Vous êtes sur la page 1sur 13

)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN ACTIVITY DAILY LIVING


DENGAN DEMENSIA PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA

The Correlation between Education Degree and Activity Daily Living with Dementia
among Elderly at Nursing Home

Raden Siti Maryam*, Tien Hartini*, Sumijatun*


*Staf Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III
E-mail : rdmaryam@yahoo.com

Abstract

Background: In 2000, the level of prevalence and incidence of dementia in Indonesia 606.100 people and
191.400 people. In the year 2020 is predicted to increase by 1.0168 million people and 314.100 people
(Alzheimer's Disease International, 2006). The increase in the prevalence and incidence of dementia is a
challenge for health care providers see their impact.
Objective : This study aims to identify the determinants of dementia among elderly at Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Region of DKI Jakarta in 2013.
Methods: Non-experimental research design and cross-sectional approach with multiple regression linear
as multivariate analysis have done with 120 elderly.
Results: The results show that there were significant effect between education status and activity daily
living (ADL) with dementia (pvalue: 0.012 and 0.038). The multivariate analysis shows that the most
significant effect of dementia is education status (Beta:0.258).
Conclusion: Expected for PSTW to improving and maintaining intellectual function for the elderly with
activities as remembering, talking, thinking, doing something in order to be more independently and
productive.

Key words: activity daily living, dementia, elderly, independent

Abstrak

Latar Belakang: Jumlah kasus dan kejadian demensia di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 606.100
orang dan 191.400 orang. Pada tahun 2020 diprediksikan akan meningkat sebanyak 1.016.800 orang dan
314.100 orang (Alzheimers Disease International, 2006). Peningkatan jumlah kasus dan kejadian demensia
menjadi tantangan bagi pemberi pelayanan kesehatan melihat dampak yang ditimbulkannya.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
demensia pada lansia.
Metode: Jenis penelitian ini adalah non-eksperimental (observasional) dengan pendekatan cross sectional.
Analisis multivariat menggunakan regresi linear ganda. Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia yang
ada di Panti Sosial Tresna Werdha Wilayah DKI Jakarta dengan sampel berjumlah 120 responden.
Hasil: Ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan demensia (p=0,012) dan ada hubungan
bermakna antara Activity Daily Living dengan demensia (p=0,038). Model multivariat menunjukkan nilai
koefisien determinasi 0,101 artinya kedua faktor tersebut yaitu tingkat pendidikan dan Activity Daily Living
dapat menjelaskan variasi variabel demensia sebesar 10,1 % dan pada uji F menunjukkan kedua variabel
tersebut secara signifikan dapat memprediksi variabel demensia. Faktor yang paling besar pengaruhnya
terhadap demensia adalah tingkat pendidikan (Beta = 0,258).
Kesimpulan: Untuk tetap meningkatkan dan mempertahankan fungsi mental lansia dapat dilakukan
kegiatan mengingat, berbicara, berpikir, berperilaku dan melakukan berbagai pekerjaan agar lansia dapat
tetap mandiri dan produktif.

Kata kunci : Activity Daily Living, demensia, kemandirian, lansia

Naskah masuk: 9 Januari 2015, Review: 16 Februari 2015, Disetujui terbit: 23 Maret 2015

45
Hubungan Tingkat Pendidikan.(Raden Siti Maryam, Tien Hartini, Sumijatun)

PENDAHULUAN pada 1 dari 10 lansia yang berumur di atas 65


tahun (12,3%), dimana insiden demensia
Tujuan pembangunan kesehatan adalah mencapai 15%, dan meningkat dua kali
tercapainya kemampuan untuk hidup sehat setiap kenaikan umur lima tahun. Pada usia
bagi setiap penduduk agar dapat 85 tahun ke atas diperkirakan 50% lansia
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. akan_mengalami_demensia
Pengertian sehat meliputi kesehatan jasmani, (www.pdpersi.co.id).
rohani serta sosial dan bukan hanya keadaan
yang bebas dari penyakit, cacat dan Jumlah kasus dan kejadian demensia di
kelemahan (UU No. 36 Tahun 2009). Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 606.100
Pembangunan kesehatan sendiri menyangkut orang dan 191.400 orang. Pada tahun 2020
bidang yang sangat luas, serta melibatkan diprediksikan akan meningkat sebanyak
hampir seluruh sektor yang ada di negara 1.016.800 orang dan 314.100 orang
kita. Tujuan utamanya adalah peningkatan (Alzheimers Disease International, 2006).
derajat kesehatan masyarakat yang optimal Peningkatan jumlah kasus dan kejadian
untuk mencapai suatu kehidupan sosial dan demensia menjadi tantangan bagi pemberi
ekonomi yang produktif. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan melihat dampak yang
pembangunan kesehatan di Indonesia ditimbulkannya.
diarahkan kepada paradigma sehat yang Perubahan tingkah laku yang dapat terjadi
menekankan kepada interaksi berbagai faktor akibat demensia adalah delusi, halusinasi,
sehingga upaya lebih diarahkan pada depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas,
peningkatan (promotif), pencegahan ketidakmampuan melakukan tindakan yang
(preventif) tanpa mengabaikan upaya berarti, tidak dapat melakukan aktivitas
pengobatan (kuratif) dan pemulihan sehari-hari secara mandiri, marah, melawan,
kesehatan (rehabilitatif) (Depkes, 2003). apatis dan kabur dari rumah. Kondisi ini
Dampak dari meningkatnya derajat menyebabkan lansia demensia memerlukan
kesehatan masyarakat adalah peningkatan perhatian dan perawatan yang khusus dari
usia harapan hidup sehingga berpengaruh pemberi pelayanan (Miller, 2004). Perawatan
terhadap peningkatan populasi usia lanjut yang dapat dilakukan salah satunya adalah
(lansia) dari tahun ke tahun. Peningkatan lansia yang berada dipanti jompo.
jumlah lansia terlihat dari tahun 1990, 1995, Berdasarkan data yang diperoleh dari empat
dan 2000 berturut-turut sebesar 11.28 juta, Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) yang
13.60 juta, dan 15.88 juta (Hardywinoto & berada di wilayah Pemda DKI Jakarta yaitu
Setiabudhi, 2005). Peningkatan jumlah lansia PSTW Cipayung, PSTW Ciracas, PSTW
ini memunculkan kebijakan berupa upaya Cengkareng, dan PSTW Margaguna, jumlah
pembinaan kesehatan lansia yang lansia yang ada sampai bulan Oktober/
dilaksanakan secara terpadu dengan November 2013 masing-masing sebanyak
meningkatkan peran lintas program dan 200 lansia (laki-laki 70 orang dan perempuan
lintas sektor agar lansia mampu untuk 130 orang), 128 lansia (laki-laki 54 orang
mandiri dan tetap produktif (Depkes, 2001). dan perempuan 74 orang), 269 lansia (laki-
Hal ini telah dilakukan oleh Depsos melalui laki 142 orang dan perempuan 127 orang),
pembinaan di Panti Werdha dan program dan 195 lansia (laki-laki 65 orang dan
Pelayanan Lansia Berbasis Masyarakat perempuan 130 orang). Jumlah lansia
(PLBM). perempuan sebagian besar lebih banyak
Kemunduran dan kelemahan yang biasanya daripada jumlah lansia laki-laki di ke empat
diderita oleh lansia dikenal dengan istilah 14 PSTW. Masing-masing PSTW telah
I, salah satunya adalah intellectual melakukan berbagai kegiatan seperti
impairment (dementia). Jumlah penderita kesenian, keterampilan, keagamaan, tetapi
demensia dari tahun ke tahun terus tidak semua lansia dapat mengikutinya.
meningkat dimana menurut WHO tahun Menurut petugas panti, belum pernah
2000 dari 580 juta lansia di dunia sekitar 40 melakukan penilaian fungsi kognitif dengan
juta (6,9 %) mengalami demensia. Demensia MMSE (Mini Mental State Examination) dan
juga dapat terjadi pada lansia usia 55 64 belum ada penelitian yang dilakukan
tahun (7,9%), prevalensi demensia terjadi sekaligus untuk empat panti. Hal ini

46
Hubungan Tingkat Pendidikan.(Raden Siti Maryam, Tien Hartini, Sumijatun)

menandakan bahwa deteksi dini demensia rest/ sakit dan berjenis kelamin perempuan;
pada lansia belum menjadi prioritas. ada lansia yang tidak bersedia dikarenakan
mau istirahat/ tidur, sedang pergi keluar, atau
METODE karena sedang melakukan aktivitas lain
seperti berkebun.
Jenis penelitian ini adalah non-eksperimen Instrumen data memuat karakteristik lansia;
(observasional) dengan pendekatan cross
status fungsional lansia (Basic Activity Daily
sectional yang bertujuan untuk mendapatkan
Living/BADL menggunakan Katz Indeks
gambaran hubungan di antara variabel
(Katz, et.al.,1970) terdiri dari 6 item yang
independen terhadap variabel dependen yaitu
mengukur kemandirian dan ketergantungan
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama
tinggal di panti, tipe ketergantungan, lansia dalam aktivitas sehari-hari yang
merokok, minum beralkohol, hipertensi, sifatnya dasar yaitu mandi, berpakaian,
diabetes, hiperkolesterol, obesitas, dan ADL toileting, berpindah tempat, buang air dan
lansia dengan demensia. Analisis data makan; dan penilaian demensia
dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, menggunakan MMSE (Mini Mental State
dan multivariat. Examination) yang dimodifikasi dari
Folstein, 1975 yang terdiri dari 11 item
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pertanyaan dengan skor tertinggi 30.
lansia yang berada di 4 Panti Sosial Tresna Penilaiannya berupa orientasi, registrasi
Werdha (PSTW) Wilayah Pemda DKI motorik, perhatian dan kalkulasi, recalling,
Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi yaitu bahasa dan copying. Instrumen MMSE
berusia 60 tahun ke atas, dapat membaca dan diujicobakan terhadap 30 lansia yang
menulis, serta bersedia menjadi responden. memiliki karakteristik hampir sama dengan
Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini
responden penelitian. Uji validitas dan
adalah lansia yang sakit/ bedrest dan lansia
reliabilitas instrumen menggunakan pearson
yang tidak dapat berkomunikasi. Sampel
product moment dengan hasil nilai alpha
penelitian didapatkan 120 lansia dari jumlah
Cronbach_0,659.
keseluruhan lansia dari 4 panti yaitu kurang
lebih 520 lansia. Sebagian lansia yang tidak Uji yang digunakan seperti pada tabel 1.
masuk dalam penelitian dikarenakan kurang
lebih 50 % lansia ketergantungan penuh/ bed

Tabel 1. Uji Statistik Yang Digunakan Dalam Penelitian

HASIL %), memiliki kebiasaan merokok (39,2 %),


mengalami obesitas (11,7 %), mandiri
Tabel 2 menunjukkan mayoritas lansia sebagian (6,7 %) dan pernah minum
berusia 65 tahun (73,3 %), laki-laki (54,2 beralkohol (10,0 %). Tabel 3.
%), tingkat pendidikan rendah (80,8 %) Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Lansia
banyak yang tidak tamat atau hanya SD/ (ADL)
SMP, dan lama tinggal dipanti 1 tahun
(65,8 %). Lansia menderita hipertensi (46,7 ADL (Activity of Daily Living) lansia terdiri
%), diabetes (12,5 %), hiperkolesterol (11,7 6 aktivitas yang dilakukan lansia sehari-hari

47
Hubungan Tingkat Pendidikan.(Raden Siti Maryam, Tien Hartini, Sumijatun)

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Lansia

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Lansia

Diagram di atas menunjukkan bahwa adanya


ketergantungan lansia dalam melakukan
aktivitas makan (5,0 %), berpakaian (3,3 %),
ke WC (4,2 %), berpindah (4,2 %), buang air
(4,2 %), dan makan (6,7 %).
Demensia pada lansia
Tabel 4 menunjukkan bahwa lansia yang
menderita demensia sebesar 27,5 %.
Sedangkan pada tabel 5 menunjukkan bahwa
skor minimum penilaian demensia
menggunakan MMSE (Mini Mental State
Examination) adalah 17 dan skor Diagram 1. Distribusi ADL (Activity Daily
maksimumnya adalah 30 dengan rata- Living) Lansia
rata_skor_25,34.

48
Hubungan Tingkat Pendidikan.(Raden Siti Maryam, Tien Hartini, Sumijatun)

Tabel 4. Distribusi Demensia Pada Lansia Tabel 5. Distribusi Penilaian Demensia Pada
Lansia
Demensia Frekuensi Persentase (%)
Skor Skor Rata-
1.Ya 33 27,5 95 % CI
Minimum Maksimum rata Skor
2.Tidak 87 72,5
Jumlah 120 100 17 30 25,34 24,74 25,94

Diagram 2. Distribusi penilaian MMSE lansia

Diagram 2 menunjukkan penilaian demensia mengalami demensia (31,8 %) dibandingkan


yang banyak tidak dapat dijawab atau dengan kelompok usia 60-64 tahun (15,6 %).
dilakukan oleh lansia antara lain tidak dapat Hasil uji statistik diperoleh p value= 0.127,
menyebutkan tahun (35,8 %); tanggal (75,0 yang berarti tidak ada hubungan bermakna
%); nama bulan (51,7 %); dan hari (33,3 %). antara usia lansia dengan demensia. Dari
Begitu pula ketika ditanya keberadaannya nilai OR dapat disimpulkan bahwa usia
sekarang (16,7 %); siapa nama presiden lansia 65 tahun mempunyai peluang 2,520
(29,2 %); dan nama kota (22,5 %). Tidak kali untuk demensia dibandingkan dengan
dapat menyebutkan benda pensil ketika usia 60-64 tahun.
diberikan pensil (15,0 %); tidak dapat
Proporsi lansia yang berjenis kelamin
menuliskan dua kata (58,3 %); dan tidak
perempuan (29,1 %) dan laki-laki (26,2 %)
dapat menggambar dua segilima berpotongan
(43,3 %). mempunyai peluang yang sama untuk
demensia. Hasil uji statistik diperoleh p
Analisis Bivariat value = 0,878 yang berarti tidak ada
hubungan bermakna antara jenis kelamin
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat dengan demensia, tetapi dari nilai OR
hubungan antara variabel independen yaitu diketahui bahwa lansia perempuan
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama mempunyai peluang 1,185 kali untuk
tinggal, penyakit yang diderita (hipertensi, demensia dibandingkan dengan lansia laki-
diabetes, hiperkolesterol), kebiasaan laki.
merokok, obesitas, tipe ketergantungan,
minum beralkohol, dan ADL dengan variabel Hasil analisis hubungan antara pendidikan
dependen yaitu demensia. dan demensia diketahui bahwa proporsi
responden yang berpendidikan rendah
Hubungan karakteristik lansia dengan
demensia ditujukkan pada tabel 6. Tabel berpeluang paling besar (33, 3 %)
tersebut menggambarkan bahwa lansia mengalami demensia dibandingkan yang
dengan usia 65 tahun lebih banyak berpendidikan tinggi (4,3 %). Tabel 6

49
Hubungan Tingkat Pendidikan.(Raden Siti Maryam, Tien Hartini, Sumijatun)

menunjukkan hasil uji statistik yang berpendidikan rendah yaitu tidak tamat SD/
diperoleh p value= 0,012, yang berarti ada SMP dan hanya tamat SD/SMP mempunyai
hubungan bermakna antara tingkat peluang 10,831 kali untuk demensia
pendidikan dengan demensia. Dari nilai OR dibandingkan dengan lansia yang
dapat disimpulkan bahwa lansia yang berpendidikan tinggi (lulus SMA/ PT).

Tabel 6. Hubungan Karakteristik Lansia Dengan Demensia

Tabel 7. Hubungan Karakteristik Lansia Dengan Demensia

Pada tabel 7. Proporsi lansia yang menderita % dibandingkan dengan yang tidak
hipertensi mengalami demensia sebesar 30,4 hipertensi mengalami demensia 25,0 %. Dari

50
Hubungan Tingkat Pendidikan.(Raden Siti Maryam, Tien Hartini, Sumijatun)

hasil uji statistik didapatkan p value 0,652 Proporsi lansia yang pernah minum
yang berarti tidak ada hubungan bermakna beralkohol mengalami demensia sebesar 41,7
antara hipertensi dengan demensia. Dari nilai % dibandingkan dengan yang tidak minum
OR dapat disimpulkan bahwa lansia beralkohol mengalami demensia 25,9 %.
hipertensi berpeluang 1,308 kali mengalami Dari hasil uji statistik didapatkan p value
demensia. 0,413 yang berarti tidak ada hubungan
Proporsi lansia yang menderita diabetes bermakna antara minum beralkohol dengan
mengalami demensia sebesar 26,7 % demensia. Dari nilai OR dapat disimpulkan
dibandingkan dengan yang tidak diabetes bahwa lansia yang pernah minum beralkohol
mengalami demensia 27,6 %. Dari hasil uji berpeluang 2,041 kali mengalami demensia.
statistik didapatkan p value 1,000 yang
berarti tidak ada hubungan bermakna antara Tabel 8 menunjukkan nilai korelasi (r) =
diabetes dengan demensia. Dari nilai OR 0,189 yang berarti hubungan kejadian
dapat disimpulkan bahwa lansia diabetes demensia dengan ADL (Activity of Daily
berpeluang 0,953 kali mengalami demensia. Living) seperti aktivitas mandi, berpakaian,
Proporsi lansia yang menderita ke WC, berpindah, buang air dan makan
hiperkolesterol mengalami demensia sebesar menunjukkan hubungan yang lemah dan
21,4 % dibandingkan dengan yang tidak berpola positif artinya semakin bertambah
menderita hiperkolesterol mengalami berat demensianya maka semakin tinggi
demensia 28,3 %. Dari hasil uji statistik ketergantungannya dalam melakukan ADL.
didapatkan p value 0,824 yang berarti tidak Hasil uji statistic diperoleh nilai p value =
ada hubungan bermakna antara 0,038 yang berarti ada hubungan bermakna
hiperkolesterol dengan demensia. Dari nilai antara ADL dengan demensia.
OR dapat disimpulkan bahwa lansia
Tabel 8. Hubungan ADL lansia dengan demensia
hiperkolesterol berpeluang 0,691 kali
P Nilai r N
mengalami demensia.
value (Pearson
Proporsi lansia yang menderita obesitas Correlation)
mengalami demensia sebesar 28,6 % 0.038 0.189 120
dibandingkan dengan yang tidak obesitas
mengalami demensia 27,4 %. Dari hasil uji Analisis Multivariat
statistik didapatkan p value 1,000 yang
berarti tidak ada hubungan bermakna antara Pemilihan kandidat variabel multivariat
obesitas dengan demensia. Dari nilai OR dilakukan dengan menghubungkan semua
dapat disimpulkan bahwa lansia obesitas variabel independen dengan variabel
berpeluang 1,062 kali mengalami demensia. dependen menggunakan uji regresi linear
Proporsi lansia yang memiliki kebiasaan ganda. Variabel independen yang menjadi
merokok mengalami demensia sebesar 25,5 kandidat untuk dimasukkan kedalam model
% dibandingkan dengan yang tidak merokok multivariat adalah yang memenuhi syarat p
mengalami demensia 28,8 %. Dari hasil uji value kurang dari 0,25. Berdasarkan hasil
statistik didapatkan p value 0,859 yang analisis, didapatkan 4 variabel yang
berarti tidak ada hubungan bermakna antara memenuhi syarat masuk ke dalam model
merokok dengan demensia. Dari nilai OR multivariat. Adapun hasil analisis dapat
dapat disimpulkan bahwa lansia perokok dilihat pada tabel 9 bawah_ini.
berpeluang 0,849 kali mengalami demensia.
Proporsi lansia yang mandiri sebagian dalam Tabel 9. Hasil analisis multivariat hubungan
melakukan aktivitas sehari-hari mengalami variabel independen dengan variabel dependen
demensia sebesar 50,0 % dibandingkan No Variabel Independen P value
dengan yang mandiri mengalami demensia 1 Usia 0,127
25,9 %. Dari hasil uji statistik didapatkan p 2 Tingkat pendidikan 0,012
value 0,213 yang berarti tidak ada hubungan 3 Tipe ketergantungan 0,213
bermakna antara tipe ketergantungan dengan 4 ADL 0,038
demensia. Dari nilai OR dapat disimpulkan
bahwa lansia yang mandiri sebagian
berpeluang 2,862 kali mengalami demensia.

51
Hubungan Tingkat Pendidikan.(Raden Siti Maryam, Tien Hartini, Sumijatun)

Model Regresi Linear Ganda nilai 0,101 artinya kedua variabel


independen yaitu tingkat pendidikan dan
Dari hasil analisis multivariat dengan regresi ADL dapat menjelaskan variasi variabel
linear ganda dihasilkan p value masing- demensia sebesar 10,1 % dan terdapat nilai p
masing variabel. Variabel yang memiliki (sig) = 0,002 pada Uji F yang berarti kedua
signifikansi < 0,05 akan dikeluarkan secara variabel tersebut secara signifikan dapat
bertahap, mulai dari yang p value-nya paling untuk memprediksi variabel demensia.
besar hingga terkecil. Variabel yang paling besar pengaruhnya
terhadap demensia adalah tingkat pendidikan
Tabel 10 menunjukkan nilai koefisien yang ditunjukkan dengan nilai Beta terbesar.
determinasi (R Square) yang menunjukkan
Tabel 10. Model akhir regresi linear ganda
Model B Beta Sig R Square 95 % CI
20.019 UJI F = 0.002 0.101
Tingkat pendidikan 2.165 0.258 0.004 0.696-3.633
ADL 0.419 0.159 0.074 -0.041-0.880

PEMBAHASAN permainan kegemaran; d) disorientasi dengan


gejala lupa akan waktu (hari, tanggal),
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar bingung tengah berada di mana dan
27,5 % lansia mengalami demensia dan skor bagaimana bisa sampai ke sana, dan tidak
minimum pada penilaian MMSE adalah 17 tahu jalan kembali pulang ke rumah; e)
dari skor maksimum 30 (lihat tabel 4 dan 5). kesulitan memahami visuospasial dengan
Demensia adalah suatu sindroma klinik gejala sulit membaca, mengukur dan
meliputi hilangnya fungsi intelektual dan menentukan jarak, membedakan warna, tidak
ingatan/ memori sedemikian berat sehingga mengenali wajah sendiri di cermin, dan
menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari menabrak cermin waktu berjalan; f)
(Brocklehurst & Allen, 1987 dalam gangguan berkomunikasi dengan gejala
Darmojo, 2004). Perubahan tingkah laku kesulitan berbicara dan mencari kata yang
yang dapat terjadi akibat demensia adalah tepat, seringkali berhenti di tengah
delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi percakapan dan bingung untuk
tubuh, cemas, ketidakmampuan melakukan melanjutkannya; g) menaruh barang tidak
tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan pada tempatnya dengan gejala lupa di mana
aktivitas sehari-hari secara mandiri, marah, meletakkan barang, misalnya kacamata,
melawan, apatis dan kabur dari rumah. curiga ada yang mencuri atau
Kondisi ini menyebabkan lansia demensia menyembunyikannya; h) salah membuat
memerlukan perhatian dan perawatan yang keputusan dengan gejala berpakaian tidak
khusus dari pemberi pelayanan (Miller, serasi, tidak dapat merawat diri dengan baik;
2004). i) menarik diri dari pekerjaan dan aktivitas
social dengan gejala tidak semangat untuk
Tanda awal demensia antara lain a)
melakukan aktivitas atau hobi yang biasa
gangguan daya ingat yaitu sering lupa
dinikmati, tidak lagi senang berkumpul
peristiwa yang baru saja terjadi, upa janji,
dengan teman-temannya; i) ada perubahan
menanyakan atau menceritakan hal yang
perilaku dan kepribadian dengan gejala
sama berulang kali; b) sulit melakukan
emosi berubah secara drastis dimana lansia
aktivitas sehari-hari dengan gejala lupa cara
menjadi bingung, curiga, depresi, takut, atau
memasak, mengoperasikan telepon, tidak
tergantung pada anggota keluarga, mudah
dapat melakukan perhitungan sederhana dan
kecewa dan putus asa, baik di rumah maupun
bekerja dengan waktu yang lebih lama dari
dalam pekerjaan (www.alz.org dari
biasa; c) sulit melakukan tugas yang familiar
sehatnews.com)
dengan gejala sering merasa kesulitan untuk
merencanakan atau menyelesaikan tugas Berdasarkan hasil penelitian tidak ditemukan
sehati-hari, bingung cara mengemudi, sulit adanya hubungan bermakna antara usia, jenis
mengatur keuangan, sulit mengikuti kelamin, menderita hipertensi, diabetes,

52
Hubungan Tingkat Pendidikan.(Raden Siti Maryam, Tien Hartini, Sumijatun)

hiperkolesterol, obesitas, merokok, tipe Pada hasil menunjukkan bahwa lansia yang
ketergantungan, minum beralkohol dengan pernah minum beralkohol mempunyai
kejadian demensia pada lansia (lihat tabel 6 peluang 2,041 kali untuk demensia dimana
dan 7). Tetapi, berdasarkan nilai OR bahwa hal ini mendukung pernyataan Weyerer dari
usia 65 tahun berpeluang untuk demensia Central Institute of Mental Health di
dimana hasil ini mendukung hasil WHO Mannheim Jerman seperti dikutip dari
tahun 2000 yang menyatakan bahwa www.antaranews.com bahwa
prevalensi demensia terjadi pada 1 dari 10 penyalahgunaan alkohol jangka panjang
lansia yang berumur di atas 65 tahun merugikan fungsi ingatan dan dapat
(12,3%), dimana insiden demensia mencapai menyebabkan penyakit neurodegeneratif dan
15%, dan meningkat dua kali setiap kenaikan yang mengonsumsi alkohol memiliki
umur lima tahun dan pada usia 85 tahun ke kecenderungan terkena demensia 30 % lebih
atas diperkirakan 50% lansia akan sedikit secara keseluruhan dan 40 % lebih
mengalami demensia. Pendapat Roan (2009, sedikit menderita penyakit Alzheimer
dalam Happy, 2009) juga menyatakan bahwa daripada mereka yang tidak mengonsumsi
demensia dapat terjadi pada setiap umur alkohol. Tidak ada perbedaan signifikan
lansia, tetapi lebih banyak pada lansia untuk yang terlihat berdasarkan jenis minuman
rentang umur 65-74 tahun (5%) dan 40% beralkohol yang dikonsumsi.
bagi yang berumur >85 tahun.
Ada hubungan bermakna antara ADL dengan
Rekawati (2002) yang menyatakan bahwa demensia (p value = 0,038) dimana hasil ini
perempuan mempunyai risiko terjadinya menyatakan bahwa semakin lansia
kepikunan sebesar 1,393 kali atau tiga kali mengalami demensia yang berat maka
lipat dibandingkan dengan laki-laki dan semakin tinggi ketergantungannya dalam
hampir sama dengan hasil penelitian ini yang melakukan ADL (lihat tabel 8). Hasil ini
menunjukkan bahwa lansia perempuan sesuai dengan penelitian Muharyani (2010)
berpeluang 1,158 kali untuk terjadinya yang mendapatkan hasil bahwa pada lansia
demensia. demensia terdapat gangguan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) dalam
Hasil juga menunjukkan bahwa lansia
hal aktivitas mandi (30,3 %); berpakaian
hipertensi mempunyai peluang 1,308 kali
(42,4 %); ke WC/ toilet (48,5 %); berpindah
untuk terjadinya demensia mendukung
(54,5 %); buang air (30,3 %), dan makan
pendapat Ridley (2012 dalam
(54,5 %). Penelitian Maryam (2012) juga
www.wartanews.com) dari lembaga Riset
menyatakan bahwa proporsi lansia yang
Alzheimer Inggris yang mengatakan bahwa
memerlukan bantuan dalam BADL yaitu
ada hubungan rokok dan tekanan darah
mandi, berpakaian, ke WC, berpindah, buang
tinggi dengan risiko penurunan kognitif yang
air dan makan, berpeluang lebih besar (63,8
besar dan demensia sehingga harus
%) menimbulkan beban dalam merawat
menyadari pentingnya untuk melakukan
lansia dibandingkan lansia yang mandiri
perubahan gaya hidup karena merokok,
(47,5 %) karena ada hubungan bermakna
tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan
antara Basic ADL dengan beban merawat
kelebihan berat badan adalah buruk untuk
dan lansia yang memerlukan bantuan dalam
jantung.
Basic ADL berpeluang 1, 512 kali
Penelitian neurology pada Mei 2011 dari menimbulkan beban tinggi bagi keluarga
www.healthokezone.com membuktikan dalam merawat lansia dibandingkan dengan
hubungan antara BMI (Body Mass Index) lansia yang mandiri dalam melakukan ADL.
atau indeks massa tubuh tinggi dan Ada hubungan bermakna antara tingkat
peningkatan risiko demensia dimana peneliti pendidikan dengan demensia (p value =
menemukan bahwa orang-orang dengan 0,012) dimana lansia yang berpendidikan
demensia > 70 % memiliki berat badan rendah mempunyai peluang 10,831 kali
berlebih. Hal itu sesuai dengan hasil untuk terjadinya demensia dibandingkan
penelitian yang menunjukkan bahwa lansia dengan lansia yang berpendidikan tinggi
obesitas berpeluang 1,062 kali untuk (lihat tabel 6). Hasil ini memperkuat hasil
demensia. penelitian Rekawati (2002) yang menyatakan
bahwa lansia yang berpendidikan rendah

53
Hubungan Tingkat Pendidikan.(Raden Siti Maryam, Tien Hartini, Sumijatun)

mempunyai risiko terjadinya demensia memperhatikan kondisi lingkungan lansia;


sebesar 2,025 kali lebih dibandingkan menambah alat bantu pengingat di setiap
dengan lansia yang berpendidikan tinggi. kamar seperti kalender, jadwal harian, jam,
Begitu pula menurut Rolstad dalam foto-foto; bekerjasama dengan mahasiswa
www.108csr.com bahwa tingkat pendidikan praktik untuk melakukan kegiatan yang
yang lebih tinggi, mampu mentolerir lebih membangkitkan minat lansia; membuat
banyak penyakit di otak serta mencegah kelompok pendukung/ self help group
timbulnya demensia dan yang berpendidikan dimana lansia dalam kelompok dapat saling
tinggi tidak mempunyai risiko demensia membantu dan mengingatkan satu sama lain;
dimana menunjukkan tanda-tanda fungsi serta melakukan monitoring dan evaluasi
saraf yang lebih baik di dalam otaknya terkait perkembangan demensia pada lansia
dibandingkan dengan orang yang melalui penilaian MMSE.
berpendidikan_lebih_rendah.
Penelitian ini dapat berkembang dengan
KESIMPULAN melakukan penelitian kualitatif seperti
pengalaman petugas panti dalam merawat
Hasil penelitian didapatkan bahwa usia 65 lansia dengan demensia melalui studi
tahun mempunyai peluang 2,520 kali untuk fenomenologis.
demensia dibandingkan dengan usia 60-64
tahun dan lansia perempuan mempunyai
peluang 1,158 kali untuk demensia DAFTAR PUSTAKA
dibandingkan dengan lansia laki-laki. Begitu 1. Darmojo dan Martono. Geriatri (Ilmu
pula lansia yang hipertensi mempunyai Kesehatan Usia Lanjut). 2004. Jakarta: Balai
peluang 1,308 kali untuk demensia Penerbit FKUI.
dibandingkan dengan lansia yang tidak 2. Depkes RI. Pedoman Pembinaan Kesehatan
hipertensi dan lansia yang obesitas Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan. 2001.
mempunyai peluang 1,062 kali untuk Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Keluarga.
demensia. Ada hubungan yang signifikan 3. Happy, Sahar dan Gayatri. Perbedaan
antara tingkat pendidikan dan ADL dengan Karakteristik Lansia dan Dukungan Keluarga
demensia. Hubungan kejadian demensia terhadap Tipe Demensia pada Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo.
dengan ADL berpola positif dimana semakin Tesis tidak dipublikasikan. 2009. Universitas
bertambah berat demensianya maka semakin Indonesia.
tinggi ketergantungannya dalam melakukan 4. Hardywinoto dan Setiabudhi. Panduan
ADL dan variabel yang paling besar Gerontologi. Tinjauan dari Berbagai Aspek.
pengaruhnya terhadap demensia adalah 2005. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
tingkat pendidikan. Utama.
5. Maryam, Rosidawati, Riasmini dan Suryati.
SARAN Hubungan Satus Kesehatan Keluarga dengan
Beban Keluarga Merawat Lanjut Usia di
Wilayah Jakarta Timur. Jurnal Madya, 2012;
Dinas Sosial dapat melakukan sosialisasi No. 2, (114-121).
tentang demensia sebagai gambaran lansia di 6. Miller, C.A. Nursing for wellness in older
Panti, membuat kebijakan terkait standar adult: theory and practice. 4th Edition. 2004.
pencegahan demensia pada lansia, dan Philadelphia: Lippincot.
mengadakan diklat bagi perawat dan pekerja 7. Muharyani, P.W. Demensia dan gangguan
sosial terkait penanganan demensia. aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) lansia
di PSTW Wargatama Inderalaya. Jurnal IKM,
Pihak panti secara berkala melakukan cek 2010; Vol. 1 No. 1.
kesehatan lansia seperti mengukur tekanan 8. Pranarka, K. Penerapan Geriatrik Kedokteran
darah, gula darah, kolesterol, BB/ TB, diet menuju Usia Lanjut yang Sehat. Universa
seimbang, dan kebiasaan merokok; Medicina, 2006; Vol. 25, No.4.
9. Rekawati, E. Faktor-faktor Sosiodemografi
memonitor dan membantu ADL lansia yang
yang Berhubungan dengan
mengalami ketergantungan; melakukan terjadinya Kepikunan pada Usia Lanjut di
kegiatan aktivitas fisik dan keterampilan bagi Indonesia berdasarkan Data Susenas
lansia; mencegah jatuh/ injury dengan

54
Hubungan Tingkat Pendidikan.(Raden Siti Maryam, Tien Hartini, Sumijatun)

tahun 2001. Tesis tidak dipublikasikan. 2002. 14. Manfaat pendidikan tinggi bisa mencegah
Universitas Indonesia. pikun dari http://www.108csr.com/, diakses
10. Setyopranoto dan Lamsudin. Kesepakatan
tanggal 27 November 2013.
penilaian Mini Mental State Examination
(MMSE) pada penderita stroke iskemik akut 15. Alkohol mencegah demensia? Dari
di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Berkala http://www.antaranews.com/print/259791/
NeuroSain, 1999; Vol.1,1,73-76. diakses tanggal 28 November 2013.
11. Sri Kuntjoro, Z. Gangguan Psikologis dan 16. Prevalensi demensia akan meningkat drastis
Perilaku pada Demensia dari http://www.e- dari http://www.dw.de/prevalensi-demensia-
psikologi.com/epsi/search.asp. Diakses akan-meningkat-drastis/a-15974243, diakses
tanggal 13 Desember 2013. tanggal 28 November 2013.
12. Turana, Mayza dan Luwempouw. 17. Bahaya merokok bisa memuat otak busuk
Pemeriksaan Status Mini Mental pada Usia dari http://www.wartanews.com/lifestyle/
Lanjut di Jakarta. Medika, 2004; Vol. 30, 9, diakses tanggal 28 November 2013.
563-568. 18. 10 gejala awal demensia.
http://www.sehatnews.com/mobile/disease/2
13. Wanita lebih berisiko demensia dari
1199-kenali-10-gejala umum-demensia-
http://www.tempo.co/read/news/2012//Wani
alzheimer.html dari www.alz.org, diakses
ta-Lebih-Berisiko-Terkena-Demensia,
tanggal 6 Desember 2013.
diakses tanggal 27 November 2013.
19. WHO. 2000. Diakses dari
www.pdpersi.co.id pada tanggal 11 Juni
2013.

55

Vous aimerez peut-être aussi