Vous êtes sur la page 1sur 14

Laporan pendahuluan

Dan
Asuhan keperawatan
Cephalopelvic Disproportion

Oleh
Halimatus S
(2010.01.084)

Prodi S1 keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hafsawaty
Zainul Hasan Genggong
2013

1
1. Definisi

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu bentuk


ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu. (Reader,
1997).
Disproportion Cephalopelvic atau sering di singkat CPD adalah ketidak
selarasan atau ketidakseimbangan antara kepala janin dan pelvis.
(Rustam , 1998)
Cephalopelvik Disproportion (CPD) atau Disproporsi sefalo-Pervik adalah
ketidak cocokan antara kepala janin dan bagian pervis tertentu yang harus
dilaluinya (Kamus Kebidanan).

2. Insiden

Ini jarang terjadi. CPD terjadi pada sekitar 1 dari 250 kehamilan
dan membutuhkan kelahiran sesar.Untungnya,bahkan jika telah didiagnosa
dengan CPD, bukan berarti semua pengiriman masa depan akan berada di
bawah pisau. Penelitian menunjukkan lebih dari 65 persen wanita yang
telah CPD pada kehamilan sebelumnya mampu memiliki persalinan
vagina waktu berikutnya sekitar.

3. Etiologi
Menurut Hamilton (1999) CPD disebabkan oleh :

2
a. Panggul ibu yang sempit.
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan
anamnesa.Misalnya pada tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis.
Pada wanita dengan tinggi badan yang kurang dari normal ada
kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti
seorang wanita dengan tinggi badan yang normal tidak dapat memiliki
panggul sempit.

Jenis panggul wanita Indonesia. (Djaka dan Moeljo)

1. Ginekoid 64,2%
Dengan pintu atas panggul yang bundar atau dengan diameter
transversa yang lebih panjang sedikit daripada diameter antero-
posterior dan dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang
cukup luas
2. Antropord 16,3%

3
Dengan diameter antero-posterioryang lebih panjang dari pada
diameter transversadan dengan arkus pubis menyempit sedikit

3. Platipelord 13,6%

Denagn diameter antero-posterior yang jelas lebih pendek daripada


diameter transversa pada pintu atas panggul dan dengan arkus pubis
yang luas

4. Android 2,2%
Dengan bentuk atas panggul segitiga berhubungan dengan
penyempitan kedepan dengan spina ishiadica menonjol ke dalam dan
dengan arkus pubis menyempit
1. Penyempitan pintu atas panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter


anterioposterior terpendeknya (konjugata vera) kurang dari 10 cm atau
apabila diameter transversal terbesarnya kurang dari 12 cm.
2. Penyempitan pintu tengah
Penyempitan pintu tengah panggul lebih sering dibandingkan pintu
atas panggul.Hal ini menyebabkan terhentunya kepala janin pada
bidang transversal sehingga perlu tindakan forceps tengah atau seksio
sesarea.
Kemungkinan penyempitan pintu tengah panggul apabila diameter
interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior panggul tangah
adalah 13,5 cm atau kurang. Ukuran kurang dari 9,5 cm,perlu
diwaspadai kemungkinan kesukaran persalinan.
3. Penyempitan pintu bawah panggul
Penyempitan pintu bawah panggul terjadi bila diameter distantia
intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan pintu bawah
panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.
Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu
besar dalam menimbulkan distosia berat.
b. Ukuran janin yang besar

4
Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada
yang melebihi 5000gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000gram
dinamakan bayi besar. Biasanya untuk berat janin 4000-5000 gram pada
panggul normal tidak terdapat kesulitan dalam proses melahirkan.
4. Patofisiologi
5. Manifestasi klinis
Manifestasi yang mungkin muncul pada dispropotio cepalo pelvis
adalah distosia pintu atas karena kapasitas tengah pelvis lebih kecil
daripada kapasitas pintu atas ,pembengkakan atau kelainan posisi kepala
yang mengakibatkan distosia penghentian penurunan penempatan kepala
pelvis adalah buruk karena dapat mengakibatkan hilangnya kekuatan
yang di perlukan untuk pelebaran servik.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan panggul
Jenis panggul wanita Indonesia. (Djaka dan Moeljo)
1. Gi nekord 64,2%
2. Antropord 16,3%
3. Platipelord 13,6%
4. Andrord 2,2%
b. Pemeriksaan janin

Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada


yang melebihi 5000gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000gram
dinamakan bayi besar. Biasanya untuk berat janin 4000-5000 gram
pada panggul normal tidak terdapat kesulitan dalam proses
melahirkan.

b. USG dapat membantu memperkirakan ukuran bayi

Pemeriksaan foto radiologi untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto

1. Foto pintu atas panggul


Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen
tegak lurus diatas pintu atas panggul
2. Foto lateral

5
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada
trochanter maya samping
Dari keduanya dapat dilihat
Diameter transversa
Distansia Interspinarum
Jenis Pelvik
c. Pemeriksaan Radiologi/ rontgen. Dilakukan dengan cara memotret
panggul ibu, menggunakan alat rontgen. Hasil foto kemudian
dianalisa untuk mengetahui ukuran panggul. Mulai dari pintu atas
panggul, pintu tengah panggul, dan pintu bawah panggul.
7. Penatalaksanaan
a. Persalinan Percobaan
Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi,
termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapar diketahui sebelum
persalinan.Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih
dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi
moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan
menjadi penyulit persalinan percobaan.Pada janin yang besar kesulitan
dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga sebelumnya.
Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan
dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy
medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin
dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya
dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan
pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu
depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah
simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong
memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin
dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri,
penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian
bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan
bahu depan.

6
b. Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat
dengan kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata.
Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila
ada komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang
tak dapat diperbaiki. Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan
selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan perobaan dianggap
gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas
mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.
c. Kraniotomi
Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala
janin dengan cara melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi
tengkorak, sehingga janin dapat dengan mudah lahir
pervaginam.Kraniotomi, terdiri atas perforasi kepala janin, yang
biasanya diikuti oleh kranioklasi.
d. Kleidotomi
Tindakan ini dilakukan setelah janin pada presentasi kepala
dilahirkan, akan tetapi dialami kesulitan untuk melahirkan bahu karena
terlalu lebar. Setelah janin meninggal, tidak ada keberatan untuk
melakukan kleidotomi (memotong klavikula) pada satu atau kedua
klavikula.Dibawah perlindungan spekulum dan tangan kiri penolong
dalam vagina, klavikula dan jika perlu klavikula belakang digunting,
dan selanjutnya kelahiran anak dengan berkurangnya lebar bahu tidak
mengalami kesulitan. Apabila tindakan dilakukan dengan hati-hati,
tidak akan timbul luka pada jalan lahir. Pada janin yang telah mati dapat
dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila panggul sangat sempit
sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio
sesarea.
8. Komplikasi
a. Saat persalinan

Komplikasi yang mungkin muncul dari CPD saat persalinan adalah

persalinan akan berlangsung lama

7
ketuban pecah dini
tali pusat membumbung karena ketuban sudah pecah
moulage kepala akan berlangsung lama
inersia uteri sekunder sampai primer
terjadi simfisiolis dan infeksi intrapartal
edema dan hematoma pada jalan lahir.
b. Pada anak
Akan terjadi infeksi intrapartal
Kematian janin intrapartal
Perdarahan intrapartal cranial
Fraktur tulang kepala karena tekanan yang hebat dari his.
9. Pengkajian

Data Subjektif
a. identitas

Meliputi nama,alamat,umur,pekerjaan,pedidikan,nama suami,pekerjaan


suami,
b. Riwayat kehamilan sekarang
c. Riwayat kehamilan persalinan yang lalu
d. Riwayat kesehatan / penyakit yang diderita sekarang / yang lalu
- Masalah Cardio Vaskuler
- Hypertensi
- DM
- HIV / AIDS
- TBC, dll
e. Riwayat KB
f. Riwayat socsial ekonomi
- Status perkawinan
- Respon ibu / keluarga terhadap kehamilan
- Lingkungan keluarga
- Pola makan
- Kebiasaan hidup
- Beban kerja dan kegiatan sehari-hari

8
g. Riwayat hidup
Data Objektif / Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum

Tanda-tanda vital ( keadaan umum, TD, Temp, Pols )


Pengukuran TB dan BB

b. Pemeriksaan Khusus

Instansi;
Kepala dan leher
Payudara
Abdomen
Tangan dan kaki
Pemeriksaan genetalia ( vulva oeden / tan )
Palpasi ( leopold I, II, III, IV ), TBJ
Auscultasi ( DJJ )
VT
Vagina
Portio
Pembukaan, ketuban
Ukuran panggul dalam
c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
USG
Catatan terbaru dan sebelumnya
10. Diagnose
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b.d pelepasan mediator nyeri
2. Resiko cedera janin b.d distosia
3. Ansietas b.d kondisi dan prognosa penyakit
4. Kelemahan b.d energy banyak yang terkuras
5. Resiko infeksi b.d rupture uteri
6. Kematian b.d g3 neurologis janin

9
7. Berduka b.d kematian
11. Asuhan keperawatan
Pengkajian
a. Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur kira-kira 600-800 ml
b. Integritas ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan
sampai ketakutan, marah atau menarik diri
c. Eliminasi
Kateter urinaria terpasang urin jernih
d. Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi
e. Nyeri/tidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan berbagai sumber
misalnya, trauma bedah ,distensi kandung kemih
f. Keamanan
Balutan abdomen tampak sedikit noda atau kering dan utuh
bebas eritema, bengkak dan nyeri tekan
g. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus, aliran lochea
sedang dan tidak ada bekuan darah yang berlebihan

10
12. Intervensi keperawatan

Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Nyeri akut b.d penekanan jaringan sekitar
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 2x24jam diharapkan nyeri
berkurang
Kriteria Hasil : Nyeri berkurang
Pasien tdk grimace
INTERVENSI RASIONAL

1. Monitor keluhan ibu ( nyeri perut )


2. Monitor tanda vital
3. Menghitung dan menentukan
tafsiran berat janin,
4. menentukan kemajuan persalinan
dengan partograf
Monitor ring bandle

Dx 2 : Resiko cidera b.d penekanan pd kepala janin


Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 2x24jam diharapkan tdk ada
penekanan
Kriteria hasil : Tidak terjadi cidera

INTERVENSI RASIONAL

1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mendeteksi respon abnormal


yang mungkin disebabkan stress
2. Kaji DJJ secara manual atau 2. menentukan letak janin, posisi
electronic dan persentasi dapat
mengidentifikasi faktor faktor

11
yang memperberat disfungsional
persalinan
3. Pantau asupan cairan dan 3. kelebihan cairan
pengeluaran urin. amnion menyebabkan distensi
uterus berlebihan yang
berhubungan dengan anomaly
4. Siapkan metode untuk melahirkan 4.Dapat memudahkan dalam
yang paling layak, bila janin pada persalinan
presentase kening, wajah atau dagu
5. Perhatikan warna dan jumlah 5.Mengetahui jenis karakteristik
cairan amnion bila pecah ketuban. cairan yang keluar

1. Ansietas b.d kurang informasi tentang prosedur dan perawatan sebelum


melahirkan
Tujuan : Klien dapat memahami tentang prosedur proses persalinan dan
bersedia proses persalinan
Kriteria hasil :Klien tidak cemas dengan keadaan

Klien memahami prosedur persalinan


2. Jelaskan prosedur praoperasi dan kemungkinan resiko yang
dapat terjadi (Informed Consent).
3. Berikan kesaksian dalam proses penandatanganan persetujuan
tindakan.

INTERVENSI RASIONAL

1. Observasi tanda tanda vital .


pasien

12
2. Diskusikan dengan klien dan
orang terdekat tentang
prognosis penyakit
3. Jelaskan prosedur persalinan
dan kemungkinan resikp dapat
terjadi SC
4. Berikan kesaksian dalam proses
penandatanganan persetujuan
tindakan.

13
DAFTAR PUSTAKA
1. http://bidankita.com/childbirth/natural-childbirth/299-cepalo-pelvic-
disoroportion-cpd-ketidak-sesuaian-janin-dan-panggul-ibu
2. http://www.scribd.com/doc/91950359/REFERAT-OBGYN-CPD
3. Doengoes & Moorhouse, (2001), RENCANA PERAWATAN
MATERNAL / BAYI Edisi 2, EGC, Jakarta.
4. Cunningham F. Gary OBSTETRI WILLIAMS Edisi 18, Jakarta :
EGC, 2009

14

Vous aimerez peut-être aussi