT. Fajar Interpratama

Stuart, GW and Sundeen, SJ. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa.Edisi 3.Jakarta

:EGC.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (2001). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan).

Edisi 3, EGC, Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi